Disusun oleh:
1. M. Raflie Ghaisan D.
2. Nadia Cahya R.
3. M. Daffa Islami M.
4. Gusti Sultan Dimas
5. Sonia Fitrisni R.
Jl. Raya Salabenda Blk. Telkom, Parakan Jaya, Kemang, Kab. Bogor
A. Pengertian APBN
Kepanjangan APBN adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pengertian APBN
adalah mengacu pada pasal 23 ayat 1 UUD 1945 (perubahan). Disebutkan, APBN adalah
pengelolaan keuangan negara setiap tahun yang ditetapkan dengan undang-undang. Lebih lanjut,
pengertian APBN adalah dijabarkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Dalam UU tersebut, yang dimaksud dengan APBN adalah meliputi lima hal sebagai berikut:
APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
APBN meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
APBN Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
C. Fungsi APBN
Berdasarkan pasal 3 ayat 4 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, ditegaskan
bahwa APBN adalah mempunyai enam fungsi sebagai berikut:
APBN adalah berfungsi sebagai otorisasi. Artinya anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
Selanjutnya fungsi APBN adalah sebagai perencanaan. Maksudnya anggaran negara
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
Kemudian fungsi APBN adalah pengawasan, yang berarti anggaran negara menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Lalu fungsi alokasi yaitu anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian;
Berikutnya fungsi distribusi yaitu bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Terakhir fungsi APBN adalah sebagai stabilisasi, yakni anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
D. Struktur APBN
Beberapa faktor penentu postur APBN adalah sebagai berikut:
1. Belanja negara
Belanja pemerintah pusat adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan pemerintah pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah.
Belanja pemerintah pusat dalam APBN antara lain belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, pembiayaan bunga utang, subsidi BBM dan subsidi non-BBM, belanja hibah,
belanja sosial (termasuk penanggulangan bencana), dan belanja lainnya.
2. Pembiayaan negara
Pembiayaan negara terbagi menjadi dua jenis pembiayaan, yakni pembiayaan dalam negeri
dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri meliputi pembiayaan perbankan dalam negeri
dan pembiayaan non perbankan dalam negeri (hasil pengelolaan aset, pinjaman dalam
negeri neto, kewajiban penjaminan, surat berharga negara neto, dan dana investasi
pemerintah). Baca juga: Ekonomi Makro: Pengertian, Tujuan, dan Bedanya dengan
Ekonomi Mikro Sedangkan pembiayaan luar negeri meliputi penarikan pinjaman luar
negeri yang terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek, penerusan pinjaman, dan
pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang terdiri atas jatuh tempo dan moratorium.
3. Pendapatan pajak
Pendapatan pajak dalam negeri terdiri dari pendapatan pajak penghasilan (PPh),
pendapatan pajak pertambahan nilai (PPN) dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah, pendapatan pajak bumi dan bangunan, pendapatan cukai, pendapatan pajak
lainnya. Selanjutnya pendapatan pajak internasional pendapatan bea masuk dan pendapatan
bea keluar.
4. Pendapatan negara
Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak.
Penerimaan perpajakan untuk APBN adalah biasanya melalui kepabean dan cukai,
penerimaan pajak, dan hibah. Selain itu, pendapatan negara juga didapat melalui
penerimaan negara bukan pajak dan lainnya. Contoh pendapatan badan layanan umum
(BLU), pendapatan sumber daya alam (SDA), pendapatan dari kekayaan negara dan hibah
yang didapat.
5. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
PNBP berasal dari penerimaan sumber daya alam dan gas bumi (SDA migas), penerimaan
sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA non migas), pendapatan bagian
laba BUMN. Kemudian pendapatan laba BUMN perbankan, pendapatan laba BUMN non
perbankan, PNBP lainnya, pendapatan dari pengelolaan BMN, pendapatan jasa pendapatan
bunga pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi dan lain-lain.
6. Penyusunan APBN
Proses penyusunan dan penetapan APBN adalah dapat dikelompokkan dalam dua tahap.
Pertama pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR, dari bulan Februari sampai
dengan pertengahan bulan Agustus. Kedua, pengajuan pembahasan dan penetapan APBN,
dari pertengahan bulan Agustus sampai dengan bulan Desember.
E. Pengertian APBD
Diambil dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan,
APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan yang digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Menurut Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah daerah dan DPRD, serta
ditetapkan dengan peraturan daerah.
APBD merupakan instrument kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah. Anggaran
daerah juga digunakan sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran.
F. Unsur APBD
Terdapat beberapa unsur APBD, yaitu:
Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait
aktivitas tersebut.
Adanya biaya yang merupkaan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.
Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka
Periode anggaran yang biasanya satu tahun
G. Jenis APBD
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157, sumber pendapatan maupun juga
penerimaan daerah terdiri dari:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD yang dimaksud terbagi menjadi empat kelompok pendapatan, di antaranya:
Pajak Daerah terdiri dari pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan,
pengambilan bahan galian golongan C, dan parkir.
Retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan yang dimiliki daerah. Dipisahkan menjadi tiga bagian,
yaitu bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD, bagian laba atas penyertaan
modal pada perusahaan BUMN, dan bagian laba penyertaan modal pada perusahaan
swasta.
PAD lainnya yang sah berasal dari lain-lain milik Pemda. Misalnya hasil penjualan
aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas
tuntutan ganti rugi daerah, dan lainnya.
Kemandirian APBD berkaitan erat dengan kemandirian PAD. Hal ini karena
semakin besar sumber pedapatan dari potensi daerah, maka daerah akan semakin leluasa
untuk mengakomodasikan kepentingan masyarakat.
H. Fungsi APBD
Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, APBD memiliki beberapa fungsi, di antaranya:
Fungsi otorisasi
APBD bisa melaksanakan pendapatan dan belanja daerah di tahun bersangkutan.
Fungsi perencanaan
APBD menjadi sebuah pedoman bagi manajemen di dalam hal merencanakan sebuah
aktivitas atau kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi pengawasan
APBD menjadi sebuah pedoman untuk bisa menilai apakah aktivitas penyelenggaraan
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
Fungsi alokasi
APBD diarahkan untuk bisa menciptakan lapangan kerja maupun mengurangi
pengangguran. Serta meningkatkan efesiensi serta efektivitas perekonomian.
Fungsi distribusi
APBD harus memperhatikan pada rasa keadilan serta kepatutan.
Fungsi stabilitasi
APBD menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian pada suatu daerah.
I. Tujuan APBD
Berikut beberapa tujuan APBD, di antaranya:
Membantu pemerintah daerah mencapai tujuan fiskal.
Meningkatkan pengaturan atau juga kordinasi tiap bagian yang berada di lingkungan
pemerintah daerah.
Menciptakan efisiesnsi terhadap penyediaan barang dan jasa.
Menciptakan prioritas belanja pemerintah daerah.