Anda di halaman 1dari 90

APBN & APBD (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip)

A. Pengertian Secara umum, Pengertian APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
adalah suatu daftar/penjelasan secara rinci penerimaan dan pengeluaran negara dalam
jangka waktu tertentu yang umumnya 1 tahun. Sedangkan Pengertian APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah perkiraan besarnya rencana pendapatan dan
belanja daerah dalam jangka waktu tertentu dalam masa akan datang yang disusun secara
sistematis dengan prosedur dan bentuk tertentu.
Pembahasan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Berdasarkan dari UUD 1945 Pasal 23 yang berbunyi bahwa "Anggaran Pendatan dan
Belanja Negara ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang. Apabila Dewan Perwakilan
Rakyat tidak menyetujui rancangan APBN yang diusulkan oleh presiden maka pemerintah
akan melaksanakan APBN tahun yang lalu.
Adapun langkah-langkah yang mengenai APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
adalah sebagai berikut...
a. Perencanaan
b. Pengesahaan RAPBN oleh DPR
c. Pelaksanaan APBN oleh pemerintah
d. Pengawasan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN oleh pemerintah kepada
DPR.

B. Tujuan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)


Tujuan APBN adalah sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara yang dalam
melaksanakan kegiatan produksi dan kesempatan kerja untuk meningkatkan perekonomian.

C. Fungsi APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)


a. Fungsi Alokasi.
✓ Sebagai alat dalam mengetahui alokasi yang diperlukan untuk masing-masing
sektor pembangunan.
✓ Sebaga alat untuk mengatasi sasaran dan prioritas pembangunan yang
kemudian dilaksanakan pemerintah
b. Fungsi Stabilitasi
✓ Sebagai panduan keteraturan pendapatan dan belanja negara
✓ Sebagai alat untuk menjaga stabilitas perekonomian negara
✓ Sebagai alat untuk mencegah dalam terjadinya inflasi dan deflasi yang tinggi
c. Fungsi Regulasi
✓ Sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

MGMP Ekonomi 2020 SMA Katolik Frateran Surabaya


✓ Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
d. Fungsi Distribusi
✓ Semua penerimaan-penerimaan negara didistribusikan ke pos-pos pengeluaran
yang telah direncanakan
✓ Sebagai alat dalam pemerataan pengeluaran untuk tidak terpusat di salah satu
sektor saja

D. Prinsip APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)


a. Prinsip penyusunan APBN berdasarkan dari aspek pendapatan adalah sebagai
berikut...
✓ Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran
✓ Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara, sewa dalam
pemakaian barang-barang milik negara
✓ Penutupan ganti rugi dari kerugian yang diterima oleh negara dan denda yang
sudah dijanjikan
b. Prinsip penyusunan APBN berdasarkan dari aspek pengeluaran negara
✓ Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dari kebutuhan teknis yang telah
diisyaratkan
✓ Terarah, terkendali sesuai dari rencana program/kegiatan
✓ Semaksimal mungkin dalam penggunaan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan dari segi kemampuan/potensi nasional

E. Azas APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)


Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dari APBN yang
berasakan antara lain sebagai berikut...
Cara Penyusunan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Dalam penyusunan APBN yang dilakukan pemerintah dalam bentuk rencana. rencana
yang diajukan ke DPR, selanjutnya DPR membahas RAPBN dalam masa sidang.
Sesudah RAPBN disetujui oleh DPR, RAPBN kemudian akan ditetapkan menjadi APBN
melalui Undang-Undang. Bila RAPBN tidak disetujui, pemerintah kemudian
menggunakan APBN tahun sebelumnya. Agar pelaksanaan APBN sesuai terhadap
rencana maka dikeluarkan keputusan presiden mengenai pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Pembahasan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)

Berdasarkan dari UU No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintah daerah, dalam pasal 2
menyebutkan bahwa "Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-
masing mempunyai pemerintahan daerah."
Menurut pembagian daerah tersebut berarti APBD di tingkat provinsi yang
ditetapkan secara bersama antara gubernur dengan DPRD tingkat I. APBD yang berada

MGMP Ekonomi 2020 SMA Katolik Frateran Surabaya


di tingkat kabupaten/kota ditetapkan secara bersama oleh bupati/wali kota dengan
DPRD yang berada ditingkat II. APBD ditetapkan melalui Perda selambat-lambatnya
dalam satu bulan setelah ditetapkan APBN.
F. Tujuan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
Tujuan APBD adalah untuk mengatur pembelanjaan daerah dari pendatan daerah
yang telah direncanakan.
G. Fungsi APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
a. Fungsi Otoritsasi, APBD menjadi dasar bagi Pemerintah daerah dalam
melaksanakan pendapatan dan belanja di tahun yang bersangkutan
b. Fungsi Perencanaan, APBD sebagai pedomandalam pemerintah daerah
merencanakan kegiatan di tahun yang bersangkutan
c. Fungsi Pengawasaan, sebagai pedoman untuk menilai dan mengawasi kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
d. Fungsi Alokasi, sebagai pembagian yang diarahkan dengan tujuan mengurangi
pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi, berarti sebagai pendistribusian yang memerhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
Unsur-Unsur APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah)
a. Rencana besarnya biaya belanja dan pendapatan
b. Terdapat periodesasi/jangka waktu yaitu 1 tahun
c. Disusun dengan sistematis:
✓ anggaran pendapatan dan anggaran belanja
✓ anggaran belanja terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan
d. Prosedur dalam penyusunan tertentu dalam proses mekanisme dan prosedur yang
telah ditetapkan, yaitu sebagai berikut...
✓ penyusunan pra konsep oleh eksekutif
✓ penyampaian ke DPRD
✓ pembahasan di DPRD
✓ penepatan anggaran

H. Dasar Hukum Keuangan Daerah dan APBD


a. UU. No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah (Bad VIII, Pasal 78 s/d 86)
b. UU. No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangna Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
c. PP No. 105. Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Kekuangan
Daerah

MGMP Ekonomi 2020 SMA Katolik Frateran Surabaya


Pengertian APBN Menurut Para Ahli

Perbesar

Suasana saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dan Wakil Menteri
Angela Tanoesoedibjo rapat kerja membahas dampak pemotongan anggaran APBN TA 2021 dengan
Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/3/2021). (Liputan6.com/Angga
Yuniar)
1. Nurjaman Arsyad

Menurut Nurjaman Arsyad, pengertian APBN adalah rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan
dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka-angka.

2. Revrisond Baswir

Menurut Revrisond Baswir, pengertian APBN adalah rencana keuangan yang mencerminkan pilihan
kebijakan untuk satu periode di masa yang akan datang.

3. John F. Due
Menurut John F. Due, pengertian APBN adalah suatu pernyataan mengenai perkiraan pengeluaran
dan penerimaan negara yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan atau yang
akan datang, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang benar-benar terjadi di masa lalu.

4. M. Suparmoko

Menurut M. Suparmoko, pengertian APBN adalah suatu daftar atau pernyataan yang terinci tentang
penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam
satu tahun.

Pengertian APBN

Perbesar

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu
(20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen
dari PDB.
APBN merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Pengertian APBN adalah
bentuk rancangan keuangan tahunan pemerintah Indonesia atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Lebih rinci, pengertian APBN berisi daftar rencana penerimaan dan pengeluaran keuangan
negara dengan kurun waktu satu tahun.

Bila merujuk pada UU yang mengatur masalah APBN, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara pasal 1 maka pengertian APBN adalah sebuah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN yang belum mendapat
persetujuan dari DPR memiliki sebutan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara).

Keberadaan dari pengertian APBN adalah salah satu wujud pengelolaan keuangan milik negara yang
berlaku satu tahun. Pengertian APBN lebih jauh menjelaskan bahwa rancangan ini dilaksanakan secara
terbuka dan penuh pertanggungjawaban untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam sistem pemerintahan Indonesia.

Perwujudan dari APBN tersebut tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 23.
Pengertian APBN pun berkaitan dengan pedoman pengelolaan penerimaan dan belanja negara di level
nasional (seluruh wilayah negara). Sementara fungsi ABPN tercantum dalam UU No. 17 Tahun 2003
pasal 3 ayat 4, sebagai fungsi pengawasan, perencanaan, otorisasi, distribusi, alokasi, dan
stabilisasi.

Fungsi APBN dan Penjelasannya


Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti menghadiri pembukaan masa persidangan I DPR tahun
2020-2021 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Pembukaan masa
persidangan I ini dalam rangka penyampaian pidato Presiden RI mengenai RUU APBN 2021.
(Pool/Biro Pemberitaan Parlemen)

1. Fungsi Alokasi

Fungsi alokasi adalah salah satu fungsi yang bertujuan untuk membagi proporsionalitas anggaran
dalam melakukan pengalokasian pembangunan dan pemerataan. Dalam fungsi ini, anggaran negara
harus terarah untuk memangkas pengangguran dan inefisiensi dalam sumber daya dan menambah
daya guna perekonomian.

2. Fungsi Distribusi

Fungsi distribusi bertujuan untuk penyaluran dana kepada masyarakat berdasarkan alokasi yang
sudah ditetapkan. Diharapkan, kebijakan dalam anggaran negara harus lebih teliti terhadap rasa
pantas dan keadilan. Fungsi ini berguna untuk mencapai sama rasa dan sama rata antar wilayah dan
daerah.
3. Fungsi Stabilisasi

Fungsi stabilitasi bermakna bahwa anggaran negara berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara
masyarakat melalui intervensi guna mencegah inflasi.

4. Fungsi Otoritas

Fungsi otoritas mengandung artian bahwa anggaran negara adalah tonggak atau pokok pelaksanaan
pendapatan dan belanja dalam setiap tahunnya.

5. Fungsi Perencanaan

Perencanaan APBN berfungsi untuk mengalokasikan sumber daya sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan setiap tahunnya.

6. Fungsi Regulasi

Fungsi regulasi APBN, digunakan untuk mendorong kebutuhan ekonomi suatu negara, dan bertujuan
jangka panjang untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.
Landasan Hukum APBN
Pada struktur perundang-undangan yang ada di negara Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
menjadi dasar hukum tertinggi.

Maka perlu diketahui bahwa semua pengaturan tentang negeara selalu didasarkan dari UUD 1945,
terutama dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV yang terdapat pada pasal 23
mengatur tentang APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Berikut bunyi landasan hukum APBN:

Ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah.

Ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun yang lalu”.
Tujuan dan Peranan APBN

Perbesar

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan APBN tahun 2021, anggaran Rp110 triliun telah
disiapkan pemerintah untuk melanjutkan program perlindungan sosial ratas di Istana Merdeka,
Jakarta, Selasa (29/12/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman)

Tujuan APBN

Tujuan APBN memiliki ketetapan yang jelas di dalam UU yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berbagai tujuan APBN antara lain:

1. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara.

2. Sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan agar
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Meningkatkan produksi dan kesempatan kerja agar kesejahteraan rakyat terpenuhi.


4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR dan masyarakat
luas.

5. Meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

6. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dalam mengatasi inflasi.

7. Menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses
yang lebih prioritas.

8. Memungkinkan pemerintah memenuhi prioritas belanja.

Peranan APBN

1. Menjaga kestabilan keuangan negara dengan mengatur jumlah uang yang beredar.

2. Membantu meningkatkan perkembangan ekonomi masyarakat yang diketahui dengan besaran nilai
GNP dari tahun ke tahunnya.

3. Membantu alur distribusi pendapatan dengan mengetahui sumber penerimaan dan juga
pemanfaatan belanja pegawai dan belanja barang.

4. Meningkatkan investasi pada masyarakat karena hal tersebut mampu mengembangkan berbagai
industri yang ada di dalam negeri.

5. Meningkatkan lapangan kerja dengan adanya pembangunan proyek negara dan investasi negara.
Sehingga akan mampu membuka lapangan kerja yang baru dan mampu meningkatkan tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Modul 1

Pajak Bumi dan Bangunan


Purwaningdyah MW, S.H, M.Hum

PEN DAHUL UA N

P ada zaman kolonial sudah dipungut bermacam-macam pajak dari tanah


yang dimiliki atau digarap oleh rakyat Indonesia, seperti “Contingenten”
dan “Verplichte Leverantieen” yang lebih dikenal dengan nama tanam paksa.
Kemudian oleh Gubernur Jenderal Raffles, pajak atas tanah disebut
“Landrent” yang arti sebenarnya “sewa tanah”. Pada waktu bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaannya Landrent ini tetap diberlakukan oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan nama Pajak Bumi. Kemudian nama
Pajak Bumi diubah menjadi Pajak Hasil Bumi.
Dengan pemberian otonomi dan desentralisasi kepada pemerintah
daerah, Pajak Hasil Bumi yang namanya kemudian diubah menjadi Iuran
Pembangunan Daerah (IPEDA) yang hasilnya diserahkan kepada pemerintah
daerah walaupun pajak itu masih merupakan pajak pemerintah pusat. Hasil
IPEDA digunakan untuk membiayai pembangunan daerah.
Namun, sangat disayangkan bahwa dasar hukum IPEDA sangat lemah
sehingga masing-masing daerah dapat mengubah peraturan IPEDA. Oleh
karena itu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan suatu jalan keluar
yang sangat berharga dan memberikan dasar hukum yang kuat serta
keseragaman sehingga pungutan itu tidak dilakukan simpang siur di masing-
masing daerah.
Modul 1 PBB terdiri dari 2 kegiatan belajar, dengan susunan sebagai
berikut.
Kegiatan Belajar 1: membahas sejarah perkembangan, objek, dan subjek
PBB.
Kegiatan Belajar 2: membahas dasar pengenaan PBB.
1.2 Pajak Bumi dan Bangunan 

Secara umum, Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat


memahami PBB dan secara khusus setelah mempelajari modul ini Anda
diharapkan dapat menjelaskan:
1. sejarah perkembangan PBB;
2. objek PBB serta pengecualiannya;
3. subjek PBB;
4. NJOP, NJKP;
5. tarif dan cara perhitungan PBB;
6. saat dan tempat pajak terutang.
 PAJA3233/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Sejarah Perkembangan, Objek,


dan Subjek PBB

A. SEJARAH PERKEMBANGAN PBB

PBB merupakan pajak baru yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
1986 berdasarkan Undang-undang (UU)U No. 12 Tahun 1985 dan terakhir
diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994 yang mulai berlaku 1 Januari 1994.
Pajak ini dimaksudkan untuk menggantikan peraturan-peraturan pajak antara
lain:
1. Pajak Rumah Tangga 1908 sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
Nomor 19 Tahun 1959 dan melalui UU Nomor 1 Tahun 1961 ditetapkan
menjadi UU.
2. Ordonansi Verponding Indonesia 1923 sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Staatsblad 1931 Nomor 168.
3. Ordonansi Verponding 1928 sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan UU Nomor 29 Tahun 1959.
4. Ordonansi Pajak Kekayaan 1932, sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan UU Nomor 8 Tahun 1967.
5. Ordonansi Pajak Jalan 1942 sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Rechtspleging Ooorlogsmisdrijven Staatsblad 1946
Nomor 47.
6. UU Darurat Nomor 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak
Daerah, Pasal 14 huruf j, k, dan l dan melalui UU Nomor 1 Tahun 1961
ditetapkan menjadi UU.
7. Perpu Nomor 11 Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi dan melalui UU
Nomor 1 Tahun 1961 ditetapkan menjadi UU.

Dengan melihat peraturan perundangan yang pernah berlaku, UU PBB


yang baru merupakan suatu jalan keluar yang sangat berharga, yang dapat
memberikan dasar hukum kuat dan memberikan keseragaman sehingga
pungutan itu tidak dilakukan secara simpang siur di masing-masing daerah.
Di samping itu PBB bermaksud untuk menyederhanakan berbagai peraturan
1.4 Pajak Bumi dan Bangunan 

pajak yang sampai sekarang masih berlaku dan menimbulkan


kesalahpahaman karena pajak-pajak itu dirasa oleh rakyat menimbulkan
pajak ganda.
Dalam Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan
perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting
dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh manfaat dari
bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, karena mendapat
sesuatu hak dari kekuasaan negara, wajar menyerahkan sebagian dari
kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak.
Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial
ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak
atasnya atau memperoleh manfaat daripadanya, dan oleh karena itu wajar
apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau
kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pajak.
Namun demikian, sistem perpajakan yang berlaku pada masa lalu,
khususnya pajak kebendaan dan pajak kekayaan, telah menimbulkan beban
pajak berganda bagi masyarakat sehingga perlu diakhiri melalui
pembaharuan sistem perpajakan yang sederhana, adil dan memberi kepastian.
Kondisi seperti ini mendorong diundangkan UU Nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan mulai diberlakukan tanggal 1 Januari
1986. Dalam UU ini, bumi dan atau bangunan yang dimiliki oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dikenakan pajak. Penentuan pengenaan PBB
atas objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan
pemerintah, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP).
Hasil penerimaan pajak ini diarahkan kepada tujuan untuk kepentingan
masyarakat di daerah yang bersangkutan sehingga sebagian hasil penerimaan
pajak ini diserahkan kepada pemerintah daerah. Penggunaan pajak yang
demikian oleh daerah akan merangsang masyarakat untuk memenuhi
kewajiban membayar pajak mereka yang sekaligus mencerminkan sifat
kegotong-royongan rakyat dalam pembiayaan pembangunan.
Pada tahun 1994 dilakukan perubahan atas UU Nomor 12 Tahun 1985
dengan UU Nomor 12 Tahun 1994.
 PAJA3233/MODUL 1 1.5

B. MAKSUD DAN TUJUAN PBB

Alasan dipungutnya PBB adalah:


1. dasar falsafah yang digunakan dalam berbagai UU yang berasal dari
zaman kolonial adalah tidak sesuai dengan Pancasila;
2. berbagai UU mengenakan pajak atas harta tak gerak sehingga
membingungkan masyarakat;
3. UU yang berasal dari zaman kolonial sukar dimengerti oleh rakyat;
4. UU yang berasal dari zaman penjajahan masih tertulis dalam Bahasa
Belanda dan perubahan tertulis dalam Bahasa Indonesia sehingga
merupakan bahasa gado-gado sedangkan terjemahan resmi tidak ada;
5. UU zaman kolonial tidak lagi sesuai dengan aspirasi dan kepribadian
bangsa Indonesia;
6. UU lama tidak lagi sesuai dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia;
7. UU yang lama kurang memberikan kepastian hukum.

Yang menjadi tujuan PBB adalah:


1. menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah
dimengerti oleh rakyat;
2. memberi dasar hukum yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak
gerak dan sekalian menyerasikan pajak atas harta tak gerak di semua
daerah dan menghilangkan simpang siur;
3. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat sehingga rakyat tahu
sejauh mana hak dan kewajibannya; serta menghilangkan pajak ganda
yang terjadi sebagai akibat pemberlakuan berbagai UU pajak yang
sifatnya sama;
4. memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan untuk
menegakkan otonomi daerah dan pembangunan daerah;
5. menambah penghasilan bagi daerah.

C. OBJEK PBB

Saudara mahasiswa, sering kita dengar dan baca tulisan di jalan-jalan


bahwa kita dihimbau untuk membayar PBB. Mungkin Anda bertanya, apa
yang menjadi objek PBB? Objek PBB adalah bumi dan atau bangunan. Apa
yang dimaksud bumi? Bumi dalam kaitan ini adalah permukaan bumi
(perairan) dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi
1.6 Pajak Bumi dan Bangunan 

sebetulnya adalah tanah. Jadi yang menjadi objek PBB adalah tanah dan
tubuh bumi.
Menurut UU Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960 Pasal 1 Ayat 2
mengatakan bahwa seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional. Pada tingkatan tertinggi
dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
Bangunan yang juga dijadikan objek PBB adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan, yang
diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang
dapat diusahakan.
Bagaimana penyelesaiannya apabila ada orang lain atau badan memiliki
rumah di atas tanah orang lain sehingga pemilik rumah terpisah dari pemilik
tanah. UU PBB memungkinkan orang yang memiliki rumah di atas tanah
orang lain dikenakan pajak tersendiri terlepas dari pajak yang dikenakan pada
pemilik tanah. Masalah ini menjadi aktual pada masa kini karena sekarang di
kota-kota besar banyak dibangun rumah bertingkat yang masing-masing
tingkat dimiliki oleh orang lain.
Pasal 1 Ayat 2 UU PBB menguraikan lebih lanjut bahwa yang termasuk
dalam pengertian bangunan adalah:
1. jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;
2. kolam renang;
3. pagar mewah;
4. tempat olah raga;
5. cadangan kapal dermaga;
6. taman mewah;
7. tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas;
8. fasilitas lain yang memberikan manfaat;
9. jalan tol.

Di samping objek pajak, ada juga objek yang dikecualikan dari PBB.
Pasal 3 UU PBB menentukan bahwa yang tidak dikenakan pajak adalah:
1. objek (tanah, bangunan dan perairan) yang semata-mata digunakan untuk
melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, pendidikan dan
 PAJA3233/MODUL 1 1.7

kebudayaan nasional, serta tidak dimaksudkan untuk memperoleh


keuntungan;
2. objek yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang
sejenis dengan itu;
3. objek yang merupakan hutan lindung, hutan suaka cagar alam, hutan
wisata milik negara, taman nasional tanah penggembalaan yang dikuasai
oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani sesuatu hak;
4. objek yang digunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsulat dengan
syarat negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
5. objek yang digunakan oleh Perwakilan Organisasi Internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.

Bila kita cermati bunyi Pasal 3 tersebut, nampak jelas bahwa bumi dan
bangunan yang nyata-nyata digunakan untuk kepentingan umum dan tidak
digunakan untuk mencari keuntungan dibebaskan dari pengenaan PBB. Hal
ini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga dari yayasan atau badan yang bergerak dalam bidang ibadah, sosial,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional. Termasuk di dalamnya
adalah pesantren, madrasah, tanah wakaf, rumah sakit umum dan hutan
wisata milik negara sesuai Pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 1967 tentang
Ketentuan Pokok Kehutanan Negara .
Bagaimana dengan fasilitas umum dan sarana sosial kawasan
industri dan real estate? Kawasan industri dan real estate sesuai dengan
ketentuan harus menyediakan fasilitas umum dan atau sarana sosial yang
dapat dimanfaatkan langsung oleh pemilik atau pengusaha atau pemanfaat
kawasan industri dan real estate, juga dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Sesuai dengan Surat Menteri Keuangan RI kepada Menteri Negara
Perumahan Rakyat No.S-413/MK.04/1987 tanggal 7 April 1987 perihal
pengenaan PBB dalam rangka pembangunan perumahan dan pemukiman,
bahwa tanah dan bangunan yang nyata-nyata dipergunakan untuk sarana
kepentingan umum dan sosial serta tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan adalah objek pajak yang tidak dikenakan pajak.
Untuk memberikan pembebasan sebagai objek pajak tidak kena PBB,
terlebih dahulu harus dilakukan penelitian untuk mendapatkan kepastian
bahwa:
1. tanah dan atau bangunan nyata-nyata telah digunakan sebagai fasilitas
umum dan atau sarana sosial;
1.8 Pajak Bumi dan Bangunan 

2. tanah dan atau bangunan tersebut semata-mata digunakan untuk


kepentingan umum atau sosial dan tidak untuk mencari keuntungan;
3. tanah dan atau bangunan tersebut dapat berstatus telah atau belum
diserahkan oleh pengelola kawasan industri maupun pengelola real
estate kepada pemerintah daerah setempat.

Untuk mendapatkan pembebasan sebagai objek pajak yang tidak


dikenakan PBB maka wajib pajak mengajukan permohonan kepada Kantor
Pelayanan (KP) PBB setempat dengan disertai bukti surat-surat dan
keterangan atau gambar situasi yang diperlukan.

D. SUBJEK PBB

Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak
atas bumi dan atau bangunan. UU PBB mempunyai jangkauan yang lebih
luas karena juga meliputi orang atau badan yang memperoleh manfaat dari
tanah dan atau bangunan, tanpa memiliki atau mempunyai hak yang sah atas
tanah dan atau bangunan.
Subjek PBB belum tentu merupakan wajib pajak PBB. Subjek pajak
baru merupakan wajib pajak PBB kalau memenuhi syarat-syarat objektif
yaitu mempunyai objek PBB yang dikenakan pajak. Mempunyai objek yang
dikenakan pajak berarti mempunyai hak atas objek yang dikenakan pajak,
memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat dari objek kena pajak. Orang
atau badan yang mempunyai hak, memiliki, menguasai atau mendapat
manfaat dari bangunan yang nilai jual kena pajaknya kurang dari
Rp8.000.000,00 tetap merupakan subjek pajak tetapi bukan wajib pajak.
Orang atau badan yang mempunyai hak atas, memiliki, menguasai atau
memperoleh manfaat dari objek yang dibebaskan dari PBB tidak dikenakan
pajak sehingga bukan merupakan wajib pajak tetapi ia tetap merupakan
subjek pajak. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak
menjadi wajib pajak menurut UU PBB.
Jika suatu objek pajak berupa tanah dan atau bangunan belum diketahui
dengan pasti siapa yang harus membayar pajaknya, misal karena yang
mempunyai hak atau pemiliknya tidak diketahui, tetapi ada yang menguasai
dan juga ada orang lain yang memperoleh manfaat dari objek itu maka
Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) oleh undang-undang diberi wewenang
untuk menunjuk dan menetapkan subjek pajak.
 PAJA3233/MODUL 1 1.9

Memori Penjelasan Pasal 4 Ayat (3) UU PBB memberikan beberapa


contoh:
1. subjek pajak bernama A yang memperoleh manfaat atau menggunakan
bumi dan atau bangunan milik B, bukan karena sesuatu hak berdasarkan
UU atau bukan karena perjanjian maka A dapat ditetapkan sebagai wajib
pajak berdasarkan alasan bahwa A memperoleh manfaat atau
menggunakan bumi atau bangunan milik B;
2. suatu objek pajak yang masih dalam sengketa di pengadilan tentang
siapa pemiliknya maka orang atau badan yang memanfaatkan atau
menggunakan objek tersebut dapat ditetapkan sebagai wajib pajak;
3. subjek pajak yang dalam jangka waktu lama berada di luar wilayah letak
objek pajak, sedang pengurusan objek pajak itu dikuasakan secara sah
kepada orang atau badan maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat
ditetapkan sebagai wajib pajak.

UU tidak menyebutkan secara jelas tempat tinggal subjek pajak atau


wajib pajak. Oleh karena itu orang atau badan yang bertempat tinggal atau
berkedudukan di luar negeri dapat menjadi subjek atau wajib pajak PBB. Ini
adalah wajar karena PBB merupakan pajak objektif, yang besarnya tidak
dipengaruhi oleh keadaan, status dan tempat tinggal wajib pajak.
Mengenai badan yang menjadi subjek atau wajib pajak, tidak pula
dipengaruhi oleh sifat, bentuk, status badan sehingga badan yang bukan
merupakan badan hukum atau perkumpulan yang bukan badan hukum dapat
juga menjadi subjek dan wajib pajak.

Adakah subjek pajak yang dikecualikan dari pemungutan PBB?


Mengingat PBB merupakan pajak objektif maka tidak mengenal
pengecualian subjek, yang ada hanya pengecualian objek PBB.
Bagi wakil diplomatik dan wakil- wakil organisasi internasional yang
telah ditentukan oleh Menteri Keuangan tidak kena PBB bukan karena
pembebasan subjektif melainkan karena pembebasan objektif sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 3 Ayat (1) huruf d dan e UU Nomor 12 Tahun 1994
karena objek PBB yang digunakan oleh wakil-wakil tersebut dibebaskan dari
pengenaan pajak, dengan syarat resiprositas artinya bahwa pembebasan objek
itu baru diberlakukan jika negara asing yang bersangkutan itu juga
memberikan pembebasan yang sama dari pajak yang sifatnya sama yang
dikenakan kepada wakil-wakil diplomatik Indonesia di negara asing tersebut.
1.10 Pajak Bumi dan Bangunan 

Bila syarat ini tidak dipenuhi maka dengan sendirinya pembebasan itu tidak
berlaku sehingga wakil diplomatik tersebut akan tetap dikenakan PBB.

LA TIH AN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Hal-hal apa sajakah yang mendorong lahirnya UU Nomor 12 Tahun


1985 yang terakhir diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994? Jelaskan!
2) Apa saja objek yang dikecualikan dari PBB? Jelaskan!
3) Apakah subjek PBB pasti menjadi wajib pajak PBB? Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk menjawab soal pada nomor ini sebaiknya Anda cermati materi
tentang Sejarah perkembangan PBB.
2) Untuk menjawab soal pada nomor ini sebaiknya Anda cermati materi
objek PBB.
3) Untuk menjawab soal pada nomor ini sebaiknya Anda cermati materi
subjek PBB.

RA NGK UMA N

UU Nomor 12 Tahun 1985 yang terakhir diubah dengan UU Nomor


12 Tahun 1994 mengatur tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Peraturan
ini merupakan suatu jalan keluar yang sangat berharga yang dapat
memberikan dasar hukum yang kuat dan memberikan keseragaman
sehingga tidak ada pungutan yang simpang siur di masing-masing
daerah.
Yang menjadi objek PBB adalah bumi dan atau bangunan. Adapun
bumi adalah permukaan bumi (perairan) dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Permukaan bumi sebetulnya adalah tanah. Jadi, yang menjadi
objek PBB adalah tanah dan tubuh bumi. Sedang bangunan yang
dijadikan objek PBB adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan, yang diperuntukkan
 PAJA3233/MODUL 1 1.11

sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang


diusahakan.
Yang dimaksud subjek PBB adalah orang atau badan yang secara
nyata mempunyai hak atas bumi dan atau bangunan. Subjek PBB belum
tentu merupakan wajib pajak PBB. Subjek PBB baru merupakan wajib
pajak PBB bila memenuhi syarat-syarat objektif yaitu mempunyai objek
PBB yang dikenakan pajak.

TES FO RMA TIF 1

Pilihlah A bila 1 dan 2 benar.


B bila 1 dan 3 benar.
C bila 2 dan 3 benar.
D bila 1, 2, dan 3 benar.

1) Tujuan dari UU PBB adalah ….


(1) menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga
mudah dimengerti rakyat
(2) memberi dasar hukum yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak
gerak dan sekalian menyerasikan pajak atas harta tak gerak di semua
daerah dan menghilangkan simpang siur
(3) menambah penghasilan bagi daerah

2) Yang dimaksud dengan bumi adalah ….


(1) permukaan bumi
(2) tubuh bumi yang ada di bawahnya
(3) bangunan di atasnya

3) Yang termasuk pengertian bangunan adalah antara lain ….


(1) cadangan kapal dermaga
(2) tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas
(3) tempat olahraga

4) Objek yang dikecualikan dari PBB adalah objek ….


(1) untuk kuburan, peninggalan purbakala
(2) yang digunakan Perwakilan Organisasi Internasional yang
ditentukan Menteri Keuangan
(3) yang merupakan hutan lindung
1.12 Pajak Bumi dan Bangunan 

5) Yang termasuk subjek PBB menurut UU PBB antara lain ….


(1) orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan
atau bangunan
(2) orang atau badan yang memperoleh manfaat dari tanah dan atau
bangunan tanpa membeli atau mempunyai hak yang sah atas tanah
dan atau bangunan
(3) para wakil diplomatik dan wakil-wakil organisasi internasional

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 PAJA3233/MODUL 1 1.13

Kegiatan Belajar 2

Dasar Pengenaan PBB

A. NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP)

Dalam Pasal 6 Ayat (1) UU PBB ditentukan bahwa yang dijadikan dasar
untuk pengenaan pajak adalah NJOP. Yang dimaksud NJOP adalah harga
rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan
bilamana tidak terdapat transaksi jual beli NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru
atau NJOP Pengganti. NJOP meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah,
perairan pedalaman serta wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yang
berada di atas maupun di bawahnya, dan atau bangunan yang melekat di
atasnya. NJOP setiap tiga tahun ditetapkan oleh Menteri Keuangan kecuali
untuk daerah tertentu akan ditetapkan setiap tahun. Jangka waktu tiga tahun
ini dianggap wajar karena pada umumnya NJOP tidak begitu cepat
perubahannya kecuali apabila terjadi perubahan kategori atau klasifikasi,
misalnya tanah kebun atau tanah penggembala, menjadi tanah perindustrian
atau tanah pemukiman. Dalam menetapkan nilai jual ini, Menteri Keuangan
mendengar pertimbangan dari Gubernur Provinsi yang bersangkutan. Meski
NJOP ditetapkan tiga tahun sekali, namun Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) dikenakan setiap tahun.
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa bila tidak terdapat transaksi jual
beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru atau NJOP Pengganti. Adapun yang
dimaksud dengan perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah
suatu pendekatan atau metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan
cara membandingkan dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan atau
metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat
penilaian dilakukan, dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik
objek tersebut.
Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan atau metode penentuan
nilai jual suatu objek pajak berdasarkan hasil produksi objek pajak tersebut.
1.14 Pajak Bumi dan Bangunan 

1. Klasifikasi
Sebagaimana Anda ketahui bahwa tanah dan bangunan banyak
macamnya sehingga tidak mungkin nilainya disamaratakan. Oleh karena itu
tanah dan bangunan perlu dikategorikan dan diklasifikasikan. Apa yang
dimaksud klasifikasi bumi dan bangunan? Klasifikasi bumi dan bangunan
merupakan pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak
yang terutang.
Faktor-faktor yang dipakai untuk menentukan klasifikasi bumi adalah:
a. letak tanah/bangunan.
b. peruntukan tanah/bangunan.
c. pemanfaatan.
d. kondisi lingkungan.
e. luas tanah, bumi, bangunan.
f. kesuburan atau hasil tanah/bangunan.
g. adanya irigasi atau tidak.

Sedangkan dalam menentukan klasifikasi bangunan perlu diperhatikan


faktor-faktor sebagai berikut.
a. Bahan yang digunakan.
b. Rekayasa.
c. Letak.
d. Kondisi lingkungan.

Menurut Pasal 2 Ayat (1) UU PBB yang berhak menetapkan klasifikasi


objek pajak adalah Menteri Keuangan.
Kategorisasi dan klasifikasi tanah mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam UU PBB. Tanah dapat dikategorikan dalam:
a. tanah sawah;
b. tanah kebun (yang ditanami dengan berbagai pohon buah, ketela, ubi,
singkong, jagung dan lain sebagainya yang tidak mendapatkan pengairan
secara teratur);
c. tanah perumahan;
d. tanah pertanian, perkebunan, kehutanan;
e. tanah industri;
 PAJA3233/MODUL 1 1.15

f. tanah pertokoan/perkantoran;
g. tanah peternakan;
h. tanah empang.

Masing-masing kategori dapat dibagi dalam kelas-kelas, sesuai dengan


kemampuan produksi masing-masing. Bangunan dapat dikategorikan dalam:
a. bangunan beton, bangunan bertingkat/susun;
b. bangunan terbuat dari batu;
c. bangunan semi permanen.

Adapun klasifikasi dan besarnya NJOP atas permukaan bumi berupa


tanah ditetapkan berdasar Keputusan Menteri Keuangan KMK-
523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998 (lihat lampiran).
Timbul pertanyaan bagaimana bila terjadi nilai jual lebih tinggi
dari nilai klasifikasi? Bila ada objek pajak yang nilai jual per M2 lebih
besar dari ketentuan NJOP maka NJOP yang terjadi di lapangan tersebut
digunakan sebagai dasar pengenaan PBB.
Bagaimana NJOP atas objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan
yang tidak bersifat khusus? Terhadap hal tersebut NJOP ditentukan
berdasarkan nilai indikasi rata-rata yang diperoleh dari hasil penilaian secara
massal.
Kemungkinan pula akan muncul pertanyaan bagaimana NJOP dari
sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan serta usaha bidang perikanan,
peternakan dan perairan untuk areal produksi dan atau areal belum produksi?
Untuk masalah ini besarnya NJOP pada sektor tersebut ditentukan
berdasarkan nilai jual permukaan bumi dan bangunan sesuai klasifikasi
ditambah dengan nilai standar investasi atau nilai jual pengganti atau dihitung
secara keseluruhan berdasarkan nilai jual pengganti.
Yang dimaksud standar investasi adalah jumlah biaya yang
diinvestasikan untuk suatu pembangunan dan atau penanaman dan atau
penggalian jenis sumber daya alam atau budi daya tertentu yang dihitung
berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat, mulai dari awal
pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau menghasilkan.
Sementara untuk objek pajak tertentu yang bersifat khusus, NJOP dapat
ditentukan berdasarkan nilai pasar yang dilakukan oleh pejabat fungsional
penilai secara individual. Adapun yang dimaksud objek pajak yang bersifat
khusus adalah objek pajak yang letak, bentuk, peruntukan dan atau
penggunaannya mempunyai sifat dan karakteristik khusus.
1.16 Pajak Bumi dan Bangunan 

2. Penentuan NJOP
NJOP tanah ditentukan sebesar nilai konversi setiap zona nilai tanah ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual permukaan bumi
(tanah).
Zona Nilai Tanah adalah zona geografis yang terdiri dari sekelompok
objek pajak yang mempunyai satu nilai indikasi rata-rata yang dibatasi oleh
batas penguasaan/pemilikan objek pajak dalam satu satuan wilayah
administrasi pemerintahan desa/kelurahan tanpa terikat pada batas blok.
Adapun nilai indikasi rata-rata adalah nilai pasar wajar rata-rata yang
dapat mewakili nilai tanah dalam suatu zona nilai tanah.
NJOP bangunan ditentukan sebesar nilai konversi biaya pembangunan
baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik berdasarkan
metode penilaian ke dalam klasifikasi, penggolongan, dan ketentuan nilai jual
bangunan.

a. Penentuan NJOP sektor pedesaan dan perkotaan


Penentuan sektor pedesaan dan sektor perkotaan dalam pengenaan PBB
ditetapkan dengan ketentuan:
1) bahwa suatu wilayah administrasi pemerintahan desa/kelurahan hanya
terdapat satu sektor pengenaan PBB yaitu sektor pedesaan atau sektor
perkotaan saja;
2) daerah yang termasuk dalam sektor perkotaan adalah:
a) seluruh desa/kelurahan dalam wilayah ibukota provinsi dan kota;
b) seluruh desa/kelurahan dalam kecamatan pada ibukota kabupaten;
c) desa/kelurahan ibukota kecamatan;
d) desa/kelurahan lain yang tidak termasuk dalam huruf a s/d c, tetapi
yang telah mempunyai sarana dan prasarana kota. Yang dimaksud
sarana dan prasarana kota adalah sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan administrasi pemerintahan, sosial, ekonomi dan
perdagangan seperti jalan yang baik, penerangan listrik, air minum,
kesehatan, pasar dan rekreasi.
3) daerah yang termasuk dalam sektor pedesaan adalah desa-desa yang
tidak termasuk dalam angka 2 tersebut.

Sektor pedesaan dan perkotaan adalah objek PBB yang meliputi kawasan
pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri serta objek khusus
perkotaan.
 PAJA3233/MODUL 1 1.17

Besarnya NJOP atas objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan adalah:
1) objek pajak berupa tanah adalah sebesar NJOP berupa tanah;
2) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP berupa bangunan.

b. Sektor perkebunan
Sektor perkebunan adalah objek PBB yang meliputi areal pengusahaan
benih, penanaman baru, perluasan, perubahan jenis tanaman,
penganekaragaman jenis tanaman termasuk sarana penunjangnya.
Besarnya NJOP atas objek pajak sektor perkebunan ditentukan
berdasarkan:
1) areal kebun sebesar NJOP berupa tanah ditambah dengan jumlah
investasi tanaman perkebunan sesuai dengan standar investasi menurut
umur tanaman;
2) areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan perkebunan adalah
sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya;
3) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP berupa bangunan.

c. Sektor kehutanan
Sektor kehutanan adalah objek PBB yang meliputi areal pengusahaan
hutan dan budi daya hutan.
Hak pengusahaan hutan, hak pengusahaan hasil hutan, izin
pemanfaatan kayu serta izin sah lainnya selain hak pengusahaan hutan
tanaman industri.
Besarnya NJOP atas objek sektor kehutanan atas hak pengusahaan hutan,
hak pengusahaan hasil hutan, izin pemanfaatan kayu serta izin sah lainnya
selain hak pengusahaan hutan tanaman industri ditentukan berdasarkan:
1) areal produktif sebesar 8,5 × hasil bersih setahun sebelum tahun pajak
berjalan;
2) areal belum/tidak produktif emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar
NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya;
3) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP berupa bangunan.

Yang dimaksud hasil bersih adalah pendapatan kotor setahun dikurangi


biaya eksploitasi atas objek pajak dimaksud.

d. Hak pengusahaan hutan tanaman industri


Besarnya NJOP atas objek pajak sektor kehutanan atas hak pengusahaan
hutan tanaman industri ditentukan berdasarkan:
1.18 Pajak Bumi dan Bangunan 

1) areal hutan adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah dengan jumlah
biaya pembangunan hutan tanaman industri menurut umur tanaman;
2) areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan tanaman
industri adalah sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan
penyesuaian seperlunya;
3) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP berupa bangunan.

e. Sektor pertambangan
Sektor pertambangan adalah objek PBB yang meliputi areal usaha
penambangan bahan-bahan galian dari semua golongan, yaitu bahan galian
strategis, bahan galian vital, dan bahan galian lainnya.

1) Pertambangan minyak dan gas bumi


Besarnya NJOP atas objek pajak sektor pertambangan minyak dan gas
bumi ditentukan berdasarkan:
a) areal produktif adalah sebesar 9,5 hasil penjualan minyak dan gas
bumi dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;
b) areal belum produktif, tidak produktif serta emplasemen dan areal
lainnya di dalam atau di luar wilayah kuasa pertambangan, adalah
sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian
seperlunya;
c) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP berupa
bangunan.

2) Pertambangan energi panas bumi


Besarnya NJOP atas objek pajak sektor pertambangan energi panas bumi
ditentukan berdasar:
a) areal produktif adalah sebesar 9,5 hasil penjualan energi panas
bumi/listrik dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;
b) areal belum produktif, tidak produktif dan emplasemen serta areal
lainnya di dalam atau di luar wilayah kuasa pertambangan adalah
sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian
seperlunya;
c) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP bangunan.
 PAJA3233/MODUL 1 1.19

3) Pertambangan energi panas bumi


Besarnya NJOP atas objek pajak sektor Pertambangan Energi Panas
Bumi ditentukan berdasarkan:
a) areal produktif adalah sebesar 9,5 hasil penjualan energi panas
bumi/listrik dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;
b) areal belum produktif, tidak produktif dan emplasemen serta areal
lainnya di dalam atau di luar wilayah kuasa pertambangan adalah
sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian
seperlunya.

4) Pertambangan non migas selain pertambangan energi panas bumi dan


galian C
Besarnya NJOP atas objek pajak sektor pertambangan non migas selain
pertambangan energi panas bumi dan galian C berdasarkan:
a) areal produktif adalah sebesar 9,5 hasil bersih galian tambang
dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;
b) areal belum produktif, tidak produktif dan emplasemen serta areal
lainnya di dalam atau di luar wilayah kuasa pertambangan adalah
sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian
seperlunya;
c) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP bangunan.

5) Pertambangan non migas galian C


Besarnya NJOP atas objek pajak sektor pertambangan non migas galian
C berdasarkan:
1) areal produktif sebesar angka kapitalisasi tertentu dikalikan hasil
bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak
berjalan;
2) areal belum produktif, tidak produktif dan emplasemen serta areal
lainnya di dalam atau di luar wilayah kerja pertambangan adalah
sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian
seperlunya;
3) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP bangunan.
1.20 Pajak Bumi dan Bangunan 

6) Kontrak karya atau kontrak kerja sama


Penentuan besarnya NJOP atas objek pajak sektor pertambangan yang
dikelola berdasarkan kontrak karya atau kontrak kerja sama ditetapkan
sesuai dengan yang diatur dalam kontrak yang berlaku.

f. Perikanan
Usaha bidang perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan
hukum yang memiliki ijin usaha untuk menangkap atau membudidayakan
sumber daya ikan, termasuk semua jenis ikan dan biola perairan lainnya serta
kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan
komersial.

1) Perikanan laut
Besarnya NJOP atas objek pajak usaha bidang perikanan laut
berdasarkan:
a) areal penangkapan ikan adalah sebesar 10 hasil bersih ikan dalam
satu tahun sebelum tahun berjalan;
b) areal pembudidayaan ikan adalah sebesar 8 hasil bersih ikan
dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;
c) areal emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar NJOP berupa
tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya;
d) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP bangunan.

2) Perikanan darat
Besarnya NJOP atas objek pajak usaha bidang perikanan darat
berdasarkan:
a) areal pembudidayaan ikan adalah sebesar NJOP berupa tanah di
sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya ditambah standar biaya
investasi tambak menurut jenisnya;
b) areal emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar NJOP berupa
tanah di sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya;
c) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP bangunan.

g. Objek pajak khusus


Objek pajak khusus adalah objek pajak yang memiliki jenis konstruksi
khusus baik ditinjau dari segi bentuk, material pembentuk maupun
keberadaannya memiliki arti yang khusus seperti:
 PAJA3233/MODUL 1 1.21

1) jalan tol;
2) pelabuhan laut/sungai/udara;
3) lapangan golf;
4) industri semen pupuk;
5) PLTA, PLTU, dan PLTD;
6) pertambangan.
7) tempat Rekreasi.

Besarnya NJOP atas objek yang bersifat khusus berdasarkan:


1) areal tanah adalah sebesar NJOP berupa tanah di sekitarnya dengan
penyesuaian seperlunya;
2) areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri, lapangan golf serta
tempat rekreasi adalah sebesar nilai jual yang ditentukan berdasarkan
korelasi garis lurus ke samping dengan klasifikasi NJOP permukaan
bumi berupa tanah sekitarnya;
3) areal perairan untuk kepentingan PLTA adalah sebesar 10 (10% hasil
bersih dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan);
4) objek pajak berupa bangunan adalah sebesar NJOP berupa bangunan.

Adapun objek pajak perairan adalah laut wilayah Indonesia beserta


perairan pedalaman Indonesia.
Besarnya NJOP atas objek pajak yang bersifat khusus atau objek lainnya
dapat ditentukan berdasarkan penilaian individual yang dilaksanakan oleh
pejabat fungsional penilai. Hasil penilaian individual tersebut wajib dibuat
laporan penilaian dan ditandatangani oleh pejabat fungsional yang
melaksanakan penilaian. Besarnya NJOP atas hasil penilaian pejabat
fungsional ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
atas nama Menteri Keuangan.

B. NILAI JUAL KENA PAJAK (NJKP)

Yang dimaksud NJKP (assessment value) adalah nilai jual yang


dipergunakan sebagai dasar penghitungan pajak yaitu suatu persentase
tertentu dari nilai jual sebenarnya dan ditetapkan dengan PP dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Pada saat berlakunya UU Nomor
12 Tahun 1985 ditetapkan dengan PP Nomor 46 Tahun 1985, namun dalam
perjalanannya PP tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan atau
1.22 Pajak Bumi dan Bangunan 

penggantian yaitu dengan dikeluarkannya PP Nomor 12 Tahun 1994, PP


Nomor 48 Tahun 1997, PP Nomor 74 Tahun 1998, PP Nomor 46 Tahun 2000
dan PP Nomor 25 Tahun 2002 tentang Penetapan Besarnya NJKP PBB.
Menurut PP Nomor 46 Tahun 1985 yang ditetapkan tanggal 27 Desember
1985, NJKP ditetapkan secara pasti sebesar 20% dari NJOP (NJKP = 20% ×
NJOP). Adapun pertimbangan menetapkan sebesar 20% adalah:
1. mengingat bahwa PBB pada umumnya menggantikan pajak-pajak yang
menjadi sumber penerimaan daerah seperti IPEDA, Pajak Rumah
Tangga maka diusahakan jangan sampai dengan berlakunya PBB, daerah
mengalami kesulitan untuk melaksanakan kegiatannya;
2. melihat kemampuan ekonomi masyarakat secara keseluruhan untuk
membayar pajak.

Menurut PP Nomor 12 Tahun 1994, NJKP ditetapkan sebesar 40% untuk


objek pajak perumahan yang wajib pajaknya perseorangan dengan NJOP
sama atau lebih besar dari Rp1.000.000.000,00 dan 20% untuk objek pajak
lainnya.
Sedangkan menurut PP Nomor 48 Tahun 1997 besarnya NJKP adalah:
1. Sebesar 40% untuk:
a. objek pajak perumahan, yang wajib pajaknya perseorangan dengan
NJOP atas bumi dan bangunan sama atau lebih besar dari
Rp1.000.000.000,00;
b. objek pajak perkebunan, yang luas lahannya sama atau lebih besar
dari 25 Ha yang dimiliki, dikuasai atau dikelola oleh Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), badan usaha swasta maupun berdasarkan
kerja sama operasional antara pemerintah dan swasta;
c. objek pajak kehutanan tetapi tidak termasuk areal blok tebangan
dalam rangka penyelenggaraan kegiatan, pemegang hak
pengusahaan hutan, pemegang hak pemungutan hasil hutan dan
pemegang izin pemanfaatan kayu yang pengenaannya dilakukan
sekaligus dengan pemungutan iuran hasil hutan;
2. Sebesar 20% untuk objek pajak lainnya.
Menurut PP Nomor 74 Tahun 1998 yang mulai berlaku 30 September
1998, persentase NJKP ditetapkan sebesar 40% dan 20%. Perbedaan
penggolongan persentase tersebut bermaksud untuk memberikan
progresivitas sehingga dapat dirasakan adil bagi wajib pajak.
Persentase 40% berlaku untuk:
 PAJA3233/MODUL 1 1.23

a. objek pajak perumahan, bagi wajib pajak perorangan yang NJOP


(tanah dan bangunan) lebih besar atau sama dengan
Rp1.000.000.000,00;
b. ketentuan ini tidak berlaku untuk objek pajak yang dimiliki, dikuasai
atau dimanfaatkan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota ABRI
atau pensiunan (termasuk janda atau duda) yang penghasilannya
semata-mata berasal dari gaji atau pensiunan. Bagi wajib pajak ini
berlaku persentase NJKP sebesar 20%;
c. objek pajak perkebunan yang luasnya lebih besar atau sama dengan
25 Ha yang dimiliki, dikuasai dan dikelola BUMN, Badan Usaha
Swasta, Kerja sama Operasional Pemerintah-Swasta.
d. objek Pajak Kehutanan, termasuk areal blok tebangan dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan pemegang hak pengusahaan hutan,
pemegang hak pemungutan hasil hutan, dan pemegang izin
pemanfaatan kayu.
Sedangkan persentase 20% berlaku untuk objek pajak lain di luar yang sudah
disebutkan.
Namun, dengan dikeluarkannya PP Nomor 46 Tahun 2000 yang
menggantikan PP Nomor 74 Tahun 1998, persentase NJKP ditetapkan
sebagai berikut.
a. NJKP Objek Pajak Perkebunan = 40% NJOP.
b. NJKP Objek Pajak Kehutanan = 40% NJOP.
c. NJKP Objek Pajak Pertambangan = 20% NJOP.
d. Objek Pajak lain:
1) Apabila NJOP lebih besar atau sama dengan Rp1.000.000.000,00
maka persentase NJKP sebesar 40%.
2) Apabila NJOP kurang dari Rp1.000.000.000,00 maka persentase
NJKP sebesar 20%.

Mulai tahun pajak 2002 berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2002,


besarnya NJKP adalah:
a. objek pajak Perkebunan, Kehutanan dan Pertambangan sebesar 40% dari
NJOP;
b. objek pajak lainnya:
c. sebesar 40% dari NJOP apabila NJOP Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) atau lebih;
d. sebesar 20% dari NJOP apabila NJOP kurang dari Rp 1.000.000.000,00.
1.24 Pajak Bumi dan Bangunan 

Ketentuan NJKP sebesar 40% untuk objek pajak perumahan, yang wajib
pajaknya perseorangan dengan NJOP atas bumi dan bangunan sama atau
lebih besar dari Rp1.000.000.000,00 tidak berlaku untuk objek pajak yang
dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh PNS, anggota ABRI dan para
pensiunan termasuk janda dan duda, yang penghasilannya semata-mata
berasal dari gaji atau uang pensiun karena tergolong kurang mampu. Oleh
karena itu, apabila mereka memiliki, menguasai atau memanfaatkan objek
PBB maka NJKP ditetapkan sebesar 20% sepanjang penghasilannya semata-
mata dari gaji atau uang pensiun.
Untuk memudahkan Anda memahami NJKP dari masing-masing PP
yang pernah ada, perhatikanlah tabel berikut ini.

Tabel 1.1

PP No. 12 PP No. 48 Tahun PP No. 74 Tahun PP No. 46 PP No. 25


Tahun 1994 1997 1998 Tahun 2000 Tahun 2002
1. Assessment 1. 40% untuk: 1. 40% untuk: 1. objek pajak
value 40% a. objek pajak a. objek pajak perkebunan
untuk objek perumahan yang perumahan yang sebesar 40%
pajak wajib pajaknya wajib pajaknya dari NJOP.
perumahan perseorangan perseorangan 2. objek pajak
yang wajib dengan NJOP dengan NJOP kehutanan
pajaknya atas bumi dan atas bumi dan sebesar 40%
perseorang- bangunan sama bangunan sama dari NJOP.
an dengan atau lebih besar atau lebih besar 3. objek pajak
NJOP sama dari Rp1 miliar. dari Rp 1 miliar pertambangan
atau lebih (ini tidak berlaku b. objek pajak sebesar 20%
besar Rp1 bagi PNS, perkebunan, dari NJOP.
miliar. anggota ABRI yang luas 4. objek pajak
dan para lahannya sama lainnya:
pensiunan atau lebih besar
termasuk janda dari 25 Ha yang
dan duda yang dimiliki, dikuasai
penghasilannya atau dikelola oleh
semata-mata BUMN, badan
berasal dari gaji usaha swasta
atau uang maupun
pensiun dan berdasarkan
NJKP ditetapkan kerja sama
20%). operasional
b. objek pajak antara
perkebunan, pemerintah dan
yang luas swasta.
lahannya sama c. objek pajak
atau lebih besar kehutanan
dari 25 Ha yang termasuk areal
blok tebangan
 PAJA3233/MODUL 1 1.25

PP No. 12 PP No. 48 Tahun PP No. 74 Tahun PP No. 46 PP No. 25


Tahun 1994 1997 1998 Tahun 2000 Tahun 2002
dimiliki, dikuasai dalam rangka
atau dikelola penyelenggaraan
oleh BUMN, kegiatan
badan usaha pemegang hak
swasta maupun pengusahaan
berdasarkan hutan, pemegang
kerja sama hak pemungutan
operasional hasil hutan dan
antara pemegang izin
pemerintah dan pemanfaatan
swasta. kayu.
c. objek pajak
kehutanan tetapi
tidak termasuk
areal blok
tebangan dalam
rangka
penyelenggara-
an kegiatan
pemegang hak
pengusahaan
hutan,
pemegang hak
pemungutan
hasil hutan dan
pemegang izin
pemanfaatan
kayu yang
pengenaan PBB
nya dilakukan
sekaligus
dengan
pemungutan
iuran hasil hutan.

2. Assessment 2. Sebesar 20% 2. Sebesar 20% 1. Sebesar 40% 1. objek pajak


Value 20% untuk objek untuk objek pajak dari NJOP perkebunan,
untuk objek pajak lainnya. lainnya. apabila NJOP kehutanan dan
pajak Rp1 miliar pertambangan
lainnya. atau lebih. sebesar 40%
2. sebesar 20% dari NJOP.
dari NJOP 2. objek pajak
apabila NJOP lainnya:
kurang dari a. Sebesar 40%
Rp1 miliar. dari NJOP
apabila NJOP
Rp1 miliar
atau lebih.
1.26 Pajak Bumi dan Bangunan 

PP No. 12 PP No. 48 Tahun PP No. 74 Tahun PP No. 46 PP No. 25


Tahun 1994 1997 1998 Tahun 2000 Tahun 2002
b. Sebesar 20%
dari NJOP
apabila NJOP
kurang dari
Rp1 miliar.

C. NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK (NJOPTKP)

Menurut UU Nomor 12 Tahun 1985 batas Nilai Jual Bangunan yang


tidak dikenakan PBB ditentukan sebesar Rp2.000.000,00. Namun,
ketentuan tersebut telah diubah oleh UU Nomor 12 Tahun 1994. Perubahan
yang dilakukan cukup mendasar sebagaimana dapat Anda perhatikan pada
hal-hal berikut.
1. Besarnya NJOPTKP menjadi Rp8.000.000,00.
2. NJOPTKP tidak diterapkan untuk setiap objek PBB berupa bangunan,
melainkan diterapkan untuk setiap wajib pajak. Dengan demikian
NJOPTKP tersebut dikurangkan terhadap hasil penjumlahan NJOP
Tanah dan NJOP Bangunan. Hal ini berbeda dengan penerapan
NJOPTKP menurut UU Nomor 12 Tahun 1985 di mana NJOPTKP ini
dapat diterapkan terhadap NJOP Bangunan saja.
Pengurangan NJOPTKP hanya berlaku untuk satu unit objek PBB yang
dimiliki atau dikuasai wajib pajak. Dengan demikian, apabila wajib
pajak mempunyai lebih dari satu objek pajak maka NJOPTKP hanya
dapat dikurangkan terhadap satu objek pajak saja, dalam hal ini objek
pajak yang mempunyai NJOP paling tinggi. Untuk objek pajak yang
mempunyai objek pajak lainnya tidak diberikan pengurangan NJOPTKP.

Perhatikan contoh berikut.


a. Seorang wajib pajak hanya mempunyai objek pajak berupa bumi dengan
nilai sebagai berikut.
1) NJOP Bumi Rp4.000.000,00
2) NJOPTKP Rp8.000.000,00
Karena NJOP berada di bawah NJOPTKP maka objek pajak tersebut
tidak dikenakan PBB.
 PAJA3233/MODUL 1 1.27

b. Seorang wajib pajak mempunyai dua objek pajak berupa bumi dan
bangunan masing-masing di desa G dan di desa P dengan nilai sebagai
berikut.
1) Desa G:
NJOP Bumi Rp 9.000.000,00
NJOP Bangunan Rp 6.000.000,00
NJOP untuk penghitungan pajak :
NJOP Bumi Rp 9.000.000,00
NJOP Bangunan Rp 6.000.000,00
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp15.000.000,00
NJOPTKP Rp 8.000.000,00
NJOP untuk penghitungan pajak Rp 7.000.000,00
2) Desa P
NJOP Bumi Rp4.500.000,00
NJOP Bangunan Rp3.500.000,00
NJOP untuk penghitungan pajak :
NJOP Bumi Rp4.500.000,00
NJOP Bangunan Rp3.500.000,00
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp8.000.000,00
NJOPTKP Rp 0,00
NJOP untuk penghitungan pajak Rp8.000.000,00
Untuk objek pajak di desa P tidak diberikan NJOPTKP sebesar
Rp8.000.000,00 karena NJOPTKP telah diberikan untuk objek pajak yang
berada di desa G.
c. Seorang wajib pajak mempunyai dua objek berupa bumi dan bangunan
pada satu desa F dengan nilai sebagai berikut.
1) Objek 1
NJOP bumi Rp3.000.000,00
NJOP Bangunan Rp3.000.000,00
NJOP untuk penghitungan pajak
NJOP Bumi Rp3.000.000,00
NJOP Bangunan Rp3.000.000,00
NJOP sebagi dasar pengenaan pajak Rp6.000.000,00
NJOPTKP Rp8.000.000,00
Karena NJOP berada di bawah NJOPTKP maka objek pajak tersebut
tidak dikenakan PBB.
b. NJOP Bumi Rp4.000.000,00
1.28 Pajak Bumi dan Bangunan 

NJOP Bangunan Rp2.500.000,00


NJOP untuk penghitungan pajak
NJOP Bumi Rp4.000.000,00
NJOP Bangunan Rp2.500.000,00
NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp6.500.000,00
NJOPTKP Rp 0,00
NJOP untuk penghitungan pajak Rp6.500.000,00
NJOPTKP ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan
diberikan wewenang untuk mengubah besarnya NJOPTKP dengan
mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan moneter serta
perkembangan harga umum objek pajak setiap tahunnya.
Sejak tahun 2001 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
KMK 201 Tahun 2000, NJOPTKP ditetapkan setinggi-tingginya
Rp12.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap
daerah kabupaten/kota, ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan
pendapat Pemerintah Daerah setempat.

D. TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN PBB

Tarif merupakan ketentuan hukum pajak materiil yang sangat penting.


Tarif PBB ditetapkan sebesar 0,5%. Tarif PBB tersebut adalah flat rate, tarif
proporsional yang persentasenya tetap, tidak berubah-ubah. Namun demikian
meskipun persentasenya tetap, besarnya pajak akan berbeda tergantung pada
besar kecilnya NJKP. Untuk menghitung besarnya pajak terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif pajak dengan NJKP.
Nilai jual untuk bangunan sebelum diterapkan tarif pajak dikurangi
terlebih dahulu dengan batas nilai jual bangunan tidak kena pajak sebesar
Rp2.000.000,00.
Perhatikan contoh penghitungannya!
Wajib pajak D mempunyai objek pajak berupa:
1. Tanah seluas 400 m2 dengan harga jual Rp500.000,00/m2.
2. Bangunan seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp1.000.000,00.
Persentase NJKP 20% berarti pajak yang terutang adalah:
 PAJA3233/MODUL 1 1.29

1. Nilai jual tanah: 400 Rp 500.000,00 = Rp200.000.000,00


Nilai jual bangunan 200 Rp 1.000.000,00 = Rp200.000.000,00
Batas Nilai jual bangunan tidak kena pajak = Rp 2.000.000,00
Nilai Jual Bangunan = Rp198.000.000,00
Nilai jual tanah dan bangunan = Rp398.000.000,00
2. Besarnya PBB yang terutang:
a. Atas tanah = 0,5% 20% Rp 200.000.000,00 = Rp 200.000,00
b. Atas bangunan = 0,5% 20% Rp 198.000.000,00 = Rp 198.000,00
Jumlah pajak yang terutang = Rp 398.000,00

Contoh tersebut adalah pengenaan pajak atas rumah mewah yang banyak
dimiliki oleh orang kaya. Bilamana mengenai pabrik yang terdiri dari
gedung, rumah karyawan, jalan dalam kompleks pabrik, penghitungan pajak
harus diperinci. Hal ini sering sampai pada suatu jumlah yang sangat besar
sehingga pada akhirnya pembayaran PBB dirasa sangat berat oleh badan
yang bersangkutan.
Besarnya pajak dihitung oleh Ditjen Pajak berdasarkan data yang
diberikan oleh wajib pajak dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
Jika data yang diberikan oleh wajib pajak tidak benar atau tidak sesuai
dengan keadaan sebenarnya maka menjadi masalah apakah mesin-mesin
pabrik yang ditanam secara melekat pada tanah juga dianggap merupakan
bagian dari tanah sehingga nilai jualnya harus juga dimasukkan dalam nilai
tanah atau nilai bangunan.
Bila mendasarkan pada definisi bangunan dalam Pasal 1 Ayat (2) maka
dapat diambil kesimpulan bahwa mesin-mesin tersebut termasuk harta tidak
bergerak, kecuali jika UU mengecualikan hal itu.

E. SAAT DAN TEMPAT TERUTANGNYA PAJAK

Saat terutangnya PBB tidak ditetapkan secara pasti oleh UU. Ada dua
teori yang dapat diterapkan untuk mengetahui saat terutangnya pajak, yaitu
ajaran materiil dan ajaran formal.
Menurut ajaran materiil utang pajak timbul pada saat dipenuhi
Tatbestand yaitu pada tanggal 1 Januari dari tahun pajak yang bersangkutan
yaitu saat yang menentukan walaupun belum dikeluarkan SPPT oleh Ditjen
Pajak. Sedang menurut ajaran formal, utang PBB baru timbul pada saat
dikeluarkan SPPT atau Surat Ketetapan Pajak (SKP). Dalam Pasal 11 Ayat
1.30 Pajak Bumi dan Bangunan 

(1) menentukan bahwa pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi
selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT, sedangkan
pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi paling lambat 1 bulan
sejak tanggal diterimanya SKP.
Jadi, berdasarkan dua ketentuan tersebut yang paling tepat diterapkan
adalah ajaran formal. Selama belum ada SPPT atau SKP belum akan ada
penagihan dan utang pajak baru timbul setelah ada SPPT dan SKP.
Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan
objek pajak pada tanggal 1 Januari. Keadaan objek pajak pada tanggal
tersebut merupakan saat yang menentukan pajak yang terutang. Coba
perhatikan contoh berikut!
1. Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2004 berupa tanah dan bangunan.
Pada tanggal 10 Januari 2004 bangunannya roboh karena gempa maka
pajak yang terutang tetap berdasarkan keadaan objek pajak pada tanggal
1 Januari 2004, yaitu keadaan sebelum bangunan tersebut roboh.
2. Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2005 berupa sebidang tanah tanpa
bangunan di atasnya. Pada tanggal 10 Agustus 2005 dilakukan
pendataan, ternyata di atas tanah tersebut telah berdiri suatu bangunan
maka pajak yang terutang untuk tahun 2005 tetap dikenakan pajak
berdasarkan keadaan pada tanggal 1 Januari 2005. Sedangkan
bangunannya baru akan dikenakan pajak pada Tahun 2006.

Adapun tempat terutangnya pajak ditentukan oleh Pasal 8 Ayat (3),


yaitu:
1. untuk daerah Jakarta, PBB terutang di wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
2. untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten atau di Kota tempat letak
objek kena pajak.
 PAJA3233/MODUL 1 1.31

LA TIH AN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Bila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui


perbandingan harga dengan objek lain, nilai perolehan baru atau NJOP
pengganti. Apa yang dimaksud dengan pengertian tersebut? Jelaskan!
2) Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan untuk menentukan
klasifikasi bumi dan bangunan? Jelaskan!
3) Bagaimana cara menetapkan besarnya NJOP atas objek pajak sektor
perkebunan? Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Untuk menjawab soal pada nomor satu, coba Anda cermati materi yang
membahas NJOP.
2) Untuk menjawab soal pada nomor dua, coba Anda cermati materi
klasifikasi.
3) Untuk menjawab soal pada nomor tiga, coba Anda cermati penentuan
NJOP.

TES FO RMA TIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Berdasar PP Nomor 25 Tahun 2002, besarnya NJKP untuk objek pajak
perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar ….
A. 20% dari NJOP
B. 30%.dari NJOP
C. 40% dari NJOP
D. 50% dari NJOP

2) Besarnya NJOPTKP menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 201


Tahun 2000 adalah ….
A. Rp4.000.000,00
B. Rp6.000.000,00
1.32 Pajak Bumi dan Bangunan 

C. Rp8.000.000,00
D. Rp12.000.000,00

3) Tarif PBB ditetapkan sebesar 0,5% merupakan ….


A. flat rate, tarif proporsional yang persentasenya tetap, tidak berubah
B. tarif degresif
C. tarif progresif
D. tarif degresif-progresif

Pilihlah A bila 1 dan 2 benar


B bila 1 dan 3 benar
C bila 2 dan 3 benar
D bila 1, 2, dan 3 benar

4) Bila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui ….


(1) perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis
(2) nilai perolehan baru
(3) NJOP pengganti

5) Faktor yang dipakai untuk menentukan klasifikasi bumi adalah ….


(1) pemanfaatan
(2) luas tanah, bumi dan bangunan
(3) kesuburan atau hasil tanah/bangunan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
 PAJA3233/MODUL 1 1.33

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.34 Pajak Bumi dan Bangunan 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) Ketiga pilihan jawaban benar semua; jawaban D yang benar.
2) Permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Jawaban yang
benar A.
3) Termasuk pengertian bangunan, ketiga pilihan jawaban benar semua.
Jawaban yang benar D.
4) Ketiga pilihan jawaban benar semua sehingga jawaban yang benar D.
5) Yang termasuk subjek pajak PBB adalah orang atau badan yang secara
nyata mempunyai hak atas bumi dan atau bangunan serta orang atau
badan yang memperoleh manfaat dari tanah dan atau bangunan tanpa
membeli atau mempunyai hak yang sah atas tanah dan atau bangunan.
Jawaban yang benar adalah A.

Tes Formatif 2
1) Besarnya NJKP untuk objek pajak perkebunan, kehutanan, dan
pertambangan adalah 40% dari NJOP. Jawaban yang benar adalah C.
2) NJOPTKP menurut Kep. Menkeu No. 201/2000 adalah
Rp12.000.000,00. Jawaban yang benar adalah D.
3) Tarif PBB 0,5% merupakan flat rate. Jawaban yang benar adalah A.
4) Ketiga pilihan jawaban benar semua. Jawaban yang benar adalah D.
5) Ketiga pilihan jawaban benar semua. Jawaban yang benar adalah D.
 PAJA3233/MODUL 1 1.35

Daftar Pustaka

Rusjdi Muhammad. (2005). PBB, BPHTB dan Bea Meterai. Jakarta:


PT.Indeks.

Soemitro Rochmat dan Mutttaqin Zainal. (2001). Pajak Bumi Dan


Bangunan. Bandung: Refika Aditama.

Tjahjono Achmad dan Wahyudi Triyono. (2005). Perpajakan Indonesia.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria.

UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.


1.36 Pajak Bumi dan Bangunan 

Lampiran

A. Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan


Bumi (Tanah):
Kelompok A
Penggolongan Nilai Jual
Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) Permukaan Bumi
Klas
(Rp/M2) (Tanah)
(Rp/M2)
1 2 3
1. > 3.000.000 s/d 3.200.000 3.100.000
2. > 2.850.000 s/d 3.000.000 2.925.000
3. > 2.708.000 s/d 2.850.000 2.779.000
4. > 2.573.000 s/d 2.708.000 2.640.000
5. > 2.444.000 s/d 2.573.000 2.508.000
6. > 2.261.000 s/d 2.444.000 2.352.000
7. > 2.091.000 s/d 2.261.000 2.176.000
8. > 1.934.000 s/d 2.091.000 2.013.000
9. > 1.789.000 s/d 1.934.000 1.862.000
10. > 1.655.000 s/d 1.789.000 1.722.000
11. > 1.490.000 s/d 1.655.000 1.573.000
12. > 1.341.000 s/d 1.490.000 1.416.000
13. > 1.207.000 s/d 1.341.000 1.274.000
14. > 1.086.000 s/d 1.207.000 1.147.000
15. > 977.000 s/d 1.086.000 1.032.000
16. > 855.000 s/d 977.000 916.000
17. > 748.000 s/d 855.000 802.000
18. > 655.000 s/d 748.000 702.000
19. > 573.000 s/d 655.000 614.000
20. > 501.000 s/d 573.000 537.000
21. > 426.000 s/d 501.000 464.000
22. > 362.000 s/d 426.000 394.000
23. > 308.000 s/d 362.000 335.000
24. > 262.000 s/d 308.000 285.000
 PAJA3233/MODUL 1 1.37

Penggolongan Nilai Jual


Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah) Permukaan Bumi
Klas
(Rp/M2) (Tanah)
(Rp/M2)
1 2 3
25. > 223.000 s/d 262.000 243.000
26. > 178.000 s/d 223.000 200.000
27. > 142.000 s/d 178.000 160.000
28. > 114.000 s/d 142.000 126.000
29. > 91.000 s/d 114.000 103.000
30. > 73.000 s/d 91.000 82.000
31. > 55.000 s/d 73.000 64.000
32. > 41.000 s/d 55.000 48.000
33. > 31.000 s/d 41.000 36.000
34. > 23.000 s/d 31.000 27.000
35. > 17.000 s/d 23.000 20.000
36. > 12.000 s/d 17.000 14.000
37. > 8.400 s/d 12.000 10.000
38. > 5.900 s/d 8.400 7.150
39. > 4.100 s/d 5.900 5.000
40. > 2.900 s/d 4.100 3.500
41. > 2.000 s/d 2.900 2.450
42. > 1.400 s/d 2.000 1.700
43. > 1.050 s/d 1.400 1.200
44. > 760 s/d 1.050 910
45. > 550 s/d 760 660
46. > 410 s/d 550 480
47. > 310 s/d 410 350
48. > 240 s/d 310 270
49. > 170 s/d 240 200
50. <= 170 140
1.38 Pajak Bumi dan Bangunan 

B. Klasifikasi Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Permukaan


Bumi (Tanah)
Kelompok B.
Nilai Jual
Penggolongan
Permukaan Bumi
Klas Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah)
(Tanah)
(Rp/M2)
(Rp/M2)
1 2 3
1. > 67.390.000 s/d 68.760.000 68.545.000
2. > 65.120.000 s/d 67.390.000 66.255.000
3. > 62.890.000 s/d 65.120.000 64.005.000
4. > 60.700.000 s/d 62.890.000 61.795.000
5. > 58.550.000 s/d 60.700.000 59.625.000
6. > 56.440.000 s/d 58.550.000 57.495.000
7. >54.370.000 s/d 56.440.000 55.405.000
8. > 52.340.000 s/d 54.370.000 53.355.000
9. > 50.350.000 s/d 52.340.000 51.345.000
10. > 48.400.000 s/d 50.350.000 49.375.000
11. > 46.490.000 s/d 48.400.000 47.445.000
12. > 44.620.000 s/d 46.490.000 45.555.000
13. > 42.790.000 s/d 44.620.000 43.705.000
14. > 41.000.000 s/d 42.790.000 41.895.000
15. > 39.250.000 s/d 41.000.000 40.125.000
16. > 37.540.000 s/d 39.250.000 38.395.000
17. > 35.870.000 s/d 37.540.000 36.705.000
18. > 34.240.000 s/d 35.870.000 35.055.000
19. > 32.650.000 s/d 34.240.000 33.445.000
20. > 31.400.000 s/d 32.650.000 31.875.000
21. > 29.590.000 s/d 31.400.000 30.345.000
22. > 28.120.000 s/d 29.590.000 28.855.000
23. > 26.690.000 s/d 28.120.000 27.405.000
24. > 25.300.000 s/d 26.690.000 25.995.000
25. > 23.950.000 s/d 25.300.000 24.625.000
26. > 22.640.000 s/d 23.950.000 23.925.000
27. > 21.370.000 s/d 22.640.000 22.005.000
28. > 20.140.000 s/d 21.370.000 20.755.000
 PAJA3233/MODUL 1 1.39

Nilai Jual
Penggolongan
Permukaan Bumi
Klas Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah)
(Tanah)
(Rp/M2)
(Rp/M2)
1 2 3
29. > 18.950.000 s/d 20.140.000 19.545.000
30. > 17.800.000 s/d 18.950.000 18.375.000
31. > 16.690.000 s/d 17.800.000 17.245.000
32. > 15.620.000 s/d 16.690.000 16.155.000
33. > 14,590.000 s/d 15.620.000 15.105.000
34. > 13.600.000 s/d 14.590.000 14.095.000
35. > 12.650.000 s/d 13.600.000 13.125.000
36. > 11.740.000 s/d 12.650.000 12.195.000
37. > 10.870.000 s/d 11.740.000 11.305.000
38. > 10.040.000 s/d 10.870.000 10.455.000
39. > 9.250.000 s/d 10.040.000 9.645.000
40. > 8.500.000 s/d 9.250.000 8.875.000
41. > 7.790.000 s/d 8.500.000 8.145.000
42. > 7.120.000 s/d 7.790.000 7.455.000
43. > 6.490.000 s/d 7.120.000 6.805.000
44. > 5.900.000 s/d 6.490.000 6.195.000
45. > 5.350.000 s/d 5.900.000 5.625.000
46. > 4.840.000 s/d 5.350.000 5.095.000
47. > 4.370.000 s/d 4.840.000 4.605.000
48. > 3.940.000 s/d 4.370.000 4.155.000
49. > 3.550.000 s/d 3.940.000 3.745.000
50. > 3.200.000 s/d 3.550.000 3.375.000
1.40 Pajak Bumi dan Bangunan 

C. Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan


Kelompok A

Nilai Jual
Penggolongan
Permukaan Bumi
Klas Nilai Jual Permukaan Bumi (Tanah)
(Tanah)
(Rp/M2)
(Rp/M2)
1 2 3
1. > 1.034.000 s/d 1.366.000 1.200.000
2. > 902.000 s/d 1.034.000 968.000
3. > 744.000 s/d 902.000 823.000
4. > 656.000 s/d 744.000 700.000
5. > 534.000 s/d 656.000 595.000
6. > 476.000 s/d 534.000 505.000
7. > 382.000 s/d 476.000 429.000
8. > 348.000 s/d 382.000 365.000
9. > 272.000 s/d 348.000 310.000
10. > 256.000 s/d 272.000 264.000
11. > 194.000 s/d 256.000 225.000
12. > 188.000 s/d 194.000 191.000
13. > 136.000 s/d 188.000 162.000
14. > 128.000 s/d 136.000 132.000
15. > 104.000 s/d 128.000 116.000
16. > 92.000 s/d 104.000 98.000
17. > 74.000 s/d 92.000 83.000
18. > 68.000 s/d 74.000 71.000
19. > 52.000 s/d 68.000 60.000
20. <= 52.000 50.000
 PAJA3233/MODUL 1 1.41

D. Klasifikasi, Penggolongan dan Ketentuan Nilai Jual Bangunan


Kelompok B

Penggolongan Nilai Jual


Nilai Jual Permukaan Bumi Permukaan Bumi
Klas
(Tanah) (Tanah)
(Rp/M2) (Rp/M2)
1 2 3
1. > 14.700.000 s/d 15.800.000 15.250.000
2. > 13.600.000 s/d 14.700.000 14.150.000
3. > 12.550.000 s/d 13.600.000 13.075.000
4. > 11.550.000 s/d 12.550.000 12.050.000
5. > 10.600.000 s/d 11.550.000 11.075.000
6. > 9.700.000 s/d 10.600.000 10.150.000
7. > 8.850.000 s/d 9.700.000 9.275.000
8. > 8.050.000 s/d 8.850.000 8.450.000
9. > 7.300.000 s/d 8.050.000 7.675.000
10. > 6.600.000 s/d 7.300.000 6.950.000
11. > 5.850.000 s/d 6.600.000 6.225.000
12. > 5.150.000 s/d 5.850.000 5.500.000
13. > 4.500.000 s/d 5.150.000 4.825.000
14. > 3.900.000 s/d 4.500.000 4.200.000
15. > 3.350.000 s/d 3.900.000 3.625.000
16. > 2.850.000 s/d 3.350.000 3.100.000
17. > 2.400.000 s/d 2.850.000 2.625.000
18. > 2.000.000 s/d 2.400.000 2.200.000
19. > 1.666.000 s/d 2.000.000 1.833.000
20. > 1.366.000 s/d 1.666.000 1.516.000
Apa itu Pajak?
Pajak adalah salah satu sumber pendapatan terbesar dari suatu negara di hampir seluruh
dunia. Pajak berkontribusi besar terhadap fasilitas dan layanan yang diberikan negara untuk para
warga negaranya, jenis pajak juga beragam. Lantas apa yang dimaksud dengan pajak dan apa
saja jenis pajak?

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib
Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga
Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.

Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban kenegaran
di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk memenuhi kewajiban
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan
fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak

Jenis-jenis Pajak
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan pajak beserta manfaatnya, Taxmates perlu
tahu jenis-jenis pajak yang wajib dibayarkan. Pajak memiliki beberapa jenis yang dapat
didasarkan oleh lembaga pemungut pajak juga sifatnya. Jenis pajak berdasarkan lembaga
pemungutnya, terbagi menjadi dua:

1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh negara atau pemerintah pusat. Sebagian besar
dari pajak pusat dikelola oleh Direktorat Jenderal Pusat (DJP) - Kementerian Keuangan. Pajak
Pusat meliputi :

• Pajak Penghasilan (PPh)


• Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
• Bea Meterai
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Pajak Daerah adalah pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pajak daerah meliputi :
• Pajak Kendaraan Bermotor
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
• Pajak Air Permukaan
• Pajak Rokok
• Pajak Kabupaten yang terdiri dari:
• Pajak Hotel
• Pajak Restoran
• Pajak Hiburan
• Pajak Reklame
• Pajak Penerangan Jalan
• Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
• Pajak Parkir
• Pajak Air Tanah
• Pajak Sarang Burung Walet
• Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

Sementara itu, berdasarkan sifatnya, jenis pajak dibagi menjadi dua, yakni:

1. Pajak Langsung.

Pajak yang dikenakan pada wajib pajak secara berkala baik perorangan maupun badan usaha.

(Contoh = Pajak Penghasilan dan Pajak Bumi dan Bangunan)

2. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang diberikan oleh wajib pajak bila melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu.

(Contoh = Pajak Penjualan atas Barang Mewah)


MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

KERJA SAMA INTERNASIONAL

Kerja sama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara
dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk
kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama internasional, yang meliputi kerja sama di
bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada
politik luar negeri masing-masing.
Berdasarkan bentuknya, kerja sama ekonomi internasional terbagi dalam 4 (empat) macam,
yaitu sebagai berikut :

1. Kerja sama bilateral

Kerja sama bilateral adalah kerja sama yang dilakukan antara dua negara. Kerja sama ini
biasanya dalam bentuk hubungan diplomatik, perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan.
Contoh: kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Malaysia, Indonesia dengan Cina, dan
sebagainya.

2. Kerja sama regional

Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam suatu
kawasan atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena adanya kepentingan
bersama baik dalam bidang politik, ekonomi, dan pertahanan. Contoh: kerja sama ekonomi
antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), antara negara-negara di kawasan
Eropa (MEE), antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik (APEC), dan sebagainya.

3. Kerja sama Antarregional

Kerja sama ekonomi antarregional yaitu kerja sama ekonomi di antara dua kelompok kerja
sama ekonomi regional. Contoh: kerja sama antara MEE dengan ASEAN.

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

4. Kerja sama internasional

Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia.

Sedangkan bentuk kerja sama dibidang lain, seperti :


1. Kerja sama dibidang ekonomi, misalnya FAO, IMF, IBRD, UNCTAD.
2. Kerja sama dibidang sosial, misalnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.
3. Kerja sama dibidang kebudayaan, misalnya pendidikan, IPTEK.
4. Kerja sama dibidang pertahanan, misalnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO.

Pentingnya kerja sama internasional bagi suatu Negara

Hubungan kerjasama antar negara (internasional) di dunia diperlukan guna memenuhi


kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan
internasional, di samping demi terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup yang
merupakan dambaan setiap manusia dan negara di dunia. Setiap negara sudah barang tentu
memiliki kelebihan, kekurangan dan kepentingan yang berbeda. Hal-hal inilah yang
mendorong dilakukannya hubungan dan kerjasama internasional.
Kerjasama antar bangsa di dunia didasari atas sikap saling menghormati dan saling
menguntungkan

Kerjasama internasional antara lain bertujuan untuk :

– Memacu pertumbuhan ekonomi setiap negara.


– Menciptakan saling pengertian antar bangsa dalam membina dan menegakkan perdamaian dunia.
– Menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya.

Fungsi kerja sama antar bangsa antara lain :

1. Saling menghargai dan menghormati ideology masing-masing.


2. Saling menguntungkan kedua belah pihak dalam meningkatkan kesejahteraanekonomi.
3. Meningkatkan penerapan iptek serta menanggulangi hal-hal yang dapat merusakbudaya.
4. Meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan.
5. Mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.

Manfaat secara global Indonesia melakukan hubungan kerjasama internasional yaitu:

1. Mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan menjaga keselamatan Negara


2. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar
kemakmuran rakyat apabila barang tersebut belum bisa diproduksi di dalam Negeri.
3. Meningkatkan perdamaian Internasional karena hanya dalam keadaan damai,
Indonesia dapat membangun dan memperoleh syarat-syarat yang diperlukan untuk
memperbesar kemakmuran rakyat.
4. Meningkatkan kemakmuran segala bangsa sebagai pelaksanaan cita-cita yang
tersimpul di dalam Pancasila sebagai dasar falsafah Negara RI.

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

5. Menciptakan kesepahaman dan koordinasi yang lebih terarah untuk bekerjasama


dengan lembaga-lembaga mitra secara bilateral, regional dan internasional dalam
meningkatkan saling pengertian dalam upaya menjaga keamanan kawasan, integrasi
wilayah dan pengamanan kekayaan sumber daya alam nasional.
6. Menyusun kerangka kerja yang lebih terarah dan tindak lanjut terciptanya
pembentukan Organisasi Security/Economic/Sociocultural Community.
7. Memantapan kerjasama internasional di bidang ekonomi, perdagangan, sosial dan
budaya serta bagi pencapaian tujuan pembangunan sosial ekonomi yang disepakati
secara internasional termasuk Millenium Development Goals (MDGs).
8. Dapat memberi fasilitas jaringan diplomasi kebudayaan dan pendidikan berbasiskan
inisiatif masyarakat secara luas.
9. Dapat menambah fasilitas untuk memperluas jaringan dan peningkatan
pemanfaatan Sister City antara kota-kota dan propinsi di Indonesia dengan kota-kota
dan propinsi/distrik di mancanegara yang sudah berkembang dan maju.
10. Meningkatkan upaya penanggulangan kejahatan lintas batas negara seperti
terorisme, pencucian uang, kejahatan narkotika, penyelundupan dan perdagangan
manusia melalui kerjasama bilateral, regional dan multilateral yang dilakukan secara
inklusif, demokratis dan sejalan dengan prinisp-prinsip hukum internasional.
11. Menambah keikutsertaan dalam menciptakan perdamaian dunia
12. Berusaha mengatasi ketinggalannya dengan bantuan serta kerja sama dengan
Negara maju.
13. Kemajuan kekuatan militer.
14. Dapat menjelaskan dalam menanggulangi penyelundupan manusia yang modus
operandinya memiliki kesamaan antar satu negara dengan negara lain.
15. Peningkataan kerja sama di bidang pertanian, terutama alih teknologi informasi dan
teknologi, perdagangan, pelatihan, teknik dan penelitian dalam bidang pertanian.
16. Dapat menginvestasi dan energi diharapkan bisa lebih berkembang lagi.
17. Meningkatkan perekonomian kedua negara.
18. Membuka lapangan kerja yang memang dibutuhkan untuk mengurangi
pengangguran yang terus meningkat dewasa ini.

Kerja sama yang dilakukan oleh setiap bangsa dapat meliputi berbagai bidang, antara lain
sebagai berikut:

1. Bidang ideologi, yang perlu dilakukan yaitu saling menghormati dan tidak
salingmempengaruhi.
2. Bidang politik, yakni saling menghormati sesuai dengan kepribadian bangsanya.
3. Bidang ekonomi, akan terjadi hubungan perdagangan ekspor dan impor.
4. Bidang sosial budaya, dapat bekerja sama dalam mengatasi masalah
pengaruhbudaya.
5. Bidang hankam, dilakukan dengan mengadakan latihan perang bersama.

Manfaat hubungan internasional dilihat dari berbagai bidang antara lain adalah :

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

1. Manfaat ideologi, yakni untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup


bangsa dan Negara
2. Manfaat politik, yakni untuk menunjang pelaksanaan kebijakan politik dan hubungan
luar negeri yang di abdikan untuk kepentingan nasional, terutama untuk kepentingan
pembangunan di segala bidang
3. Manfaat ekonomi, yakni untuk menunjang upaya meningkatkan pembangunan
ekonomi nasional
4. Manfaat sosial-budaya, yakni untuk menunjang upaya pembinaan dan
pengembangan nilai-nilai sosial budaya bangsa dalam upaya penanggulangan
terhadap setiap bentuk ancaman, tantangan, hambatan, gangguan dan kejahatan
internasional, dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional
5. Manfaat perdamaian dan keamanan internasional, yakni untuk menunjang upaya
pemeliharaan dan pemulihan perdamaian, keamanan dan stabilitas internasional
6. Manfaat kemanusiaan, yakni untuk menunjang upaya pencegahan dan
penanggulangan setiap bentuk bencana serta rehabilitasi akibat-akibatnya
7. Manfaat lainnya, yakni untuk meningkatkan peranan dan citra Negara itu sendiri di
forum internasional dan hubungan antar negara serta kepercayaan masyarakat
internasional

Dampak kerja sama ekonomi antarnegara dalam perekonomian Indonesia

Kerja sama ekonomi yang telah dilakukan oleh bangsa Indonesia, baik yang sifatnya
regional maupun internasional, tentunya akan memberikan dampak bagi perekonomian
Indonesia. Berikut ini dampak dari kerja sama ekonomi antarnegara:

A. Dampak positif

• Meningkatkan Keuangan Negara. Kerja sama ekonomi antarnegara dapat


memberikan banyak manfaat bagi Indonesia, salah satunya di bidang keuangan.
Melalui kerja sama ini Indonesia memperoleh bantuan berupa pinjaman keuangan
dengan syarat lunak yang digunakan untuk pembangunan. Dengan demikian, adanya
pinjaman keuangan otomatis dapat meningkatkan keuangan negara.

• Membantu Meningkatkan Daya Saing Ekonomi. Kerja sama ekonomi dapat


menciptakan persaingan yang sehat di antara negara-negara anggota. Persaingan
yang sehat ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan produsen tiap
negara dalam menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing dengan negara-
negara lain. Keberhasilan bersaing suatu negara ditingkat regional dan internasional
pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian negara yang bersangkutan.

• Meningkatkan Investasi. Kerja sama ekonomi antarnegara dapat menjadi cara


menarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Banyaknya
investor yang mau menginvestasikan modalnya di Indonesia dapat menjadi peluang
bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan Indonesia.
Selain itu, banyaknya investasi dapat juga menambah lapangan kerja baru, sehingga
jumlah pengangguran dapat berkurang.

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

• Menambah Devisa Negara. Kerja sama ekonomi antarnegara khususnya di bidang


perdagangan dapat meningkatkan devisa negara. Devisa diperoleh dari kegiatan
ekspor barang. Semakin luas pasar akan semakin banyak devisa yang diperoleh
negara, sehingga dapat memperlancar pembangunan negara.

• Memperkuat Posisi Perdagangan. Persaingan dagang di tingkat internasional sangat


berat. Hal ini disebabkan adanya berbagai aturan dan hambatan perdagangan di
setiap negara. Untuk itu perlu adanya kerja sama ekonomi. Sehingga dalam kerja
sama tersebut perlu dibuat aturan per-dagangan yang menguntungkan negara-
negara anggotanya. Dengan demikian adanya aturan tersebut dapat memperlancar
kegiatan ekspor dan impor dan menciptakan perdagangan yang saling
menguntungkan. Akibatnya posisi perdagangan dalam negeri semakin kuat.

B. Dampak Negatif

• Ketergantungan dengan Negara Lain. Banyaknya pinjaman modal dari luar negeri
daspat membuat Indonesia selalu tergantung pada bantuan negara lain. Hal ini akan
menyebabkan Indonesia tidak dapat menggembangkan pembangunan yang lebih
baik.
• Intervensi Asing Terhadap Kebijakan Ekonomi Indonesia. Sikap ketergantungan
yang semakin dalam pada negara lain, dapat menyebabkan negara lain berpeluang
melakukan campur tangan pada kebijakan-kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Jika kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah mendapat
campur tangan negara lain, hal ini dapat merugikan rakyat.
• Masuknya Tenaga Asing ke Indonesia. Alih teknologi yang timbul dari kerja sama
ekonomi antarnegara memberi peluang masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia.
Jika hal ini terjadi tenaga kerja Indonesia menjadi tersingkir dan dampaknya terjadi
banyaknya pengangguran.
• Mendorong Masyarakat Hidup Konsumtif .Barang-barang impor yang masuk ke
Indonesia mendorong masyarakat untuk mencoba dan memakai produk-produk
impor. Hal ini akan mendorong munculnya pola hidup konsumtif.

Contoh Kerjasama Indonesia dengan Negara lain yaitu :


Kerjasama Indonesia-Australia

Pemerintah Australia dan Indonesia hari Senin menandatangani proyek kerjasama untuk
mencegah masalah perdagangan manusia di kawasan Asia Tenggara.
Proyek ini menitikberatkan pemberian bantuan pada aparat hukum Indonesia dalam
menangani kejahatan perdagangan manusia.
Kerjasama Indonesia – Thailand

Pemerintah Indonesia dan Thailand sepakat meningkatkan kerja sama di bidang pertanian,
terutama alih teknologi informasi dan teknologi, perdagangan, pelatihan, teknik dan
penelitian dalam bidang pertanian.
Kerjasama Indonesia – Malaysia

Indonesia dan Malaysia memandang perlunya peningkatan kerjasama di bidang

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

perdagangan, investasi dan energi, termasuk kerjasama sub regional melibatkan kerjasama
dalam kerangka segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura dan Indonesia-
Malaysia-Thailand (IMS dan IMT-GT).
Di masa datang, kerjasama bidang perdagangan, investasi dan energi diharapkan bisa lebih
berkembang lagi sekaligus meningkatkan perekonomian kedua negara serta membuka
lapangan kerja yang memang dibutuhkan untuk mengurangi pengangguran yang terus
meningkat dewasa ini.
Kerjasama Militer Indonesia-Amerika Serikat

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, saat menerima kunjungan Menteri Pertahanan


Amerika Serikat, Donald Rumsfeld, meminta dan berharap agar normalisasi hubungan
militer Indonesia-AS yang sudah berjalan penuh dapat berlangsung permanen.
Harapan ini bisa dipahami mengingat, pertama, hubungan kerja sama bidang pertahanan
kedua negara memang dinamis. Kecenderungan ini bisa dilihat dari pengalaman, saat
Presiden Soekarno menyatakan perang dengan Belanda untuk pembebasan Irian Barat, AS
tidak memenuhi permintaan Indonesia. Penolakan ini disebabkan sikap politik AS lebih
berpihak ke Belanda sebagai bagian dari NATO.
Bagi Indonesia, sebagai Negara yang juga terlibat dalam hubungan antar Negara, hubungan
internasional memiliki arti penting tersendiri. Arti penting hubungan internasional bagi
Indonesia antara lain karena lingkup hubungannya mencakup semua interaksi yang
berlangsung lintas batas negara. Dalam konsep baru hubungan internasional, berbagai
organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba, bahkan perorangan bisa menjadi
aktor yang berperan penting dalam politik internasional. Sehingga jelaslah hubungan
internasional sangat penting bagi Indonesia.

Badan-Badan Kerja Sama Ekonomi Regional

Badan kerja sama ekonomi regional antara lain kerja sama Negara kawasan Eropa (EEC) dan
negara-negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

a. EEC (European Economic Community) atau MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa)

EEC atau MEE adalah suatu kerja sama antara negara-negara Eropa untuk
menciptakan keselarasan anggota-anggotanya dalam hal ekonomi, sosial, dan kestabilan
politik di Eropa. EEC didirikan pada tanggal 1 Januari 1958 oleh Sembilan negara dengan
tujuan untuk bekerja ke arah pengembangan aktivitas ekonomi yang serasi, ekspansi
berkesinambungan dan seimbang, pemantapan stabilitas, memacu peningkatan standar
kehidupan, dan ikatan lebih erat di antara sesame anggotanya.

Selain EEC, masyarakat Eropa juga membentuk organisasi lainnya, yaitu:

a. ECSC (European Coal and Steel Community) atau Masyarakat Batu


bara dan Baja Eropa,
b. EAEC (European Atomic Energy Community) atau Masyarakat Tenaga
Atom Eropa.

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

b. ASEAN (Association of South East Asian Nations)

ASEAN atau persatuan negara-negara Asia Tenggara merupakan suatu kerja sama
negara-negara untuk kestabilan politik, ekonomi, dan sosial budaya. ASEAN didirikan pada
tanggal 8 Agustus 1967 dengan ditandatanganinya Deklarasi Bangkok.

Tujuan ASEAN adalah:

a. mempercepat proses pertumbuhan ekonomi, sosial, dan kebudayaan


Asia Tenggara umumnya dan anggota pada khususnya,
b. mewujudkan terciptanya perdamaian dan kestabilan di kawasan Asia
Tenggara,
c. menciptakan kerja sama yang aktif dalam bidang sosial, ekonomi dan
kebudayaan.

Badan-Badan Kerja Sama Ekonomi Internasional

Kerja sama ekonomi internasional antara lain terdiri atas badanbadan dunia dalam
wadah organisasi PBB. Badan-badan tersebut di antaranya sebagai berikut.

a. IMF (International Monetary Fund) atau Dana Moneter Internasional

Badan ini lahir pada tanggal 27 Desember 1945 setelah diadakan Konferensi di
Bretton Woods, Amerika. Dengan maksud untuk melancarkan kembali moneter
internasional yang meliputi penetapan kurs devisa, pemeliharaan kurs devisa, membantu
negara anggota dalam menghadapi kesulitan neraca pembayaran, memberi saran
pencegahan inflasi, dan sebagainya.

Tujuan IMF antara lain:

a. memajukan kerja sama moneter internasional dengan jalan


mendirikan lembaga (IMF),
b. memperluas perdagangan dan investasi dunia,
c. memajukan stabilitas kurs valuta asing,
d. mengurangi dan membatasi praktik-praktik pembatasan terhadap
pembayaran internasional,

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

e. menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman


jangka pendek dan jangka menengah,
f. memperpendek dan memperkecil besarnya defisit atau surplus
neraca pembayaran.

b. IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) atau Bank Dunia (World
Bank)

IBRD atau Bank Dunia didirikan pada tanggal 27 Desember 1945 dengan tujuan
untuk membantu pembiayaan usahausaha pembangunan dan perkembangan negara-
negara anggotanya dengan memudahkan penanaman modal untuk tujuan yang produktif.
Jadi, IBRD bertugas untuk menangani masalah investasi internasional.

c. ITO (International Trade Organization) atau WTO (World Trade Organization)

WTO atau organisasi perdagangan dunia merupakan organisasi perdagangan yang


bertujuan untuk memajukan perdagangan internasional dengan cara membatasi atau
mengadakan peraturan yang bersifat menghambat kelancaran pertukaran barang-barang
internasional, dan berusaha untuk meningkatkan volume perdagangan dunia dengan cara
meliberalisasikan perdagangan internasional.

d. GATT (General Egreement on Tariff and Trade)

GATT atau persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan didirikan atas dasar perjanjian
di Jenewa, Swiss dengan maksud untuk mengurangi atau menghilangkan rintangan-
rintangan perdagangan internasional, khususnya tarif dan bea cukai tinggi yang
menghambat ekspor impor antarnegara.

