Anda di halaman 1dari 6

SUMBER PENERIMAAN APBD, DARI MANA SAJA?

Pembangunan sebuah daerah sangat ditentukan dengan tingkat penetrasi


anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Pun demikian dengan
kesehatan APBD sangat ditentukan oleh sumber penerimaan yang
diperolehnya. Oleh karena itu, keseimbangan antara pendapatan dan
penetrasi alokasi APBD sangat menentukan dalam menjalankan
pemerintahan di daerah. Lalu, yang menjadi pertanyaannya adalah dari
mana sumber penerimaan APBD?

Sumber Penerimaan APBD

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2004


pasal 157 sumber pendapatan atau penerimaan daerah terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh


pemerintah daerah (Pemda). Semakin besar PAD yang dimiliki suatu
daerah, maka daerah tersebut akan semakin leluasa dalam
mengakomodasi kepentingan masyarakat. PAD sendiri dibedakan menjadi
4 jenis yaitu :

 Pajak daerah, yang terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, penerangan jalan, pengambilan bahan galian
golongan C.
 Retribusi daerah, bersumber dari retribusi parker, retribusi air
minum, serta retribusi pasar.
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah. Hasil pengelolaan ini dibedakan
menjadi 3 yaitu bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD,
bagian laba atas penyertaan modal pada BUMN, dan bagian laba
penyertaan modal pada perusahaan swasta.
 PAD dari lain-lain milik Pemda misalnya hasil penjualan asset
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,
penerimaan atas tuntutan ganti rugi daerah dan sebagainya.
2. Dana Bagi Hasil (DBH)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.55 tahun 2005 pasal 19 ayat


1, DBH bersumber dari pajak (PBB, PPh, dan BPHTB) dan sumber daya
alam seperti kehutanan, migas, pertambangan umum, dan pertambangan
panas bumi.

Adapun besaran DBH dalam APBD yang ditetapkan setiap daerah adalah
sebagai berikut :

 Besaran DBH penerimaan Negara dari PBB dengan imbalan 10%


untuk setiap daerah tempat PBB dipungut.
 Besaran DBH penerimaan BPHTB dengan imbalan 80% untuk
Pemda dan sisanya diberikan kepada Pemerintah pusat.
 Besaran DBH dari hasil PPh yang diterima Pemda sebesar 20% dari
keseluruhan pungutan.
 Besaran DBH daru SDA ditetapkan masing-masing sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3. Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari APBN yang


dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah guna membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sebagai upaya
pelaksanaan desentralisasi. Perhitungan DAU yang dilakukan Pemda
harus mengikuti beberapa ketentuan antara lain :

 DAU ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 25% dari pemerintah


dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.
 DAU untuk daerah provinsi dan kebupaten/kota ditetapkan
masing-masing 10% dan 90% dari DAU.
 DAU untuk setiap daerah ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah
DAU untuk setiap daerah yang ditetapkan dalam APBN dengan
porsi masing-masing.
 Porsi daerah kabupaten/kota merupakan proporsi bobot daerah
kabupaten/kota yang berada diseluruh wilayah Indonesia
 DAU suatu daerah ditentukan atas dasar besar kecilnya celah fiskal
suatu daerah yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan
potensi yang dimiliki daerah.

4. Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang


dialokasikan kepada daerah tertentu, dengan tujuan membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah yang sesuai dengan
prioritas nasional.

Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam rencana kerja


pemerintah dalam tahun anggaran kemudian Menteri teknis akan
mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan ditetapkan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan,
dan Bappenas.

Jenis-Jenis Belanja Daerah


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah terdiri atas empat
jenis. Berikut penjelasannya:

 Belanja Operasi

Dilansir dari buku Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual (2015)


karya Erlina, Omar Sakti, dan Rasdianto, belanja operasi adalah
pengeluaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah daerah yang memberi
manfaat jangka pendek.

Belanja operasi terdiri atas empat belanja yaitu:

 Belanja pegawai
Belanja pegawai adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah
untuk memberikan imbalan berupa kompensasi dalam bentuk uang atau
barang.

Kompensasi tersebut diberikan kepada pegawai negeri, pejabat negara,


pensiunan, serta pegawai honorer yang bertugas di dalam maupun di luar
negeri.

Kompensasi diberikan sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah


dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas dan fungsi unit organisasi
pemerintah daerah.

Contoh belanja pegawai adalah belanja gaji, belanja tunjangan, uang


makan, uang lembur PNS, dan sebainya.

 Belanja barang dan jasa

Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah


daerah untuk pembelian barang atau jasa habis pakai yang digunakan
dalam proses produksi barang atau jasa yang dipasarkan maupun tidak
dipasarkan.

Termasuk juga pengadaan barang yang kemudian akan dijual kepada


masyarakat. Contoh belanja barang dan jasa adalah belanja keperluan
perkantoran, sewa gedung, pembayaran listrik, dan lain-lain.

 Belanja hibah

Belanja hibah adalah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah
dengan mengalihkan hak dalam bentuk uang, barang, maupun jasa berupa
transfer.

Belanja hibah bersifat sukarela, tidak wajib, tidak mengikat, tidak perlu
dibayar kembali, dan tidak terus-menerus dilakukan.

 Belanja bantuan sosial

Belanja bantuan sosial adalah pemberian barang atau jasa oleh


pemerintah daerah kepada masyarakat guna menghindari kemungkinan
risiko sosial yang merupakan peristiwa pemicu terjadinya kerentanan
sosial.
Contoh belanja bantuan sosial adalah belanja jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan lain-lain.

 Belanja Modal

Dilansir dari buku Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual (2020)


karya Nunuy Nur Afiah, Sri Mulyani, dan Adhi Alfian, belanja modal
adalah jenis pengeluaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Belanja modal terdiri atas belanja modal untuk perolehan tanah, gedung
dan bangunan, peralatan, serta aset tidak berwujud.

 Belanja tidak terduga

Belanja tidak terduga adalah pengeluaran anggaran pemerintah daerah


untuk keperluan darurat, termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat
diprediksi sebelumnya.

Contoh belanja tidak terduga adalah belanja penanggulangan bencana


alam, bencana sosial, dan sebagainya.

 Belanja transfer

Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari pemerintah daerah


kepada pemerintah daerah lainnya atau pengeluaran anggaran dari
pemerintah daerah kepada pemerintah desa. Belanja transfer dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:

 Belanja bagi hasil

Belanja bagi hasil adalah pengeluaran yang digunakan untuk


menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan daerah
provinsi kepada daerah kabupaten/kota atau pendapatan daerah
kabupaten/kota kepada pemerintah desa.
Termasuk juga pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada
pemerintah daerah lainnya sesuai dengan peraturan undang-undang.

 Belanja bantuan keuangan

Belanja bantuan keuangan adalah pengeluaran yang digunakan untuk


mengganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari
pemerintah daerah provinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota,
pemerintah desa, dan pemerintah daerah lainnya.

Termasuk juga bantuan keuangan dari pemerintah daerah


kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya.
Pemberian bantuan keuangan dilakukan dalam rangka pemerataan atau
peningkatan kemampuan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai