Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Dosen Pengampu : Clara Yully Diana Ekaristi, S.e., M.Acc.

Disusun oleh Kelompok 1:

Nickyta Putri Iswara 40011421650021

Early Farica Gita 40011421650041

Panji Samudra 40011421650043

Devi Rosita 40011421650050

Eliza Putri Andri Yuliani 40011421650070

Auralia Zahra Dhia 40011421650085

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AKUNTANSI PERPAJAKAN

FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

KELAS A

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN AJARAN 2022/2023 SEMESTER GENAP


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 3
C. TUJUAN......................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
1. SISI KEUANGAN DAERAH ...................................................................................... 4
APBN.................................................................................................................................. 4
2. SISI PENDAPATAN DAERAH ....................................................................................... 5
Pendapatan Asli Daerah...................................................................................................... 5
B. Pendapatan Transfer....................................................................................................... 6
Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ............................................................................. 7
3. SISI BELANJA DAERAH ................................................................................................ 7
A. Pengertian Belanja Daerah ............................................................................................ 7
B. UU Belanja Daerah ........................................................................................................ 8
C. Jenis Jenis Belanja Daerah ............................................................................................. 9
D. Perbedaan Belanja dan Pendapatan Daerah ................................................................... 9
4. PEMBIAYAAN DAERAH.............................................................................................. 10
Penerimaan ....................................................................................................................... 10
Pengeluaran ...................................................................................................................... 10
Pengakuan ......................................................................................................................... 10
5. UNDANG UNDANG OTONOMI DAERAH ............................................................. 11
6. UNDANG UNDANG YANG MENGATUR PAJAK RETRIBUSI............................ 12
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pajak Daerah menjadi contoh dari pendapatan daerah dimana penggunaannya


untuk membiayai terlaksananya pemerintahan daerh juga sebagai modal pembangunan.
Pajak sendiri menjadi penambah dalam pendapatan yang yang akan kembali kepada
wajib pajak setelah wajib pajak menyetorkan pajaknya untuk mendapatkan fasilitas
sarana dan prasarana dari negara. Pajak juga merupakan iuran dengan dasar Hukum Pajak
Pasal 23A UUD 1945 yang berbunyi “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Umumnya pajak akan dibedakan
menjadi dua dengan Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat merupakan jenis pajak
yang dengan Pemerintah Pusat sebagai pengelolanya dan digunakan guna membiayai
rumah tangga negara. Sedangkan Pajak Daerah menjadi pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah yang gunanya membiayai rumah tangga daerah.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk membahas labih lanjut mengenai pajak daerah, kami merumuskan masalah
sebagai berikut :

1. Apa itu sisi keuangan daerah pada pajak?


2. Apa itu sisi pendapatan daerah pada pajak?
3. Apa itu sisi belanja daerah pada pajak?
4. Apa itu sisi pembayaran daerah pada pajak?
5. Apasajakah Undang-Undang yang mengatur otonomi daerah pada pajak?
6. Apasajakah Undang-Undang yang mengatur pajak retribusi daerah?

C. TUJUAN

Maka dari rumusan masalah yang telah kami buat, kami harap dapat memberikan tujuan
dari pada pembahasan ini, yaitu :

1. Mengetahui sisi keuangan daerah pada pajak.


2. Mengetahui sisi pendapatan daerah pada pajak.
3. Mengetahui sisi belanja daerah pada pajak.
4. Mengetahui sisi pembiayaan daerah pada pajak.
5. Mengetahui macam macam Undang-Undang yang mengatur otonomi daerah pada
pajak.
6. Mengetahui macam macam Undang-Undang yang mengatur pajak retribusi daerah.

3
BAB II

1. SISI KEUANGAN DAERAH

Pemerintahan nasional maupun daerah dapat berjalan dengan adanya sumber daya
yang mendukung. Salah satunya faktor keuangan, sebuah pemerintahan daerah dapat
berjalan dengan maksimal apabila memiliki kapasitas anggaran keuangan yang mendukung
dan memadai. Faktor keuangan disebut paling penting sebab setiap kegiatan baik
operasional maupun non-operasional pemerintahan membutuhkan biaya atau anggaran.
Keuangan daerah sendiri diartikan seluruh kewajiban dan juga hak yang akan daerah dapat
dilihat nilainya dengan uanng dan seluruh uang serta barang yang dapat dijadikan sebagai
milik daerah yang dengan hubungan kegiatan kewajiban dan hak dari daerah tersebut.
Pengelolaan keuangan daerah yang baik dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah
dalam membangun infrastruktur, diberikannya pelayanan publik berkualitas, serta
meningkatnya kesejahteraan dari masyarakat.

Pemerintah daerah yang masih bagian dari Negara Indonesia dalam sumber
pendapatannya mendapat sumber pendapatannya dari APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara). Namun, selain bersumber APBN pemerintah daerah juga secara mandiri
menghasilkan pendapatannya dari daerah masing masing.

• APBN

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan rencana anggaran


guna memperkirakan pendapatan dan belanja negara yang dibuat oleh pemerintah dalam
satu tahun anggaran dan akan disetujui oleh DPR. 1Pemerintah pusat menyusun APBN
bertujuan mengatur kegiatan pengelolaan keuangan negara secara efisien dan efektif guna
mencapai tujuan pembangunan nasional. Pada APBN, ditetapkan Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang akan disalurkan ke wilayah daerah.
Penjelasan dari DAU sendiri merupakan dana yang dialokasikan dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah guna pembiayai kegiatan Pemerintah Daerah secara umum juga
meminimalisir adanya ketimpangan keuangan juga pelayanan publik daerah. Sedangkan
DAK adalah dana yang dialokasikan dari pemerintah pusat yang guna kegiatan tertentu
yang menjadi prioritas nasional di Pemerintah Daerah, seperti pembangunan infrastruktur
dan pelayanan publik.2

Berdasarkan kebutuhan pembagunan nasional dan kondisi ekonomi suatu negara


pemerintah menetapkan 3 komponen dalam struktur APBN:

1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja.
2
Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2022 mengenai Hubungan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.

4
1. Pendapatan Negara
Pendapatan negara yang terkumpul diestimasi pada saat penyusunan APBN dan
menjadi dasar untuk menentukan jumlah belanja yang akan dilakukan oleh pemerintah.

2. Belanja Negara

Pengeluaran pemerintah untuk berbagai kegiatan dan program pemerintahan yang


ketentuannya telah ditetapkan Undang-Undang dan didasari pada kebutuhan
pembangunan nasional.

3. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan selisih dari pendapatan dan belanja negara.

Pemerintah daerah juga memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang


merupakan pendapatan yang bersumber-sumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain. Pendapatan Asli Daerah ini berguna untuk
membiayai belanja daerah, termasuk guna pembiayaian program serta aktivitas yang telah
ditetapkan kedalam RKAD (Rencana Kerja dan Anggaran Daerah).

2. SISI PENDAPATAN DAERAH

A. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Daerah yaitu seluruh hak pada daerah yang dinilai dapat menjadi
jumlah kekayaan suatu daerah pada periode tertentu. PAD terdiri atas:
1. Pajak Daerah
Menurut UU No. 28 Pasal 2 Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, pajak ini termasuk pajak provinsi dan kabupaten/kota, sebagai berikut :

2. Retribusi Daerah
Retribusi daaerah sudah diatur dalam Perda. Retribusi Daerah adalah iuran
daerah yang digunakan untuk pembayaran izin atau jasa tertentu. Sama seperti pajak
daerah, retribusi ini sebagai pendapatan yang digunakan untuk kesejahteraan daerah.
Retribusi daerah dibagi 3 macam, sebagai berikut:
a. Jasa Umum.
b. Jasa Usaha.
c. Perizinan Tertentu.

5
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Suatu keuntungan laba dari BUMD ditambah dengan kerjasama pihak lain.
Hasil dari sumber asset daerah sudah diatur didalam Perda. Kepala daerah akan
meminta iuran diluar dari perundang-undangan akan dikenai sanksi. Jika sudah
terkumpul, lalu iuran tersebut akan disetorkan oleh kepala daerah.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Yaitu pendapatan selain dari pajak daerah dan retribusi daerah, contohnya yaitu
penjualan asset daerah dan juga giro.

B. Pendapatan Transfer
1. Transfer Pemerintah Pusat
• Dana Perimbangan, terdiri atas:
1) Dana Bagi Hasil (DBH);
Yaitu uang yang berasal dari pendapatan yang disumbangkan untuk
membayarkan kebutuhan suatu daerah. Menurut PP No. 55 Tahun 2005, DBH
yaitu uang yang berasal dari pendapatan APBN lalu dibagikan unruk daerah
dengan mempertimbangkan alasan tertentu. DBH berasal:
a) Pajak
DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas:
❖ Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
Penerimaan PBB tersebut dibagi dengan imbangan sebagai berikut:
(a) 10% untuk Pemerintah Pusat;
(b) 90% untuk daerah.
Bagian daerah sebesar 90% tertulis dengan sebagai berikut:
(a) 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan
(b) 64,8% untuk Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
(c) 9% untuk Biaya Pemungutan (BP).
Untuk DKI Jakarta, bagian daerah sebesar 90% seperti:
(a) 81% untuk daerah provinsi
(b) 9% untuk Biaya Pemungutan (BP).
❖ PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan
PPh Pasal 21.

6
b) Cukai
Yaitu cukai dari penghasilan penjualan tembakau.
c) Sumber Daya Alam.
SDA berasal dari:
❖ Kehutanan yang terdapat dari anggaran usaha pemanfaatan hutan
(IIUPH), provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi yang
dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan.
❖ Pertamvangan mineral dan batubara yang terdapat dari anggaran
landremt dam eksploitasi yang dilakukan oleh daerah yang
bersangkutan.
❖ Pertambangangan Minyak bumi yang dieksploitasi oleh daerah yang
bersangkutan.
2) Dana Alokasi Umum (DAU)
Yaitu dana yang bersumber dari APBN lalu digunakan agar terjadinya
pemerataan dalam pendanaan di daerah ini.
3) Dana Alokasi Khusus (DAK).
Yaitu berasal dari APBN diberikan kepada daerah agar dapat mendanai
khusus yang merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah. Kebijakan DAK dirundingkan oleh dewan pertimbangan otonomi
daerah sebelum penetapan rencana kerja Pemerintah Pusat.

C. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Selain pemasukan daerah yang pertama yaitu PAD dan kedua yaitu
pemasukan transfer, contohnya seperti hibah, pemasukan yang lain

3. SISI BELANJA DAERAH

A. Pengertian Belanja Daerah


Struktur APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang berikutnya
yaitu belanja daerah. Belanja Daerah sendiri menurut UU Nomor 1 Tahun 2022
mengenai Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yaitu
“Kewajiban daerah yang dapat diakui untuk mengurangi nilai kekayaan bersih dalam
suatu periode tahun anggaran bersangkutan.” 3Selain menurut UU belanja daerah
didefinisikan oleh PSAP (Persyaratan Standar Akuntansi Pemerintahan) No. 2 sebagai
“Seluruh pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara atau Daerah yang dapat
mengurangi saldo anggaran dalam suatu periode tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.” 4Dari 2 definisi dengan sumber
berbeda tersebut dapat kita simpulkan bahwa belanja daerah adalah semua kewajiban
berupa pengeluaran kas atau ekuitas dana selama periode tahun anggaran tertentu.

3
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja.
4
Undang-Undang Nomor 71 Tahun 2010 mengenai Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah.

7
B. UU Belanja Daerah
Pemerintah Daerah dalam mengeluarkan saldo anggarannya untuk belanja
daerah tidak bisa sembarangan sebab ada peraturan berupa Undang-Undang yang
mengaturnya, yaitu UU Belanja Daerah. Undang-Undang Belanja Daerah adalah aturan
hukum yang mengatur tentang manajemen atau penyelenggaran anggaran belanja
daerah oleh pemerintah daerah di Indonesia. Undang-undang ini dikeluarkan oleh
Pemerintah Indonesia melalui DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan ditetapkan
menjadi UU setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden.5

Undang-Undang ini berisi persyaratan tentang perencanaan, penganggaran,


pelaksanaan, dan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran belanja daerah.
Dibentuknya UU belanja daerah bertujuan untuk memastikan bahwa penggunaan
anggaran daerah dilakukan secara transparan, akuntabel, efisien, dan efektif.

