Oleh
Kelompok 5:
1. Selfi Rifayatun (4118024)
2. Diah Aryani (4120053)
3. Wardah Mahirdini (4120076)
4. Luluk Mukhayaroh (4120134)
KELAS C
Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah “Keuangan negara
(pemerintah)” guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Publik. Sholawat dan salam tak
lupa kami sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. beserta sahabat dan
keluarganya.
Dalam kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan terimakasih kepada beberapa
pihak yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini ;
Ibu Dr. Hj. Shinta Dewi Rismawati, S.H., M.H.sebagai dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
Bapak Muhammad Aris Syafi’i, M.E.I., sebagai ketua jurusan Ekonomi Syariah.
Ibu Indah Purwanti, M.T., sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Publik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan lainnya maka dari itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan pembangunan
nasional yang pengelolaannya diimplemantasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
pilar utama pembiayaan penyelenggaraan negara. Untuk itu (Penjelasan Umum Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia (LNRI) dalam rangka mendukung terwujudnya good governance
dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara
profesional, terbuka, dan bertanggungjawab sesuai dengan aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar.Pengelolaan keuangan negara yang demikian
perlu dilakukan untuk menghindari adanya penyimpangan keuangan negara baik dalam
bentuk pemborosan, ketidakefektifian dan ketidakefisiensinya penggunaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keuangan pemerintah pusat daerah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu keuangan pusat daerah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Paulina Y. Amtiran. PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA.JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 12,
No.2, 2020, hal. 204
2
c) Penerimaan negara dan penerimaan daerah;
d) Pengeluaran negara dan pengeluaran daerah;
e) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah.
f) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
g) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
b Keuangan Daerah
1) Pengertian Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewjiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah
daerah yang dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala bentuk kekayaan lain
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalamkerangka APBD.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerahsebagai
salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur danmengurus
rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang Otonomi
Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar
daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam halkemampuan keuangan daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua
hakdan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapatdinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.Dengan demikian keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan daerah digunakan untuk
membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
3
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.” (UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19).
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto mengemukakan bahwa kelompok dana
perimbangan adalah:
4
Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian atas Hak
Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.
Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk membiayai kebutuhan
tertentu.
Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam pemerintah
kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi.
5
Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
d. Pengendalian dan pengukuran
Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran.
e. Pelaporan dan umpan balik
Tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan laporan
keuangan.2
2
Dewo Kusumo Bagus Tunjung Seto, Pengelolaan Keuangan Daerah, 2016
6
Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta Hasil Olahannya
2) Pajak Daerah (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintahdaerah)
a) Pajak daerah propinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air;
2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB);
3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air,
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b) Pajak Daerah Kabupaten/Kota
1. Pajak Hotel dan Restaurant (PHR)
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
7. Pajak Parkir3
3
Muda Markus, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm. 3
7
6. Penerimaan yang berupa hibah yang merupakan hak pemerintah (adalahpenerimaan
negara berupa bantuan hibah dan atau sumbangan dari dalamdan luar negri baik swasta
maupun pemerintah yang menjadi hakpemerintah, kecuali hibah dalam bentuk natura yang
secara langsunguntuk mengatasi keadaan darurat seperti bencana alam atau wabahpenyakit
yang tidak dicatat dalam APBN)
7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam UU tersendiri4
4
Ibid., hlm. 493
8
C. PENGELUARAN PEMERINTAH
9
ekonomi, presentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar
karena pemerintah harus menyediakan fasilitas dan pelayanan seperti
pendidikan, kesehatan, transportasi. Kemudian pada tahap menengah
terjadinya pembangunan ekonomi, investasi pemerintah masih diperlukan
untuk untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat semakin
meningkat, tetapi pada tahap ini peranan investasi swasta juga semakin besar.
Sebenarnya peranan pemerintah juga tidak kalah besar dengan peranan
swasta. Semakin besarnya peranan swasta juga banyak menimbulkan
kegagalan pasar yang terjadi. Musgrave memiliki pendapat bahwa investasi
swasta dalam presentase terhadap GNP semakin besar dan presentase
investasi pemerintah dalam presentase terhadap GNP akan semakin kecil.
Pada tingkat ekonomi selanjutnya, Rostow mengatakan bahwa aktivitas
pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran
untuk aktivitas sosial seperti kesejahteraan hari tua, program pelayanan
kesehatan masyarakat.
d. Teori Adolf Wagner
Adolf Wagner menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan
pemerintah semakin lama semakin meningkat. Tendensi ini oleh Wagner
disebut dengan hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah. Inti teorinya
yaitu makin meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan
ekonomi masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Wagner menyatakan bahwa
dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka
secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama
disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam
masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.
Berkaitan dengan hukum Wagner, dapat dilihat beberapa penyebab semakin
meningkatnya pengeluaran pemerintah, yakni meningkatnya fungsi
pertahanan keamanan dan ketertiban, meningkatnya fungsi kesejahteraan,
meningkatnyaa fungsi perbankan dan meningkatnya fungsi pembangunan.
e. Teori batas kritis Colin Clark
Dalam teorinya, Collin Clark mengemukakan hipoteisis tentang batas
kritis perpajakan. Toleransi tingkat pajak dan pengeluaran pemerintah
diperkirakan kurang dari 25 persen dari GNP, meskipun anggaran belanja
pemerintah tetap seimbang. Dikatakan bahwa jika kegiatan sektor pemerintah,
10
yang diukur dengan pajak dan penerimaan-penerimaan lain, melebihi 25%
dari total kegiatan ekonomi, maka yang terjadi adalah inflasi. Dasar yang
dikemukakan adalah bahwa pajak yang tinggi akan mengurangi gairah kerja.
Akibatnya produktivitas akan turun dengan sendirinya dan ini akan
mengurangi penawaran agregate. Di lain pihak, pengeluaran pemerintah yang
tinggi akan berakibat pada naiknya permintaan agregat. Inflasi terjadi karena
adanya keseimbangan baru yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan
antara permintaan agregate dan penawaran agregate. Apabila batas 25 persen
terlampaui maka akan timbul inflasi yang akan mempengaruhi sosial ekonomi
masyarakat.
2. Teori Mikro
Tujuan dari teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah
untuk menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permintaan akan barang publik
dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik. Interaksi antara
permintaan dan penawaran untuk barang publik menentukan jumlah barang publik
yang akan disediakan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik yang akan
disediakan tersebut selanjutnya akan menimbulkan permintaan akan barang lain.
a. Pemerintah Pusat
b. Pemerintah Provinsi
c. Pemerintah Kabupaten/Kota
APBD dalam Kabupaten/Kota digunakan antara lain untuk pengeluaran
untuk belanja, bagi hasil pendapatan ke Desa/Kelurahan, Bagi hasil pendapatan ke
desa/kelurahan, terdiri dari bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan, bagi hasil retribusi
ke Desa/Kelurahan, bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan, pengeluaran
untuk Pembiayaan, terdiri dari, pembayaran Pokok Pinjaman, penyertaan modal
pemerintah, pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala
Daerah otonom lainnya.
Sedangkan menurut sifatnya, pengeluaran negara dibedakan menjadi 5, antara
lain :
a. Pengeluaran Investasi
Pengeluaran investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah
kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang. Misalnya, pengeluaran untuk
pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM,
dll.
b. Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan
12
kegiatan perekonomian masyarakat.
c. Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat
Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat adalah pengeluaran yang mempunyai
pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan
membuat masyarakat menjadi bergembira. Misalnya pengeluaran untuk
pembangunan
tempat rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll.
d. Pengeluaran Penghematan Masa Depan
Pengeluaran penghematan masa depan adalah pendapatan yang tidak
memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan
mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di masa yang akan
datang.Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, pengeluaran
untuk
anak-anak yatim, dll.
e. Pengeluaran Yang Tidak Produktif
Pengeluaran yang tidak produktif adalah pengeluaran yang tidak memberikan
manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah.
Misalnya pengeluaran untuk biaya perang.
14
mengecualikan siapa saja didalam daerah ini yang dapat menggunakannya.
Susunan pengeluaran daerah ini disusun dengan mengaitkan penerimaan daerah
tersebut dalam sebuah susunan sistematis yang dinamakan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD). Mustopadidjaya, AR (1997:12) menyatakan bahwa Penyusunan rencana
Anggaran Pengeluaran salah satu kegiatannya adalah identifikasi kebutuhan, yaitu
mengidentifikasi kebutuhan serta mempertimbangkan kebijaksanaan yang menyangkut
pengalokasian pada program-program yang dihubungkan baik dengan tujuan
perekonomian secara keseluruhan maupun sasaransasaran spesifik sektoral dan regional
tertentu.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan hak dan kewajiban tersebut.
Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber yaitu
pendapatan pajak dan pendapatan non pajak.
1. Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintahyang diatur
dalam undang-undang tanpa balas jasa secara langsung.
2. Pendapatan non pajak adalah pendapatan negara selain dari pajak
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah
untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Teori mengenai pengeluaran pemerintah juga
dapat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu teori makro dan teori mikro.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan baik dari bahasa maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, saran dan kritik dari
pembaca sangat diperlukan demi memperbaiki makalah kami supaya menjadi lebih baik
lagi. Dan apabila terdapat banyak kesalahan baik dalam penulisan ataupun pembahasan
serta penjelasan yang kurang jelas, kami mohon maaf. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kusumo, Dewo. 2016. Makalah Pengelolaan Keuangan Daerah. Terdapat dalam: http://dewo-
kusumo.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pengelolaan-keuangan-daerah.html. (diakses 20
April 2022 pukul 14.05)
Noname. 2012. Pengertian Keuangan Daerah, Makalah, Artikel, Sistem Pengelolaan.
Terdapat dalam: http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-keuangan-daerah-
makalah.html. (diakses 20 April 2022 pukul 14.35)
Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2012,tentang sumber pendapatan daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Makalah: Keuangan Daerah
Seto, Dewo Kusumo Bagus Tunjung. 2016. Pengelolaan Keuangan Daerah
Markus,Muda, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
17