Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun
anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
DPR telah menetapkan APBN 2014. Anggaran belanja APBN ditetapkan sebesar Rp.
1.842,49 triliun, dengan komposisi Belanja Pemerintah Pusat Rp. 1.249,94 triliun (70 %) dan
alokasi untuk Pemerintah Daerah Rp. 529,55 triliun (30%). Defisit anggaran dalam postur
APBN ditetapkan 1,69 persen dari PDB atau sekitar Rp. 175,3 triliun.
Rencana penerimaan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp. 1.667,14 triliun terdiri
dari Pendapatan Pajak Rp. 1.280,39 triliun, Pendapatan Bukan Pajak Rp. 385,39 triliun dan
hibah Rp. 1,36 triliun. Sementara defisit Rp. 175,35 triliun akan ditutupi dengan utang.
Penerimaan di APBN 2014 ditetapkan naik 11% dari APBNP 2013, dari Rp. 1.502 triliun
menjadi Rp. 1.667,14. Sisi pengeluaran juga naik 6,7% dari Rp. 1.726,2 triliun menjadi Rp.
1.842,49.
Walaupun APBN terus meningkat tiap tahun, PDB juga naik pesat, perekonomian
tumbuh tiap tahun, pendapatan per kapita juga naik tiap tahun, tapi tidak diikuti dengan
peningkatan kesejahteraan rakyat yang signifikan. Jumlah rakyat miskin juga nyaris tidak
berkurang. Ini mengindikasikan ada kesalahan besar dalam APBN sehingga APBN yang
sebagian besar penerimaannya berasal dari pajak yang dibayar oleh rakyat tapi tidak
memberikan kontribusi nyata meningkatkan kesejahteraan rakyat.

B. Rumusan Masalah
Dari pendahuluan yang sudah penulis sampaikan maka rumusan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)?
2.  Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)?
3. Apa saja Sumber penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD?
4.  Bagaimana Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi ?
5.   Bagaimana proses penyusunan APBN dan APBD?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


1. Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1
angka 7, UU No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan
Negara, APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
a.  Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
b.  Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
c.  Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas umum
negara. (Pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004) tahun anggaran adalah periode pelaksanaan
APBN selama 12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan tahun kalender
sebagai tahun anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai dengan 31 Marettahun
berikutnya. Penggunaan tahun kalender sebagai tahun anggaran ini kemudian dikukuhkan
dalam UU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003
dan Pasal 11 UU No. 1/2004).
Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003, anggaran
adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi
akuntabilitas, pengeluaran anggaran hendaknya dapatdipertanggungjawabkan dengan
menunjukkan hasil (result) berupa outcome atau setidaknya output dari dibelanjakannya
dana-dana publik tersebut. Sebagai alat manajemen, sistem penganggaran selayaknya
dapat membantu aktivitas berkelanjutan untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi
program pemerintah.Sedangkan sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran
berfungsi untukmewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

2. Fungsi ( APBN )
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara
dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang
menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran
harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1.  Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
2.   Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
3.  Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
4.  Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
5.  Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
6.  Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

3. Prinsip-prinsip Dalam APBN


a. Prinsip Anggaran Defisit
Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran
defisit ditentukan :
1)   Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan sebagai sumber
pembiayaan.
2)   Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber pembiayaan
LN (bersih)
b. Prinsip Anggaran Dinamis
Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif.  Anggaran bersifat
dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP)  dari tahun ke tahun terus
meningkat. Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP (DTP)
terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan dari
pinjaman luar negeri terus menurun.
c. Prinsip Anggaran Fungsional
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya berfungsi
untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran pembangunan) dan
bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.
Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap”
dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/
pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin besar
fungsionalitas anggaran.

4. Tujuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan
negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis, dalam rangka melaksanakan kegiatan-
kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan
kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Semua itu ditujukan untuk
tercapainya masyarakat adil dan makmur, baik material maupun spiritual bedasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

5. Struktur Dan Komponen Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN)


1.  Pendapatan Negara dan Hibah
Pendapatan negara adalah penambahan nilai kekayaan bersih dalam sebuah negara.
2.  Belanja Negara
Belanja Negara adalah pengurangan nilai kekayaan bersih dari suatu negara oleh
pemerintahan dalam periode tertentu. Belanja Pegawai
3. Keseimbangan Primer APBN
Keseimbangan Primer adlah Jumlah pendapatan Negara dikurangi belanja negara
diluar pembayaran bunga utang. Pemerintah dianggap berhasil apabila jumlah
pendapatan negara lebih besar daripada belanja negara.
4.  Surplus/Defisit Anggaran APBN
Surplus Anggaran adalah keadaan dimana pendapatam negara lebih besar dari pada
belanjan negara
5. Pembiayaan APBN
Pembiayaan adalah setiap yang dobayarkan kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun
anggaran berikutnya.

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD)


1. Pengertian (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang secara
sistematis membuat sumber-sumber penerimaan daerah dan alokasi pengeluaran daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Periode APBD sama dengan APBN,
yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD )


 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD  mempunyai fungsi yang
sama dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Diantaranya :
a.  Fungsi Stabilisasi
b.   Fungsi Alokasi
c.  Fungsi Distribusi
d.  Fungsi Regulasi
Berdasarkan UUD 1945 ayat 1, 2, dan 3, pemerintah wajib menyusun APBN.
Sebelum menjadi APBN, pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN). Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari
pembangunan dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber
daya nasional. Hal ini dimaksudkan agar memberikan kesempatan bagi peningkatan
demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penyelenggaraan pemerinthan daerah sebagai subsistem pemerintahan negara
dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat secara umum. Sebagai daerah otonom, daerah
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemerintahan
sesuai dengan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi
masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan
pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi pada umumnya dilaksanakan pemerintah
daerah. Hal ini disebabkan daerah lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan
masyarakat. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan kondisi dan situasi
yang berbeda-beda setiap wilayah. Dengan demikian, pembagian ketiga fungsi tersebut
sangat penting sebagai landasan dalam penentuan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara jelas dan tegas.
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang
luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional. Hali in diwujudkan
melalui pengaturan, pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional, dan perimbangan
keuangan. Sumber pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan
dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
3. Tujuan ( APBD )
Tujuan penyusunan APBD adalah untuk mengatur pembelanjaan daerah dan
penerimaan daerah agar tercapai kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi daerah secara
merata.

C. Sumber Penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD


1. Sumber Penerimaan di dalam APBN.
Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Penerimaan negara
terdiri dari 2 yaitu :
a. Penerimaan Dalam Negeri
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum penerimaan
negara  dibedakan menjadi dua sumber yaitu:
1)  Penerimaan Pajak
Penerimaan perpajakan berasal dari dalam negeri dan pajak perdagangan
internasional. Pajak dalam negeri terdiri dari pajak pengahasilan migas dan
nonmigas, PPN dan PPnBM, BPHTB, cukai, dan pajak lainnya. Pajak
perdagangan internasional berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor.
2) Penerimaan negara bukan pajak berasal dari sumber daya alam, bagian
pemerintah atas laba BUMN, dan penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Penerimaan negara juga berasal dari hibah. Hibah merupakan pemberian dana
dari negara lain tanpa keharusan untuk mengembalikannya.
b. Hibah
Penerimaan Hibah merupakan semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan
swasta dalam negeri, dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintahan luar negeri,
termasuk lembaga internasional. Penerimaan hibah ini tidak perlu dikembalikan.
Hibah meliputi pemberian untuk proyek khusus dan untuk mendukung anggaran
secara umum. Hibah dalam bentuk peralatan, barang, dan bantuan teknis, biasanya
tidak dimasukkan dalam anggaran, tetapi dicatat dalam item memorandum.

2. Sumber Penerimaan Negara di dalam APBD


Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan  Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, Pendapatan Daerah berasal dari:
a. Pendapatan Daerah
1)  Pendapatan Asli Daerah.
2) Sumber PAD adalah Pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
Lain-lain PAD yang Sah
PAD yang sah terdiri dari:
a)  Penjualan kekayaan daerah yang tidak terpisahkan, jasa giro, pendapatan bunga.
b) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
c)  Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan
pengadaan barang atau jasa oleh daerah.
b. Penerimaan Pusat
Pendapatan daerah juga dapat diperboleh melalui pemerintah pusat, yaitu dari dana
perimbangan dan dana otonomi khusus.
1)  Dana pertimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dan alokasi umum dan dana
alokasi khusus.
a)  Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil
yang berasal dari pajak terdiri pajak bumi dan banguna, bea perolehan atas
tanah dan bangunan (BPHTB), dan pajak penghasilan (PPh) pasal 25 dan 29
wajib pajak orang pribadi dalam negeri serta PPh pasal 21. Dana bagi hasil
bersumber dari sumber daya alam berasal dari kehutanan, pertambangan
umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas alam, dan
pertambangan panas bumi.
b)  Dana Alokasi Umum (DAU).
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
pendapatan dalam negeri bersih yang ditetapkan dalam APBN. Proorsi DAU
antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan
kewenangan antara provinsi dan kabupaten /kota. Ketentuan lebih lanjut
mengenai DAU diatur dalam peraturan pemerintah.DAU  dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi. Pengaturan penggunaan DAU sepenuhnya menjadi
kewenangan daerah.
c)  Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus bertujuan untuk kebutuhan khusus dengan
memerhatikan tersedianya dana pada APBN. Besaran DAK ditetapkan setiap
tahun dalam APBN. Ketetapan lebih lanjut mengenai DAK diatur dalam
peraturan pemerintah

2)  Dana Otonomi Khusus


Merupakan dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus
suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi
Nanggroe Aceh  Darrusalam, dan Undang-Undang No 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, serta untuk penyesuaian kekurangan dana
alokasi umum untuk beberapa daerah.

D. Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi


APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan
adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. APBN dan
pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang penting dalam menentukan tingkat
kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN
adalah indikator makro ekonomi yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan
ekonomi.
Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada
terciptanya pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak bisa
dipaksakan.
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lambat
walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai :
1.  Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran yang
tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan skill sebagian
terbesar SDM kita. Di lain fihak pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel, artinya, amat
mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau pasarnya menciut.
Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya. Karena hubungan
industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka banyak bakal investor
internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam ketimbang Indonesia.
2.  Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait.Lemahnya
kegiatan investasi baru juga oleh karena bagi pengusaha kepastian hukum sejak
reformasi telah berkurang. Pelaksanaan otonomi daerah menambah ketidak pastian.
Indonesia sekarang terkenal sebagai high-cost economy. Salah suatu sumber ekonomi
biaya tinggi adalah kurang memadainya infra-struktur, karena sejak 1998 praktis tidak
ada investasi pemerintah di bidang infra-struktur ini. Sebetulnya masih ada suatu
rintangan fundamental, yakni intermediasi sistim perbankan belum bisa bekerja secara
normal, karena ketatnya prudential rules yang baru dan masih ada trauma kredit macet.
Pemerintah sendiri harus memaksimalkan investasi lewat anggaran belanjanya,
misalnya untuk membangun infra-struktur yang tidak menguntungkan bagi investor
swasta. Tetapi, pengelolaan APBN ini masih mengandung permasalahan sendiri, yang
juga terkait dengan prinsip kehati-hatian (prudence).
3.    Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural.
Di level teknis sudah ada kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk
membawa tingkat inflasi jangka panjang ke kisaran 3% setahun. Untuk tahun 2005
sasaran BI adalah 6% plus-minus 1%, untuk tahun 2006 5,5% plus-minus 1% dan
untuk tahun 2007 5% plus-minus 1%. Begitu juga untuk tahun 2008 dan 2009.
Pengendalian inflasi masih menghadapi resiko intern dan ekstern yang cukup besar.

E. Cara Penyusunan APBN dan APBD


Tentu ada proses atau mekanisme dalam penyusunan dan penetapan APBD atau APBN.
Karena dengan mempelajari hal ini maka bila ternyata mekanisme yang dilakukan tidak
sesuai maka kita bisa mengetahui nya dan bisa melakukan protes ke pemerintah, baik itu
pemerintah daerah atau pun pemerintah pusat.
Proses penyusunan APBN bisa dikelompokan ke dalam tahapan, yaitu : 1. Proses
pembicara pendahuluan antara pemerintah dan DPR dari bulan Februari sampai dengan
pertengahan agustus. 2. Pengajuan, pembahasan dan penetepan APBN, dimulai pertengahan
agustus sampai dengan bulan desember. Cara Penyusunan APBN dan APBD.
Langkah – langkah penyusunan APBN adalah sebagai berikut ini:
1. Pemerintah menyusun rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN),
RAPBN disusun pemerintah atas dasar usulan anggaran yang dibuat oleh setiap
departemen atau lembaga negara yang diusulkan kepada pemerintah dalam bentuk DUK
(Daftar Usulan Kegiatan) dan DUP (Daftar Usulan Proyek). DUK diusulkan untuk
membiayai pembangunan.
2.  Pemerintah mengajukan RAPBN kepada DPR untuk dibahas
3.   DPR membahas RAPBN dengan tujuan : diterima atau ditolak.
4.  Jika diterima, RAPBN akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan kepada pemerintah
untuk dilaksanakan. Namun jika ditolak pemerintah harus menggunakan APBN
sebelumnya.

Langkah-penyusunan APBD adalah sebagai berikut :


1.  Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD disertai
penjelasan dan dokumen – dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama
bulan oktober tahun sebelumnya.
2. Setelah disetujui oleh DPRD, RAPBD kemudian ditetapkan menjadi APBD melalui
peraturan daerah. Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan peraturan daerah, maka
untuk membiayai keperluan setiap bulan, pemerintah dapat melaksanakan pengeluaran
setinggi – tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
3. Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih
lanjut dengan keputusan gubernur/bupati/walikota.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
APBN/APBD merupakan upaya yang dilakukan pemerintah sebagai pedoman  pengeluaran
dan penerimaan Negara/daerah agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya
ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian
negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun
juga menyangkut keputusan politik. Dalam hal ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan
pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN. sehingga APBN
benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola
perekonomian negara dengan baik.
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi
dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya
pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai