Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

OTK KEUANGAN

Disusun Oleh :
SITI JAHRO

SMK ITE SUBULUSALAM SUKATANI


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan ke Hadirat-Nya, atas berkat, rahmat, dan
bimbingan-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan Tugas ini.
Penulis menyadari bahwa selama dalam penyusunan tugas ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, semoga
Tuhan melipat gandakan kebaikannya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih sedalam-dalamnya dan sekaligus penghargaan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas masih banyak kekurangan baik
dari segi cara penulisan maupun materi kajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik ataupun masukan yang bersifat membangun untuk perbaikan tugas kedepan.
Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk, ilmu yang bermanfaat, serta ridha-
Nya kepada kita. Amin Ya Rabbal ‘aalamin.
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Indikasi keberhasilan otonomi daerah adalah adanya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan demokrasi yang semakin maju,
keadilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah. Keadaan tersebut hanya akan tercapai apabila daerah dapat mengelola
pemerintahannya dengan diantaranya adalah Administrasi Keuangan. Sistem pengelolaan
Keuangan yang baik akan memberikan manfaat pada efektivitas pelayanan public dengan
pemberian pelayanan yang tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan publik, biaya
pelayanan yang murah karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam penggunaan
resources, alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik, dan
meningkatkan public costs awareness sebagai akar pelaksanaan pertanggung jawaban publik.
Pemberian otonomi yang luas dan desentralisasi yang sekarang ini dinikmati pemeirntah
daerah Kabupaten dan Kota, memberikan jalan bagi pemerintah daerah untuk melakukan
pembaharuan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Kemunculan
UU No. 22 dan 25 tahun 1999 telah melahirkan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan
daerah dan anggaran daerah. Dalam pengelolaan keuangan daerah, paradigma baru tersebut
berupa tuntutan untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada
kepentingan publik (public oriented). Hal tersebut meliputi tuntutan kepada pemerintah
daerah untuk membuat laporan keuangan dan transparansi informasi anggaran kepada publik.
B.       Rumusan Masalah
1. Administrasi Pendapatan Dan Belanja Keuangan
2. Menyiapkan bukti laporan keuangan
3. Administrasi gaji dan upah
C.      Tujuan
Menguraikan semua tentang Administrasi Pendapatan dan Belanja Keuangan,
Menyiapkan Bukti Laporan Keuangan dan Administrasi Gaji dan Upah
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Administrasi Pendapatan Dan Belanja Keuangan
1.      Pendapatan Daerah
a.      Pengertian Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah merupakan semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah dengan menambah ekuitas dana yang menjadi hak daerah dalam satu tahun anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dirinci dalam urusan
pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan.
Pendapatan daerah terdiri atas:
         Pendapatan Asli Daerah (PAD);
         Dana Perimbangan; dan
         Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan daerah, selain PAD dan Dana Perimbangan, adalah Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan
oleh pemerintah. Hibah yang merupakan bagian dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah,
masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak mengikat.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakkan dan retribusi
dan di iringi tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pelayanan
pada masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan akutanbilitas daerah dalam penyediaan
layanan dan penyelenggaraan pemerintahan guna memperkuat otonomi daerah.
Ada beberapa prinsip pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan Undang -
Undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu :
1. Pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi daeaarah tidak
memebebani rakyat dan relatif netral terhadap fiscal nasional.
2. Jenis pajak dan retribusi yang dipungut oleh daerah hanya yangditetapkan dalam
undang-undang.
3. Pemberian kewenangan kepada daerah dalam menetapkan tariff pajak daerah dengan
batas tarif minimum dan maxsimun yang ditetapkan dalam undang-undang.
4. Pemerintahan daerah dapat tidak memungut jenis pajak dan retribusi yang tercantum
dalam UUD sesuai kebijakan pemerintah daerah.
5. Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara refentif
dan korektif.
6. b.      Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerha (PAD)
7. Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:
8. Pajak daerah
9. Retribusi daerah
10. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang di pisahkan
11. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
12. Sedangkan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut
obyek pendapatan yang mencakup:
13. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah / BUMD
14. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahan / BUMN
15. Bagian laba atas penyertaan moda pada perusahaan milik swasta / kelompok usaha
masyarakat.
16. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan
penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah,retribusi daerah dan
hasil pengelolaan kekayan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan
yang mencakup:
17. Hasil penjuallan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
18. Jasa giro
19. Pendapatan bunga
20. Penerimaan atas tuntuttan ganti kerugian daerah
21. Penerimaan komisi,potongan atau bentuk lain sebagai akibat dari penjuallan atau
pengadaan barang atau jasa oleh daerah
22. Penerimaan keutungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
23. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanan pekerjaan
24. Pendapatan denda pajak
25. Pendapatan denda retribusi
26. Pendapatan hasil eksekusi dan jaminan
27. Pendapatan dari pengembalian
28. Fasilitas social dan fasilitas umum
29. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikkan dan pelatihan
30. Pendapatan dari angsuran penjualaan
c.       Dasar Hukum PAD
1. Pasal 5 ayat 1, pasal 18, pasal 18A, pasal 18 B, pasal 20 ayat 2, pasal 22 D, dan pasal
23A UUD 1945
2. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang “Pemerintah Daerah”
3. UU Nomor 33 tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan Pusat Daerah”
4. UU Nomor 28 tahun 2009 tentang “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”
5. Peraturan daerah yang mengatur mengenai pajak daerah dan retribusi daerah
2.      Belanja Keuangan
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai
berikut :
“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai
dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Menurut UU No. 17 tahun 2003 Keuangan Daerah/Negara adalah semua dan
kewajiban Daerah/Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapay dijadikan milik negara/daerah berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Adapun ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
1. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman;
2. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar
tagihan pihak ketiga;
3. penerimaan daerah;
4. pengeluaran daerah;
5. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan
6. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. Rangka

a.         Sistem Informasi Keuangan Daerah


Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah suatu fasilitas yang diselenggarakan
oleh Menteri Keuangan untuk mengumpulkan, melakukan validasi, mengolah, menganalisis
data, dan menyediakan informasi keuangan daerah dalam rangka merumuskan kebijakan
dalam pembagian dana perimbangan, evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) serta memenuhi kebutuhan
lain, seperti statistik keuangan Negara
SIKD ini diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Sumber informasi bagi sistem informasi
keuangan daerah terutama adalah laporan informasi APBD sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (1) UU Nomor 25 Tahun 1999, yaitu: informasi mengenai pengelolaan ke-
uangan daerah dan informasi mengenai kinerja keuangan daerah dari segi efisiensi dan
efektivitas keuangan dalam rangka desentralisasi.
Tujuan penyelenggaraan SIKD adalah:
a. membantu Menteri Keuangan dalam merumuskan kebijakan keuangan daerah;
b. membantu menyediakan data dan informasi kepada Sekretariat Bidang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD) pacla Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah;
c. membantu Menteri Keuangan dan instansi terkait IainnYa dalam melakukan
evaluasi kinerja keuangan daerah, penyusunan RAPBN, dan kebutuhan lain seperti
statistik keuangan negara;
d. membantu pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakar keuangan dan menyusun
Rancangan Anggaran Pendapatan dar Belanja Daerah (RAPBD), pemerintahan,
dan pembangunan di Daerah.
b.        Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD
disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah. Dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah melaksanakan
kegiatan keuangan dalam siklus pengelolaan anggaran.
Pada dasarnya, siklus anggaran terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan dan penyusunan anggaran;
2. Tahap ratifikasi;
3. Tahap implementasi; dan
4. Tahap pelaporan dan evaluasi.
B.       Menyiapkan bukti laporan keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi :
         Neraca
         Laporan Laba rugi
         Laporan Perubahan Ekuitas
         Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau
laporan arus dana
         Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuanga
Neraca
1.      Staffel (Report Form). Bentuk staffel sering disebut dengan bentuk laporan, yaitu
menempatkan harta pada bagian atas neraca dan utang dengan modal di bagian bawahnya.
2.      Scontro (T-Account Form). Bentuk skontro, artinya menyusun harta pada sisi kiri dan
utang pada sisi kanan atau sebelahmenyebelah

Laporan Laba Rugi


1.      Multiple Step. Penyusunan laporan laba-rugi dalam bentuk ini disusun secara bertahap
mulai dari kelompok pendapatan dan beban usaha, pendapatan luar usaha
dan beban luar usaha. Sampai dengan kelompok pendapatan lain-lain dan beban lain-lain.
Bentuk multi step ini banyak digunakan di perusahaan dagang atau perusahaan industri.
2.      Single Step. Dalam bentuk single step semua jenis pendapatan (pendapatan usaha, dan
pendapatan luar usaha dan pendapatan lain-lain) disusun dan dijumlahkan dalam satu
kelompok. Kemudian disisihkan dengan jumlah semua jenis beban. Selisih jumlah
pendapatan dengan jumlah beban merupakan saldo (sisa) laba atau saldo (sisa) rugi. Bentuk
ini banyak digunakan dalam perusahaan jasa

C.      Administrasi gaji dan upah


1.    Kompensasi
Kompensasi adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja
karyawan tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik dan harus
dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya
kepada organisasi / perusahaan tempat ia bekerja.
2.    Teori Upah
Teori tentang pembentukan harga (pricing) dan pendayagunaan input (employment)
disebut teori produktivitas marginal (marginal productivity theory), lazim juga disebut teori
upah (wage theory). Produktivitas marginal tidak terpaku semata-mata pada sisi permintaan
(demand side) dari pasar tenaga kerja saja. Suatu perusahaan kompetitif yang membeli tenaga
kerja di suatu pasat kompetitif sempurna akan menyerap tenaga kerja sampai ke suatu titik
dimana tingkat upah sama dengan nilai produk marginal (VMP).
3.    Metode pembayaran gaji / upah
Metode pembayaran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
  Menurut waktu lamanya mereka bekerja
Dalam sistem ini pekerja dibayar menurut jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja,
biasanya dalam bentuk pembayaran harian, mingguan atau bulanan.
  Menurut output atau prestasi yang mereka berikan
Metode kompensasi atau pembayaran yang didasarkan atas output, biasanya dapat
dianggap sebagai bentuk-bentuk insentif daripada kompensasi
  Kombinasi dari keduanya
Banyak metode-metode tentang pembayaran upah yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi
pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu agar dapat memberikan kepuasan pada
kedua belah pihak yaitu baik pegawainya maupun organisasi tempat pegawai itu bekerja.
Bagi organisasi dia dapat mencapai sasaran-sasarannya dengan metode pembayaran yang
digunakan, sedangkan bagi pegawainya dia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
terutama kebutuhan pokoknya.
Jika sulit untuk menentukan metode mana yang paling baik karena semua metode yang
ada adalah baik dan mempunyai tujuan yang sama tergantung kondisi organisasi dan tujuan
manajemennya masing- masing.
4.    Mengelola Administrasi Gaji Dan Upah
Dalam Perusahaan Manufaktur, pembayaran kepada karyawan biasanya dibagi
menjadi dua golongan yaitu Gaji dan Upah. Sistem pnggajian dan pengupahan dalam
Perusahaan Manufaktur melibatkan Departemen Personalia dan Umum, Departemen
Keuangan dan Departemen Akuntansi.
  Departemen Personalia dan Umum
Departemen ini bertanggung jawab dalam pengangkatan karyawan, penetapan jabatan,
penetapan tarif gaji dan upah, promosi dan penurunan pangkat, mutasi karyawan,
penghentian karyawan dan pekerjaannya, dan penetapan berbagai tunjangan kesejahteraan
karyawan serta penghitungan gaji dan upah serta berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan.
  Departemen Kuangan
Departemen ini bertanggung jawab terhadap keluarnya uang yang digunakan untuk
membayar gaji dan upah / atas pelaksanaan pembayaran gaji dan upah serta berbagai
tunjangan kesejahteraan karyawan yang telah dihitung, diminta dan ittapkan oleh Bagian
Deprtemen Personalia dan Umum.
  Departemen Akuntansi
Departemen ini bertanggung jawab atas pencatatan biaya tenaga kerja dan distribusi biya
tenaga kerja untuk kepentingan perhitungan Harga Pokok Prouk dan penyediaan informasi
guna pengawassan biaya tenaga kerja.
5.    Sistem Penggajian Terdiri Dari Jaringan Prosedur
1.      Prosedur pencatatan waktu hadir
2.      Prosedur pembuatan daftar gaji
3.      Prosedur distribusi biaya gaji
4.      Prosedur pembuatan bukti kas keluar
5.      Prosedur pembayaran gaji
6.    Sistem Pengupahan Terdiri Dari Jaringan Prosedur
1.      Prosedur pencatatan waktu hadir
2.      Prosedur pencatatan waktu kerja
3.      Prosedur pembuatan daftar upah
4.      Prosedur distribusi biaya upah
5.      Prosedur pembuatan bukti kas keluar
6.      Prosedur pembayaran upah
BAB III
KESIMPULAN
Pendapatan daerah merupakan semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah dengan menambah ekuitas dana yang menjadi hak daerah dalam satu tahun anggaran
yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dirinci dalam urusan
pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapata
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut
“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai
dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah
yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://aminfadilah.blogspot.co.id/2013/05/administrasi-upahdan-gaji-tugas-mata.html
https://medianyawirat.wordpress.com/category/menyiapkan-proses-penyusunan-laporan-
keuangan/
http://makalainet.blogspot.co.id/2013/10/administrasi-keuangan-daerah_31.html
http://micheliaannisacempaka.blogspot.co.id/2014/02/makalah-administrasi-pendapatan-
daerah.html

Anda mungkin juga menyukai