Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
DPR telah menetapkan APBN 2014. Anggaran belanja APBN ditetapkan sebesar Rp.
1.842,49 triliun, dengan komposisi Belanja Pemerintah Pusat Rp. 1.249,94 triliun (70 %) dan
alokasi untuk Pemerintah Daerah Rp. 529,55 triliun (30%). Defisit anggaran dalam postur
APBN ditetapkan 1,69 persen dari PDB atau sekitar Rp. 175,3 triliun.
Rencana penerimaan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp. 1.667,14 triliun terdiri
dari Pendapatan Pajak Rp. 1.280,39 triliun, Pendapatan Bukan Pajak Rp. 385,39 triliun dan
hibah Rp. 1,36 triliun. Sementara defisit Rp. 175,35 triliun akan ditutupi dengan utang.
Penerimaan di APBN 2014 ditetapkan naik 11% dari APBNP 2013, dari Rp. 1.502 triliun
menjadi Rp. 1.667,14. Sisi pengeluaran juga naik 6,7% dari Rp. 1.726,2 triliun menjadi Rp.
1.842,49.
Walaupun APBN terus meningkat tiap tahun, PDB juga naik pesat, perekonomian
tumbuh tiap tahun, pendapatan per kapita juga naik tiap tahun, tapi tidak diikuti dengan
peningkatan kesejahteraan rakyat yang signifikan. Jumlah rakyat miskin juga nyaris tidak
berkurang. Ini mengindikasikan ada kesalahan besar dalam APBN sehingga APBN yang
sebagian besar penerimaannya berasal dari pajak yang dibayar oleh rakyat tapi tidak
memberikan kontribusi nyata meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)?
Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ?
Apa saja Sumber penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD?
Apa saja Jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat dan daerah?
Apa saja kebijakan pemerintah dibidang fiskal?
Bagaimana Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi ?

1.3 Tujuan Makalah


1

Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk Mengetahui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Sumber Penerimaan Pendapatan Negara Dalam APBN
dan APBD
4. Untuk Mengetahui apa saja Jenis-jenis pengeluaran pemerintah pusat dan daerah
5. Untuk Mengetahui pa saja kebijakan pemerintah dibidang fiskal
6. Untuk Mengetahui Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi
1.4 Landasan Teori
Dalam Pasal 1 Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan pengertian
Keuangan Negara yaitu Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
(Undang-undang No.17 tahun 2003)
Penganggaran disektor pemerintahan merupakan suatu proses yang kompleks dan
panjang serta tidak dapat dilepaskan dari sektor politis. Kompleksitas disebabkan karena
belum adanya kesempatan yang dapat diterima semua pihak tentang bagaimana
pengalokasian sumber dana pemerintah secara tertib.
Ketidakkesepakatan tersebut antara lain disebabkan masalah politis, adanya nilai-nilai
kepemimpinan yang berbeda diantara pengambil keputusan, serta adanya perdebatan tentang
bangaimana suatu sistem penganggaran dapat memuaskan semua pihak yang terkait maka
alokasi anggaran sekarang didasarkan kepada target kinerja.
Perubahan pendekatan ini tentunya menuntut adanya perubahan paradigma dari aparat
pemerintah baik yang pusat maupun daerah, karena 9 setiap dana yang dialokasikan dalam
APBN maupun APBD harus dapat terukur kinerjanya, dengan kata lain tidak ada alokasi
anggaran apabila tidak jelas kinerjanya. Perubahan paradigma di dalam penyusunan
APBN/APBD ini dilatar belakangi hal-hal berikut:
a) Meningkatnya tuntutan masyarakat di era reformasi terhadap pelayanan publik yang
ekonomis, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan responsif.
b) Berlakunya Undang Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
c) Adanya PP No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah.
Sistem prosedur, format dan struktur APBN/APBD yang berlaku selama ini kurang
mampu mendukung tuntutan perubahan sehingga perlu perencanaan yang sistematis, terukur
2

dan komprehensif. Terdapat berbagai definisi tentang arti penganggaran, namun secara umum
penganggaran (budgeting) dapat diartikan sebagai suatu cara atau metode yang sistematis
untuk mengalokasikan sumber-sumber daya keuangan.Sedangkan anggaran (budget)
dirumuskan secara singkat oleh Brimson dan Antos (1994) sebagai rencana yang dituangkan
dalam angkaangka financial.
Berkaitan dengan organisasi pemerintahan, penganggaran berarti proses
pengalokasian sumber daya keuangan negara yang terbatas untuk digunakan 10 membiayai
pengeluaran oleh unit pemerintahan (kementrian dan lembaga sebagai pengguna anggaran).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2.1.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
3

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1 angka 7, UU
No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004.tentang Perbendaharaan Negara, APBN
dalam satu tahun anggaran meliputi:
a) Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
b) Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
c) Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas umum
negara. (Pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004)Tahun anggaran adalah periode pelaksanaan APBN
selama 12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan tahun kalender sebagai tahun
anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Sebelumnya,
tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai dengan 31 Marettahun berikutnya.
Penggunaan tahun kalender sebagai tahun anggaran ini kemudian dikukuhkan dalam UU
Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11
UU No. 1/2004).
Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003,anggaran adalah
alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi akuntabilitas,
pengeluaran anggaran hendaknya dapatdipertanggungjawabkan dengan menunjukkan hasil
(result) berupa outcome atau setidaknya output dari dibelanjakannya dana-dana publik
tersebut. Sebagai alat manajemen, sistem penganggaran selayaknya dapat membantu aktivitas
berkelanjutan untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi program pemerintah.Sedangkan
sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untukmewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara.

2.1.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN )


APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai

pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian,


dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang
menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran
harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencanarencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
2.1.3 Prinsip-prinsip Dalam APBN
a) Prinsip Anggaran Defisit
Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran defisit
ditentukan :

1. Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan sebagai sumber


pembiayaan.
2. Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber pembiayaan LN
(bersih)
a) Anggaran Defisit
PNH BN

= DA

DAP

= AP TP

PbDN

= PkDN + Non-Pk DN

PbLN

= PPLN PC PULN

Keterangan :
PNH

: Pendapatan negara dan hibah

BN

: Belanja negara

DA

: Defisit Anggaran

PbDN

: Pembiayaan DN

PkDN

: Perbankan DN

Non-PkDN : Non-Perbankan DN
PbLN

: Pembiayaan LN

PPLN

: Penerimaan pinjaman LN

PCPULN

: Pembayaran cicilan pokok Utang luar Negeri

BLN

: Bantuan luar negeri

b) Anggaran Berimbang
PDN PR

= TP

DAP

= AP TP

Keterangan :
PDN

: Pendapatan DN

PR

: Pengeluaran Rutin

TP

: Tabungan Pemerintah

DAP

: Defisit Anggaran Pembangunan

AP

: Anggaran Pembangunan

b) Prinsip Anggaran Dinamis

Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif. Anggaran bersifat dinamis
absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP) dari tahun ke tahun terus meningkat.
Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP (DTP) terus meningkat
atau prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan dari pinjaman luar negeri terus
menurun.
c) Prinsip Anggaran Fungsional
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya berfungsi untuk
membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran pembangunan) dan bukan untuk
membiayai anggaran belanja rutin.
Prinsip ini sesuai dengan azas bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap dalam
pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/ pinjaman luar
negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin besar fungsionalitas
anggaran.
2.1.4 Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan
negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis, dalam rangka melaksanakan kegiatankegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja,
dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Semua itu ditujukan untuk tercapainya
masyarakat adil dan makmur, baik material maupun spiritual bedasarkan Pancasila dan UUD
1945.
2.1.5 Sumber Penerimaan di dalam APBN
Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Penerimaan negara terdiri
dari 2 yaitu :
a) Penerimaan Dalam Negeri
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum penerimaan negara
dibedakan menjadi dua sumber yaitu:
1. Penerimaan Pajak
Penerimaan perpajakan berasal dari dalam negeri dan pajak perdagangan
internasional. Pajak dalam negeri terdiri dari pajak pengahasilan migas dan
nonmigas, PPN dan PPnBM, BPHTB, cukai, dan pajak lainnya. Pajak
perdagangan internasional berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor.
2. Penerimaan negara bukan pajak berasal dari sumber daya alam, bagian
pemerintah atas laba BUMN, dan penerimaan negara bukan pajak lainnya.
7

Penerimaan negara juga berasal dari hibah. Hibah merupakan pemberian dana
dari negara lain tanpa keharusan untuk mengembalikannya.
b) Hibah
Penerimaan Hibah merupakan semua penerimaan negara yang berasal dari
sumbangan swasta dalam negeri, dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintahan
luar negeri, termasuk lembaga internasional. Penerimaan hibah ini tidak perlu
dikembalikan. Hibah meliputi pemberian untuk proyek khusus dan untuk mendukung
anggaran secara umum. Hibah dalam bentuk peralatan, barang, dan bantuan teknis,
biasanya tidak dimasukkan dalam anggaran, tetapi dicatat dalam item memorandum.
2.1.6 Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat
Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya
ekonomi yang secara langsung dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah (pusat maupun daerah)
dan secara tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak. Di Indonesia,
pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, sebagai berikut.
Pengeluaran rutin pemerintah, yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan atau
penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Termasuk dalam pengeluaran rutin, yaitu belanja
pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, bunga, dan cicilan utang luar negeri.
Pengeluaran pembangunan, yaitu pengeluaran untuk pembangunan, baik fisik seperti jalan,
jembatan, gedung-gedung dan pembelian kendaraan dinas, maupun pembangunan nonfisik
spritual, seperti penataran dan training.
2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD)
2.2.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang secara
sistematis membuat sumber-sumber penerimaan daerah dan alokasi pengeluaran daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Periode APBD sama dengan APBN, yaitu
dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2.2.2 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD )


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD mempunyai fungsi yang sama
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Diantaranya :
8

a)
b)
c)
d)

Fungsi Stabilisasi
Fungsi Alokasi
Fungsi Distribusi
Fungsi Regulasi
Berdasarkan UUD 1945 ayat 1, 2, dan 3, pemerintah wajib menyusun APBN.

Sebelum menjadi APBN, pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara (RAPBN). Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional. Hal
ini dimaksudkan agar memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pemerinthan daerah
sebagai subsistem pemerintahan negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat secara umum. Sebagai
daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk
menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip
keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan
pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi pada umumnya dilaksanakan pemerintah daerah.
Hal ini disebabkan daerah lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakat.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan kondisi dan situasi yang berbeda-beda
setiap wilayah. Dengan demikian, pembagian ketiga fungsi tersebut sangat penting sebagai
landasan dalam penentuan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah secara jelas dan tegas.
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang
luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional. Hali in diwujudkan melalui
pengaturan, pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional, dan perimbangan keuangan.
Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan dilaksanakan
atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

2.2.3 Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBD )


APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam melaksanakan
kegiatan pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD, pemerintah daerah sudah
memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan
pengeluaran apa saja yang harus dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD
9

sebagai pedoman, kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat


dihindari.
2.2.4 Sumber Penerimaan Negara di dalam APBD
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah , Pendapatan Daerah berasal dari:
a) Pendapatan Daerah
1) Pendapatan Asli Daerah.
2) Sumber PAD adalah Pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
Lain-lain PAD yang Sah
PAD yang sah terdiri dari:
a) Penjualan kekayaan daerah yang tidak terpisahkan, jasa giro,
pendapatan bunga.
b) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
c) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan pengadaan barang atau jasa oleh daerah.
b) Penerimaan Pusat
Pendapatan daerah juga dapat diperboleh melalui pemerintah pusat, yaitu dari
dana perimbangan dan dana otonomi khusus.
1. Dana pertimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dan alokasi umum dan dana
alokasi khusus.
a) Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil
yang berasal dari pajak terdiri pajak bumi dan banguna, bea perolehan atas
tanah dan bangunan (BPHTB), dan pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan 29
wajib pajak orang pribadi dalam negeri serta PPh pasal 21. Dana bagi hasil
bersumber dari sumber daya alam berasal dari kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas alam, dan
pertambangan panas bumi.
b) Dana Alokasi Umum (DAU).
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
pendapatan dalam negeri bersih yang ditetapkan dalam APBN. Proorsi DAU
antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan
kewenangan antara provinsi dan kabupaten /kota. Ketentuan lebih lanjut
mengenai DAU diatur dalam peraturan pemerintah.DAU dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan asas
10

desentralisasi. Pengaturan penggunaan DAU sepenuhnya menjadi


kewenangan daerah.
c) Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus bertujuan untuk kebutuhan khusus dengan
memerhatikan tersedianya dana pada APBN. Besaran DAK ditetapkan setiap
tahun dalam APBN. Ketetapan lebih lanjut mengenai DAK diatur dalam
peraturan pemerintah
2. Dana Otonomi Khusus
Merupakan dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi
khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang No 18
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh
sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam, dan Undang-Undang No 21 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, serta untuk penyesuaian
kekurangan dana alokasi umum untuk beberapa daerah.
2.2.5 Jenis-Jenis Pengeluaran Daerah
Seperti halnya pengeluaran negara dalam APBN, pengeluaran daerah juga merupakan
salah satu komponen yang harus ada dalam setiap penyusunan APBD. Secara singkat,
komponen yang menyusun APBD, yaitu pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan.
Secara umum komposisi pengeluaran bagi daerah adalah sama dengan komposisi
pengeluaran negara. Setiap daerah memiliki komposisi pengeluaran daerah yang berbedabeda. Bagaimanapun, komposisi dari APBD suatu daerah harus disesuaikan dengan
perkembangan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Setiap daerah tidak harus
memaksakan diri untuk memperbesar pengeluaran tanpa diimbangi dengan kemampuan
pendapatannya, khususnya kapasitas pendapatan asli daerah (PAD)-nya.
2.3 Kebijakan Pemerintah di Bidang Fiskal
2.3.1 Kebijakan Anggaran Berimbang
Kebijakan anggaran berimbang ialah kebijakan anggaran yang jumlah penerimaan
(dari sektor migas, nonmigas, dan pajak) dengan pengeluaran pemerintah sama besarnya.
Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang tahap I/PJP I (1969/19701994/1995)
menerapkan anggaran berimbang dinamis. Berimbang berarti jumlah keseluruhan
pengeluaran negara selalu sama dengan penerimaan negara.
Dengan kata lain, keadaan berimbang berarti besarnya penerimaan (A+B) tetap
diusahakan sama dengan pengeluaran (C+D). Jika terjadi perubahan pada salah satu dari
11

empat komponen APBN, komponen lainnya harus ikut disesuaikan agar (A+B) selalu sama
dengan (C+D). Lihat struktur dasar APBN.
Sisi Penerimaan
A.Penerimaan dalam negeri
B.Penerimaan pembangunan

Sisi Pengeluaran
C. Pengeluaran rutin
D. Pengeluaran pembangunan

Dalam kebijakan anggaran berimbang dinamis, biasanya disertai dengan peningkatan


nilai APBN dalam setiap perubahan tahun anggaran.Dinamis berarti bahwa dalam
penerimaan lebih mudah dari yang direncanakan semula, pemerintah akan menyesuaikan
pengeluaran agar tetap terjaga keseimbangannya. Demikian pula dalam hal penerimaan
negara melebihi dari yang direncanakan, masih memungkinkan dibentuknya cadangan yang
akan dimanfaatkan pada saat penerimaan negara tidak cukup untuk mendukung program
yang direncanakan.
2.3.2 Kebijakan Anggaran Tidak Berimbang
Anggaran tidak berimbang dibedakan atas anggaran defisit (deficit budget) dan
anggaran surplus (surplus budget). Pada tahun tertentu, pemerintah pada umumnya
mengalami surplus atau defisit dalam anggarannya. Defisit anggaran terjadi jika pengeluaran
melebihi penerimaan dari pajak dan migas. Kebijakan anggaran defisit ditempuh jika
pemerintah ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dilakukan jika perekonomian
dalam keadaan resesi. Defisit anggaran bukan hal yang baru dalam kebijakan fiskal suatu
negara. Pengoperasian anggaran defisit merupakan alat kebijakan fiskal yang memungkinkan
pemerintah memengaruhi permintaan agregat dan lapangan kerja suatu perekonomian.
Kebalikan dari anggaran defisit adalah anggaran surplus. Surplus anggaran terjadi jika
seluruh penerimaan pajak dan penerimaan-penerimaan lainnya melebihi pengeluaran
pemerintah. Kebijakan anggaran surplus dilakukan jika perekonomian sedang berada dalam
tahap ekspansi dan terus memanas (overheating) sehingga inflasi naik. Melalui anggaran
surplus, pemerintah menghemat pengeluarannya untuk menurunkan tekanan permintaan atau
mengurangi daya beli masyarakat dengan cara menaikkan pajak.
Tabel 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2003 (dalam miliar rupiah)

12

Melalui kebijakan anggaran berimbangnya, APBN Indonesia disusun sedemikian rupa


sehingga secara akuntansi besarnya pengeluaran negara selalu sama dengan penerimaan
negara. Padahal, secara ekonomi anggaran belanja Indonesia selalu defisit, dalam arti
besarnya pengeluaran negara selalu lebih besar daripada penerimaan negara. Sejak tahun
2000, prinsip anggaran berimbang Indonesia diubah menjadi anggaran defisit yang dibiayai
oleh sumber-sumber pembiayaan dari dalam dan luar negeri.
Dalam format APBN sekarang ini, terjadi perubahan dalam periode APBN dari April
Maret menjadi JanuariDesember yang akan memudahkan para pengamat ekonomi untuk
melihat dan mengevaluasi dampak APBN terhadap perekonomian. Format APBN baru yang
terdiri atas satu lajur ini juga akan memberikan informasi yang lebih transparan tentang
kebijakan anggaran yang ditempuh pemerintah. Selain itu, format APBN yang ada pada saat
ini menyiratkan bahwa pemerintah semakin memerhatikan aspek demokrasi dan
desentralisasi. Hal ini ditujukan untuk memberikan wewenang keuangan kepada pemerintah
daerah dengan memperhatikan kepentingan daerah dan nasional yang terlihat dari adanya pos
dana perimbangan.
13

2.4 Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi


APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya
pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. APBN dan pertumbuhan
ekonomi merupakan dua indikator yang penting dalam menentukan tingkat kemakmuran
rakyat. Indikator-indikator yang menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator
makro ekonomi yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada
terciptanya pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak bisa
dipaksakan.
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lambat
walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai :
1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran
yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan skill
sebagian terbesar SDM kita. Di lain fihak pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel,
artinya, amat mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau
pasarnya menciut. Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya.
Karena hubungan industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka
banyak bakal investor internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam ketimbang
Indonesia.
2. Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait.Lemahnya
kegiatan investasi baru juga oleh karena bagi pengusaha kepastian hukum sejak
reformasi telah berkurang. Pelaksanaan otonomi daerah menambah ketidak pastian.
Indonesia sekarang terkenal sebagai high-cost economy. Salah suatu sumber ekonomi
biaya tinggi adalah kurang memadainya infra-struktur, karena sejak 1998 praktis tidak
ada investasi pemerintah di bidang infra-struktur ini. Sebetulnya masih ada suatu
rintangan fundamental, yakni intermediasi sistim perbankan belum bisa bekerja secara
normal, karena ketatnya prudential rules yang baru dan masih ada trauma kredit
macet.
Pemerintah sendiri harus memaksimalkan investasi lewat anggaran belanjanya,
misalnya untuk membangun infra-struktur yang tidak menguntungkan bagi investor
swasta. Tetapi, pengelolaan APBN ini masih mengandung permasalahan sendiri, yang
juga terkait dengan prinsip kehati-hatian (prudence).
3. Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural.
14

Di level teknis sudah ada kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk
membawa tingkat inflasi jangka panjang ke kisaran 3% setahun. Untuk tahun 2005
sasaran BI adalah 6% plus-minus 1%, untuk tahun 2006 5,5% plus-minus 1% dan
untuk tahun 2007 5% plus-minus 1%. Begitu juga untuk tahun 2008 dan 2009.
Pengendalian inflasi masih menghadapi resiko intern dan ekstern yang cukup besar.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
APBN/APBD merupakan upaya yang dilakukan pemerintah sebagai pedoman
pengeluaran dan penerimaan Negara/daerah agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam
rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya
ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola
perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan
15

ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam hal ini, DPR dengan hak
legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam
mengawal APBN. sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk
mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya
pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Purwono, Tony, 2004. PR Ekonomi untuk Kelas 2 SMA. Klaten: Intan Pariwara
http://pengantarilmuekonomimakro.blogspot.com/2013/05/pengertian-fungsi-serta-tujuanapbn-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara
http://hadi-detected.blogspot.com/2012/04/makalah-apbn-apbd.html
Purnastuti, Losina, 2003. Ekonomi untuk kelas XI SMA/MA. Jakarta : Idah Mustikawati
http://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/01/makalah-anggaran-pendapatan-dan-belanja.html
http://denysindrajaya.blogspot.com/2012/12/makalah-apbn.html
http://vincentiamaria90.blogspot.com/2013/05/sumber-penerimaan-negara-dakam-apbn-html
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/11/13/apbn-2014-makin-kapitalis-makin-membebani/
http://mitarizkoh.blogspot.co.id/2014/12/makalah-apbn-apbd-perekonomian-indonesia.html
16

http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/11/tujuan-dan-fungsi-apbn-dan-apbdalokasi.html
http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-apbn-dan-abpd-fungsitujuan.html
http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/11/ebijakan-anggaran-berimbang-tidakdinamis-defisit-surplus.html

17

Anda mungkin juga menyukai