Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak para pengamat ekonomi menyoroti masalah rendahnya tingkat penyerapan
anggaran sebagai salah satu indikator kegagalan birokrasi. Kegagalan target penyerapan
anggaran akan berakibat hilangnya manfaat belanja. Dana yang telah dialokasikan dalam
belanja negara ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan, ini berarti terjadi iddle money.
Bisa dibayangkan seandainya uang yang tersimpan tersebut bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan yang lebih besar. Tentu pencapaian tujuan nasional kita akan mudah untuk
dilakukan. Penyerapan anggaran belanja yang rendah dikhawatirkan tidak mendukung target
pertumbuhan.
Kalau kita lihat data tentang penyerapan anggaran di setiap tahun, rata rata penyerapan
anggaran sangat rendah di awal tahun dan bahkan ketika melewati triwulan kedua, realisasi
belanja negara masih rendah. Sayangnya, banyak instansi pemerintah yang terlalu berhati-hati
ketika melakukan pengeluaran anggarannya. Sehingga terkesan lambat dan tidak optimal
dalam memanfaatkan waktu. Tahun anggaran yang dua belas bulan seakan akan hanya efektif
selama 5 - 6 bulan. Banyak satuan kerja yang baru bekerja pada triwulan kedua.
Hingga akhir Oktober 2013, penyerapan belanja negara pada APBN Perubahan 2013
telah mencapai Rp1.166,2 triliun atau 67,6 persen dari pagu sebesar Rp1.726,2 triliun dengan
realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp763,5 triliun atau 63,8 persen atau Rp1.196,8
triliun.
Oleh karena itu penulis perlu rasanya untuk membuat suatu makalah tentang penyerapan
anggaran di Indonesia terutama Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Hal ini diperlukan
untuk menambah pemahaman pembaca dan penulis sendiri tentang penganggaran dan
pemanfaatannya dalam aktivitas pemerintahan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas pada makalah
ini adalah :
1. Bagaimana pengertian dan tujuan penyusunan anggaran pemerintah?
2. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran?
3. Bagaimana tingkat penyerapan anggaran di Indonesia?

1
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran di Indonesia?

C. Manfaat Penulisan
Melalui penulisan makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat berguna dan
menambah pemahaman penulis dan pembaca tentang anggaran pemerintah dan juga realisasi
penyerapan anggaran di Indonesia. Hal ini dapat menjadi pembelajaran dan evaluasi bagi kita
mengenai pemanfaatan anggaran kedepannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian APBN
Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana kerja
untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata budget yang
digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu bougeatau
bougetteyang berarti “tas” di pinggang yang terbuat dari kulit, yang kemudian di Inggris kata
budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit, khususnya tas
tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-surat anggaran.
Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut begrooting, yang berasal dari bahasa Belanda
kuno yakni grotenyang berarti memperkirakan.
Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara resmi
digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah “Anggaran Pendapatan dan Belanja” dipakai
secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan selanjutnya
ditambahkan kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN,
Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-
Undang.
Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara
penyusunan APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada pasal 23 ayat
1 UUD 1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang
dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besanya
kemakmuran rakyat. Pada pasal 23 ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang
anggaran pendapatan dan belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama
DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3
disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, pemerintah
menjalankan APBN tahun lalu.
3
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan
lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah
berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan
revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan
persetujuan DPR. Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat
melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun
anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.

B. Struktur APBN
Secara sederhana, struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Pendapatan Negara dan Hibah terdiri atas:


1.      Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas:
a.       Penerimaan Perpajakan, terdiri atas
1)     Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya.
2)      Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif Ekspor.
3)      Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas:
a)      Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas)
b)      Bagian Laba BUMN
c)      PNBP lainnya
2.      Hibah yaitu bantuan yang berasal dari swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri,
dan pemerintah luar negeri.

  Belanja terdiri atas dua jenis:


1)     Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat
dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah,
Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.

4
2)     Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk
kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja
Daerah meliputi:
a)      Dana Bagi Hasil
b)      Dana Alokasi Umum
c)      Dana Alokasi Khusus
d)     Dana Otonomi Khusus.

Pembiayaan meliputi:
1)      Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat
Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
2)      Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
a)     Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan
Pinjaman Proyek
b)     Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo
dan Moratorium.

C. Fungsi Anggaran
Anggaran berfungsi sebagai berikut:
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dan
belanja pemerintah tersebut.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara proses
perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran
memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintahagar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa
anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan
pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa presiden, menteri,
gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan melalui anggaran.

5
Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan (membatasi
kekuasaan) eksekutif.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan
ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut
dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi-
prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong,
memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan
terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan political tool
sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana
publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, pembuatan anggaran publik
membutuhkan political will, coalition building, keahlian berorganisasi, dan
pemahaman prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik.
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran
publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik
yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit
kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga
berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.
Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.
6. Anggaran adalah alat penilaian kinerja
Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget holder (eksekutif) kepada pemberi
wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan berapa yang
berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian.
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi masyarakat manajemen agar bekerja
secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran hendaknya bersifat
challenging but attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target

6
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga
jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD.
Masyarakat, LSM, Perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus
terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir
akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.

D. Fungsi APBN
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian,
pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
2.      Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman
bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan
telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk
medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan
membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan
dengan lancar.
3.      Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan
pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau
tidak.

7
4.      Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas
perekonomian.
5.      Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
6.      Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument utama


kebijakan fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan keputusan-keputusan
investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini disebabkan APBN secara umum
menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki, distribusi
pendapatan dan kekayaan melalui intervensi kebijakan dalam rangka mempengaruhi
permintaan dan penawaran faktor produksi serta stabilisasi ekonomi makro. Dengan
demikian strategi dan pengelolaan APBN menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam
perekonomian suatu negara.

Pada saat APBN disusun, setidaknya terdapat tujuh sumber ketidakpastian yang
berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan maupun belanja.
Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun APBN. Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


1 Pertumbuhan ekonomi a. Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya
tahunan (%) b. Perkembangan ekonomi global dan tahun
berjalan
c. Kondisi sosial, politik dan keamanan
dalam negeri tahun berjalan
d. Kebijakan restrukturisasi di berbagai
bidang yang akan dilaksanakan dalam
tahun berjalan
e. Kebijakan ekonomi makro yang
dilaksanakan pada tahun berjalan
f. Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta,
investasi, ekspor
2 Produk Domestik Bruto
(PDB) dalam rupiah
3 Inflasi (%) a. Kenaikan TDL
b. Menguatnya rupiah

8
c. Lancarnya distribusi barang
d. Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-
hati
4 Nilai tukar rupiah per Koreksi undervalued, membaiknya konsisi
USD keamanan, social, politik
5 Suku bunga SBI 3 bulan Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah
(%)
6 Harga minyak indonesia Permintaan dan penawaran minyak dunia
(USD/barel)
7 Produksi minyak Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin
Indonesia (barel/hari) menurun sementara penemuan sumur baru
relatif kecil, gangguan keamanan

E. Penyerapan Anggaran
Sering dibaca di media cetak maupun elektronik, para pengamat ekonomi menyoroti
masalah rendahnya tingkat penyerapan anggaran sebagai salah satu indikator kegagalan
birokrasi. Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran
bukan merupakan target alokasi anggaran. Perfomance Based Budget lebih menitikberatkan
pada kinerja ketimbang penyerapan itu sendiri. Hanya saja, kondisi perekonomian kita saat
ini variabel dominan pendorong pertumbuhannya adalah faktor konsumsi, sehingga belanja
pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan
tersebut. 
Kegagalan target penyerapan anggaran memang akan berakibat hilangnya manfaat
belanja. Karena dana yang telah dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan
yang berarti terjadi iddle money. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka
keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan
strategis. Dalam konsep dasar ilmu ekonomi, basic problem yang dihadapi oleh manusia
adalah keterbatasan sumber dana sebagai alat pemenuhan kebutuhan dihadapkan pada
kebutuhan yang jumlahnya tak terbatas. Basic problem ini juga dihadapi oleh suatu negara
termasuk Indonesia. Sumber-sumber penerimaan negara yang terbatas, dihadapkan pada
kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, mengharuskan Pemerintah menyusun prioritas
kegiatan dan pengalokasian anggaran yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, ketika
penyerapan anggaran gagal memenuhi target, berarti telah terjadi infesiensi dan inefektivitas
pengalokasian anggaran. Namun, dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja
atau Performance Based Budget, pencapaian target penyerapan anggaran bukan merupakan
indikator kinerja (performance indicator).

9
Apabila kita ilustrasikan negara sebagai suatu perusahaan, maka dalam konsepsi
Ekonomi Mikro, indikator kinerja dapat dipersamakan dengan peningkatan biaya yang harus
dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan atau yang lebih dikenal dengan istilah Marginal
Revenue (MR) yang dirumuskan : 

Tentu semua perusahaan menginginkan pencapaian laba maksimum. Dan pencapaian


laba maksimum tersebut ditandai dengan nilai MR = MC (Marginal Cost), dimana besaran
MC dapat diperoleh dari : 

Berdasarkan pada teori Ekomoni Mikro diatas, maka kinerja dapat dipersamakan dengan
pencapaian laba maksimum. Dalam konsepsi penyelenggaraan birokrasi, berarti MR = MC
dicapai manakala tambahan manfaat yang diperoleh dari suatu output kegiatan sudah sama
besar dengan tambahan biaya untuk menghasilkan tambahan manfaat output tersebut. Atau
MO (marginal outcome) = MC (marginal cost).

F. Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Anggaran


Secara garis besar penyerapan belanja kementerian/lembaga dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal kementerian/lembaga, seperti antara lain :
a. Keterlambatan penetapan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pengelola kegiatan
di hampir semua Satker Pusat dan daerah,
b. Reorganisasi,
c. Penyempurnaan business process, dan
d. Faktor kehati-hatian kementerian/lembaga.
Selain itu mekanisme pengadaan barang dan jasa, seperti antara lain :
a. Banyaknya sanggahan dalam proses lelang,
b. Banyaknya pengaduan LSM ke Polri dan Kejaksaan, dan
c. Masalah pengadaan lahan/tanah.

Faktor lain seperti keterlambatan pejabat daerah dalam menetapkan pengelolaan


anggaran pada satuan kerja perangkat daerah, faktor geografis dan iklim.

10
G. Penyerapan Anggaran di Indonesia

Pemerintah menetapkan langkah kebijakan untuk percepatan penyerapan anggaran yaitu


memberikan fleksibilitas/kewenangan yang lebih luas kepada kuasa pengguna anggaran
(KPA) dalam melakukan revisi anggaran. Juga meningkatkan sosialisasi agar tidak terjadi
pemblokiran, menyusun Pedoman dalam Pengajuan Ijin Kontrak Tahun Jamak oleh Menteri
Keuangan kepada kementerian/lembaga, dan melakukan revisi/penyempurnaan terhadap
Peraturan yang berpotensi menghambat pencairan anggaran.

Pada tahun 2013 ini, pemerintah melalui Kementrian Keuangan telah melaporkan
realisasi penyerapan anggaran selama Semester I pada APBNP tahun 2013. Terdapat 10
Kementrian dengan daya serap anggaran kurang dari 20%. Secara umum, penyerapan
anggaran masih rendah dengan rata-rata penyerapan anggaran kurang dari 50%. Rendahnya
penyerapan anggaran disebabkan pada dasarnya karena keterlambatan pencairan dana,
keterlambatan penetapan KPA dan Pejabat Pengelola Kegiatan.Keterlambatan tersebut terjadi
hampir di setiap satuan kerja (Satker), baik pusat maupun daerah.

Tabel 1.1

10 Kementerian Dengan Realisasi Anggaran Terendah Di Semester I  2013

No Realisasi
APBNP
KEMENTERIAN Smtr. I %
(Milyar)
(milyar)
1 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL 2509,8 269,1 10,7
2 KEMENTERIAN SOSIAL 16014,1 1873,3 11,7
3 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL 17371,5 2376,6 13,7
4 KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF 1933,1 297,2 15,4
5 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA 3739,5 580,2 15,5
6 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 4724,9 792,6 16,8
7 KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 1886,8 321,4 17
8 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 35269,3 6207,6 17,6
9 KEMENTERIAN PENDIDIKAN  DAN
KEBUDAYAAN 79707,7 14265,7 17,9
10 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2949,6 560,1 19

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Semester I 2013, Realisasi Per 29 Juni 2013

11
12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Secara sederhana, struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai Penerimaan Dalam
Negeri.
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal,
alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, alat untuk
menciptakan ruang publik
Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran bukan
merupakan target alokasi anggaran. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka
keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan
strategis.
Secara garis besar penyerapan belanja kementerian/lembaga dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal kementerian/lembaga, seperti antara lain :
a. Keterlambatan penetapan kuasa pengguna anggaran (KPA) dan pengelola kegiatan di
hampir semua Satker Pusat dan daerah,
b. Reorganisasi,
c. Penyempurnaan business process, dan
d. Faktor kehati-hatian kementerian/lembaga.
Selain itu mekanisme pengadaan barang dan jasa, seperti antara lain :
d. Banyaknya sanggahan dalam proses lelang,
e. Banyaknya pengaduan LSM ke Polri dan Kejaksaan, dan
f. Masalah pengadaan lahan/tanah.

Faktor lain seperti keterlambatan pejabat daerah dalam menetapkan pengelolaan


anggaran pada satuan kerja perangkat daerah, dan faktor geografis dan iklim.

Secara umum, penyerapan anggaran pada tahun 2013 masih rendah dengan rata-rata
penyerapan anggaran kurang dari 50%. Rendahnya penyerapan anggaran disebabkan pada
dasarnya karena keterlambatan pencairan dana, keterlambatan penetapan KPA dan Pejabat
Pengelola Kegiatan.Keterlambatan tersebut terjadi hampir di setiap satuan kerja (Satker), baik
pusat maupun daerah.

13
B. Saran
Dalam pemanafaatan anggaran, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan ketercapaian
target dari program-program pemerintah secara efektif dan efisien. Anggaran yang sudah
dianggarkan seharusnya digunakan secara tepat sasaran, dan dapat diserap oleh seluruh
departemen secara baik dan tepat waktu. Diharapkan kendala-kendala yang menyebabkan
lambatnya penyerapan anggaran dapat diminimalisir dari berbagai aspek.
Penulis juga berharap apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, saran dan
perbaikan dari pembaca sangat penulis harapkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mugni sulaeman,makalah anggaran pendapatan dan belanja negara (apbn).html


Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Semester I tahun 2013.
Peraturan Menteri Keuangan No.165/PMK.07/2013 tentang Pelaksanaan Penyaluran
Dana Alokasi Khusus tahun 2013.
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=233
http://www.tribunnews.com/bisnis/2010/10/22/inilah-penyebab-rendahnya-penyerapan-
anggaran-belanja
Harmonisasi Peraturan..., Suhartono, FH UI, 2011
Akhir Tahun Anggaran, Optimalisasi vs Pemborosan, Jamila Lestyowati, 2013

15

Anda mungkin juga menyukai