Anda di halaman 1dari 14

APBN DAN APBD DALAM PEMBANGUNAN

KD. 3.4 Menganalisis APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi

4.4 Menyajikan hasil analisis fungsi dan peran APBN dan APBD dalam pembangunan ekonomi

ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA PEMERINTAH DAN KEBIJAKAN ANGGARAN

Pemerintah memegang peranan yang penting dalam mengatur, menstabilkan, dan mengembangkan
kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk itu pemerintah memerlukan biaya yang sangat besar dalam rangka
melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya yang banyak itu. Pemerintah harus dapat menggali sumber
dana tersebut dan menentukan penggunaan dana yang diperoleh. Sumber dana serta penggunaan dana
inilah yang dipelajari dalam keuangan negara/ daerah yang dituangkan dalam APBN/APBD.

Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1 Apa tujuan APBN dan APBD?

2 Apa fungsi APBN dan APBD?

3 Dari manakah sumber dana APBN dan APBD?

4 Bagaimana menggunakan sumber dana tersebut?

5 Apa pengaruh APBN terhadap pembangunan ekonomi?

6 Bagaimanakah Kebijakan Anggaran kita ?

7 Meliputi apa sajakah kebijakan anggaran?

A. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

1. Pengertian APBN

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan setiap tahun
(1 Januari – 31 Desember) pada tahun tertentu, yang ditetapkan dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. APBN
terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran pembiayaan. Landasan hukum dari
penyusunan APBN tercantum dalam: UU No. 1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja Negara dan
Keputusan Presiden RI No. 16 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan APBN. Contoh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun 2016, tahun 2017 dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun 2017. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
dan menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, serta memberdayakan dan
menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan, pemerintah
Republik Indonesia sejak 1 Januari 2001 menerapkan otonomi daerah. Dengan berlakunya otonomi
daerah prinsip pembangunan daerah mengalami pergeseran dari sentralisasi menjadi desentralisasi.

2. Tujuan APBN

APBN disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas
kenegaraan untuk meningkatkan produksi, memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan
perekonomian, untuk mencapai kemakmuran masyarakat

TUJUAN : a. meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR dan


masyarakat luas; b. meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah; c. membantu
pemerintah mencapai tujuan fiskal; d. memungkinan pemerintah memenuhi prioritas belanja; e.
membantu menciptakan efi siensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui
proses pemrioritasan

3. Fungsi APBN

Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan
ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta
pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dengan demikian APBN
melaksanakan beberapa fungsi antara lain :

o Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

o Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

o Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

o Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.

o Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
o Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

4. Prinsip Penyusunan APBN

a. Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pendapatan

• Intensifikasi penerimaan anggaran dalam hal jumlah dan kecepatan penyetoran.

• Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara, misalnya sewa atas penggunaan barang-
barang milik negara.

• Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dari denda yang telah dijanjikan.

b. Prinsip Penyusunan APBN Berdasarkan Aspek Pengeluaran Negara

• Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.

• Terarah, terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan.

• Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan


kemampuan/potensi nasional.

5 . Azas Penyusunan APBN

Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dalam APBN dengan berazaskan:

• Kemandirian, artinya sumber penerimaan dalam negeri semakin ditingkatkan.

• Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.

• Penajaman prioritas pembangunan.

6. Landasan Hukum APBN

· UUD 1945 pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

· Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

7. Komponen APBN

Sumber-Sumber anggran Pendapatan Belanjar Negara diperoleh dari komponenkomponen sebagai


berikut:

a. Pendapatan dan Hibah

Pendapatan Negara merupakan salah satu penambahan kekayaan bersih di dalam sebuah Negara, ada
beberapa sumber dari pendapatan Negara yaitu sebagai berikut:
1). Penerimaan dalam negeri

a) Penerimaan perpajakan

· pajak dalam negeri (Pajak Penghasilan migas dan nonmigas, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi
dan Bangunan, cukai, dan lainnya)

· Pajak perdagangan internasional (bea masuk, pajak impor)

b) Penerimaan bukan pajak

· Penerimaan sumber daya alam (minyak bumi, gas alam, pertambangan umum, kehutanan,
perikanan)

· Bagian laba BUMN

· Penerimaan Negara bukan pajak lainnya

2). Hibah

b. Pengeluaran

Pengeluaran sering kali disebuat dengan biaya atau belanja yang dikeluarkan oleh negara, Belanja
Negara adalah pengurangan nilai kekayaan bersih dari suatu Negara oleh pemerintahan dalam periode
tertentu.

1). Pemerintah Pusat, antara lain :

· Belanja Pegawai · Belanja Barang · Belanja Modal · Belanja Bunga dan Pinjaman

· Subsidi (Energi dan Non Energi) ·Belanja Hibah · Belanja Bantuan Sosial · Belanja lainnya

2). Pemerintah Daerah

· Dana Bagi Hasil · Dana Alokasi Umum · Dana Alokasi Khusus

c. Suplus/Defi sit Anggaran

Surplus anggaran merupakan salah satu keadaan di mana pendapatan negara yang lebih besar di
bandingkan dengan belanja Negara Sedangkan defi cit merupakan belanja Negara yang lebih besar dari
pendapatan negara.

d. Pembiayaan Bersih

Pembiayaan APBN merupakan suatu penerimaan yang harus di bayarkan kembali atau pengeluaran yang
di terima kembali. Pinjaman Luar Negeri sekarang dianggap sebagai komponen Pembiayaan. Ini terjadi
karena mulai APBN tahun 2000, yang dimaksud dengan Penerimaan Negara adalah semua penerimaan
yang tidak wajib dibayar kembali oleh pemerintah. Karena pinjaman luar negeri wajib dibayar
kembali,maka hal itu tidak digolongkan sebagai penerimaan negara. Adapun unsur pembiayaan muncul
dengan tujuan:

1). Apabila APBN mengalami defisit, unsur Pembiayaan akan menjelaskan

bagaimana cara menutup defisit, misalnya dengan cara berutang ke luar negeri.

2). Apabila APBN mengalami surplus, unsur pembiayaan akan menjelaskan bagaimana surplus
(kelebihan) itu akan digunakan (dibelanjakan). Agar lebih jelas, perhatikan contoh-contoh APBN berikut
ini yang menggambarkan APBN sebelum dan sesudah tahun 2000!

8. Mekanisme Penyusunan APBN

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) didasarkan pada ketentuan Pasal 23 ayat
1. Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diubah menjadi Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3) Amandemen
UUD 1945 yang berbunyi “(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; 2. Rancangan
undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas
bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah;
3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara tahun yang lalu”. APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, berarti penyusunannya harus
dengan persetujuan DPR, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 23. Dari pengertian tersebut dikandung
maksud bahwa setiap tahun pemerintah bersama dengan DPR menyusun APBN, yang dimulai tanggal
1Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan.

Proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) disusun dengan mekanisme
sebagai berikut:

a. Tahap penyusunan RAPBN / APBN oleh pemerintah

1) Tahap Perancangan

Pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dengan
penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, serta
penyusunan budget exercise. Asumsi dasar APBN meliputi :

· Pertumbuhan Ekonomi Negara · Inflasi · Nilai Tukar Mata Uang (Rupiah)

· Suku Bungan Sertifi kat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan terakhir · Harga Minyak Nasiona

· Lifting.

2) Tahap Rapat antarkomisi dengan mitra kerjanya untuk membahas rancangan tersebut
(departemen/lembaga teknis)
3) Tahap finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah

b. Tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN dengan Dewan Perwakilan Rakyat

· Dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan.

· Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan baik antara Menteri Keuangan dan panitia anggaran
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau antar komisi dan departemen terkait.

· Hasil dari pembahasan berupa UU APBN memuat satuan anggaran sebagai bagian tidak terpisahkan
dari UU tersebut. Satuan anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, subsektor, program, dan proyek/kegiatan.

· Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/lembaga mengajukan


Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada Departemen Keuangan dan
Bappenas untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan diverifi kasi
sebelum proses pembayaran. Proses ini harus diselesaikan dari Oktober hingga Desember.

· Menteri Keuangan dan panitia anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau antar komisi dan
departemen terkait akan menetapkan penerimaan ataupenolakan RAPBN tersebut.

c. Tahap pelaksanaan APBN

· Jika RAPBN diterima, maka akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan kepada pemerintah untuk
dilaksanakan. Tetapi jika RAPBN ditolak, maka pemerintah harus menggunakan APBN sebelumnya.

· Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa Keputusan Presiden (Kepres) sebagai Pedoman
Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala kantor/pimpinan proyek di masing-
masing kementerian dan lembaga mengajukan Surat permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah
Perbendaharaan Negara (KPPN).

d. Tahap pengawasan pelaksanaan APBN

Tahap pengawasan dilakukan oleh pengawas fungsional baik berasal dari eksternal (luar pemerintah)
maupun Internal (dalam pemerintah), instansi yang berwenangantara lain Badan Pemeriksa Keuangan;
dan

e. Tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Sebelum berakhirnya tahun anggaran, biasanya di bulan November, pemerintah melalui Menteri
Keuangan membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan melaporkannya dalam
bentuk Rancangan Perhitungan Anggaran Negara (RUU PAN) yang selambat-lambatnya dilakukan lima
belas bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun anggaran terkait. Laporan ini harus disusun
atas realisasi yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaaan
perhitungan dan pertanggung jawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujui oleh
BPK,RUU PAN tersebut diajukan kepada DPR untuk mendapat pengesahan menjadi UU Perhitungan
Anggaran Negara (UUPAN) Tahun anggaran bersangkutan.

9. Pengaruh APBN Terhadap Pembangunan

Pengaruh APBN ini sangatlah besar sekali terhadap pembangunan infrastruktur didalamnegeri. Karena
pembangunan infrastruktur membutuhkan dana yang besar sehingga APBN memang diperuntukkan
untuk pembangunan. APBN merupakan dana dari rakyat sehingga harus dipergunakan untuk
kesejahteraan rakyat dengan pembangunan fasilitas sekolah, jembatan, rumah sakit, jalan raya, maupun
fasilitas umum lainnya. Pengaruh lain APBN terhadap pembangunan adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

b. Menciptakan kestabilan keuangan/ moneter negara.

c. Menimbulkan investasi masyarakat, karena dapat mengembangkan industri2 dalam negeri.

d. Memperlancar distribusi pendapatan.

e. Memperluas kesempatan kerja, karena terdapat pembangunan proyek2 negara dan investasi negara,
sehingga dapat membuka lapangan kerja yang baru dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Faktor yang bisa menghambat pembangunan adalah adanya korupsi yang dilakukan oleh pejabat terkait
sehingga fasilitas yang dibangun tidak sesuai dengan standar keselamatan. Dana APBN harus selalu
diawasi, dimonitor dan dikontrol dalam penggunaannya untuk pembangunan-pembangunan
infrastruktur.

B. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)

1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi APBD

Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana kerja pemerintah
daerah yang mencakup seluruh penerimaan dan belanja (pengeluaran) pemerintah daerah, baik provinsi
ataupun kabupaten dalam rangka mencapai sasaran pembangunan dalam kurun waktu satu tahun yang
dinyatakan dalam satuan uang dan disetujui oleh DPRD.

2. Tujuan APBD

Pada dasarnya fungsi dan tujuan penyusunan APBD sama dengan fungsi dan tujuanAPBN, hanya dalam
APBD ruang lingkupnya yang berbeda, APBN berskala nasionasedangkan APBD terbatas pada wilayah
daerah dan pelaksanaannya diserahkan kepada kepala daerah atau gubernur dan bupati/ walikota, serta
sesuai dengan kebijakan otonomi daerah. APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja
dalam melaksanakan kegiatan pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD, pemerintah daerah
sudah memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan
pengeluaran apa saja yang harus dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD sebagai
pedoman, kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.

3. Fungsi APBD

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Otorisasi, Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

b. Fungsi Perencanaan, Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah
untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

c. Fungsi Pengawasan, Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi)
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

d. Fungsi Alokasi, Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan
untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.

e. Fungsi Distribusi, Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa
keadilan dan kepatutan

4. Komponen APBD

a. Pendapatan

· Pendapatan Asli Daerah (Pajak dan non Pajak)

· Dana Perimbangan (Bagi Hasil Pajak dan nonPajak, Dana Alokasi Umum (DAK), Dana

Alokasi Khusus (DAK)

· Dana Otonomi Khusus · Dana Desa

b. Belanja Daerah, belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan
secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
deskriminasi khususnya pemberian pelayanan umum, belanja daerah terdiri dari: · Belanja tak
Langsung dan · Belanja Langsung

c. Penerimaan Pembiayaan Daerah, sumber penerimaan daerah diperoleh dari:

1) Pendapatan asli daerah, yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan


daerah, seperti: pajak daerah, restribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah, keuntungan dari
perusahaan-perusahaan milik daerah, dan lainlain.
2) Dana perimbangan adalah dana yang dialokasikan dalam APBN untuk daerah. Dana perimbangan
meliputi dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan alokasi khusus.

a) Dana bagi hasil, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai
bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam di daerah oleh negara.

b) Dana alokasi umum, yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
dengan tujuan sebagai wujud dari pemerataan kemampuan keuangan antara daerah.

c) Dana alokasi khusus, yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah
tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan dengan prioritas
nasional.

3) Pinjaman daerah dan 4) Penerimaan lain-lain yang sah.

d. Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Pembelanjaan tiap-tiap daerah akan berbeda-beda diwarnai dan disesuaikan dengan kondisi dan
keunikan yang dimiliki oleh setiap daerah. Jenis pembelanjaan daerah adalah sebagai berikut:

1) Belanja rutin, yaitu pengeluaran yang secara rutin dibelanjakan oleh pemerintah daerah, antara
lain, untuk a) belanja gaji, b) belanja barang, c) belanja pemeliharaan, dan d) belanja perjalanan dinas.

2) Belanja pembangunan, yaitu semua jenis pengeluaran untuk kegiatan pembangunan di daerah,
yang meliputi pelaksanaan proyek fisik dan nonfisik.

3. Mekanisme penyusunan APBD

a. Cara Penyusunan APBD Penyusunan APBD dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut: .

1) Pemerintah daerah menyusun RAPBD (Rancangan APBD), RAPBD disusun pemerintah daerah atas
dasar usulan dari setiap perangkat belanja administrasi dan umum 326.928.112 daerah yang diusulkan
dalam bentuk RASK (Rencana Anggaran Satuan Kerja).

2) Pemerintah daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas, Sebelum membahas RAPBD,
DPRD menyosialisasikan RAPBD kepadamasyarakat untuk mendapat masukan. Masukan tersebut dicatat
dan akan dibukukan sebagai lampiran 3) DPRD membahas RAPBD bersama dengan Tim Anggaran
Eksekutif 4) RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD untuk dilaksanakan.

b. Pelaksanaan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD

1) Pelaksanaan APBD, Berdasarkan APBD yang sudah disahkan, Kepala Daerah menetapkan RASK
(Rencana Anggaran Satuan Kerja) menjadi DASK (Daftar Anggaran Satuan Kerja). DASK yang memuat
pendapatan dan belanja setiap perangkat daerah inilah yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan
semua pengguna anggaran.
2) Pengawasan APBD, Agar tidak terjadi penyimpangan, pelaksanaan APBD harus diawasi. Lembaga yang
bertugas mengawasi pelaksanaan APBD adalah DPRD dan pejabat internal yang diangkat oleh kepala
daerah.

3) Pertanggungjawaban APBD, Ada dua macam laporan pertanggungjawaban APBD yang dilakukan
Kepala Daerah. Yaitu laporan pelaksanaan APBD Triwulanan yang disampaikan setiap tiga bulan sekali,
dan laporan pelaksanaan APBD Tahunan, yang disampaikan setiap akhir tahun.

4. Pengaruh APBD Terhadap Pembangunan

APBD berpengaruh besar terhadap pembangunan. Misalnya, di era otonomi daerah,setiap pemerintah
daerah di Indonesia pernah berlomba meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dengan menciptakan
atau menaikkan berbagai pungutan (pajak, retribusi, dan lain-lain) yang berakibat terjadi high cost
economy (ekonomi biaya tinggi). Ekonomi biaya tinggi sangat merugikan sektor perekonomian karena
bisa menaikkan harga barang dan jasa. Kenaikan harga, menjadikan barang dan jasa Indonesia tidak bisa
bersaing dengan barang dan jasa dari luar negeri. Pengaruh lain APBD terhadap perekonomian adalah
sebagai berikut: a. Memberikan pedoman bagi kegiatan pembangunan ekonomi di daerah. Dengan
adanya APBD, pemerintah daerah memiliki pedoman yang jelas dalam melaksanakan pembangunan
ekonomi sehingga semua kegiatan dapat terarah dan perekonomian daerah diharapkan bisa meningkat.

b. Alat perbaikan perekonomian. Jika daerah mengalami gejala ekonomi yang buruk, misalnya
mengalami ekonomi biaya tinggi, APBD dapat digunakan sebagai alat untuk memperbaiki
perekonomian. Caranya, pada penyusunan APBD tahun berikutnya, pemerintah daerah harus
mengurangi atau bahkan menghapuskan beberapa pungutan yang memberatkan.

c. Perubahan harga di daerah, misalnya: dalam rangka meningkatkan PAD, pemerintah daerah
menaikkan tarif beberapa pungutan, seperti tarif pendaftaran rumah sakit, tarif pengujian kendaraan
bermotor, pajak hotel, pajak hiburan dan pajak sarang burung walet. Semua kenaikan tarif tersebut
tentu akan berpengaruh terhadap harga barang dan jasa. Satu hal yang perlu diingat oleh pemerintah
daerah, jangan sampai kenaikan-kenaikan tersebut menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

d. Tingkat produktivitas perusahaan. Apabila pemerintah daerah menetapkan peraturan yang


menghambat lalu lintas barang dan jasa antar daerah, hal itu akan memengaruhi produktivitas
perusahaan-perusahaan tertentu, seperti perusahaan yang menjual produknya ke daerah lain atau
perusahaan yang mendatangkan bahan bakunya dari daerah lain.

e. Tingkat pemerataan distribusi pendapatan. Misalnya, di Garut kita mengenal adanya sarang burung
walet yang tentunya membuat kaya para pemiliknya. Agarkekayaan mereka tidak bertumpuk dan
menimbulkan kecemburuan sosial serta menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan maka pada
APBD dianggarkan pajak sarang burung walet. Pajak yang dikenakan pada pemilik sarang burung walet
akan digunakan pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat banyak. Dengan demikian, distribusi
pendapatan di masyarakat diharapkan lebih merata.

C. KEBIJAKAN ANGGARAN.
Penyusunan Anggaran dilatar¬belakangi oleh suatu kebijaksanaan tententu. Sebagai contoh, misal¬nya
sasaran-sasanan apakah yang hendak dicapai dengan APBN Tahun 2004 atau Tahun 2005?. Sasaran
APBN tidak lepas dan sasaran kebijaksanaan keuangan pemerintah yang pada giirannya harus
menunjang sasaran pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sebagaimana direncanakan dalam
pembangunan dan kestabilan moneter, perluasan kesempatan kerja, pelayanan umum dan lain-lainnya
yang menyangkut peningkatan ke¬sejahtenaan rakyat. Sebelum tahun 2001, prinsip APBN adalah
anggaran berimbang dinamis, dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran
negara, dan jumlahnya diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga sekarang,
prinsip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/deficit. Berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, penyusunan RAPBN mulai tahun 2005 telah menerapkan format baru yaitu Format
Anggaran Terpadu (Unified Budget) berdasarkan ketentuan yang ada dalam Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Format baru tersebut merupakan sistem penganggaran terpadu
yang melebur anggaran rutin dan pembangunan dalam satu format anggaran. Penggabungan belanja
rutin (meliputi gaji, pemeliharaan, perjalanan dinas, dan belanja barang) dengan belanja pembangunan
diharapkan mengurangi tumpang tindih alokasi.

Dalam upaya mewujudkan kesinambungan fiskal, maka langkah strategis yang akan dijalankan oleh
Pemerintah, yaitu;

(i) menurunkan defisit APBN secara bertahap menuju kondisi seimbang atau surplus, dan

(ii) melakukan manajemen pembiayaan anggaran yang optimal, efisien, dan efektif.

Penurunan defisit APBN dimaksudkan agar tambahan beban pembiayaan, yang terutama berasal dari
utang, dapat dikurangi sehingga secara bertahap rasio utang Pemerintah terhadap PDB menjadi semakin
berkurang.

Sementara itu, pengelolaan pembiayaan anggaran lebih diutamakan kepada pembiayaan dari utang
dalam negeri dan luar negeri, dengan pengelolaan yang sesuai kebijakan untuk menjaga kesinambungan
fiskal, sedangkan penggunaan rekening pemerintah di Bank Indonesia dan privatisasi BUMN yang
jumlahnya terbatas hanya bersifat sementara. Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah
dari T-Account menjadi I-Account. Format dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i)
pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan. Konversi belanja negara
menurut klasifikasi ekonomi dari format lama ke format baru disajikan dalam tabel belanja negara
berikut ini Kebijaksanaan APBN mungkin berbeda-beda menurut kebijaksanaan umum yang
dilaksanakan. Mungkin kebijaksanaan APBN Indonesia tahun 2010, tidak perlu lagi didasarkan atas asas
berimbang dan dinamis. Hal itu, sekali lagi, tergantung pada kebijaksanaan umum yang meliputi
perkembangan politik, ekonoini dan sosial budaya.

D. MACAM KEBIJAKAN ANGGARAN

Sebagaimana pembahasan terdahulu, Kebijakan anggaran dapat dilakukan dengan cara anggaran
berimbang, surplus, dan defisit. Kebijaksanaan dalam penyusunan APBN maupun APBD di dasarkan
pada asas anggaran berimbang (balance budget). Anggaran berimbang artinya bahwa semua
pengeluaran disusun berdasarkan pada penerimaan untuk mencapai keseimbangan antara penerimaan
dan pengeluaran. Penempatan asas berimbang dalam kebijakan anggaran pada akhirnya akan mendapat
kesamaan jumlah antara penerimaan dan pengeluaran. Dengan kebijakan berimbang diharaiikan
kestabilan ekonomi dapat dipertahankan dan dapat menghindarkan defisit. Selain kebijakan anggaran
berimbang, dikenal pula adanya anggaran surplus dan anggaran defisit.

Apabila belanja lebih kecil daripada anggaran, disebut sebagai anggaran surplus. Sebaliknya, apabila
anggaran lebih kecil daripada pengeluaran atau pengeluaran lebih besar daripada anggaran, disebut
anggaran defisit. Masing-masing kebijakan anggaran mempunyai kecenderungan tersendiri. Pada sistem
anggaran berimbang misalnya, perekonomian cenderung berjalan stabil jika dibandingkan dengan
kebijakan anggaran defisit dan surplus.

Kebijakan anggaran defisit cenderung mendorong timbulnya tingkat inflasi yang lebih tinggi. Dengan
ditempuhnya pencetakan uang untuk menutup defisit berarti menambah jumlab uang yang beredar,
dan selanjutnya akan mendorong naiknya tingkat harga dan merosotnya nilai uang. Kalau keadaan
tersebut berlangsung terus-menerus maka inflasi dapat terjadi. Kebijakan anggaran surplus cenderung
menimbulkan gejala deflasi. Surplus anggaran dapat menimbulkan keadaan jumlah uang yang beredar
semakin kecil, yang pada akhirnya menyebabkan tingkat harga cenderung turun (gejala deflasi).

Sebagaimana pembahasan sebelumnya Kebijakan anggaran yang dianut di Indonesia sebelum tahun
2001 menggunakan anggaran berimbang dinamis, dan sejak tahun 2001 menggunakan kebijakan
anggran surplus/defisit.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan anggaran sangat mempengaruhi
ekonomi suatu negara, dan berarti juga ikut mempengaruhi tingkat kemakmuran negara melalui
terciptanya stabilitas moneter.

Kelangsungan anggaran negara menjadi isu penting di saat krisis ekonomi yang menimbulkan kerusakan
di berbagai bidang telah meningkatkan beban belanja APBN dalam jumlah sangat besar. Tambahan
beban tersebut meliputi alokasi dana APBN untuk (i) pembayaran bunga program rekapitalisasi dan
restrukturisasi perbankan; (ii) pembiayaan program Jaring Pengaman Sosial; dan (iii) membengkaknya
kebutuhan anggaran untuk subsidi, terutama subsidi BBM. Beban APBN juga bertambah berat sebagai
akibat anjloknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing khususnya USD. Oleh karenanya
mempertahankan kelangsungan anggaran negara merupakan salah satu hal yang mau tidak mau harus
dilakukan oleh pemerintah, terutama menghadapi tahun –tahun kedepan yang diprediksi akan menjadi
tahun yang berat bagi bangsa ini.

RANGKUMAN

1) Keuangan Negara adalah analisis tentang sumber-sumber pendapatan negara serta alokasi
pendapatan.

2) Landasan hukum APBN adalah UUD 1945 pasal 23 ayat 1.


3) APBN adalah suatu daftan dan penjelasan rinci mengenai penerimaan dan pengeluaran Negara dalam
waktu setahun.

4 )Tujuan APBN adalah sebagai pedoman penerimaan anggaran dan pengeluaran negara.

5) Fungsi APBN adalah otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, dsitribusi dan stabilisasi.

6) Prinsip APBN adalah prinsip intensifikasi pendapatan dan efisiensi, efektivitas dalam pengeluaran
dana.

7) Azas pemanfaatan APBN adalah mandiri, hemat, dan penajaman prioritas pemba-ngunan.

8) Cara penyusunan APBN adalah pemerintah mengajukan RAPBN ke DPR, DPR membahas dalam sidang
komisi APBN dengan penbaikan yang diperlukan. Bila disetujui oleh DPR maka RAPBN berubah menjadi
APBN dan dapat dilaksanakan oleh pemerintah. Bila RAPBN tidak disetujui, pemerintah menggunakan
APBN tahun sebelumnya.

9) Laporan keuangan pemerintah pusat yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus
disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.

10) Secara garis besar APBN terdiri dari 5 (lima) komponen utama yaitu (i) Pendapatan Negara dan
Hibah; (ii) Belanja Negara; (iii) Keseimbangan Primer; (iv) Surplus/Defisit Anggaran; dan (v) Pembiayaan.

PILIHAN GANDA

1. Apabila rancangan APBN yang diajukan oleh pemerintah kepada DPR disetujui, maka pemerintah
melaksanakan ….

a. RAPBN tersebut b. mengusulkan RAPBN yang baru c. menggunakan APBN tahun lalu

d. tidak menggunakan APBN e. tetap menggunakan RAPBN meskipun DPR menolaknya

2. Salah satu pengaruh dari APBN adalah......

a. Pemerintah Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter b. Melaksanakan kebijakan fisikal

c. Meningkatnya pengangguran d. Meningkatnya kesejahteraan

e. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam membuka rekening tabungan

3. Pengeluaran pemerintah yang mengakibatkan kenaikan daya beli masyarakat adalah….

a. pajak b. hibah c. subsidi d. Belanja modal e. dana perimbangan


4. APBN dapat berfungsi sebagai alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian. Hal ini merupakan fungsi ....

a. alokasi b. stabilisasi c. distribusi d. otorisasi e. pengawasan

5. Daftar yang memuat realisasi penerimaan dan belanja (pengeluaran) suatu daerah, baik provinsi
ataupun kabupaten dalam kurun waktu tertentu disebut ....

a. RAPBD b. RAPBD c. APBN d. APBD e. anggaran

6. Tujuan dari anggaran belanja berimbang adalah....

a. bank sirkulasi b. bankers bank c. lender of last resort d. untuk mencapai angka berimbang
jangka panjang e. untuk mencapai angka berimbang jangka pendek

7. Rancangan APBD yang telah disusun oleh Pemda dapat ditolak oleh DPRD apabila….

a. RAPBD rasional b. RAPBD meragukan c. RAPBD tidak rasional d. RAPBD Belum diakui

e. RAPBD lebih besar

8. Salah satu sumber dana perimbangan adalah…

a. laba perusahaan swasta b. menang undian c. gaji d. rapel e. dana alokasi umum

9. Pembelian bahan laboratorium, biaya pakaian dinas adalah beberapa contoh dari pengeluaran

a. belanja modal b. belanja barang dan jasa c. belanja pegawai d. biaya perjalanan dinas

e. biaya lebaran

10. Anggaran dimana penerimaan lebih kecil daripada pengeluaran disebut anggaran ....

a. dinamis b. surplus c. berimbang d. sama e. defisit

SOAL ESSAY

1. Jelaskan mekanisme dari penyusunan APBN

2. Konsepkan kebijakan anggaran dalam APBN!

3. Klasifikasikan kelebihan dan kelemahan kebijakan anggaran surplus!

4. Apakah APBN berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia? Jelaskan!

5. Jelaskan proses penyusunan APBD di tingkat eksekutif dan legislatif?

Anda mungkin juga menyukai