Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

MENGENAL APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah negara
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci
yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31
Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan
Undang-Undang.

DASAR HUKUM PENYUSUNAN APBN

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam struktur perundang-
undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada
undang-undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal 23
mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“ Bunyi pasal 23:

ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah.

ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun yang lalu”.

TUJUAN APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia atau APBN juga memiliki tujuan yang
mendasarinya. Tujuan ini sangat jelas terdapat dalam Undang-Undang yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah antara lain seperti:

1. Menjadi pedoman penerimaan serta pengeluaran negara guna melaksanakan tugas


kenegaraan.

2. Bertujuan agar transparansi dan pertanggungjawaban dari pemerintah kepada DPR dan
masyarakat menjadi meningkat.

3. Bertujuan dalam meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.


4. Bantu pemerintah agar dapat mencapai tujuan fiskal.

5. Bertujuan untuk memungkinkan pemerintah agar dapat memenuhi prioritas belanja.

FUNGSI APBN

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka
membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta
prioritas pembangunan secara umum.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua
penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun
anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

a. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau
pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
b. perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara
untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah
direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung
pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil
tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
c. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah
menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
d. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi efektivitas
perekonomian.
e. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan
f. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat kontrasespsi
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

KLASIFIKASI APBN

Salah satu implementasi pelaksanaan unified budget adalah pengklasifikasian belanja pemerintah pusat
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja (klasifikasi ekonomi). Hal tersebut diatur dalam pasal 11
ayat (5) UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.Rincian belanja pemerintah pusat menurut
organisasi dipengaruhi oleh perkembangan susunan kementerian negara/lembaga, perkembangan
jumlah bagian anggaran, serta perubahan nomenklatur atau pemisahan suatu unit organisasi dari
organisasi induknya, atau penggabungan organisasi. Selain dialokasikan melalui K/L, belanja pemerintah
pusat juga dialokasikan melalui organisasi Bendahara Umum Negara (BUN), yang antara lain di dalamnya
termasuk alokasi pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, dan belanja lain-lain.

2. Klasifikasi Organisasi adalah pengelompokan anggaran belanja negara berdasarkan struktur organisasi
Kementerian Negara/Lembaga.

3. Klasifikasi Fungsi adalah pengelompokkan anggaran belanja negara berdasarkan fungsi-fungsi


pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga.

4. Klasifikasi Jenis Belanja adalah pengelompokkan anggaran belanja negara berdasarkan jenis belanja
pada Kementerian Negara/Lembaga.

STRUKTUR APBN

Secara garis besar struktur APBN adalah:

 Pendapatan Negara dan Hibah,


 Belanja Negara,
 Keseimbangan Primer,
 Surplus/Defisit Anggaran,
 Pembiayaan.

Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account. Dalam beberapa hal, isi dari I-
account sering disebut postur APBN. Beberapa faktor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan
sebagai berikut:

A) Pendapatan Negara

Pendapatan Negara & Hibah:Pendapatan Negara merupakan hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih (Pasal 1 UU No.17 Tahun 2003). terdiri dari pajak dan Pendapatan
Negara Bukan Pajak Hibah adalah penerimaan negara berupa devisa, devisa yang dapat dirupiahkan,
Rupiah, Barang, Jasa & Surat Berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar
kembali, yang berasal dari dalam maupun dalam negeri

Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
 kebijakan pendapatan negara;
 kebijakan pembangunan ekonomi;
 perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
 kondisi dan kebijakan lainnya.

Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting
minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh
target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan
tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.

1). Pendapatan Pajak

 Pendapatan Pajak Dalam Negeri


 pendapatan pajak penghasilan (PPh)
 pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah
 pendapatan pajak bumi dan bangunan
 pendapatan cukai
 pendapatan pajak lainnya
 Pendapatan Pajak Internasional
 pendapatan bea masuk
 pendapatan bea keluar

2). Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

 Penerimaan sumber daya alam


1. penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
2. penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas)
 Pendapatan bagian laba BUMN
1. pendapatan laba BUMN perbankan
2. pendapatan laba BUMN non perbankan
 PNBP lainnya
1. pendapatan dari pengelolaan BMN
2. pendapatan jasa
3. pendapatan bunga
4. pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
5. pendapatan pendidikan
6. pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
7. pendapatan iuran dan denda
 pendapatan BLU
1. pendapatan jasa layanan umum
2. pendapatan hibah badan layanan umum
3. pendapatan hasil kerja sama BLU
4. pendapatan BLU lainnya

B). Belanja Negara (kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih).

Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 asumsi dasar makro ekonomi;


 kebutuhan penyelenggaraan negara;
 kebijakan pembangunan;
 risiko (bencana alam, dampak krisis global)
 kondisi dan kebijakan lainnya.

Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asumsi ICP, nilai tukar, serta target volume
BBM bersubsidi.

1). Belanja Pemerintah Pusat

Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah:

 fungsi pelayanan umum


 fungsi pertahanan
 fungsi ketertiban dan keamanan
 fungsi ekonomi
 fungsi lingkungan hidup
 fungsi perumahan dan fasilitas umum
 fungsi kesehatan
 fungsi pariwisata
 fungsi agama
 fungsi pendidikan
 fungsi perlindungan sosial

Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah

 belanja pegawai
 belanja barang
 belanja modal
 pembayaran bunga utang
 subsidi
 belanja hibah
 bantuan sosial
 belanja lain-lain

2). Transfer ke Daerah

Rincian anggaran transfer ke daerah adalah:

 Dana Perimbangan
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus
 Dana Otonomi Khusus
 Dana Penyesuaian
C). Pembiayaan (setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya.

Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 asumsi dasar makro ekonomi;


 kebijakan pembiayaan;
 kondisi dan kebijakan lainnya.

4). Pembiayaan Dalam Negeri

Pembiayaan Dalam Negeri meliputi:

 Pembiayaan perbankan dalam negeri


 Pembiayaan nonperbankan dalam negeri
1. Hasil pengelolaan aset
2. Surat berharga negara neto
3. Pinjaman dalam negeri neto
4. Dana investasi pemerintah
5. Kewajiban penjaminan
 Pembiayaan Luar Negeri Sunting

Pembiayaan Luar Negeri meliputi:

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek
2. Penerusan pinjaman
3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.

D). Keseimbangan Primer (pendapatan dikurangi belanja di luar pem bayaran bunga utang).

E). Surplus/Defisit Anggaran (selisih antara pendapatan dan belanja).

POSTUR APBN

Tahun 2000, Indonesia mulai menggunakan format I-account (bentuk neraca staffel) untuk
menggantikan format sebelumnya, T-account (bentuk neraca scontro). Format I-account diadopsi dari
Government Finance Statistic (GFS) - IMF, yang merupakan standar internasional. Pada format T-
account, pencantuman untuk penerimaan berada di sebelah kiri dan belanja di sebelah kanan serta
menggunakan prinsip anggaran berimbang dan dinamis.

Pada format I-account, pencantuman pendapatan dan belanja berada pada satu kolom, shg dpt terlihat
besaran surplus/defisit yang didapat dari besaran pendapatan negara dikurangi besaran belanja negara.
Keuntungan Format I-Account

 Meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN


 Mempermudah pemantauan dlm pelaksanaan pengelolaan APBN
 Memudahkan dalam analisis komparasi dengan APBN negara lain
 Memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.

SIKLUS APBN

Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rangkaian kegiatan dalam proses
penganggaran yang dimulai pada saat anggaran negara mulai disusun sampai dengan perhitungan
anggaran disahkan dengan undang-undang[1]. Ada 5 tahapan pokok dalam satu siklus APBN di
Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-2 (kedua) dan ke-5 (kelima) dilaksanakan bukan oleh
pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua penetapan/persetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR
(lembaga legislatif), dan tahap kelima pemeriksaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan
kegiatan dalam siklus APBN adalah sebagai berikut:

A). Perencanaan dan penganggaran APBN

Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan (APBN t-1) misal untuk APBN
2014 dilakukan pada tahun 2013 yang meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran.

Tahap perencanaan dimulai dari:

 penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional


 Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan anggaran
 Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru berdasarkan prioritas
pembangunan serta analisis pemenuhan kelayakan dan efisiensi indikasi

kebutuhan dananya

 Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;


 K/L menyusun rencana kerja (Renja);
 Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian Perencanaan,
dan Kementerian Keuangan;
 Rancangan awal RKP disempurnakan;
 RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; (9) RKP
ditetapkan.

Tahap penganggaran dimulai dari:

 penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif;


 penetapan pagu indikatif (3) penetapan pagu anggaran K/L;
 penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L);
 penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan undang-undang
tentang APBN;
 penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN kepada DPR.

Anda mungkin juga menyukai