Beberapa undang-undang yang terkait dengan belanja daerah di Indonesia:


1. UU No. 01 Tahun 2022 mengenai Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah
2. UU No. 23 Tahun 2014 mengenai PEMDA
3. UU No. 17 Tahun 2003 mengenai Keuangan Negara
4. UU No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
5. UU No. Nomor 32 Tahun 2004 mengenai PEMDA
6. UU No. 25 Tahun 2004 mengenai Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
7. UU No. 15 Tahun 2004 mengenai Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
8. UU No. 17 Tahun 2013 mengenai Keuangan Negara
Delapan UU diatas memiliki ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan kelola
anggaran belanja daerah. Namun, yang secara khusus mengatur mengenai belanja
daerah adalah UU No. 01 Tahun 2022. Undang-Undang ini memiliki ini mempunya
wewenang untuk mengatur bantuan sumber penerimaan daerah seperti pajak dan
restribusi daerah, pengaturan TKD (transfer ke daerah yang disebut dalam UU NO. 1
Tahun 2022 ayat 69-75 pasal (1)), pengaturan belanja daerah, serah terima wewenang
untuk pembiayaan daerah, dan pengamalan sinergi program fiska nasional. Dengan
adanya UU No. 01 Tahun 2022 diharapkan pengelolaan anggaran belanja daerah dapat
dilaksanakan lebih baik dan transparan sehingga dapat mempercepat pembangunan
daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2022 mengenai Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.

8
C. Jenis Jenis Belanja Daerah
Belanja daerah sangat penting karena menunjukkan seberapa besar komitmen
pemerintah daerah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat serta
membangun infrastruktur dan memajukan daerah. 6Untuk itu ada beberapa jenis belanja
daerah berdasarkan kebermanfaatannya, antara lain:
1. Belanja operasional adalah belanja yang diperuntukkan untuk membiayai aktivitas
operasional pemerintah daerah, seperti gaji pegawai, bahan bakar, pemeliharaan
gedung, dan lain sebagainya.
2. Belanja modal adalah belanja yang diperuntukkan untuk pembelian atau penyediaan
aset tetap, seperti bangunan, kendaraan, jalan, jembatan, dan lain sebagainya.
3. Belanja subsidi adalah belanja yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat atau sektor tertentu untuk membiayai aktivitas atau memenuhi
kebutuhan masyarakat, seperti subsidi bahan bakar, subsidi pupuk, dan lain
sebagainya.
4. Belanja bantuan sosial adalah belanja yang diberikan oleh pemerintah daerah
kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti program bantuan miskin, beasiswa,
dan lain sebagainya.
5. Belanja tak terduga adalah belanja yang diperuntukkan untuk aktivitas yang tidak
terduga, seperti bencana alam, pemilihan umum, dan lain sebagainya

D. Perbedaan Belanja dan Pendapatan Daerah


Belanja daerah dan pengeluaran daerah adalah dua konsep yang berbeda.
Belanja daerah merujuk pada pengeluaran pemerintah daerah untuk membiayai
program dan aktivitas yang dibiayai oleh anggaran belanja daerah yang telah disahkan
oleh DPRD. Sementara itu, pengeluaran daerah mencakup semua pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintah daerah, termasuk belanja daerah, transfer ke desa,
pembayaran utang, dan sebagainya.7
Dalam haI ini, pengeluaran daerah mencakup seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintahan daerah, termasuk belanja daerah. Dapat disimpulkan
pengeluaran daerah lebih luas cakupannya daripada belanja daerah.
Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang No. 2 Tahun 2016 tentang APBD Kota
Semarang Tahun Anggaran 2017, pada Bab III Pasal 2 ayat (3) disebutkan bahwa
"Pengeluaran Daerah yaitu setiap pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah, termasuk Belanja Daerah, Transfer Ke Daerah Dan Desa, Pembayaran Utang,
dan sebagainya yang terkait dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah
daerah."

6Ismail, Tjip dan Enceng.2019.Pajak dan Restribusi Daerah.Tangerang: Universitas Terbuka.


7Kota Semarang. 2016 . Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2016 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang. Pemerintah Kota Semarang: Semarang.

9
4. PEMBIAYAAN DAERAH

Pembiayaan merupakan segala transaksi keuangan yang dilakukan oleh daerah, yang
meliputi penerimaan dan juga pengeluaran di mana transaksi tersebut wajib dibayar serta akan
dibayar kembali. Transaksi ini terutama digunakan oleh pemerintah dalam penganggaran yang
berguna untuk menutupi defisit ataupun menggunakan surplus anggaran. Pinjaman dan hasil
divestasi adalah dua contoh sumber pembiayaan. Sementara itu, beban pembiayaan digunakan
untuk hal-hal seperti pelunasan penyertaan modal pemerintah, pokok pinjaman, serta pinjaman
kepada orang lain.

Transaksi keuangan yang melibatkan segala pengeluaran yang kemudian akan diganti
ketika tahun anggaran berjalan ataupun tahun berikutnya dikenal dengan pembiayaan daerah.
Dalam APBD, pembiayaan daerah sebagai alat untuk memanfaatkan surplus anggaran atau
menutupi defisit. Sumber dana untuk pembiayaan daerah berasal dari DBH (Dana Bagi Hasil).
Pembiayaan daerah berisikan dua bagian, yaitu penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.

A. Penerimaan

Penerimaan pembiayaan daerah merupakan segala penerimaan yang dianggarkan


secara bruto dalam APBD dan wajib dibayar pada tahun anggaran berjalan maupun tahun
berikutnya. Pinjaman serta hasil divestasi dapat menjadi sumber penerimaan pendanaan.

B. Pengeluaran

APBD menganggarkan secara bruto semua pengeluaran pembiayaan daerah yang wajib
diganti dalam tahun anggaran berjalan ataupun tahun berikutnya. Pelunasan penyertaan
modal pemerintah, pokok pinjaman, serta pinjaman kepada orang lain merupakan contoh
pengeluaran pembiayaan.

Meskipun tidak selalu merupakan biaya, setiap transfer tunai dari Rekening KUD dapat
menjadi beban pembiayaan. Tujuan pos pengeluaran dalam struktur APBD adalah untuk
memanfaatkan surplus anggaran yang dihasilkan.

Meskipun dilakukan dengan dana kas daerah, biaya pembiayaan tidak dapat
dimasukkan dalam kategori belanja karena tujuan dan tata cara penyaluran dana dari
rekening kas umum daerah berbeda. Proses pencairan pembiayaan dilakukan berbeda
dengan pengeluaran. Pengeluaran pembiayaan dilakukan atas persetujuan DPRD.

C. Pengakuan

Kecuali SiLPA, penerimaan dana dicatat setiap kali kas diterima di Rekening KUD.
Rekening KUD tidak menerima kas apapun dari penerimaan pembiayan dari SiLPA.
Kecuali jumlah kas yang berasal dari utang PFK, SiLPA sendiri adalah kas pada Rekening
KUD. Prinsip kotor mengatur bagaimana penerimaan pembiayaan dicatat, dengan

10
penerimaan kotor dicatat bukan jumlah bersih (setelah biaya dikompensasi). Pada saat
dana ditransfer dari Rekening KUD, diperhitungkan beban pembiayaan.

5. UNDANG UNDANG OTONOMI DAERAH

Dalam membahas pajak daerah dan retribusi daerah pasti akan berhubungan dengan
pembahasan mengenai otonomi daerah sebab pajak daerah dan retribusi daerah adalah hak
daerah untuk memungut pajak di daerahnya dalam mengadakan otonomi daerah. Otonomi
daerah sendiri pada UU No. 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6 bermakna hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri kepentingan pemerintahan
dan masyarakatnya dalam sistem NKRI. Di bawah ini perkembangan UU otonomi daerah.

1. UU No. 1 tahun 1945 terkait Peraturan Mengenai Kedudukan Komite


Nasional Daerah

Pada UU ini menitikberatkan peraturan terkait pembuatan komite daerah. Pada UU


no 1 tahun 1945 tepatnya pada pasal 1 dijelaskan bahwa ada tiga daerah otonom,
yaitu karesidenan, kota, kota berotonom, dan kabupaten. Pada UU ini juga
menyebutkan sistem otonomi daerah yang ada di Indonesia ialah Otonomi
Indonesia yang berlandasan Kedaulatan Rakyat.

2. UU No. 22 tahun 1948 terkait Penetapan Aturan-aturan Pokok Mengenai


Pemerintahan Sendiri di Daerah-daerah yang Berhak Mengatur dan
Mengurus Rumah Tangganya Sendiri

UU No. 22 tahun 1948 membahasan terkait aturan yang berhubungan dengan


susunan pemerintahan daerah yang demokratis. Pada Bab I pasal 1 dipaparkan
bahwa ada tiga susunan daerah yakni provinsi, kabupaten/kota besar, serta
desa/kota kecil, kemudian dijelaskan juga bahwa ada daerah istimewa yang sama
tingkatannya dengan provinsi dan kota. Selanjutnya, UU ini membahas terkait
pendapatan yang termasuk pendapatan daerah, yaitu dijelaskan pada Bab IV pasal
37 yang menyatakan bahwa pendapatan daerah terbagi menjadi pajak daerah
(termasuk retribusi), hasil perusahaan daerah, pajak negara yang diserahkan ke
daerah,dll. Pada bagian penjelasan UU ini memaparkan bahwa pemerintahan daerah
boleh mengurus daerahnya dengan dasar hak otonom (penyerahan penuh) dan hak
medebewind (penyerahan separuh). UU ini sudah tidak lagi digunakan karena sudah
dicabut oleh UU no.11 tahun 1957 dan UU no 11 tahun 1957 dicabut oleh UU No.
18 tahun 1965.

3. UU No. 22 tahun 1999 terkait Pemerintah Daerah.

UU No. 22 tahun 1948 digantikan dengan UU No. 22 tahun 1999 dikarenakan


adanya beberapa pertimbangan, salah satunya yaitu dalam melaksanakan otonomi
daerah dianggap perlu untuk fokus terhadap asas-asas demokrasi, keterlibatan
masyarakat, kesetaraan dan keadilan, serta mengamati kemampuan dan
keberagaman yang dimiliki tiap daerah. Beberapa hal yang dibahas pada UU ini
antara lain pembahasan terkait pembagian daerah yaitu pada Bab II, yang mana
pada bab ini menjelaskan bahwa wilayah NKRI tersusun dari provinsi, kabupaten,
dan kota yang berotonom, serta menjelaskan bahwa daerah provinsi berkedudukan
juga sebagai wilayah administrasi. Kemudian Bab IV menjelaskan terkait

11
kewenangan daerah, seperti pada Bab IV pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa daerah
berwenang untuk mengatur sumber daya yang ada di areanya dan memegang
tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikannya sesuai UU. UU ini sudah
dicabut oleh UU No.32 tahun 2004.

4. UU No.32 tahun 2004 terkait Pemerintahan Daerah

Pada UU ini menjelaskan bahwa wilayah Indonesia terbagi menjadi daerah provinsi
serta kabupaten atau kota yang dapat mengatur daerahnya masing-masing (pasal 2
bab I). Selain itu pada pasal 2 Bab I juga menjelaskan jika otonomi yang digunakan
ialah sistem otonomi seluas-luasnya kecuali kepentingan pemerintahan pusat.
Adapun penjelasan terkait kepentingan yang termasuk kepentingan pemerintah
pusat, yakni politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama. Selain itu, pada UU ini juga dijelaskan bahwa otonomi
daerah juga menggunakan prinsip yang nyata dan bertanggung jawab. UU ini sudah
tidak digunakan lagi karena UU no 23 tahun 2014 sudah mencabut.

5. UU No 23 tahun 2014 terkait Pemerintah Daerah

UU ini membahas lebih detail mengenai kekuasaan dan pembagian wilayah serta
membahas tentang koordinasi antar pemimpin daerah. Pada UU ini, daerah
Indonesia terdiri dari provinsi, kabupaten dan kota, kecamatan, desa.(Bab II pasal
2). UU ini juga menjelaskan prinsip otonomi daerah yang dianut yakni otonomi
yang seluas-luasnya berdasarkan negara kesatuan. Terkait kepentingan
pemerintahan pada UU ini dijelaskan bahwa terdapat tiga jenis kepentingan
pemerintahan, yakni kepentingan pemerintahan absolut (kepentingan yang semua
menjadi wewenang pemerintah pusat), kepentingan pemerintahan konkuren
(kepentingan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah), serta kepentingan
pemerintahan umum (kepentingan yang jadi wewenang presiden). UU no 23 tahun
2014 memaparkan pendapatan asli daerah meliputi pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan sumber daya daerah yang dipisahkan, serta pendapatan asli daerah
yang resmi. UU No. 23 tahun 2014 acap kali mengalami perubahan yakni,
perubahan pertama dan kedua pada tahun 2015 dengan UU No. 2 Tahun 2015 dan
UU No. 9 Tahun 2015, sedangkan perubahan ketiga tahun 2020 yaitu dengan UU
No. 11 Tahun 2020. Pada perubahan perubahan yang terjadi susunan daerah di
Indonesia dan kepentingan-kepentingan pemerintahan tidak mengalami perubahan.
Selain itu, UU ini juga dicabut sebagian oleh UU no.1 tahun 2022.

6. UU Nomor 1 tahun 2022

Pada UU ini, prinsip otonomi daerah yang dianut yakni otonomi yang seluas-
luasnya berdasarkan negara kesatuan (Bab I pasal 1 ayat 4). Pada UU ini juga
dibahas pendapatan asli daerah, yaitu terdiri dari pajak retribusi, pajak daerah, hasil
pengelolaan sumber daya daerah yang dipisahkan, serta pendapatan asli daerah
yang resmi.

6. UNDANG UNDANG YANG MENGATUR PAJAK RETRIBUSI

Terbentuknya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diawali dengan diterbitkannya


UU No. 18 tahun 1997 yang berisi tentang penjelasan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
lalu diubah dengan UU No. 34 tahun 2000, Dan diubah untuk terakhir kalinya yang telah
12
disempurnakan menjadi UU No. 28 tahun 2009. Namun UU No. 28 tahun 2009 dicabut
dan digantikan menjadi UU No. 1 tahun 2022

1. UU No. 28 tahun 2009

Undang-undang ini berisi tentang PDRD dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa
Presiden Republik Indonesia. Undang-undang ini menimbang tentang:

a. NKRI adalah negara hukum yang didasarkan oleh Pancasila dan UUD RI
tahun 1945 yang memiliki tujuan untuk dapat mewujudkan kehidupan bangsa
Indonesia yang aman, tertib, adil, dan sejahtera.

b. Dan juga telah validnya UU No. 32 tahun 2004 yang berisi tentang
Pemerintahan Daerah yang beberapa kali telah alihkan menjadi UU No. 12 tahun
2008, bahwa pengelolaan pemerintah daerah dikerjakan melalui diberikannya
kewenangan yang sangat lapang yang diikuti oleh diberikannya kewajiban serta hak
untuk mengelola otonomi daerah dalam aspek sistem pengelolaan pemerintah suatu
negara.

c. PDRD adalah sebuah pokok penghasilan suatu daerah yang sangat penting
untuk dapat memodali pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah

d. Suatu kebijakan PDRD dicapai berlandaskan prinsip adil dan merata serta
prinsip demokrasi

e. UU No. 18 Tahun 1997 tentang PDRD telah diubah dengan UU No. 34 tahun
2000 tentang PDRD perlu diharmoniskan dengan kebijakan otonomi daerah

f. Dasar alasan yang ditargetkan dalam poin-poin yang telah tertera, maka
diperlukannya melakukan pembentukan UU tentang PDRD

2. UU No. 1 tahun 2022

Undang-undang ini berisi tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat


dan Pemerintah Daerah yang mengatur mengenai lingkup hubungan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang meliputi

1. Pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak dan retribusi

2. Pengelolaan transfer ke daerah

3. Pengelolaan belanja daerah

4. Dan pemberian kewenangan untuk melakukan pembiayaan daerah

3. Undang-undang No. 1 tahun 2022

Memiliki isi yang menimbang beberapa poin, yaitu:

a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah


provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah

13
b. bahwa pemerintahan daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

c. bahwa untuk menciptakan alokasi sumber daya nasional yang efektif dan
efisien, perlu diatur tata kelola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah yang adil, selaras, dan akuntabel berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

d. bahwa sesuai dengan Pasal 18 A ayat 21 Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang

e. bahwa sesuai dengan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang

f. bahwa Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan Daerah perlu disempurnakan
sesuai dengan perkembangan keadaan dan pelaksanaan desentralisasi fiskal,
sehingga perlu diganti

g. bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah perlu disempurnakan sesuai dengan perkembangan keadaan dan
pelaksanaan desentralisasi fiskal, sehingga perlu diganti

h. bahwa berdasarkan pertimbangan poin-poin di atas, perlu di bentuk Undang-


Undang tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah

4. UU No. 1 tahun 2022 dan UU No. 28 tahun 2009

Memiliki perbedaan, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Beberapa perubahan pengaturan dalam UU No. 21 tahun 2022:

a. Dilakukan penyederhanaan melalui rasionalisasi jumlah retribusi

b. Retribusi diklasifikasikan dalam 3 jenis

c. Jumlah jenis objek retribusi disederhanakan dari 32 menjadi 18 jenis layanan

2. Tujuan Rasionalisasi

a. Meningkatkan efektivitas retribusi yang ajab dipungut Pemerintah Daerah

b. Mengurangi beban masyarakat dalam mengakses layanan dasar publik yang


menjadi kewajiban Pemerintah Daerah

c. Mendorong kemudahan dalam berusaha dan menciptakan lapangan kerja yang


lebih luas.

14
KESIMPULAN

Pemerintah pusat dan daerah dapat beroperasi dengan baik apabila mendapatkan
sumber daya yang mendukung salah satunya faktor keuangan. Meningkatnya kinerja
pemerintah juga dapat terjadi apabila pengelolaan keuangannya baik. Indonesia dikenal
dengan konsep otonomi daerah, untuk itu pada pemerintahan daerah keuangan/pendapatan
akan memperoleh retribusi daerah, pajak daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lainnya berupaa pendapatan asli daerah tersebut yang sah. Beberapa
pendapatan tersebut nantinya akan digunakan unruk menjalankan APBD, yang mana
pendanaan terbanyak akan didapatkan dari pemungutan pajak. Adapun UU RI No. 288 Tahun
2009 yang mengatur retribusi daerah dan pajak daerah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Surya dan Irawan. 2018. Pengaruh Kontribusi Pajak Daerah, Pendapatan Asli Daerah
Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Moderating Pemerintah Kabupaten
dan Kota. Medan: Universitas Panca Budi.
Ismail, Tjip dan Enceng.2019.Pajak dan Restribusi Daerah.Tangerang: Universitas Terbuka.
Kota Semarang. 2016 . Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang. Pemerintah Kota
Semarang: Semarang.
Pemerintah Indonesia. 2022. Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2022 mengenai Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Lembar RI Tahun 2022,
No. 01. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2022. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja. Lembar RI Tahun 2022, No. 28. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2010 . Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan. PP No. 71 Tahun 2010. Jakarta
Pemerintah Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Lembar RI Tahun 2004, No. 33.
Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 1945. Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1945 mengenai Peraturan
Kedudukan Komite Nasional Daerah.. Lembar RI Tahun 1945, No. 01. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 1948. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 mengenai Peraturan
Kedudukan Komite Nasional Daerah.. Lembar RI Tahun 1948, No. 22. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Peraturan
Kedudukan Komite Nasional Daerah.. Lembar RI Tahun 1999, No. 22. Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Lembar RI Tahun 2004, No. 32.
Jakarta.
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengenai Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Lembar RI Tahun 2014, No. 23.
Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai