Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEUANGAN NEGARA (PEMERINTAH)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah


Mak
Mata Kuliah: Ekonomi Publik
Dosen pengampu: Indah Purwanti, M.T.

Oleh
Kelompok 5:
1. Selfi Rifayatun (4118024)
2. Diah Aryani (4120053)
3. Wardah Mahirdini (4120076)
4. Luluk Mukhayaroh (4120134)

KELAS C

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah “Keuangan negara
(pemerintah)” guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Publik. Sholawat dan salam tak
lupa kami sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. beserta sahabat dan
keluarganya.

Dalam kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan terimakasih kepada beberapa
pihak yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini ;

 Ibu Dr. Hj. Shinta Dewi Rismawati, S.H., M.H.sebagai dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
 Bapak Muhammad Aris Syafi’i, M.E.I., sebagai ketua jurusan Ekonomi Syariah.

 Ibu Indah Purwanti, M.T., sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Publik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan lainnya maka dari itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Pekalongan, 19 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Table of Contents

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN......................................................................................................................... 2
A. KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT-DAERAH .......................................................... 2
1) Pengertian Keuangan Negara ........................................................................................... 2
B. SUMBER-SUMBER PENDAPATAN NEGARA ............................................................ 6
C. PENGELUARAN PEMERINTAH .................................................................................. 9
BAB III .................................................................................................................................... 16
PENUTUP ................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang
Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan pembangunan
nasional yang pengelolaannya diimplemantasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
pilar utama pembiayaan penyelenggaraan negara. Untuk itu (Penjelasan Umum Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia (LNRI) dalam rangka mendukung terwujudnya good governance
dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara
profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar.Pengelolaan keuangan negara yang demikian
perlu dilakukan untuk menghindari adanya penyimpangan keuangan negara baik dalam
bentuk pemborosan, ketidakefektifian dan ketidakefisiensinya penggunaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keuangan pemerintah pusat daerah?

2. Apa saja sumber-sumber pendapatan Negara?

3. Bagaimana pengeluaran pemerintah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu keuangan pusat daerah

2. Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber pendapatan negara

3. Untuk mengetahui apa itu pengeluaran pemerintah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT-DAERAH


a Keuangan Negara

1) Pengertian Keuangan Negara


Menurut UU RI Nomor 17 tahun 2003, keuangan negara adalah semua hak dan
kewajibannegara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa
uang / barang yang dapatdijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut. Menurut para ahli keuangan negara adalah:
a. Menurut Van Der Kamp
Keuangan Negara adalah semua hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian
pula segala sesuatu baik berupa uang atau barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubungan dengan hak-hak tersebut.
b. Menurut M. Ichwan
Keuangan negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-
angka diantaranyadiwujudkan dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk
masa mendatang lazimnya satu tahun mendatang.
c. Menurut Geodhart
Keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang ditetapkan
secara periodik yangmemberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan
pengeluaran mengenai periode tertentu danmelanjutkan alat pembiayaan yang
diperluka untuk menutup pengeluaran tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


khususnya pasal 1 dan 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Keuangan Negara
adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara tersebut meliputi:1
a) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan
melakukan pinjaman;
b) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

1
Paulina Y. Amtiran. PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA.JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 12,
No.2, 2020, hal. 204

2
c) Penerimaan negara dan penerimaan daerah;
d) Pengeluaran negara dan pengeluaran daerah;
e) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah.
f) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
b Keuangan Daerah
1) Pengertian Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewjiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
daerah yang dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala bentuk kekayaan lain
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalamkerangka APBD.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerahsebagai
salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur danmengurus
rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang Otonomi
Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar
daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam halkemampuan keuangan daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua
hakdan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapatdinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.Dengan demikian keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan daerah digunakan untuk
membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2) Sumber Pendapatan Daerah

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU RI No.


32Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157, sumber-sumber pendapatan daerah
dapat dikelompokan sebagai berikut:

3
1. Pendapatan Asli Daerah

Menurut UU RI No.33 Tahu 2004 tentang perimbangan keuangan antara


pemerintah pusat dan Daerah penjelasan pasal 1 ayat 28, menyatakan tentang pengertian
Pendapatan Asli Daerah yaitu: “pendapatan yang diperoleh daerah yangdipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Sedangkan
menurut Indra Bastian (2001:83) mengemukakan bahwa : “pendapatan Asli Daerah
adalah semua pendapatan yang berasal dari sumbere konomi asli daerah”.

Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis:

 Pajak Daerah contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama


KendaraanBermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air.
 Retribusi Daerah

( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, RetribusiPemakaian Kekayaan Daerah,


Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, Retribusikelebihan Muatan, Retribusi Perizinan
Pelayanan dan pengendalian.)
 Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan DaerahLainnya
yang dipisahkan
( seperti : Bagian laba Bank Pembangunan Daerah(BPD), Bagian Laba
Perusahaan Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak ketiga.)
 Lain-lain PAD
( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan labausaha daerah,
antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, penerimaan jasagiro, penerimaan
ganti rugi atas kekayaan daerah, denda keterlambatanpelaksanaan pekerjaan,
penerimaan bunga deposit.)

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.” (UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19).
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto mengemukakan bahwa kelompok dana
perimbangan adalah:

4
 Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
 Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian atas Hak
Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.
 Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk membiayai kebutuhan
tertentu.
 Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam pemerintah
kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi.

3) Pengeluaran Daerah (belanja daerah)


Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah pada periode anggaran
daerah yang berupa aktiva keluar, timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh
pembagian kepada pemilik ekuitas dana (rakyat).
Menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Pemendagri No.13
Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Belanja Langsung
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secaralangsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari: (belanja
pegawai, belanja barang dan jasa,belanja modal)
2. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsungdiklasifikasikan
menjadi: (belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, dan belanja tak terduga).
4) Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut
a. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental
Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
b. Perencanaan operasional
Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
c. Penganggaran

5
Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
d. Pengendalian dan pengukuran
Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran.
e. Pelaporan dan umpan balik
Tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan laporan
keuangan.2

B. SUMBER-SUMBER PENDAPATAN NEGARA


Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber yaitu
pendapatan pajak dan pendapatan non pajak.
a. Pendapatan pajak.
Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintahyang
diatur dalam undang-undang tanpa balas jasa secara langsung. Pendapatannegara berasal
dari pajak. Secara garis besar berbagai jenis pajak yangdipungut pemerintah dapat
dibedakan kepada dua golongan yaitu pajaklangsung dan pajak tak langsung.Pajak
langsung berarti jenis pungutanpemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari pihak
yang wajibmembayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan
yangmenjalankan kegiatan dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak.
Sedangkan, Pajak tak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah- pindahkan
kepada pihak lain. Diantara jenis pajak tak langsung yang pentingadalah pajak impor dan
pajak penjualan. Pendapatan pajak berasal dari pajak pusat dan pajak daerah:
1) Pajak Pusat (wewenang pemajakan berada di tangan pemerintah pusat) yaitu antara
lain:
 Pajak penghasilan (PPh)
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 Bea Materai
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
 Bea Masuk

2
Dewo Kusumo Bagus Tunjung Seto, Pengelolaan Keuangan Daerah, 2016

6
 Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta Hasil Olahannya
2) Pajak Daerah (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintahdaerah)
a) Pajak daerah propinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air;
2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB);
3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air,
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b) Pajak Daerah Kabupaten/Kota
1. Pajak Hotel dan Restaurant (PHR)
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir3

b. Pendapatan non pajak


Pendapatan non pajak adalah pendapatan negara selain dari pajak.Pendapatan non
pajak berasal dari:
1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah, (antaralain penerimaan
jasa giro, sisa anggaran pembangunan, sisa anggaranrutin)
2. Penerimaan dari pemanfaatansumber daya alam (segala kekayaan alamyang terdapat
diatas, permukaandan di dalam bumi yang dikuasai negara,antara lain royalti di bidang
pertambangan)
3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yangdipisahkan (antara lain
dividen atau bagian laba pemerintah dari BUMN,dana pembangunan semesta, dan hasil
penjualan saham pemerintahdalam BUMN)
4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah(antara lain
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayananpelatihan, pemberian hak paten,
merek, hak cipta, pemberian visa danpaspor, serta pengelolaan kekayaan negara yang tidak
dipisahkan)
5. Penerimaan berdasarakan putusan pengadilan dan yang berasal daripengenaan denda
administrasi (antara lain lelang barang rampasan negaradan denda)

3
Muda Markus, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm. 3
7
6. Penerimaan yang berupa hibah yang merupakan hak pemerintah (adalahpenerimaan
negara berupa bantuan hibah dan atau sumbangan dari dalamdan luar negri baik swasta
maupun pemerintah yang menjadi hakpemerintah, kecuali hibah dalam bentuk natura yang
secara langsunguntuk mengatasi keadaan darurat seperti bencana alam atau wabahpenyakit
yang tidak dicatat dalam APBN)
7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam UU tersendiri4

4
Ibid., hlm. 493

8
C. PENGELUARAN PEMERINTAH

1.1 Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila pemerintah


telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga dapat dikelompokan
menjadi 2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro.
1. Teori Makro
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya
kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan
banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang
bersangkutan. Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga
pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut : (Boediono,1999)
a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai. Perubahan gaji pegawai
mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana perubahan gaji
pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.
c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment.
Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar
barang melainkan mencatat pembayaran atau pemberian langsung kepada
warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau bantuan langsung
kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga
untu pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment
mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun
secara administrasi keduanya berbeda.

c. Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah


Model ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave
yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-
tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap
menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal terjadinya perkembangan

9
ekonomi, presentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar
karena pemerintah harus menyediakan fasilitas dan pelayanan seperti
pendidikan, kesehatan, transportasi. Kemudian pada tahap menengah
terjadinya pembangunan ekonomi, investasi pemerintah masih diperlukan
untuk untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat semakin
meningkat, tetapi pada tahap ini peranan investasi swasta juga semakin besar.
Sebenarnya peranan pemerintah juga tidak kalah besar dengan peranan
swasta. Semakin besarnya peranan swasta juga banyak menimbulkan
kegagalan pasar yang terjadi. Musgrave memiliki pendapat bahwa investasi
swasta dalam presentase terhadap GNP semakin besar dan presentase
investasi pemerintah dalam presentase terhadap GNP akan semakin kecil.
Pada tingkat ekonomi selanjutnya, Rostow mengatakan bahwa aktivitas
pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran
untuk aktivitas sosial seperti kesejahteraan hari tua, program pelayanan
kesehatan masyarakat.
d. Teori Adolf Wagner
Adolf Wagner menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan
pemerintah semakin lama semakin meningkat. Tendensi ini oleh Wagner
disebut dengan hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah. Inti teorinya
yaitu makin meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan
ekonomi masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Wagner menyatakan bahwa
dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka
secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama
disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam
masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.
Berkaitan dengan hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab semakin
meningkatnya pengeluaran pemerintah, yakni meningkatnya fungsi
pertahanan keamanan dan ketertiban, meningkatnya fungsi kesejahteraan,
meningkatnyaa fungsi perbankan dan meningkatnya fungsi pembangunan.
e. Teori batas kritis Colin Clark
Dalam teorinya, Collin Clark mengemukakan hipoteisis tentang batas
kritis perpajakan. Toleransi tingkat pajak dan pengeluaran pemerintah
diperkirakan kurang dari 25 persen dari GNP, meskipun anggaran belanja
pemerintah tetap seimbang. Dikatakan bahwa jika kegiatan sektor pemerintah,
10
yang diukur dengan pajak dan penerimaan-penerimaan lain, melebihi 25%
dari total kegiatan ekonomi, maka yang terjadi adalah inflasi. Dasar yang
dikemukakan adalah bahwa pajak yang tinggi akan mengurangi gairah kerja.
Akibatnya produktivitas akan turun dengan sendirinya dan ini akan
mengurangi penawaran agregate. Di lain pihak, pengeluaran pemerintah yang
tinggi akan berakibat pada naiknya permintaan agregat. Inflasi terjadi karena
adanya keseimbangan baru yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan
antara permintaan agregate dan penawaran agregate. Apabila batas 25 persen
terlampaui maka akan timbul inflasi yang akan mempengaruhi sosial ekonomi
masyarakat.

2. Teori Mikro
Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah
untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik
dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara
permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik
yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan
disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.

1.2 Pengeluaran Negara

Pengeluaran negara adalah pengeluaran pemerintah menyangkut pengeluara


nuntuk membiayai program-program dimana pengeluaran itu ditujukan untuk pencapaian
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

4. Macam-macam Pengeluaran Negara


Menurut macamnya, pengeluaran negara dibedakan menjadi 2, yaitu menurut
organisasi dan menurut sifat.

Menurut organisasi, pengeluaran negara digolongkan menjadi 3, yakni :

a. Pemerintah Pusat

Dalam pemerintah pusat, terdapat Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara (APBN) yaitu dana yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi 2
yang meliputi pengeluaran untuk belanja dan pengeluaran untuk pembiayaan.
11
Pengeluaran untuk belanja antara lain digunakan untuk belanja pemerintah pusat
seperti, belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang,
subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dll. Juga untuk dialokasikan ke daerah
untuk dana perimbangan serta dana otonomi khusus dan penyesuaian. Sedangkan
pengeluaran untuk pembiayaan meliputi pengeluaran untuk obligasi pemerintah,
pembayaran pokok pinjaman luar negeri, dll.

b. Pemerintah Provinsi

Jika pada pemerintah pusat terdapat APBN, maka di pemerintah propinsi


terdapat APBD yang merupakan hasil dari dana alokasi APBN dari pemerintah
pusat dan hasil dari pungutan pajak dari masyarakat. Dana APBN digunakan untuk
pengeluaran untuk belanja meliputi belanja operasi dan belanja modal. Belanja
operasi berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan,
belanja perjalanan dinas, belanja pinjaman, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, dan belanja operasi lainnya. Sedangkan belanja modal seperti
belanja asset tetap, belanja aset lain-lain, dan belanja tak terduga.

c. Pemerintah Kabupaten/Kota
APBD dalam Kabupaten/Kota digunakan antara lain untuk pengeluaran
untuk belanja, bagi hasil pendapatan ke Desa/Kelurahan, Bagi hasil pendapatan ke
desa/kelurahan, terdiri dari bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan, bagi hasil retribusi
ke Desa/Kelurahan, bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan, pengeluaran
untuk Pembiayaan, terdiri dari, pembayaran Pokok Pinjaman, penyertaan modal
pemerintah, pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala
Daerah otonom lainnya.
Sedangkan menurut sifatnya, pengeluaran negara dibedakan menjadi 5, antara
lain :
a. Pengeluaran Investasi
Pengeluaran investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah
kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang. Misalnya, pengeluaran untuk
pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM,
dll.
b. Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan
12
kegiatan perekonomian masyarakat.
c. Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat
Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat adalah pengeluaran yang mempunyai
pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan
membuat masyarakat menjadi bergembira. Misalnya pengeluaran untuk
pembangunan
tempat rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll.
d. Pengeluaran Penghematan Masa Depan
Pengeluaran penghematan masa depan adalah pendapatan yang tidak
memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan
mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di masa yang akan
datang.Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, pengeluaran
untuk
anak-anak yatim, dll.
e. Pengeluaran Yang Tidak Produktif
Pengeluaran yang tidak produktif adalah pengeluaran yang tidak memberikan
manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah.
Misalnya pengeluaran untuk biaya perang.

5. Pengaruh Pengeluaran Negara Terhadap Perekonomian


Dalam pengeluaran negara, dapat menimbulkan dampak atau pengaruh terhadap
perekonomian. Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya terpengaruh oleh
besar atau kecilnya pengeluaran negara, antara lain :
a. Sektor Produksi
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
sektor produksi barang dan jasa. Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan
faktor produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain (man, machine,
material, method, management).
Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan berpengaruh
secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah..
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak
langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan menghasilkan SDM yang
lebih berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.
b. Sektor Distribusi
13
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
sektor distribusi barang dan jasa. Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat
menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang
dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll.
c. Sektor Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa. Dengan adanya pengeluaran
pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu
dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah
mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi.
Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga
BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat
terhadap BBM turun.
d. Sektor Keseimbangan Perekonomian
Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur
alokasi dan tingkat pengeluaran negara. Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran
negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat
employment (menuju full employment). Apabila target penerimaan tidak memadai
untuk membiayai pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya dengan pola
defisit anggaran.

1.3 Pengeluaran Daerah

Untuk mengembangkan daerahnya, pemerintah daerah diberi wewenang untuk


mengelola atau mengatur keuangan daerahnya sendiri-sendiri. Pengeluaran terbesar dari
pemerintah daerah sendiri adalah diperuntukkan bagi pendidikan dasar, menangah, dan
kejuruan. Pemerintah daerah menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah
mencerminkan mafaat dari adanya anggara daerah. Tentulah tenaga kerja terdidik akan
meenaikkan produktivitas suatu perekonomian.
Selain untuk pendidikan, pemerintah daerah juga membelanjakan jumlah terbesar
untuk berbagai pelayanan-pelayanan umum, antara lain : pemadam kebakaran, polisi,
saluran selokan, sanitasi, pengawasan umum, taman-taman dan rekreasi, dan sebagainya.
Semuanya ini adalah barang-barang umum dalam pengertian yang sebenarnya. Sekali
pelayanan-pelayanan umum ini diselenggarakan, maka tidak ada cara apapun yang dapa

14
mengecualikan siapa saja didalam daerah ini yang dapat menggunakannya.
Susunan pengeluaran daerah ini disusun dengan mengaitkan penerimaan daerah
tersebut dalam sebuah susunan sistematis yang dinamakan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD). Mustopadidjaya, AR (1997:12) menyatakan bahwa Penyusunan rencana
Anggaran Pengeluaran salah satu kegiatannya adalah identifikasi kebutuhan, yaitu
mengidentifikasi kebutuhan serta mempertimbangkan kebijaksanaan yang menyangkut
pengalokasian pada program-program yang dihubungkan baik dengan tujuan
perekonomian secara keseluruhan maupun sasaransasaran spesifik sektoral dan regional
tertentu.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan hak dan kewajiban tersebut.
Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber yaitu
pendapatan pajak dan pendapatan non pajak.
1. Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintahyang diatur
dalam undang-undang tanpa balas jasa secara langsung.
2. Pendapatan non pajak adalah pendapatan negara selain dari pajak
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga
dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan baik dari bahasa maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari
pembaca sangat diperlukan demi memperbaiki makalah kami supaya menjadi lebih baik
lagi. Dan apabila terdapat banyak kesalahan baik dalam penulisan ataupun pembahasan
serta penjelasan yang kurang jelas, kami mohon maaf. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kusumo, Dewo. 2016. Makalah Pengelolaan Keuangan Daerah. Terdapat dalam: http://dewo-
kusumo.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pengelolaan-keuangan-daerah.html. (diakses 20
April 2022 pukul 14.05)
Noname. 2012. Pengertian Keuangan Daerah, Makalah, Artikel, Sistem Pengelolaan.
Terdapat dalam: http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-keuangan-daerah-
makalah.html. (diakses 20 April 2022 pukul 14.35)
Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2012,tentang sumber pendapatan daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Makalah: Keuangan Daerah
Seto, Dewo Kusumo Bagus Tunjung. 2016. Pengelolaan Keuangan Daerah
Markus,Muda, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai