Anda di halaman 1dari 7

PAPER TEORI OTONOMI DAERAH

Disusun Oleh

EVI SUSANTI
NPM. D2D021010

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini merupakan
wujud dari diberlakukannya desentralisasi.Adanya penyelenggaraan desentralisasi
diharapkan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran masyarakat.Di samping itu,
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah. Menurut Sujarweni(2015:231), otonomi daerah
merupakan suatu kebebasan yang dimiliki daerah untuk membuat peraturan
daerah, menyusun dan melaksanakan kebijakan, serta mengelola keuangan
daerahnya secara mandiri. Dengan adanya pemberian otonomi daerah yang
mengedepankan kemandirian daerah, dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas
dalam sumber daya keuangan.Untuk itu, diperlukan suatu laporan keuangan yang
handal dan dapat dipercaya yang menggambarkan sumber daya keuangan
daerahtersebut (Abdullah, 2015).
Kebijakan otonomi pada suatu daerah menyebabkan keuangan daerah harus
dikelola secara mandiri oleh pemerintah daerah yang bertujuan untuk proses
pembangunan yang dilakukan daerah dapat diselesaikan tanpa harus menunggu
bantuan pendanaan yang bersumber daripusat. Oleh sebab itu, pengukuran kinerja
keuangan pemerintah daerah sangat penting untuk dilakukan (Antari, 2018).Kinerja
keuangan pemerintah dapat diukur dari seberapa besar kemampuan pemerintah
daerah dalam menggali potensi-potensi yang dimiliki daerahnya sehingga mampu
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan daerah setiap
tahunnya.Selain itu, pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah memerlukan
ukuran penilaian yang lebih kompleks karena variabel-variabel yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah beraneka ragam dan
menggunakan berbagai metode pengukuran (Mahsun, 2013).Pengukuran kinerja
keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini menggunakan ratio
ketergantungan. Rasio ketergantungan dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total
penerimaan daerah.

2. Rumusan Masalah
a. Otonomi di Bidang Keuangan mencakup Apa saja? Jelaskan!
b. Otonomi daerah sebenarnya mencakup pemekaran daerah atau penggabungan
daerah. Dari 2 hal tersebut kebanyakan pemisahan daerah, mengapa?
Jelaskan!
PEMBAHASAN

1. Otonomi di Bidang Keuangan


Otonomi di Bidang Keuangan mencakup dua hal yaitu :
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang
bersumber dari ekonomi asli daerah itu sendiri (Halim & Kusufi, 2014). Menurut
Mardiasmo (2018)adalah penerimaan yang bersumberdari sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dari potensi
daerah baik dari sektor pajak, retribusi atau hasil daerah yang sah yang
digunakan untuk pendanaan dan pembangunan daerah.Menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, sumber
perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas:pendapatan pajak daerah,
pendapatanretribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan PAD lain yang sah.
Menurut Halim (2014) Pendapatan Asli Daerah berasal dari:
1. Pajak daerah, dibedakan menjadi
- Pajak Provinsi
- Pajak Kabupaten/Kota
2. Retribusi, berasal dari:
- Retribusi jasa umum
- Retribusi jasa usaha
- Retribusi perizinan tertentu
3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
Jenis pendapatan dari pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
mencakup:
- Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan milik daerah
- Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan milik Negara
- Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan swasta atau kelompok
usaha masyarakat.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah
Objek dalam pendapatan ini meliputi:
- Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
- Jasa giro
- Pendapatan bunga
- Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah
- Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah

b. Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pembiayaan
adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan adalah
semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah antara lain berasal dari
penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi
perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak
ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
- Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
- Transfer dari Dana Cadangan
- Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah
- Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan
- Penerimaan Piutang

2. Otonomi daerah lebih kepada pemekaran daerah dibandingkan dengan


penggabungan daerah. Karena otonomi daerah diterapkan di untuk membantu
pemerintah pusat dalam menjalankan pemerintahan di daerah dengan pemberian
kebebasan dalam mengelola daerahnya masing-masing.
Pemekaran wilayah sebenarnya adalah salah satu bentuk otonomi daerah dan
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan karena dengan adanya
pemekaran wilayah, daerah-daerah yang telah terpecah tersebut diharapkan dapat
lebih memaksimalkan pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan
wilayahnya. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota yang masing-
masing mempunyai pemerintahan daerah untuk menjalankan otonomi daerah
seluas-luasnya. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sementara pemekaran daerah adalah pemecahan daerah provinsi, daerah
kabupaten dan daerah kota menjadi lebih dari satu daerah. Adanya pemekaran
daerah dengan memecah-mecah daerah dari suatu provinsi tersebut, diharapkan
pembangunan dan pemerataan dapat lebih maksimal daripada masih dalam satu
daerah. Proses pemekaran daerah sebagaimana yang diatur dalam peraturan
tersebut bersifat bottom up. Masyarakat, baik yang direpresentasikan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
serta kelompok masyarakat lainnya, bersinergi dalam memperjuangkan aspirasi
lokalnya. (https://brainly.co.id/tugas/3045405)
Tujuan pemekaran daerah adalah untuk : 1) meningkatkan pelayanan dan
kesejahteran kepada masyarakat, 2) memperkokoh basis ekonomi rakyat, 3)
mengatur perimbangan keuangan daerah dan pusat, 4) membuka peluang dan
lapangan pekerjaan dan 5) memberikan peluang daerah mendapatkan investor
secara langsung. Pemekaran daerah meliputi pembentukan, penghapusan dan
penggabungan daerah atau wilayah harus diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, melalui 1) peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
2) percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, 3) percepatan pelaksanaan
pembangunan perekonomian daerah, 4) percepatan pengelolaan potensi daerah,
dan 5) peningkatan keamanan dan ketertiban (Ikhsan, 2018).
Pemekaran daerah merupakan fenomena yang mengiringi penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia. Ini terlihat dari peningkatan jumlah daerah
otonomi baru di wilayah NKRI. Sampai saat ini terfapat 542 daerah otonomi yang
terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten dan 93 kota. Oleh karena itu diharapkan
dengan hadirnya daerah-daerah otonomi baru tersebut diharapkan mampu
meningkatkan pelayanan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini sebagaimana
amanat dari semangat otonomi daerah yang termaktub dalam UU nomor 23 Tahun
2014 jo Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2015 (Arief Maulana, 2019)

Anda mungkin juga menyukai