Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

PENGERTIAN TENTANG APBD

Nama kelompok

1.Rio Hendiansyah

2.Rika Karnia Putri

3.Fitri Ratna Sari

4.Asep Ardiansyah

5.Juwita Asmara

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN LAHAT


SMK NEGERI 01 KIKIM TENGAH
A. PENGERTIAN APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujul cleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir a tentang Keuangan Negara).
Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam
APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan
dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran
APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu.
Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan
dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesaal jumlah dan sasaran
yang ditetapkan dalam APPI Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan
daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian pemeriksaan dan
pengawasan keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APEN yaitu mulai 1 Januari
dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan
pengendalian dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkat berangka
waktu tersebut.
B. FUNGSI-FUNGSI APBD

Fungsi APBD jika ditinjau dari kebijakan fiskal yaitu:


1. Fungsi otorisasi yaitu bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesual dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.

C. TUJUAN APBD

Setiap tahun pemerintah daerah menyusun APBD Tujuan penyusunan APBD adalah
sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan daerah agar terjadi keseimbangan yang
dinantis, dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan di daerah demi tercapainya
peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi.
Pada akhirnya, semua itu ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur,
baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta untuk
mengatur pembelanjaan daerah stan penerimaan daerah agar tercapai kesejahteraan dan
pertumbuhan ekonomi daerah secara merata.

D. PRINSIP-PRINSIP APBD
Prinsip-prinsip dasar (azas) yang berlaku di bidang pengelolaan Anggaran Daerah
yang berlaku juga dalam pengelolaan Anggaran Negara/Daerah sebagaimana bunyi
penjelasan dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yaitu:

1. Kesatuan, azas Ini menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah
disajikan dalam satu dokumen anggaran.
2. Universalitas, azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan
secara utuh dalam dokumen anggaran.
3. Tahunan, azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
4. Spesialitas, azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara
jelas peruntukannya.
5. Akrual, azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani untuk
pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan anggaran untuk
penerimaan yang seharusnya diterima, walaupun sebenarnya belum dibayar atau
belum diterima pada kas.
6. Kas, azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada saat terjadi
pengeluaran penerimaan uang dari ke kas daerah.
E. DASAR-DASAR HUKUM APBD
Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan: Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah atau yang baru Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang disingkat
APBD Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, dan Undang
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

F. KEBIJAKAN APBD
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) menjadi acuan dalam perencanaan operasional
anggaran. Kebijakan anggaran berkaitan dengan analisa fiskal sedangakan operasional
anggaran berkaitan dengan sumber daya.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 22 Tahun 2011 KUA mencakup hal-hal
yang sifatnya kebijakan umum dan tidak menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-
hal yang sifatnya kebijakan umum, seperti:
a. Gambaran kondisi ekonomi makro termasuk perkembangan indikator ekonomi makro
daerah.
b. Asumsi dasar penyusunan Rancangan APBD Tahun Anggaran termasuk laju inflasi,
pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan kondisi ekonomi daerah.
c. Kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencanasumber dan
besaran pendapatan daerah untuk tahun anggaran serta strategi pencapaiannya.
d. Kebijakan belanja daerah yang mencerminkanprogram dan langkah kebijakan dalam
upaya peningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi dari
sinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintah serta strategi
pencapaiannya.
e. Kebijakan pembiayaanyang menggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran daerah
sebagai antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka menyikapi
tuntutan pembangunan daerah serta strategi pencapaiannya. (Peraturan Menteri Dalam
Negeri No 22 th 2011).

Anda mungkin juga menyukai