Prinsip yang mendasari terbentuknya GATT adalah:

a. asas The Most Favourite Nation atau nondiskriminasi, artinya setiap fasilitas
(terutama keringanan bea masuk bagi barang tertentu) yang diberikan
kepada suatu Negara anggota harus diberikan pula kepada semua Negara
anggota GATT lainnya, dan
b. asas resiprositas (saling menguntungkan), artinya apabila suatu negara
mendapat keringanan dari negara anggota lain, sebagai imbalannya negara
tersebut juga harus memberikan keringanan kepada negara anggota lainnya.

e. ILO (International Labour Organization)

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

ILO atau organisasi buruh sedunia yang didirikan 11 April 1919 dengan tujuan untuk
menciptakan perdamaian melalui keadilan sosial, perbaikan nasib buruh, stabilitas ekonomi,
sosial dan menyusun hukum perburuhan.

f. IFC (International Finance Corporation)

IFC atau Badan Keuangan Internasional didirikan pada tanggal 24 Juli 1956. Badan ini
memberikan pinjaman kepada pengusaha swasta dan membantu mengalihkan investasi luar
negeri ke negara-negara sedang berkembang. Jadi, IFC bertugas memupuk perkembangan
ekonomi di negara-negara anggota, melalui pemberian kredit jangka panjang kepada
pengusaha swasta dan pemerintah tanpa jaminan.

g. UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development)

UNCTAD atau konferensi PBB tentang perdagangan dan pembangunan didirikan dengan
maksud mengusahakan kemajuan perdagangan dunia dan mengatur komoditi, hasil industri,
pengalihan teknologi, perkapalan, dan lain-lain. Selain itu juga menyalurkan serta
melancarkan perundingan internasional mengenai ekspor impor antara negara industry
dengan negara yang sedang berkembang, atau sering disebut ‘Dialog Utara Selatan’.

h. IDA (International Development Association)

IDA atau Perhimpunan Pembangunan Internasional didirikan tahun 1960 di Washington DC,
Amerika Serikat. IDA bertujuan untuk mendorong kemajuan ekonomi negaranegara yang
sedang berkembang dan memberi pinjaman dengan syarat yang ringan.

i. FAO (Food and Agricultural Organization)

FAO atau organisasi pangan dan pertanian ini didirikan tanggal 16 Oktober 1945 dengan
tujuan untuk memajukan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pengairan, sistem
bercocok tanam, dan lain-lain.

j. UNDP (United Nations Development Program)

UNDP atau program pengembangan PBB merupakan suatu badan yang memberikan
sumbangan untuk membiayai survei jalan di Indonesia, dan menangani program pengalihan
teknologi.

k. UNIDO (United Nations Industrial Development Organization)

UNIDO atau organisasi pengembangan industri PBB didirikan dengan tujuan untuk
pengembangan industry seperti pembukaan lapangan baru di bidang industri, perbaikan
sistem industri yang masih ada, dan lain-lain.

l. APO (Asian Productivity Organization)

Didirikan pada tahun 1961 dengan maksud:

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

a. untuk meningkatkan peranan produktivitas dan pengembangan ekonomi,


b. untuk meningkatkan usaha-usaha di bidang kegiatan tertentu khususnya
pertanian dan perindustrian.

m. ADB (Asian Development Bank)

ADB atau Bank Pembangunan Asia didirikan dengan tujuan meminjamkan dana dan
memberikan bantuan teknik kepada negara-negara yang sedang berkembang.

n. CGI (Consulative Group on Indonesia)

CGI didirikan pada bulan Maret tahun 1992. CGI merupakan kelompok beberapa negara
yang memberi bantuan kepada Indonesia sebagai pengganti IGGI tanpa Belanda di
dalamnya.

o. APEC (Asia Pacific Economic Cooperation)

APEC didirikan pada bulan November 1989, merupakan gabungan negara-negara Asia Pasifik
Selatan (negara sedang berkembang) dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
keadaan ekonomi negara anggotanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kerja sama APEC dewasa ini mencakup 3 (tiga)
program kegiatan utama yang dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Program yang berkaitan dengan upaya liberalisasi perdagangan (Trade


Liberalization).
b. Program yang memberikan perhatian terhadap upaya untuk memperlancar
kegiatan perdagangan dan investasi (Trade and Investment Facilitation
Program).
c. Program kerja sama pembangunan (Development Cooperation Program) di
antaranya termasuk program bantuan teknik.

p. OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries)

OPEC atau organisasi negara-negara pengekspor minyak didirikan pada tahun 1960, dengan
tujuan:

a. menghimpun negara-negara penghasil dan pengekspor minyak,


b. menjaga kestabilan harga minyak,
c. menghindarkan persaingan antara negara penghasil minyak,
d. berusaha untuk memenuhi kebutuhan minyak di seluruh dunia.

q. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

Albertus prihayudi p
MGMP EKONOMI KELAS XI IPS
PENGANTAR MATERI KERJASAMA INTERNASIONAL

OECD atau kerja sama ekonomi antarnegara berkembang, didirikan dengan maksud untuk
memperjuangkan kestabilan ekonomi anggota-anggotanya dan membantu negara-negara
berkembang.

r. AFTA (Asean Free Trade Area) atau Kawasan Perdagangan Bebas Asia Tenggara

AFTA merupakan organisasi pendagangan bebas ASEAN dengan maksud untuk


mengantisipasi dalam menghadapi era perdagangan bebas dunia.

s. EFTA (European Free Trade Association)

Badan atau asosiasi perdagangan bebas Eropa ini bertujuan untuk bekerja sama dalam
perdagangan dan pajak untuk barang-barang industri.

t. NAFTA (North American Free Trade Agreement)

NAFTA atau persetujuan perdagangan bebas Amerika Utara ini didirikan untuk memajukan
dan meningkatkan perdagangan di kawasan Amerika Utara. Perjanjian perdagangan bebas
tersebut dilakukan dengan cara menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan di
bidang perdagangan, baik dalam bentuk hambatan tariff maupun nontarif.

u. IDB (Islamic Development Bank)

IDB atau Bank Pembangunan Islam ini didirikan pada tanggal 23 April 1975, dengan tugas
utama untuk membantu negaranegara anggota, yaitu negara-negara Islam dalam

meningkatkan pembangunan di bidang ekonomi dan sosial. Iuran dan setonan anggota IDB
dinyatakan dalam satuah ID (Islamic Dinar).

v. ASEM (Asia Europe Meeting)

Kerja sama ASEM ini berdiri tahun 1996, oleh 25 negara. ASEM merupakan forum kerja
sama negara Asia dan Eropa untuk memelihara perdamaian secara global, stabilitas, dan
kemakmuran yang bertujuan untuk memajukan kegiatan perdagangan dan investasi lebih
besar antara dua kawasan dengan melihat liberalisasi perdagangan dan investasi serta
fasilitasi di antara negara anggota.

Referensi :

http://lestariyunita10.blogspot.co.id/2013/11/ekonomi-kelas-xi-bab-4-perekonomian.html

http://www.ssbelajar.net/2012/03/kerjasama-internasional.html

https://damaruta.blogspot.co.id/2014/10/kerjasama-internasional.html

Albertus prihayudi p
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

“ Kerjasama ekonomi
internasional adalah
kerjasama yang
menunjukkan hubungan
antar negara dalam
bidang ekonomi dengan
dasar kepentingan tertentu
untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi, dan
peningkatan struktur
kegiatan ekonomi nasional “.
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

1 Meningkatkan
Perekonomian Antar Negara
2 Meningkatkan
Hidup
Taraf

MANFAAT
KERJASAMA
EKONOMI
INTERNA
3 Saling Mengisi Kekurangan
dan Kebutuhan Dibidang
Ekonomi
4 Mempererat
Persahabatan
Antar Negara
-SIONAL

5 Memperluas Pasar
Hasil Produksi
6 Meningkatkan
Devisa
Negara
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

POSITIF
1. Semakin Lancarnya Perdagangan Internasional
Maupun Regional
DAMPAK 2. Adanya Kestabilan Harga, Permintaan Dan Pena
waran
KERJASAMA 3. Mengatasi Berbagai Permasalahan Ekonomi Bers
EKONOMI ama
INTERNA 4. Memperkuat Posisi Perdagangan Suatu Negara D
engan Ditandainya Meningkatnya Ekspor
-SIONAL 5. Mengatasi Persaingan Internasional Yang Tidak
Sehat
6. Meningkatnya Daya Saing
7. Meningkatkan Perekonomian Dalam Negeri
8. Meningkatkan Pendapatan Negara, Terutama De
visa
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

1. Produk Dalam Negeri Akan Kalah Bersaing Den


NEGATIF gan Produk Luar Negeri Baik Dari Harga Maup
un Mutunya
2. Produsen Dalam Negeri Yang Tidak Mampu Ber
saing Akhirnya Akan Menutup Usahanya
3. Dapat Menimbulkan Ketergantungan Dengan L
DAMPAK
uar Negeri
KERJASAMA 4. Terjadinya Keterikatan Yang Menyebabkan Ber
EKONOMI kurangnya Kebebasan Dalam Mengatur Sendiri
Kegiatan Ekonomi/Perdagangan
INTERNA
5. Timbulnya Proteksi-proteksi Untuk Melindungi
-SIONAL Dan Mementingkan Negara Anggotanya Sendiri
(Diskriminasi)
6. Timbulnya Eksploitasi Sumber Daya Alam Yang
Berlebihan
7. Pasar Dalam Negeri Dikuasai Oleh Produk Asin
g
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

BENTUK-
BENTUK
KERJASAMA
EKONOMI INT
ERNASIONAL
1. Kerjasama Ekonomi
Bilateral
2. Kerjasama Ekonomi
Regional
3. Kerjasama Ekonomi
Multilateral
4. Kerjasama Ekonomi
Antarregional
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

AFTA APEC
(ASEAN Free Trade Area) (Asia Pasific Economic Cooperation)

LEMBAGA
ASEAN
(Association of South East Asia
KERJASAMA
Nations) EKONOMI EEC
INTERNASIONAL (European Economic Community)

NAFTA
(North America Free Trade Area) Colombo Plan

REGIONAL
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

AFTA APEC
(ASEAN Free Trade Area) (Asia Pasific Economic Cooperation)

LEMBAGA
ASEAN
(Association of South East Asia
KERJASAMA
Nations) EKONOMI EEC
INTERNASIONAL (European Economic Community)

NAFTA
(North America Free Trade Area) Colombo Plan

INTER
NASIONAL
KERJASAMA BENTUK- LEMBAGA
SECTION BREAK
EKONOMI
INTERNASIO
MANFAAT DAMPAK BENTUK
KERJASAMA
KERJASAMA

LEMBAGA KERJASAMA EKONOMI


INTERNASIONAL Di Luar PBB

Dibawah Naungan PBB


• IBRD (International Bank Recontruction and Dev
elopment)
• IMF (International Monetary Fund)
• UNIDO (United Nations Industrial Development O
rganization) • OPEC (Organization of Petroleum E
• IDA (International Development Association) xporting Countries)
• IFC(International Finance Coorporation) • CGI (Consulative Group on Indones
• UNCTAD (United Nations Conference on Trade a ia)
• OECD (Organization for Economic C
nd Development) ooperation and Development)
• ILO (International Labour Organization)
• WTO (World Trade Organization)
• UNDP (United Nations Development Programs)
Persamaan Dasar Akuntansi

Seringkali pebisnis merasa belum mengetahui persamaan dasar akuntansi secara

lengkap. Akan tetapi teori persamaan dasar akuntansi ini merupakan hal yang penting

dalam mempengaruhi siklus akuntansi pada keuangan bisnis Anda.

Umumnya Anda sebagai pebisnis ataupun seorang akuntan harus mengerti bagaimana

persamaan dasar akuntansi.

Di mana persamaan dasar akuntansi adalah hal yang diperlukan oleh sebuah

perusahaan dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan perusahaan yang biasa

disebut dengan pembukuan.


Dalam akuntansi dikenal istilah persamaan dasar akuntansi adalah
gambaran kekayaan, hutang, dan modal yang dimiliki perusahaan.

Lazimnya pebisnis memulai mengatur keuangan bisnis dengan melakukan pembukuan

yang sederhana. Pembukuan tersebut dapat dengan mudah dilakukan berdasarkan

konsep dasar persamaan akuntansi.

Dengan menggunakan konsep tersebut, dapat mempengaruhi transaksi terhadap posisi

keuangan perusahaan.

Prinsip Persamaan Dasar Akuntansi


Untuk menerapkan persamaan dasar akuntansi, Anda sebaiknya perlu

memegang prinsip akuntansi. Di mana prinsip tersebut merupakan keseimbangan antara

harta dengan kewajiban. Pengaruh persamaan dasar akuntansi adalah untuk

menganalisa laporan keuangan dan segala transaksi yang terjadi.

Dalam akuntansi mengenal debit dan kredit di setiap transaksi yang terjadi. Maka

pengenalan akan hal ini perlu dikuasai agar prinsip keseimbangan dapat terealisasikan.

Kekayaan atau aktiva adalah assets atau bisa disebut juga dengan harta yang dimiliki

perusahaan, dan hak atas harta tersebut disebut hak atas kekayaan (equality).

Hubungan antara harta dengan hak atas kekayaan dapat dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut:

Harta (assets) = Hak atas kekayaan (equality)

Secara teori, hak atas kekayaan terbagi menjadi dua berdasarkan asal usulnya yaitu hak

yang berasal dari kreditur dan hak yang berasal dari pemilik perusahaan.
Hak dari kreditur atas kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan merupakan hutang

perusahaan, sedangkan hak dari pemilik perusahaan itu sendiri disebut sebagai modal.

Persamaan akuntansi dapat dituliskan sebagai berikut:

Harta = Utang + Modal atau Modal = Harta – Utang

Manfaat Persamaan Dasar Akuntansi


Secara umum manfaat persamaan dasar akuntansi berguna untuk mengetahui adanya

perubahan nilai dari harta atau kekayaan pada suatu perusahaan.

Sehingga perubahan ini berdampak atas setiap transaksi yang telah dilakukan

sebelumnya, selain itu persamaan dasar akuntansi ini memberikan manfaat dalam

mengetahui berapa harta yang telah terpakai atau dibelanjakan dalam satu periode

akuntansi.

Dengan demikian persamaan dasar akuntansi berguna dalam menghitung keuangan

pada laporan perusahaan, sehingga pengeluaran dan pemasukan yang tercatat dapat

dilakukan dengan baik dan benar.


Apa Saja Komponen Dalam Persamaan Dasar

Akuntansi?
Dengan memahami persamaan dasar akuntansi, tentunya juga memiliki komponen yang

termasuk ke dalam persamaan akuntansi sebagai berikut :

1. Akun Aset

Pada komponen aset merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang

berguna untuk di masa depan, adapun bentuk persamaan dasar akuntansi pada akun

aset yaitu bersifat seperti aset lancar, aset tetap, dan aset tidak berwujud. Sehingga

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

• Komponen aset lancar adalah kas, piutang, dan biaya dibayar di muka.

• Komponen aset tetap adalah kendaraan, dan bangunan.

• Komponen aset tidak berwujud adalah goodwill, hak cipta, paten.

2. Akun Kewajiban (Liabilitas)

Biasanya istilah kewajiban ini biasa disebut sebagai liabilitas atau utang yang memiliki

sejumlah dana atas hasil pinjaman dari pihak lain atau kreditur. Sehingga utang ini harus

dilunasi pada saat waktu yang sudah ditentukan.

Bentuk persamaan dasar akuntansi di dalam akun kewajiban merupakan utang, dimana

utang tersebut merupakan kesepakatan antar perusahaan dalam membayar pelunasan

tersebut di kemudian hari. Adapun komponen pada utang tersebut dibagi dua yaitu :

• Komponen utang dagang adalah utang bank, utang gaji, utang pajak.

• Komponen utang jangka panjang adalah utang obligasi


3. Akun Ekuitas

Dalam ekuitas adalah bagian dari aset perusahaan yang biasanya dipegang oleh pemilik

saham atau pihak ketiga. Sehingga kepemilikan ini bisa meningkatkan ekuitas atau

mengurangi ekuitas yang biasanya termasuk ke dalam bentuk persamaan dasar

akuntansi pada akun prive.

Di mana akun prive ini merupakan dana yang ditarik oleh pemilik saham dari perusahaan,

selain itu adanya peningkatan ekuitas ini dapat meningkatkan akun pendapatan.

Sementara pada sisi penurunan ekuitas akan berpengaruh pada biaya perusahaan,

maka dari itu komponen ekuitas ini dapat dibagi ke dalam bentuk persamaan dasar

akuntansi seperti prive, modal, saham biasa, laba ditahan, dan modal disetor.

Pengaruh Transaksi Keuangan Terhadap Persamaan

Akuntansi
Suatu transaksi keuangan yang terjadi pada sebuah perusahaan sangat berpengaruh

terhadap persamaan akuntansi. Beberapa kemungkinan pengaruh tersebut antara lain:

1. Mempengaruhi salah satu, beberapa atau keseluruhan dari harta, hutang, dan modal.

2. Penambahan atau pengurangan aktiva yang mungkin timbul diimbangi dengan

penambahan atau pengurangan terhadap pasiva (berupa hutang dan modal).

3. Pendapatan akan selalu menambah modal dan beban akan selalu mengurangi modal.
Contoh Soal Persamaan Dasar Akuntansi
Dengan memahami dasar akuntansi ini, sebaiknya Anda juga dapat memahami contoh

soal persamaan dasar akuntansi sebagai berikut ini.

Pada tanggal 1 Januari 2020, perusahaan yang bergerak bidang servis sepeda motor

dengan nama Servis Sepeda Motor Mentereng melakukan beberapa transaksi sebagai

berikut:

a. Investasi untuk modal pertama pada perusahaan Servis Sepeda Motor Mentereng

berupa uang tunai sebesar Rp10.000.000 dan Peralatan kantor sebesar Rp500.000.

b. Membayar sewa atas ruangan usaha bengkel sebesar Rp600.000 untuk 1 bulan.

c. Membeli perlengkapan bengkel secara kredit seharga Rp400.000 dan peralatan

bengkel seharga Rp1.000.000.

d. Memperoleh pendapatan atas jasa yang telah diberikan selama 1 minggu sebesar Rp

1.600.000.

e. Membayar tagihan listrik dan air untuk bulan Januari 2020 sebesar Rp200.000.

f. Mendapatkan jasa servis langganan sebesar Rp750.000.

g. Membayar sebagian hutang atas pembelian perlengkapan sebesar Rp250.000.

Menerima pelunasan piutang atas transaksi seorang konsumen sebesar Rp500.000.

h. Pemilik mengambil uang tunai untuk digunakan secara pribadi sebesar Rp100.000.

i. Dibayar gaji karyawan bengkel untuk bulan Januari 2020 sebesar Rp3.000.000

j. Membayar rekening telepon sebesar Rp75.000.

k. Pada akhir bulan Januari 2020 perlengkapan yang masih ada bernilai Rp250.000 dan

peralatan bengkel disusutkan sebesar Rp50.000.

l. Mendapatkan jasa servis sebesar Rp1.500.000


Berdasarkan data transaksi dalam persamaan akuntansi di atas, maka dapat disusun

persamaan dasar akuntansi pada tabel sebagai berikut:


Teori Keunggulan: Teori Adam Smith Vs Teori David Ricardo

Bicara tentang Adam Smith dan David Ricardo pastilah tak jauh-jauh dari teori ekonomi, khususnya
dalam lingkup perdagangan internasional. Kedua tokoh tersebut memang terkenal dengan teori
ekonominya yang mampu membawa perubahan pada perekonomian dunia. Adam Smith dikenal
sebagai penggagas teori ekonomi klasik, sedangkan David Ricardo dikenal dengan teori ekonomi
modernnya.

Apa sebenarnya sumbangsih teori ekonomi dari Adam Smith dan David Ricardo terhadap
perdagangan internasional? Sebelumnya harus dipahami dulu apa itu perdagangan internasional.

Secara nomenklatur, penggunaan kata internasional jelas melibatkan transaksi ekonomi antar-
negara. Lebih jelasnya, perdagangan internasional dapat dipahami sebagai kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama.

Di sini, penduduk yang dimaksudkan bisa antar-individu atau badan usaha, individu atau badan usaha
dengan pemerintah suatu negara, atau antar-pemerintah antar-negara.

Perdagangan internasional yang masuk dalam ranah ekonomi makro tak hanya memberikan manfaat
secara ekonomi saja, tetapi juga politik, sosial, bahkan pertahanan keamanan negara.

Tak heran jika kemudian muncul dan berkembang ide pemikiran berkenaan dengan teori
perdagangan internasional yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan pembuatan kebijakan
ekonomi makro suatu negara.

Dari banyak teori ekonomi yang berkembang, terdapat dua teori yang menonjol yaitu teori keunggulan
absolut yang digagas oleh Adam Smith dan teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh
David Ricardo. Ada perbedaan dari kedua teori ekonomi ini?
Teori Keunggulan Absolut – Adam Smith

Dalam keunggulan absolut yang digagasnya, Adam Smith mengemukakan arti pentingnya sistem
ekonomi liberal, yakni bebas dari keterlibatan dan campur tangan pemerintah.

Menurutnya, pengelolaan perekonomian negara dapat dilakukan dengan cara melaksanakan


persaingan bebas tanpa adanya intervensi pemerintah. Dengan catatan adanya pembagian kerja dan
pengalokasian sumber daya secara efisien.

Smith memandang kemakmuran rakyat di suatu negara dapat dicapai melalui produksi dan
perdagangan. Untuk menghasilkan kekayaan yang universal, maka produksi dan perdagangan harus
dilakukan secara maksimal.

Sebab itulah, Smith menganjurkan agar pemerintah di setiap negara memberikan kebebasan ekonomi
kepada rakyat untuk melakukan perdagangan bebas baik dalam lingkup domestik maupun
internasional. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui pertumbuhan penduduk
dan total output yang dihasilkan.

Total output menggambarkan tingkat produksi barang dan jasa yang dipengaruhi oleh ketersediaan
sumber daya alam, tenaga kerja, dan persediaan barang. Untuk memaksimalkan
pertumbuhan output, maka segala sumber daya alam yang ada harus dikelola secara efektif dan
efisien oleh tenaga kerja dengan barang modal. Dengan pertumbuhan output yang maksimal akan
mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal pula.
Dalam teorinya, Adam Smith mengungkapkan bahwa keuntungan absolut dapat diperoleh suatu
negara apabila berhasil membuat biaya produksi barang lebih murah dibandingkan dengan negara
lain.

Logika yang dikembangkan, jika biaya produksi antar-negara sama, maka tidak ada alasan untuk
melakukan perdagangan internasional. Atas dasar itulah, Smith mengemukakan dua ide utama dalam
teorinya terkait dengan perdagangan internasional sebagai berikut.

• Spesialisasi internasional dan efisiensi produksi

Dalam perdagangan internasional akan selalu ada pihak yang bertindak sebagai eksportir dan
importir. Suatu negara akan mengimpor barang dari negara lain apabila barang tersebut diproduksi di
dalam negeri justru tidak akan efisien atau kurang menguntungkan. Sebab itulah, suatu negara dapat
melakukan spesialisasi pada produksi barang yang menguntungkan, sehingga dapat diperoleh
keunggulan absolut.

• Adanya pembagian kerja internasional (division of labour)

Pembagian kerja internasional yang dimaksudkan di sini adalah perpindahan ruang industri pabrikan.
Artinya, proses produksi suatu barang tidak terbatas di suatu negara saja. Dengan adanya pembagian
kerja internasional, suatu negara dapat melakukan proses produksi barang dengan biaya yang lebih
murah dari negara lain. Efisiensi biaya produksi yang dicapai melalui pembagian kerja internasional
dinilai mampu mendorong perolehan keunggulan absolut di saat negara melakukan perdagangan
internasional.

Bagaimana realisasi dari teori keunggulan absolut dari Adam Smith ini? Untuk memberikan gambaran
yang lebih jelas, simak contoh studi kasus berikut ini.
KeuntunganAbsolut
(Produksi 1 orang dalam 1 hari kerja)

Hari kerja per satuan output

Negara Beras Elektronik Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD)

Indonesia 50 kg/hari 50 unit/hari 1 kg beras = 1 unit elektronik

Jepang 20 kg/hari 80 unit/hari 1 kg beras = 4 unit elektronik

Dari tabel di atas tampak bahwa Indonesia lebih unggul dalam memproduksi beras dibandingkan
dengan Jepang. Sebaliknya, Jepang lebih unggul memproduksi elektronik daripada Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, seharusnya Indonesia melakukan spesialisasi pada produk beras,
sedangkan Jepang pada produk elektronik. Jika kedua negara tersebut melakukan perdagangan
internasional, maka masing-masing dapat memperoleh keuntungan.

Untuk Indonesia, diketahui DTD-nya 1 kg beras akan mendapatkan 1 unit elektronik, sedangkan
Jepang 1 kg beras sebanding dengan 4 unit elektronik. Apabila Indonesia menukarkan beras dengan
produk elektronik Jepang, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 3 unit elektronik yang
diperoleh dari 4 unit elektronik dikurangi 1 unit elektronik.

Sementara keuntungan untuk Jepang dengan DTD 1 unit elektronik sebanding dengan 0,25 kg beras,
sedangkan di Indonesia 1 unit elektronik sebanding dengan 1 kg beras. Jika Jepang melakukan barter
dengan Indonesia, maka akan memperoleh keuntungan sebesar 0,75 kg beras yang diperoleh dari 1
kg beras dikurangi 0,25 kg beras.
Teori Keunggulan Komparatif – David Ricardo

Teori keunggulan komparatif David Ricardo lahir dari adanya kelemahan yang ditemukan pada teori
keunggulan absolutnya Adam Smith. Ricardo mengkritisi teori keunggulan absolut, di mana
perdagangan internasional hanya mungkin dilakukan oleh negara-negara yang mampu melakukan
proses produksi untuk mencapai keuntungan absolut saja. Teori dari Adam Smith tersebut seolah
hanya berlaku bagi negara-negara yang mampu melakukan spesialisasi produksi barang.

Lantas, bagaimana dengan negara-negara yang mengalami kerugian absolut, dalam arti tidak mampu
melakukan spesialisasi produksi barang? Apakah negara-negara tersebut tidak bisa atau tidak
memiliki kesempatan sama sekali untuk melakukan perdagangan internasional?

Atas dasar kelemahan-kelemahan itulah, David Ricardo mengemukakan gagasan baru dalam lingkup
perdagangan internasional berupa teori keunggulan komparatif. Menurut Ricardo, negara yang tidak
memiliki keunggulan absolut bisa ikut terlibat dalam perdagangan internasional yang menguntungkan
apabila mampu melakukan spesialisasi produksi barang yang memiliki biaya relatif lebih rendah
dibandingkan negara lain. Sebab, negara yang berhasil memproduksi barang dengan harga relatif
lebih murah memiliki keunggulan komparatif.

Teori keunggulan komparatif ini bisa diterapkan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut.

• Perdagangan internasional hanya dilakukan diantara dua negara.


• Objek barang atau komoditi yang diperdagangkan hanya ada dua jenis saja.
• Setiap negara hanya memiliki dua unit faktor produksi saja.
• Skala produksi bersifat content return to scale, yang artinya harga relatif barang-barang
komoditas tersebut sama pada berbagai kondisi produksi.
• Berlaku teori nilai tenaga kerja (labor theory of value) yang menyatakan harga barang sama
dengan atau dapat dihitung dari jumlah jam kerja tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi barang tersebut.

Dari berbagai asumsi tersebut, keunggulan komparatif terjadi apabila suatu negara mampu
melakukan proses produksi barang dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan
dengan biaya tenaga kerja di negara lain.

Contoh studi kasus berikut dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dari penerapan teori
keunggulan komparatif dalam lingkup perdagangan internasional.

KeuntunganKomparatif
(Jam Kerja Per Satuan Output)

Hasil kerja per satuan output

Negara Beras Elektronik Dasar Tukar Dalam Negeri (DTD)

Indonesia 50 kg/hari 50 unit/hari 1 unit elektronik = 1 kg beras

Jepang 60 kg/hari 80 unit/hari 1 unit elektronik = 0,75 kg beras

Berdasarkan data tabel di atas, Jepang unggul atas dua jenis produk, baik beras maupun elektronik
dibandingkan Indonesia. Namun, keunggulan tertinggi Jepang pada produksi elektronik. Sementara,
Indonesia lemah baik pada produksi beras maupun elektronik, akan tetapi kelemahan terkecilnya
pada produksi beras. Oleh sebab itu, sebaiknya Jepang berspesialisasi pada produk elektronik,
sedangkan Indonesia pada produk beras. Apabila kedua negara melakukan perdagangan, maka
keduanya akan sama-sama memperoleh keuntungan.

Besar keuntungan yang bisa diperoleh Indonesia dengan DTD 1 kg beras sebanding dengan 1 unit
elektronik, sedangkan Jepang 1 kg beras sebanding dengan 1,3 unit elektronik. Apabila Indonesia
barter beras dengan elektronik Jepang, maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 0,3 yang
diperoleh dari 1,3 unit elektronik – 1 unit elektronik.

Sebaliknya Jepang juga akan mendapatkan keuntungan. Dengan DTD Jepang 1 unit elektronik
sebanding dengan 0,75 kg beras, sedangkan Indonesia 1 unit elektronik sebanding dengan 1 kg
beras. Nah, jika Jepang barter elektroniknya dengan beras Indonesia, maka akan mendapatkan
keuntungan sebesar 0,25 yang diperoleh dari 1 kg beras dikurangi 0,75 kg beras.

Meski brilian, namun tak ada gagasan yang sempurna. Artinya, sebaik-baiknya ide pemikiran yang
dikemukakan meski mampu memberikan sumbangsih pada perubahan dan perkembangan
perekonomian dunia, pasti ada saja kelemahannya.

Pada prinsipnya dasar pemikiran Adam Smith dengan teori keunggulan absolutnya dan David Ricardo
dengan teori keunggulan komparatifnya tidak jauh berbeda. Perbedaan hanya terletak pada cara
mengukur keunggulan suatu negara, di mana pada teori keunggulan absolut lebih menekankan pada
biaya absolut, sedangkan teori keunggulan komparatif pada biaya relatif untuk memproduksi suatu
barang.
Dibawah ini transaksi yang terjadi di Bengkel Lancar ESDUA selama bulan Juli 2000

Tanggal
Juli 2000 1

2
5
8
11
14
15
17
19
20
30
Dibawah ini transaksi yang terjadi di Bengkel Lancar ESDUA selama bulan Juli 2000

Transaksi
Joana mendirikan usaha Bengkel ESDUA dengan menyerahkan Peralatan bengkel senilai
Rp 4.500.000,00 dan uang Tunai Rp 15.000.000,00 sebagai modal awal
Dibeli perlengkapan bengkel senilai Rp 450.000,00 kredit
Membayar sewa toko untuk setahun kedepan senilai Rp 2.400.000,00
Diterima pinjaman dari Bank bca sebesar Rp 5.000.000,00
Menerima pendapatan jasa dari customer sebesar Rp. 500.000,00 secara tunai
Menyelesaikan servis pembayaran minggu depan senilai Rp 120.000,00
Membayar biaya listrik dan air sebesar Rp. 600.000,00
Membayar transaksi tanggal 2 sebesar Rp 450.000,00
Menerima pendapatan jasa dari customer sebesar RP. 300.000,00 secara tunai
Joana mengambil untuk keperluan pribadi sebesar Rp. 500.000,00
Perlengkapan terpakai senilai Rp 300.000,00
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Juli 2000 1 Kas Rp 15.000.000,00
Peralatan Bengkel Rp 4.500.000,00
Modal Awal Rp 19.500.000,00
2 Perlengkapan Bengkel Rp 450.000,00
Utang Usaha Rp 450.000,00
5 Beban sewa Rp 2.400.000,00
Kas Rp 2.400.000,00
8 kas Rp 5.000.000,00
utang bank Rp 5.000.000,00
11 kas Rp 500.000,00
pendapatan jasa Rp 500.000,00
14 piutang Rp 120.000,00
pendapatan Rp 120.000,00
15 beban Rp 600.000,00
kas Rp 600.000,00
17 utang Rp 450.000,00
kas Rp 450.000,00
19 kas Rp 300.000,00
pendapatan Rp 300.000,00
20 prive Rp 500.000,00
kas Rp 500.000,00
30 Beban Perlengkapan Rp 300.000,00
Perlengkapan Rp 300.000,00
Kas
Rp 15.000.000,00 Rp 2.400.000,00
Rp 5.000.000,00
Rp 500.000,00

Anda mungkin juga menyukai