Anda di halaman 1dari 8

Pengertian APBN

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk masa
waktu satu tahun. Selain itu, APBN adalah salah satu perwujudan dari pasal 23 Undang-
undang Dasar 1945 dan tahun 2020 APBN dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2019.
Fungsi APBN Melansir Modul Ekonomi Kemdikbud, terdapat enam fungsi APBN yang harus
dijalankan oleh Kementerian Keuangan di antaranya:

Fungsi Alokasi

Fungsi alokasi bertujuan untuk membagi proporsionalitas anggaran dalam melakukan


pengalokasian pembangunan dan pemerataan. Anggaran negara harus terarah untuk
memangkas pengangguran dan inefisiensi dalam sumber daya serta menambah daya guna
perekonomian.

Fungsi Distribusi

Sebagai penyaluran dana kepada masyarakat berdasarkan alokasi yang sudah ditetapkan.
Fungsi ini berguna untuk mencapai sama rasa dan sama rata antar wilayah dan daerah.
Fungsi Stabilisasi Fungsi stabilisasi menunjukkan bahwa anggaran negara berfungsi untuk
menjaga keseimbangan antara masyarakat melalui intervensi guna mencegah inflasi.

Fungsi Otoritas

Fungsi otoritas menunjukkan bahwa anggaran negara adalah pokok pelaksanaan


pendapatan dan belanja dalam setiap tahunnya.

Fungsi perencanaan

Dalam hal ini, APBN berfungsi sebagai alokasi sumber daya sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan setiap tahunnya.

Fungsi regulasi

Fungsi regulasi digunakan untuk mendorong kebutuhan ekonomi suatu negara, dan
bertujuan jangka panjang demi kemakmuran rakyat.

Selain fungsi, APBN juga memiliki tujuan, antara lain:

 Untuk pedoman penerimaan dan pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas


kenegaraan.
 Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR dan
masyarakat luas.
 Meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
 Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal. Memungkinkan agar pemerintah
memenuhi prioritas belanja.

Struktur APBN

Secara garis besar, struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja
negara, keseimbangan primer, surplus/defisit anggaran, dan pembiayaan.
Pendapatan dalam negeri sendiri berasal dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak.
Sedangkan penerimaan hibah adalah hadiah dari negara lain yang memberikan kontribusi
dana untuk keberlangsungan proses pembangunan di dalam negeri.
Sebelum menyusun APBN, ada sistem perencanaan atau mekanisme mengenai
pengeluaran dan pemasukan uang negara, atau yang akrab disebut dengan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
Berikut mekanisme penyusunan RAPBN negara:
 Pemerintah menyusun rencana APBN berbentuk nota keuangan melalui rapat
dengan departemen dan lembaga teknis.
 Pengajuan RAPBN oleh pemerintah kepada DPR.
 Pembahasan RAPBN oleh DPR di masa sidang.
 Persetujuan RAPBN oleh DPR menjadi APBN dengan undang-undang. Jika tidak
disetujui, pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya.
 APBN diperkuat pelaksanaannya oleh keputusan presiden tentang pelaksanaan
APBN.
Adapun belanja negara sendiri terdiri dari belanja pemerintah pusat dan belanja pemerintah
daerah, yang di mana belanja pemerintah pusat meliputi pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan.
Sedangkan belanja pemerintah daerah meliputi dana perimbangan dan dana otonomi
khusus serta penyeimbang. Oleh karena itu, APBN sangat mempengaruhi perekenomian
keluar masuknya pendapatan suatu negara, di antaranya:
 Jumlah uang yang beredar di masyarakat dapat di atur sehingga kestabilan
keuangan atau moneter negara dapat terjaga.
 Industri -industri dalam negeri dapat berkembang karena masyarakat dapat ikut-serta
berinvestasi.
 Karena merupakan sumber penerimaan dan penggunaan untuk belanja pegawai dan
belanja barang atau jasa serta lainnya sehingga memperlancar distribusi
pendapatan.
 Terbukanya bagi masyarakat dalam investasi negara, dan pembangunan proyek
negara dapat terlaksana, serta kesempatan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Baca selengkapnya di artikel "Apa Itu APBN, Pengertian dan


Fungsinya?", https://tirto.id/gmfj
Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu
tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, (Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan Penerimaan
lainnya), Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum
(DAU), dan Dana Alokasi Khusus serta Pendapatan lain-lain yang sah seperti Dana Hibah,
Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana
Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah
Lainnya dan Pendapatan Lain-Lain.

Anggaran Belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan di


daerah. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-
tahun anggaran berikutnya.

Pengertian APBD Menurut Para Ahli


Achmad Fauzi – Menurut Achmad Fauzi, APBD adalah program pemerintah daerah yang
akan dilaksanakan dalam satu tahun mendatang, yang diwujudkan dalam satu bentuk uang.

1. Alteng Syafruddin
Menurut Alteng Syafruddin, APBD adalah rencana kerja atau program kerja pemerintah
daerah untuk tahun kerja tertentu, di dalamnya memuat rencana pendapatan dan rencana
pengeluaran selama tahun kerja tersebut.

2. R.A. Chalit
Menurut R.A. Chalit, APBD adalah suatu bentuk konkrit rencana kerja keuangan daerah yang
komprehensif yang mengaitkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah yang
dinyatakan dalam bentuk uang, untuk mencapai tujuan yang direncanakan dalam jangka
waktu tertentu dalam satu tahun anggaran.
3. M. Suparmoko
Menurut M. Suparmoko, APBD adalah anggaran yang memuat daftar pernyataan rinci
tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran negara yang diharapkan
dalam jangka waktu satu tahun tertentu.

Fungsi APBD
Menurut Ateng Syafruddin, fungsi dan kedudukan APBD yaitu: Sebagai dasar kebijakan
menjalankan keuangan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk masa tertentu
yaitu satu tahun anggaran. Sebagai pemberian kuasa dari pihak legislatif yaitu DPRD kepada
kepala daerah sebagai pimpinan eksekutif untuk melakukan pengeluaran dalam rangka
menjalankan roda pemerintahan daerah.

Sebagai penetapan kewenangan kepada kepala daerah untuk melaksanakan pembangunan


daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai bahan pengawasan yang dilakukan oleh
pihak yang berhak melaksanakan pengawasan bisa lebih baik. Pada Peraturan menteri dalam
Negeri Nomor 13 Thn 2006 menyatakan bahwa APBD mempunyai beberapa fungsi antara
lain sebagai berikut:

 Fungsi Otorisasi – Anggaran daerah tersebut menjadi dasar untuk dapat


melaksanakan pendapatan serta belanja daerah ditahun bersangkutan
 Fungsi Perencanaan – Anggaran daerah tersebut menjadi suatu pedoman bagi
manajemen didalam merencanakan suatu kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
 Fungsi Pengawasan – Anggaran daerah tersebut menjadi suatu pedoman untuk
dapat menilai apakah kegiatan atau aktivitas penyelenggaraan pemerintah daerah
tersebut sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
 Fungsi Alokasi – Anggaran daerah tersebut harus diarahkan untuk dapat
menciptakan lapangan kerja atau juga mengurangi pengangguran serta
pemborosan sumber daya, dan juga meningkatkan efisiensi & efektivitas
perekonomian.
 Fungsi Distribusi – Anggaran daerah tersebut harus memperhatikan pada rasa
keadilan dan juga kepatutan.
 Fungsi Stabilisasi – Anggaran daerah tersebut menjadi alat untuk dapat
memelihara serta mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian suatu
daerah.
 

Dasar Hukum APBD


Pada dasarnya tujuan penyusunan APBD sama halnya dengan tujuan penyusunan APBN.
APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran penyelenggara negara di
daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Dengan APBD maka pemborosan, penyelewengan, dan kesalahan dapat
dihindari. Dasar hukum dalam penyelenggaraan keuangan daerah dan pembuatan APBD
adalah sebagai berikut Grameds:
 UU No. 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.
 UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.
 PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah.
 Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara
Pengawasan, Penyusunan, dan Perhitungan APBD.
Prosedur Penyusunan APBD
Tahap proses penyusunan anggaran sesuai dengan UU No. 25 tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional, dimulai dari proses penyusunan RPJP Daerah yang
memuat visi, misi serta arah pembangunan daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Untuk lebih memahami prosedur penyusunan APBD, Grameds dapat membaca buku
Pedoman Penyusunan APBD Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah.
Setelah RPJP Daerah ditetapkan, tugas selanjutnya adalah Pemerintah Daerah menetapkan uraian dan
penjabaran mengenai visi, misi dan program kepala daerah dengan memperhatikan RPJP Daerah dan
RPJM Nasional dengan memuat hal-hal tentang arah kebijakan umum daerah, program serta kegiatan
SKPD yang dituangkan dalam Renstra dengan acuan kerangka pagu indikatif.
RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan sejak kepala
daerah dilantik berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 pasal 19 ayat (3). Setelah itu dilanjutkan
dengan penetapan RKPD yang ditetapkan setaip tahunnya berdasarkan acuan RPJMD,
Renstra, Renja dan memperhatikan RKP dengan Peraturan Kepala Daerah sebagai dasar
untuk penyusunan APBD.
Proses perencanaan dari RPJP Daerah, RPJM Daerah, sampai dengan RKP Daerah sesuai
dengan UU No. 25 Tahun 2005 berada di BAPPEDA.

Komponen Pembentuk APBD


Adapun komponen yang membentuk APBD diatas terdiri dari 4 bagian, yaitu ringkasan
pendapatan, belanja, surplus/defisit dan pembiayaan.
1. Pendapatan
Bagian ini melihat perubahan dalam berbagai komponen pendapatan. Untuk pemerintah
daerah yang ada di Indonesia, pendapatan utamanya berasal dari tiga sumber : Pendapatan
Asli Daerah (PAD) melalui pajak dan retribusi Transfer dari pusat, dan Pendapatan lainnya.
Mengingat rata-rata sumber pendapatan pemerintah daerah didominasi oleh dana
perimbangan yaitu sekitar 80-90%, maka sumber pendapatan pemda dalam kondisi
dependable (ketergantungan).
2. Belanja
Bagian ini menunjukkan perkembangan total belanja dalam periode 3 (tiga) tahun. Selain itu,
akan ditunjukkan pula perubahan dalam jenis belanja sehingga dapat diketahui jika ada satu
komponen yang berubah relatif terhadap komponen lain.
Untuk pemda di Indonesia, klasifikasi belanja secara ekonomi dibagi ke dalam 10 (sepuluh)
jenis , yaitu : Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Belanja Bunga
Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada
Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemdes
Belanja Tak Terduga. 
Pemahaman lebih dalam mengenai hal ini juga bisa Grameds temukan pada buku Permendagri
Pedoman Pemberian Hibah & Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD.

3. Surplus atau Defisit


Pada bagian ini ditunjukkan aktual pendapatan, belanja, dan surplus/defisit dalam periode 3
(tiga) tahun. Pada dasarnya, dari bagian ini dapat terlihat “surplus/defisit” secara Nasional.
Namun, tidak seperti private sector, surplus yang besar tidak diharapkan terjadi karena hal ini
dapat mengindikasikan bahwa pemerintah daerah tidak memberikan pelayanan publik secara
optimal dalam beberapa hal.

4. Pembiayaan
Pos ini menggambarkan transaksi keuangan pemda yang dimaksudkan untuk menutup selisih
antara Pendapatan dan Belanja Daerah, jika Pendapatan lebih kecil maka terjadi defisit dan
akan ditutupi dengan penerimaan pembiayaan, begitu juga sebaliknya.

Sumber APBD
1. Retribusi
Dianggap sebagai sumber penerimaan tambahan, tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan efisiensi dengan menyediakan informasi atas permintaan bagi penyedia
layanan publik, dan memastikan apa yang disediakan oleh penyedia layanan publik minimal
sebesar tambahan biaya (Marginal Cost) bagi masyarakat. Ada tiga jenis retribusi, antara lain:

 Retribusi Perizinan Tertentu (Service Fees) seperti penerbitan surat


izin(pernikahan, bisnis, kendaraan bermotor) dan berbagai macam biaya yang
diterapkan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan.
Pemberlakuan biaya atau tarif kepada masyarakat atas sesuatu yang diperlukan
oleh hukum tidak selalu rasional.
 Retribusi Jasa Umum (Public Prices) adalah penerimaan pemerintah daerah atas
hasil penjualan barang-barang privat, dan jasa. Semua penjualan jasa yang
disediakan di daerah untuk dapat diidentifikasi secara pribadi dari biaya manfaat
publik untuk memberikan tarif atas fasilitas hiburan atau rekreasi. Biaya tersebut
seharusnya diatur pada tingkat kompetisi swasta, tanpa pajak, dan subsidi, di
mana itu merupakan cara yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan
publik, dan akan lebih baik lagi jika pajak subsidi dihitung secara terpisah.
 Retribusi Jasa Usaha (Specific Benefit Charges) secara teori, merupakan cara
untuk memperoleh keuntungan dari pembayar pajak yang kontras, seperti Pajak
Bahan Bakar Minyak atau Pajak bumi dan bangunan.
2. Pendapatan Daerah
Bisa bersumber dari Pajak daerah dibagi jadi 2 yakni pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota. Contohnya

 Pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak hotel,
pajak restoran, pajak hiburan, dan lainnya,
 Retribusi daerah, misalnya retribusi pelayanan kesehatan, kebersihan, dan lain-
lain.
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, misalnya dividen dan
penyertaan modal daerah pada pihak ketiga, Lain-lain penerimaan daerah yang
sah, seperti jasa giro, pendapatan bunga, komisi, potongan,
 Dana perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana
alokasi khusus dan Pendapatan lain seperti hibah dan pendapatan dana darurat.
Kemandirian APBD berkaitan erat dengan kemandirian PAD. Hal ini karena semakin besar
sumber pendapatan dari potensi daerah, maka daerah akan semakin leluasa untuk
mengakomodasikan kepentingan masyarakat. Di mana kepentingan masyarakat tanpa muatan
kepentingan pemerintah pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah.
Buku Hibah Dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Apbd juga bisa menjadi referensi
dalam rangka emberikan pemahaman serta pedoman bagi para pengelola keuangan daerah
dalam memberikan, menganggarkan, melaksanakan, dan menatausahakan, melaporkan,
mempertanggung jawabkan serta memonitori dan mengevaluasi pemberian hibah dan
bantuan sosial.

3. Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Properti (PBB) memiliki peranan yang penting dalam hal keuangan pemerintah daerah,
pemerintah daerah di kebanyakan negara berkembang akan mampu mengelola keuangannya
tapi hak milik berhubungan dengan pajak properti. Jika pemerintah daerah diharapkan untuk
memerankan bagian penting dalam keuangan sektor jasa (contoh: pendidikan, kesehatan),
sebagaimana seharusnya mereka akan membutuhkan akses untuk sumber penerimaan yang
lebih elastis.
4. Pajak Cukai
Pajak cukai berpotensi signifikan terhadap sumber penerimaan daerah, terutama alasan
administrasi dan efisiensi. Terutama cukai terhadap pajak kendaraan. Pajak tersebut jelas
dapat dieksploitasi lebih daripada yang biasanya terjadi di sebagian besar negara yaitu dari
perspektif administratif berupa pajak bahan bakar dan pajak otomotif. Pajak bahan bakar juga
terkait penggunaan jalan, dan efek eksternal seperti kecelakaan kendaraan, polusi, dan
kemacetan.
Swastanisasi jalan tol pada prinsipnya dapat melayani fungsi pajak manfaat, didasarkan pada
fitur umur dan ukuran mesin kendaraan (mobil lebih tua, dan lebih besar biasanya
memberikan kontribusi lebih kepada polusi), lokasi kendaraan (mobil di kota-kota menambah
polusi, dan kemacetan), sopir catatan (20 persen dari driver bertanggung jawab atas 80 persen
kecelakaan), dan terutama bobot roda kendaraan (berat kendaraan yang pesat lebih banyak
kerusakan jalan, dan memerlukan jalan yang lebih mahal untuk membangun).

5. Pajak Penghasilan (Personal Income Taxes)


Diantara beberapa negara di mana pemerintah sub nasional memiliki peran pengeluaran
besar, dan sebagian besar otonom fiskal adalah negara-negara Nordik. Pajak pendapatan
daerah ini pada dasarnya dikenakan pada nilai yang tetap. Pada tingkat daerah didirikan basis
pajak yang sama sebagai pajak pendapatan nasional dan dikumpulkan oleh pemerintah pusat.

6. Dana Bagi Hasil


Menurut PP No 55 Tahun 2005 Pasal 19 Ayat 1, dana bagi hasil (DBH) terdiri atas pajak dan
sumber daya alam. DBH pajak meliputi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bagian Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan. Sedangkan DBH sumber
daya alam meliputi kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas, dan pertambangan panas bumi.

Besaran DBH sebagai berikut: Besaran dana bagi hasil penerimaan negara dari PBB dengan
imbangan 10 persen untuk daerah. Besaran dana bagi hasil penerimaan negara dari BPHTB
dengan imbangan 20 persen untuk pemerintah dan 80 persen untuk daerah. Besaran dana bagi
hasil pajak penghasilan dibagikan kepada daerah sebesar 20 persen. Dana bagi hasil dari
sumber daya alam ditetapkan masing-masing sesuai peraturan perundang-undangan.
7. Dana Alokasi Umum
Dana alokasi umum (DAU) merupakan dana yang berasal dari APBN, dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Cara menghitung DAU sesuai
ketentuannya sebagai berikut:
DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan dalam negeri yang
ditetapkan dalam APBN. DAU untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan masing-
masing 10 persen dan 90 persen dari dana alokasi umum.
DAU untuk suatu daerah kabupaten atau kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian
jumlah dana alokasi umum untuk daerah kabupaten atau kota yang ditetapkan APBN dengan
porsi daerah kabupaten atau kota. Porsi daerah kabupaten atau kota sebagaimana dimaksud
diatas merupakan proporsi bobot daerah kabupaten atau kota di seluruh Indonesia. DAU
suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah, yang merupakan selisih
antara kebutuhan daerah dan potensi daerah.
8. Dana Alokasi Khusus
Menurut UU No 33 Tahun 2004, dana alokasi khusus (DAK) adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu. Tujuan DAK untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Kegiatan khusus tersebut adalah: Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
dengan alokasi umum. Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

9. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah


Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Thn 2000 mengenai suatu
Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan ialah, bahwa pendapatan daerah adalah suatu hak
pemerintah daerah yang diakui ialah sebagai penambah nilai kekayaan yang bersih.
Penerimaan daerah adalah suatu uang yang masuk ke suatu daerah dalam periode thn
anggaran tertentu.
Pada Undang-undang Nomor 25 Thn 1999 Pasal 21 menggemukan, bahwa suatu anggaran
pengeluaran dalam APBD tersebut tidak dapat atau tidak boleh melebihi anggaran
penerimaan.
Didalam penjelasan pasalnya tersebut, adalah daerah tidak dapat atau tidak boleh
menganggarkan pengeluaran tanpa adanya kepastian terlebih dahulu tentang ketersedian
sumber pembiayaannya serta juga mendorong daerah untuk dapat meningkatkan efisiensi
pengeluarannya. Searah dengan hal itu Peraturan Pemerintah Nomor 105 Thn 2000 mengenai
Pengelolaan Keuangan Daerah mengemukakan, ialah bahwa jumlah belanja yang
dianggarkan di dalam suatu APBD adalah suatu batas tertinggi untuk pada tiap-tiap jenis
belanja.

Baca selengkapnya di ” https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-apbd/ ”

Anda mungkin juga menyukai