Anda di halaman 1dari 4

APBN DAN APBD

A. APBN
1. PENGERTIAN
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nonor 14 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan Pemerintah negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Secara
umum, Anggaran Pendapatan dan Belaja Negara (APBN) adalah suatu daftar yang memuat rincian
pendapatan dan pengeluaran negara untuk waktu tertentu, biasanya satu tahun.
2. FUNGSI
a. Fungsi Distribusi yaitu APBN harus didistribusikan berdasarkan prinsip keadilan, dan pendistribusian
APBn ini digunakan ke seluruh sektor yang ada dalam suatu negara tanpa terkecuali.
b. Fungsi Alokasi, artinya APBN dialokasikan ke semua sektor.
c. Fungsi Stabilisasi yaitu APBN digunakan sebagai alat untuk mestabilkan perekonomian sehingga
fndamental perekonomian negara tetap terjaga.
3. TUJUAN
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pendapatan dan pembelanjaan negara dalam
melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat.
4. SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
a. Penerimaan Perpajakan, penerimaan perpajakan terdiri dari:
1) Pendapatan Pajak Dalam Negeri, semua penerimaan negara yang berasal dari pendapatan pajak
penghasilan, pendapatan pajak pertambahan nilai barang dan jasa, pendapatan pajak penjualan
atas barang mewah, pendapatan pajak bumi dan bangunan, pendapatan cukai, dan pendapatan
pajak lainnya.
2) Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional, semua penerimaan negara yang berasal dari
pendapatan bea masuk, dan pendapatan bea keluar.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak, yaitu semua penerimaan Pemerintahan Pusat yang diterima dalam
bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian Pemerintah atas laba Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) , PNBP lainnya.
c. Penerimaan Hibah, yaitu penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang
dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang, jasa, dan surat berharga yang diperoleh dari
pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali dan yang tidak mengikat, baik berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri.
5. SUMBER-SUMBER PENGELUARAN NEGARA
Pengeluaran atau belanja negara meliputi :
a. Belanja Pemerintah Pusat, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran
bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
b. Transfer ke Daerah, meliputi :
1) Dana Perimbangan, adalah dana dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Yang terdiri dari :
a) Dana Bagi Hasil (DBH), yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
b) Dana Alokasi Umum, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
c) Dana Alokasi Khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapat APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
2) Dana Otonomi Khusus, yaitu dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi
khusus suatu daerah.
3) Dana Penyesuaian, yaitu dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka
melaksanakan kebijakan tertentu sesuai peraturan perundangan.
6. MEKANISME PENUSUNAN APBN
a. Prinsip penyusunan APBN
1) Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN adalah :
a) Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan juga kecepatan penyetoran
b) Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara
c) Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang dimana telah diderita oleh negara dan penuntutan
benda
2) Berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah :
a) Hemat, efisien, dan juga sesuai dengan kebutuhan
b) Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan
c) Semaksimal mungkin dalam menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional
b. Asas penyusunan APBN
1) Kemandirian artinya pembelanjaan oleh Negara bertumpu pada kemamapuan Negara,apabila
penerimaan dalam negeri meningkat maka pinjaman luar negeri hanya sebagai pelengkap.
2) Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.
3) Penajaman prioritas pembangunan artinya pembelanjaan dalam APBN harus mengutamakan
pembangunana disektor-sektor yang lebih bermanfaat.
c. Landasan hukum APBN
1) UUD 1945 pasal 23 ayat 1 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang ditetapkan
setiap tahun.
2) Undang Undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3) Undang Undang No. 33 tahun2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah
d. Cara penyusunan APBN
1) Tahap pendahuluan
a) Tahap awal mempersiapkan rancangan APBN oleh pemerintah meliputi penentuan asumsi
dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, dan penyusunan
budget exercise. Asumsi dasar APBN meliputi:
 pertumbuhan ekonomi,
 tingkat inflasi,
 nilai tukar rupiah,
 suku bunga SBI tiga bulan,
 harga minyak internasional, dan
 lifting.
b) Mengadakan rapat komisi antarkomisi masing-masing dengan mitra kerjanya
(departemen/lembaga teknis).
c) Melakukan proses finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah
2) Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN
a) Tahapan ini dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan.
b) Selanjutnya, membahas baik antara menteri keuangan dan panitia anggaran DPR maupun
antara komisi-komisi dan departemen/ lembaga teknis terkait.
c) Hasil dari pembahasan berupa UU APBN memuat satuan anggaran sebagai bagian tidak
terpisahkan dari UU tersebut. Satuan anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan
alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, subsektor, program,dan proyek/kegiatan.
d) Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/lembaga
mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada
Departemen Keuangan dan Bappenas untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan diverifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus
diselesaikan dari Oktober hingga Desember.
e) Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa Keputusan Presiden (Kepres) sebagai
Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala kantor/pimpinan
proyek di masing-masing kementerian dan lembaga mengajukan Surat permintaan
Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara (KPPN).
3) Tahap pengawasan APBN
a) Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas fungsional baik
eksternal maupun internal pemerintah.
b) Sebelum berakhirnya tahun anggaran (sekitar bulan November),pemerintah melalui Menteri
Keuangan membuat laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan melaporkannya
dalam bentuk Rancangan Perhitungan Anggaran Negara (RUU PAN) yang paling lambat
dilakukan lima belas bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun anggaran yang
bersangkutan. Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan
Pemeriksa keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaaan perhitungan dan pertanggung
jawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujui oleh BPK, RUU PAN
tersebut diajukan kepada DPR untuk mendapat pengesahan menjadi UU Perhitungan
Anggaran Negara (UU PAN) tahun anggaran bersangkutan.

B. APBD
1. PENGERTIAN
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas peraturan
Meteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan
bahwa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemrintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.

2. FUNGSI
a. Fungsi Otorisasi, artinya anggaran daerah yang menjadi dasar untuk melaksanaan pendapatan dan
belanja pada tahun anggaran tersebut.
b. Fungsi Perencanaan, artinya anggaran daerah menjadi pedoman manajemen dalam melakukan
kegiatan pemerintahan pada tahun anggaran tersebut.
c. Funsi Pengawasn, artinya anggaran daerah sebagai sebuah acuan penilaian pada semua kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi, artinya anggaran daerah diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi
angka pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
e. Fungsi Distribusi, Sebagai sebuah bentuk alat untuk memakmurkan rakyat dan juga memberikan
kesejahteraan bagi rakyat dengan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi Stabilisasi, artinya anggaran daerah menjadi alat di dalam melakukan pemeliharaan dan juga
pengupayaan akan keseimbangan fundamental perekonomian yang ada pada sebuah daerah.

3. TUJUAN
Adapun tujuan disusunnya APBD antara lain untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran daerah,
membantu meningkatkan efisiensi dan kerataan penyediaan barang dan jasa publik, meningkatkan
kejelasan dan pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada DPRD dan masyarakat, memunculkan
prioritas belanja pemerintah daerah, serta mempermudah koordinasi antar bagian di pemerintahan
daerah.
4. SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah.
2. Dana Perimbangan, terdiri dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.
3. Lain-lain pendapatan yang sah, seperti : pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dana bagi
hasil pajak dari provinsi ke pada kabupaten/kota, dana penyesuaian, dan dana otonomi khusus
Sumber-Sumber Pengeluaran Daerah
1. Belanja aparatur daerah
2. Belanja layanan daerah
3. Dana Bagi Hasil
4. Belanja tidak terduga
5. JENIS-JENIS BELANJA DAERAH
6. MEKANISME PENYUSUNAN APBD

Anda mungkin juga menyukai