Anda di halaman 1dari 11

PENYUSUNAN RANCANGAN

DAN PENGESAHAN APBN


Apa sih itu APBN?
APBN adalah anggaran pendapatan belanja daerah. APBN
berfungsi untuk membagi anggaran bedasarkan tujuan
apakah untuk pemerataan atau pembangunan.
A. Dasar Penyusunan dan Cara Membuat APBN
Perencanaan yang baik merupakan salah satu jaminan
suksesnya pelaksanaan pembangunan sehingga
masyarakat
menikmati hasilnya dan kesejahteraannya meningkat.
RAUDAH
Teknik penyusunan anggaran pendapatan belanja negara
(APBN) terdiri atas tiga cara berikut.
1. Dari Atas ke Bawah (Top Down)
Pemerintah menetapkan jumlah tertinggi anggaran (plafond
anggaran). Selanjutnya, plafond dibagikan pada setiap departemen,
kemudian tiap-tiap departemen/lembaga membagikan kepada setiap
eselon/unit bawahannya.
2. Dari Bawah ke Atas (Bottom Up)
Tiap-tiap satuan unit yang paling kecil dari departemen diminta
mengajukan sumbangan angka anggaran. Dari unit terkecil
mengajukan ke unit atasannya, diteruskan sampai tingkat atas
(departemen/lembaga), yang akhirnya sampai kepada menteri
keuangan untuk disusun menjadi rancangan APBN.
3. Campuran (Mixing)
Campuran dari cara kesatu dan kedua, yaitu selain menteri
keuangan/Bappenas telah memiliki angka perkiraan plafond
anggaran, tetapi masih meminta sumbangan angka anggaran (DUK
dan DUP) dari tiap-tiap departemen/lembaga beserta jajaran di
bawahnya.

RAUDAH
B. Kegiatan Pokok Penyusunan Rancangan
APBN
1. Permintaan Sumbangan Anggaran
Sebelum permintaan sumbangan anggaran dilakukan
Departemen Keuangan (Dit.Jen. Anggaran) menyusun kebijakan
anggaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penyusunan
kebijaksanaan anggaran tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
pelaksanaan APBN tahun yang lalu, perkembangan perekonomian
internasional dan perekonomian internasional serta perekonomian
dalam negeri agar dihasilkan perencanaan yang baik tersebut.Selanjutnya, Dit.Jen. Anggaran
menyampaikan surat edaran
tentang penyusunan anggaran kepada para menteri/ketua lembaga.
Surat edaran tersebut berisi permintaan sumbangan anggaran dengan
cara mengisi Daftar Usulan Kegiatan (DUK) untuk anggaran rutin
dan Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk anggaran pembangunan
disertai petunjuk cara pengisian DUK oleh Departemen Keuangan
dan cara pengisian DUP oleh Departemen Keuangan dan Bappenas.
fuji
2. Penyusunan dan Penyampaian DUK/DUP
Setelah menerima/mempelajari Surat Edaran Menteri Keuangan,
menteri/ketua lembaga meneruskan kepada Biro Perencanaan/
Keuangan yang ada di tiap-tiap departemen/lembaga untuk
dilaksanakan. Biro Perencaraan/Keuangan kemudian menyusun
konsep instruksi penyusunan anggaran di tiap-tiap departemen/
lembaga untuk diajukan kepada Menteri/Ketua Lembaga yang
bersangkutan. Instruksi yang telah ditandatangani oleh Menteri/
Ketua Lembaga diedarkan kepada unit/unit/eselon bawahannya
hingga eselon yang rendah, agar menyampaikan usul anggaran untuk
pengisian DUK dan DUP kepada Biro Perencanaan/Keuangan.DUK
dan DUP yang telah disetujui dan ditandatangani
disampaikan kepada Dit.Jen. Anggaran (untuk DUK) kepada
Bappenas serta Dit.Jen. Anggaran (untuk DUP) oleh menteri/ketua
Lembaga.
fuji
3. Penelitian dan Pembahasan DUK dan DUP
Setelah menerima DUK (untuk anggaran rutin), Direktorat
Jenderal Anggaran bersama wakil dari departemen/lembaga meneliti
dan membahas DUK tersebut. Selain itu, Bappenas dan Dit.Jen.
Anggaran meneliti dan membahas DUP yang diterima bersama wakil
dari departemen/lembaga. Dari penelitian dan pembahasan tersebut
dihasilkan plafond (batas tertinggi) sementara sebagai dasar untuk
menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
4. Penyusunan RAPBN
Dit.Jen. Anggaran dan Bappenas mempersiapkan Rancangan
APBN dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan dan Ketua
Bappenas untuk dimintakan persetujuan. Rancangan yang telah
disetujui dan ditandatangani menteri keuangan diajukan di Sidang
Kabinet. Setelah itu, Sidang Kabinet meneliti dan membahas lalu
menyetujui RAPBN, mempersiapkan dokumen anggaran lainnya bagi
kepala negara. Dari pembahasan dan persetujuan RAPBN tersebut
diperoleh plafond (batas tertinggi) yang definitif.RAPBN yang disusun berlandaskan asas Bruto
yang masing-masing departemen/lembaga dalam mengajukan usulan anggaran,
yakni dalam mengisi Daftar Usulan Kegiatan (DUK) di samping mencantumkan perkiraan jumlah
belanja/pengeluaran yang diusulkan, juga mencantumkan taksiran penerimaan bukan pajak
(non tax) yang dikelola oleh tiap-tiap departemen/lembaga.
fuji
C. Rancangan Undang-Undang APBNB
Beberapa jenis penerimaan dan pengeluaran belanja yang tertera dalam rancangan (rencana) APBN adalah
sebagai berikut
1. Penerimaan (Pendapatan)
a. Penerimaan dalam negeri/rutin
Penerimaan minyak bumi dan gas bumi adalah penerimaan dari
Pajak Penghasilan (dahulu disebut Pajak Perseroan) (PPs.
Minyak) atas penjualan minyak mentah (crude oil) dan penjualan
gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG).
b. Penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam yang berasal dari
penerimaan pajak, di antaranya berasal dari:
1) Pajak Penghasilan;
2) Pajak Pertambahan Nilai Barang/Jasa dan Pajak Penjualan
atas barang mewah;
3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); .
4) Bea Materai;
5) Bea Masuk dan Cukai.Penerimaan bukan pajak (non tax) adalah penerimaan yang
berasal dari departemen/lembaga yang bukan pajak, di antaranya:
a. penerimaan rutin luar negeri;
b. penerimaan pendidikan;
c. penerimaan jasa;
d. penerimaan kejaksaan dan peradilan;
e. penerimaan penjualan;
f. penerimaan kembali dan penerimaan lain-lain;
g. penerimaan khusus RINA
2. Penerimaan Pembangunan
Penerimaan pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari
bantuan luar negeri, terdiri atas bantuan program dan bantuan
proyek. Umumnya bantuan luar negeri tersebut berasal dari
komitmen (kesepakatan) negara-negara donor yang bergabung
dalam Bank Pembangunan di Asia (Asian Development Bank =
ADB), Bank Dunia (World Bank), dan Pemerintah Jepang.Bantuan luar negeri terdiri atas
bantuan program dan bantuan
proyek. Bantuan program adalah bantuan luar negeri dalam bentuk
bantuan pangan (beras, gandum), bantuan bukan pangan (seperti
pupuk, insektisida, dan kapas) serta dapat berupa valuta asing.
Bantuan pangan dan bukan pangan yang dicatat dalam penerimaan
pembangunan adalah hasil penjualan bantuan tersebut di dalam
negeri dikurangi dengan biaya pemasarannya.
Adapun bantuan proyek adalah bantuan luar negeri berupa
peralatan proyek dan jasa bantuan teknik (tenaga ahli dari luar negeri)
yang diimpor.Selain dapat bersifat “bantuan tanpa syarat” yang dikenal
sebagai grant atau hadiah, bantuan luar negeri juga dapat bersifat
“bantuan bersyarat” yang dikenal dengan istilah loan atau pinjaman.
RINA RUPIDA
3. Pengeluaran/Belanja
Belanja negara dalam APBN terdiri atas belanja/pengeluaran
rutin dan belanja/pengeluaran pembangunan.
a. Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran/belanja pemerintah
untuk menunjang tugas-tugas rutin yang bersifat habis pakai
(konsumtif) dan noninvestasi.Pengeluaran rutin meliputi:1) belanja pegawai;
2) belanja barang;
3) belanja pemeliharaan;
4) belanja perjalanan;
5) subsidi dan bantuan.
Anggaran belanja pembangunan dibiayai dari tabungan
pemerintah dan penerimaan sumber-sumber anggaran pembangunan
berupa bantuan program dan bantuan proyek.
b. Belanja/Pengeluaran Pembangunan
Belanja pembangunan adalah pengeluaran pemerintah yang
non-konsumtif, yang berbentuk investasi (proyek-proyek), baik
berbentuk proyek fisik maupun nonfisik.

RINA
D. Instansi Terkait dalam Penyusunan RAPBN
Penyusunan rancangan anggaran negara melibatkan semua
departemen karena penyusunan tersebut dimulai dengan
penyusunan anggaran oleh tiap-tiap departemen. Setiap departemen
hanya dapat mengajukan satu anggaran, yang meliputi anggaran
rutin dan anggaran pembangunan, yang dikenal dengan istilah
“Bagian Anggaran”.Setelah penyusunan bagian anggaran dilaksanakan oleh tiap-
tiap departemen, instansi yang berkaitan dalam pembahasan
penentuan jumlah tertinggi (plafond) adalah menteri keuangan dan
aparat Direktorat Jenderal Anggaran, yakni untuk perencanaan
anggaran rutin, sedangkan untuk perencanaan anggaran pembangunan
yang memegang peranan utama selain menteri keuangan adalah
Bappenas.
APBN memiliki 31 bagian anggaran, yang terdiri atas 21 bagian
anggaran untuk departemen yang sekarang disebut dengan
kementerian, 9 bagian untuk lembaga dan 1 bagian anggaran khusus.

AMEL
E. Pengesahan Rancangan UU APBN
1. Dasar Hukum
Rancangan UU APBN didasarkan pada Pasal 23 ayat (1) UUD
1945 beserta penjelasannya, yakni sebagai berikut.
a. Pasal 23 ayat (1) menyebutkan, Anggaran Pendapatan dan
Belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-undang.
Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran
yang diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan
anggaran tahun yang lalu.
b. Penjelasan tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
c. Pasal 23 menyatakan bahwa dalam hal menetapkan pendapatan
dan belanja kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kuat
daripada kedudukan pemerintah.
Pentingnya anggaran negara sebagaimana dalam Pasal 23 ayat
(1) beserta penjelasannya, Presiden menyampaikan RAPBN dan
Nota Keuangan kepada DPR sebagai perwujudan pelaksanaan
ketentuan Undang-Undang Dasar.

SAHUMA
2. Nota Keuangan
Nota keuangan adalah buku yang berisi informasi mengenai data
ekonomi keuangan; kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan
negara pada tahun anggaran lampau, tahun sekarang, dan yang akan
datang. Nota keuangan merupakan salah satu bahan untuk
pembahasan dan dengar pendapat di DPR, serta disampaikan dengan
amanat presiden kepada DPR setiap awal bulan Januari.

3. Persetujuan oleh DPR


Pembahasan RUU APBN di Dewan Perwakilan Rakyat dilakukan
oleh Komisi APBN DPR, yang anggotanya meliputi semua fraksi yang
ada di DPR. Sebagaimana diketahui di DPR terdapat berbagai komisi
dengan tugas masing-masing dan ruang lingkupnya, di antaranya
kelompok:
a. Kementrian Pertanian;
b. Kementrian Transmigrasi;
c. Kementrian Tenaga Kerja dan lain sebagainya.
Setelah komisi APBN membahas RUU APBN dan Nota Keuangan,
hasilnya dilaporkan kepada DPR dalam Rapat Paripurna. Dalam Rapat
Paripurna wakil-wakil dari fraksi di DPR memberikan pendapat, untuk
menyetujui, menolak, atau menyetujui dengan beberapa perubahan.
RUU APBN yang disetujui oleh DPR dikembalikan kepada
pemerintah untuk disahkan dengan ditandatangani presiden,
selanjutnya diundangkan dalam Lembaran Negara oleh Menteri
Sekretaris Negara.

Anda mungkin juga menyukai