Disusun Oleh
EVI SUSANTI
NPM. D2D021010
1. Latar Belakang
Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini merupakan
wujud dari diberlakukannya desentralisasi.Adanya penyelenggaraan desentralisasi
diharapkan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran masyarakat.Di samping itu,
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah. Menurut Sujarweni(2015:231), otonomi daerah
merupakan suatu kebebasan yang dimiliki daerah untuk membuat peraturan
daerah, menyusun dan melaksanakan kebijakan, serta mengelola keuangan
daerahnya secara mandiri. Dengan adanya pemberian otonomi daerah yang
mengedepankan kemandirian daerah, dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas
dalam sumber daya keuangan.Untuk itu, diperlukan suatu laporan keuangan yang
handal dan dapat dipercaya yang menggambarkan sumber daya keuangan
daerahtersebut (Abdullah, 2015).
Kebijakan otonomi pada suatu daerah menyebabkan keuangan daerah harus
dikelola secara mandiri oleh pemerintah daerah yang bertujuan untuk proses
pembangunan yang dilakukan daerah dapat diselesaikan tanpa harus menunggu
bantuan pendanaan yang bersumber daripusat. Oleh sebab itu, pengukuran kinerja
keuangan pemerintah daerah sangat penting untuk dilakukan (Antari, 2018).Kinerja
keuangan pemerintah dapat diukur dari seberapa besar kemampuan pemerintah
daerah dalam menggali potensi-potensi yang dimiliki daerahnya sehingga mampu
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan daerah setiap
tahunnya.Selain itu, pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah memerlukan
ukuran penilaian yang lebih kompleks karena variabel-variabel yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah beraneka ragam dan
menggunakan berbagai metode pengukuran (Mahsun, 2013).Pengukuran kinerja
keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini menggunakan ratio
ketergantungan. Rasio ketergantungan dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total
penerimaan daerah.
2. Rumusan Masalah
a. Otonomi di Bidang Keuangan mencakup Apa saja? Jelaskan!
b. Otonomi daerah sebenarnya mencakup pemekaran daerah atau penggabungan
daerah. Dari 2 hal tersebut kebanyakan pemisahan daerah, mengapa?
Jelaskan!
PEMBAHASAN
b. Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pembiayaan
adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan adalah
semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari
penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi
perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak
ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
- Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
- Transfer dari Dana Cadangan
- Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah
- Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan
- Penerimaan Piutang