Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERAN PEREKONOMIAN NEGARA DALAM KEUANGAN PUBLIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keuangan publik islam
oleh dosen : Malik Akbar a.a, S.Mat.,M.E

Oleh :

1. Asep lana suryana


2. Mirna Siti Patimah
3. Mia mardiyah
4. Gunter afriandi
5. Wahyu adam

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DAN BISNIS SYARI’AH

NAHDLATUL ULAMA (STIEBS) GARUT

2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan
berkat dan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “peran perekonomian negara dalam keuangan public”,
dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keuangan


publik islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagaimana
peran ekonomi dalam suatu Negara, dimana fungsi Negara dalam mengatur
perekonomian untuk kesejahteraan masyarakatnya. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu diselesaikan makalah ini .

Penulis juga menyadari banyak sekali kekurangan, jauh dari kata


sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr wb.

Garut 18 oktober 2021

Penulis

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
3. Tujuan Pembelajaran................................................................................ 2
4. Manfaat…………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................
A. Devinisi Keuangan Publik ....................................................................... 3
1. Pengertian Keuangan Publik ....................................................... 3
2. Pengertian Keuangan Publik Dalam Ekonomi Islam.................. 5
3. Keuangan Publik Di Dunia Kuno ............................................... 8
B. Ruang Lingkup Keuangan Publik ............................................................ 8
C. Sejarah Keuangan Publik ....................................................................... 10
D. Sumber Utama Keuangan Publik ........................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan ekonomi global sekarang ini memiliki implikasi terhadap
kesejahteraan Negara. Batas dan kekuatan Negara bangsa semakin memudar
memecar kepada lokalitas, organisasi- organisasi, indefenden, masyarakat madani,
badan-badan supra nasional (seperti NAFTA atau Uni Eropa), dan perusahaan-
perusahaan Multinasional Mishra (2000) dalam bukunya Globalization and
welfare state menyatakan bahwa globalisasi telah membatasi kapasitas Negara
bangsa dalam dalam melakukan perlindungan social. Dari tahun 2010 sampai
2012 kondisi perekonomian dunia diliputi ketidak pastian. Kerisis keuangan
Eropa yang masih berlanjut dengan tidak adanya kepastian penyelesaian utang,
pemulihan ekonomi AS yang masih berlambat , serta mulai menurun nya
kemampuan Negara-negara Asia untuk penopang perekonomiian dunia telah
meningkatkan resiko ekonomi dunia. Pada tahun 2013, kondisi perekonomian
dunia secara perlahan membaik yang disebabkan oleh mulainya pulihnya Negara-
negara maju.

Dalam kajian ekonomi islam, istilah keuangan public atau keuangan Negara
seperti diungkapkan Harvey s. rosen dan ted gayer, menekankan pada upaya
rasionalisasi peran Negara dalam kehidupan ekonomi atas dasar distribusi
pendapatan yang dihasilkan dari proses mekanisme pasar sesuai dengan norma
norma umum dan distributive keadilan. Menurut bernad salanie, hipotesis lainnya
menunjukan kajian fungsi kesejahteraan sosial untuk memaksimalkan oleh
otoritas publik (Negara).

B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan keuangan public?
b. Ruanglingkup ekonomi public?
c. Sejarah keuangan public?

1
C. Tujuan
a. Dengan kajian ini diharapkan mengetahui tentang keuangan
public.
b. Mengetahui perekonomian global yang dipacu oleh perlambatan
maupun krisis ekonomi diberbagai Negara.
c. Mengetahui sepututr tantangan globa keuangan public.
D. Manfaat
a. Pembaca mampu mengetahui apa itu keuangan public.
b. Mampu mendevinisikan ruang lingkup keuangan public
c. Mengetahui bagaimana ruanglingkup keuangan public

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Devinisi keuangan public


1. Pengertian keuangan publik
a. Pengertian keuangan negara menurut ahli.

Menurut M. Ichwan, keuangan negara adalah rencana kegiatan secara


kuantitatif ( dengan angka-angka di antaranya diwujudkan daam jumlah mata
uang ), yang akan dijalankan nuntuk masa mendatang, lazimnya satu tahun
mendatang.

Pengertian keuangan negara menurut Geodhart merupakan keseluruhan


undang-undang yang ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan
pemerintah untuk melaksanakan pengeuaran mengenai periode tertentu dan
menunjukkan alat pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran
tersebut.Lebih lanjut, menurut Geodhart unsur-unsur keuangan negara meliputi
:PeriodikPemerintah sebagai pelaksana anggaran. Pelaksanaan naggaran
mencakup dua wewenang, yaitu wewenang pengeuaran dan wewenang untuk
menggali sumber-sumber pembiayaan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
yang bersangkutan. Bentuk anggaran negara adalah berupa suatu undang-undang.

Menurut van der Kemp, pengertian keuangan negara adaah sumua hak yang
dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik berupa uang atau
barang) yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak
tersebut.Selain pengertian keuangan negara di atas, beberapa ahli menyamakan
pengertian keuangan negara dengan budget (anggaran).

Berikut ini adalah beberapa pengertian anggraran atau budget yang disamakan
dengan keuangan negara yang dikemukakan oleh para ahli.

Pengertian Budget menurut Glen A. Welsch adalah suatu bentuk statement


dari rencana dan kebijaksanaan manajemen yang dipakai daam suatu periode

3
tertentu sebagai petunjuk atau blue print daam periode ituMenurut Otto Ekstein,
anggaran belanja adalah suatu pernyataan rinci tentang pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk waktu satu tahun.

Pengertian budget menurut John F. Due adalah suatu rencana keuangan untuk
satu periode waktu tertentu. Anggaran belanja pemerintah adalah suatu pernyataan
mengenai pengeluaran atau belanja yang diusulkan dan penerimaan untuk masa
mendatang bersama dengan data pengeluaran dan penerimaan yang sebenarnya
untuk periode mendatang dan periode yang telah lampau.Unsur-unsur keuangan
negara dari definisi John E. Due di atas adalah sebagai berikut:Anggaran belanja
yang memuat data keuangan mengenai pengeluaran dan penerimaan dari tahun-
tahun yang sudah lalu.Jumlah yang diusulkan untuk tahun yang akan
datang.Jumlah taksiran untuk tahun yang sedang berjalan.Rencana keuangan
tersebut untuk suatu periode tertentu

b. Pengertian Keuangan Negara Menurut Pasal 1.1 UU

Keuangan NegaraSemua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai


dengan uang serta segala sesuatu, baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.Pendekatan yang digunakan untuk merumuskan definisi stipuatif
keuangan negara dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.Dari sisi objek,
keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban yang dapat diniai dengan
uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu, baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.Dari sisi subjek, keuangan negara
meliputi seluruh objek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara dan/atau
dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah,
dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.Dari sisi proses,
keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan sampai pertanggungjawaban.Dari sisi tujuan,

4
keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang
berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di
atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

c. Ruang lingkup keuangan negara

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Keuangan Negara, ruang lingkup


keuangan negara meliputi :Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman.Kewajiban negara untuk
menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah negara dan membayar
tagihan pihak ketiga.Penerimaan negara.Pengeluaran negara.Penerimaan
daerah.Pengeluaran daerah Kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/daerah.

1. Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka


penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.

2. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang


diberikan pemerintah.

2. Pengertian keuangan publik dalam ekonomi islam

Dalam ekonomi konvensional, ilmu keuangan publik menaruh perhatian


besar terhadap sisi keuangan dengan mengabaikan sisi immateri, seperti moral
dan agama. Tetapi pada beberapa tahun belakangan ini perhatian terhadap sisi
moral dan sosial semakin bertambahan, sebagai efek dari tekanan yang dilakukan
berbagai serikat dan organisasi di tengah masyarakat, khususnya golongan
ekonomi lemah, serikat pekerja dan organisasi keagamaan dan reformasi.Syari'at
Islam adalah sumber yang menjadi rujukan ilmu keuangan publik di dalam
ekonomi Islam, darinya diambil berbagai dasar dan prinsip kebijakan. Dimana
sebelumnya syari'at telah menetapkan banyak kaidah dasar yang mengatur seluruh
aspek kehidupan manusia; mengatur hubungan manusia dengan Tuhan

5
Penciptanya, hubungannya dengan saudara sesama manusia, hubungan individu
engan negara atau masyarakat dan bahkan hubungan antara sesama negara.Syari'at
Islam tidak cukup hanya menetapkan berbagai kaidah dasar yang bersifat umum
saja, ia juga menjelaskan banyak hukum dan kaidah terperinci terkait dengan
mu'amalat. Tetapi sebagiannya diserahkan kepada ijtihad para pakar di setiap
zaman dan wilayah, sesuai dengan ketentuan dan saluran yang telah ditetapkan.

Dengan demikian, ilmu keuangan publik di dalam ekonomi Islam dapat


didefiniskan sebagai sekumpulan prinsip dan dasar keuangan pulbik yang
disarikan dari nash (teks) syari'at Islam; Al-Qur'an, sunnah dan ijma', yang
menjelaskan dan mengatur aktifitas ekonomi publik di negara Islamm serta
berbagai penemuan para pakar berupa peraturan dan solusi sebagai aplikasi dari
berbagai prinsip dasar tersebut, yang disesuaikan dengan waktu dan tempat.
(AsySyayiji, 2005)

Dari definisi ini terlihat bahwa:

Keuangan publik Islam berpegang dengan berbagai prinsip dan dasar yang ada
pada nash-nash Al-Qur'an, sunnah dan ijma'. Ia adalah prinsip yang baku, tidak
boleh berubah dan berganti seiring perubahan waktu dan tempat. Contohnya
adalah firman Allah, "(Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka." (QS. At-
Taubah: 103) Dan sabda Rasulullah saw, "Islam itu didirikan di atas lima
perkara." Di antaranya adalah, "Menunaikan zakat." Ini adalah nash yang
menetapkan kewajiban zakat sebagai salah satu sumber peralatan negara.2.
Keuangan publik Islam juga memuat sejumlah ketentuan dan kaidah keuangan
yang menjadi temuan para ulama dan pakar, sebagai hasil dari aplikasi prinmsip
dasar yang ada. Ia adalah ketentuan dan kaidah yang bisa berubah seiring
perubahan waktu dan tempat. Contoh terpenting adalah kewajiban kharaj yang
diberlakukan Khalifah Umar bin Khathab atas tanah rampasan, padahal
sebelumnya pada masa Rasulullah saw tanah ini dibagikan kepada para prajurit

6
peranga. Kharaj adalah sumber pendapatan negara yang besarannya diserahkan
kepada ijtihad para pakar dan pemegang kekuasaan. (Asy-Syayiji, 2005)

1) Perkembangan Keuangan Publik

Menurut Azmi, studi sistematik terhadap persoalan keuangan atau


perkembangan keuangan publik dalam terminologi modern diyakini sebagai
fenomena akhir abad ke 15. la berkernbang dan memperoleh signifikansi baru
bersamaan dengan munculnya 'Negara Bangsa' di Eropa. Sejarawan analisis
ekonomi terkemuka, J.A. Schumpeter, dalam karya ensiklopedisnya
menunjukkan, "Keuangan publik, khususnya perpajakan modern, pertama-tama
berkembang pada abad ke 15 di republik kota Italia, khususnya Florence, dan di
kota-kota bebas (Reichsstadte) di Jerman," Oleh karena itu, bagi Schumpeter,
perkembangan sistem keuangan Negara Bangsa, dan kota-kota utama Italia dan
Jerman lebih penting bagi perkembangan keuangan publik.

Perkembangan sistem keuangan ini memperoleh semangat baru pada fase


terakhir 'Abad Pertengahan.' Tingkat pandangan ekonomi yang tinggi abad ini.
Carafa dari Italia pada abad ke 15 dan Bodin dari Francis pada abad ke 16 telah
menulis buku-buku yang secara khusus membahas masalah perpajakan dan
pengelolaan keuangan negara. Sarjana abad ke 18 lainnya, Von Justi,
memaparkan serangkaian aturan perpajakan. Namun, terbitnya karya Adam Smith
yang berjudul Wealth of Nations memberikan darah baru bagi disiplin ilmu ini.
Bagian ke 5 dari buku tersebut secara khusus membahas masalah administrasi
keuangan. Dalam karya yang mengagumkan ini, Smith dengan cerdas meringkas
karya-karya sebelumnya mengenai masalah tersebut dan memberikan landasan
baru dengan memberikan pandangannya sendiri dan merumuskan gagasangagasan
baru. Ketentuan perpajakan, penekanan pada peran negara, dan pembahasannya
terhadap pendapatan, hutang dan pembelanjaan publik merupakan sumbangannya
yang besar bagi masalah tersebut. Sungguh, gagasan yang diberikan Smith tetap
menjadi sumber dan basis utama bagi semua buku tentang masalah tersebut pada
tahun-tahun berikutnya.

7
3. Keuangaan Publik Di Dunia Kuno
1) Romawi, Yunani Dan Mesir Kuna

Romawi, Mesir, Yunani dan Cina kuno telah memiliki sebuah sistem
administrasi yang terencana. Sistem pemerintahan mereka secara umum dan
administrasi keuangannya secara khusus sangat sistematis dan efisien. Para
perencana keuangan dan pembuat kebijakan dari peradaban ini pasti menyadari
akan prinsipprinsip dasar keuangan publik. Sayangnya, tidak ada jejak sama sekali
dari risalah yang sistematik mengenai persoalan tersebut yang ditulis secara
khusus petunjuk bagi penguasa mereka. Namun, para sejarawan menegaskan
bahwa beberapa buku telah ditulis, tetapi tak ditemukan lagi. Misalnya, filosof
Yunani, Xenophonus (430-355 S.M) telah menulis sebuah risalah tentang masalah
keuanganpublik pada masa tersebut. Filosof Cina, Rung Fu Tso (551-478 S.M.)
juga telah menyentuh aspek-aspek praktis administrasi keuangan dan membahas
masalah-masalah pertanian, perdagangan dan keuangan. Tak ada jalan untuk
menilai seberapa jauh analitisnya para fllosof ini dalam pendekatan mereka.

B. Ruang lingkup keuangan public


Ilmu tentang keuangan negara mengikuti perkembangan kegiatan
pemerintahan dan erat kaitannya dengan filsafat ekonomi. Sejalan dengan
perkembangan waktu, definisi tentang keuangan negara juga berkembang
lebih luas. Awalnya, peranan pemerintah adalah sangat sedikit, terbatas hanya
kepada kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diusahakan oleh sektor swasta,
misalnya dalam hal menciptakan dan mempertahankan social overhead. Oleh
karena itu, kegiatan-kegiatan pemerintah hanya meliputi segi tugas umum
pemerintahan saja. Ilmu tentang keuangan negara menyangkut masalah
pembiayaan kegiatan pemerintah dan cara mendapatkan dana untuk
membiayai kegiatan pemerintah tersebut. Secara tegas, keuangan negara dapat
didefinisikan sebagai studi yang mempelajari tentang pengeluaran pemerintah,
penerimaan pemerintah, pendapatan dan belanja negara (APBN/APBD) dan
dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Kegiatan dan peran pemerintah,

8
pada awalnya hanya sebatas pada penyediaan barang-barang strategis
(strategic goods) dan barang-barang social (social goods).

Peranan pemerintah tidaklah ikut campur tangan di dalam kegiatan pasar,


tetapi membatasi kegiatannya kepada hal-hal berikut ini.

1. Melindungi masyarakat dari segala kesukaran-kesukaran dan


melaksanakan hukum yang efektif dan membuat situasi tenang.
Pemerintah menjaga dan menciptakan hukum dan keamanan. 2.
2. Melindungi masyarakat dari ancaman dan serangan yang datang
dari dalam bangsa sendiri maupun serangan yang datangnya dari
bangsa asing.
3. Bilamana sektor swasta terbukti tidak dapat menciptakan dan
menjalankan fasilitas ekonomi secara komersial tidak
menguntungkan, tetapi hal tersebut terasa penting untuk kelancaran
di bidang ekonomi dan berguna bagi masyarakat luas, maka
pemerintah mengambil langkah dan pemikiran untuk ikut
bertanggung jawab di dalam menciptakan dan mempertahankan
sarana sarana sosial tersebut. Sarana-sarana sosial atau fasilitas-
fasilitas sosial tersebut, dinamakan social overhead.
4. Contoh
a. Jalan-jalan.
b.Jembatan-jembatan.
c. Penerangan.
d.Taman Kota.

Alasan campur tangan pemerintah tidaklah berarti bahwa sektor


pemerintah mempunyai sifat yang lebih baik dari pada sektor swasta. Alasan
terpenting adalah bahwa tanpa sektor pemerintah atau tanpa campur tangan
pemerintah maka fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial yang penting sangat sukar
atau bahkan tidak akan terpenuhi. Social overhead capital, seperti jalan, jembatan
semuanya adalah milik negara. Dalam hal ini yang terjadi adalah bahwa batas
keuntungan sosial biasanya jauh lebih besar dari pada pembiayaan. Sebagai

9
akibatnya, sektor swasta tidak siap untuk mengembangkan dan mengusahakannya.
Itulah sebabnya, perlu bagi masyarakat untuk diberi sarana-sarana sosial atau
social overhead tersebut. Batas keuntungan swasta jauh lebih sedikit dibandingkan
biayanya, dan akibat lebih lanjut adalah sektor swasta tidak dapat
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini sektor swasta
tidak mampu mengadakan social overhead capital dan tugas ini diambil alih
pemerintah. Social overhead capital sebagaimana tersebut di atas tidak disediakan
melalui jual beli di pasar atau tidak dijualbelikan kepada masyarakat. Namun
demikian, semua barang-barang dan jasa-jasa sebagai sarana sosial tersebut
membutuhkan biaya perawatan dan biaya-biaya lainnya. Oleh karena itu, kepada
masyarakat sebagai pemakainya dikenakan pembayaran berupa pajak, retribusi
dan sebagainya demi kelangsungan hidup sarana-sarana sosial tersebut. Selain
barang-barang sebagai sarana sosial, ada jenis barang-barang dan jasa-jasa sebagai
sarana sosial dikarenakan sifat barang-barang dan jasa-jasa ini tidak dapat
mengeluarkan pemakainya dari ikatan pembayaran.

Barang-barang dan jasa-jasa ini secara sederhana tidak dapat disediakan


melalui jual-beli di pasar, dan disebut dengan barang-barang kolektif (collective
goods). Barang-barang dan jasa-jasa ini harus disediakan bagi seluruh masyarakat
dan bukan orang-orang sebagai individu. Penyediaannya tidak dapat dibatasi,
campur tangan pemerintah untuk mengarahkan konsumsi para individu kepada
konsumsi yang penting dan untuk kepentingan orang banyak. Kebutuhan-
kebutuhan semacam itu disebut dengan merit wants. Sedangkan barang-barang
yang bersifat sebagai collective goods, pemanfaatannya tidak dapat mengeluarkan
seseorang yang tidak bersedia membayarnya tadi, digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang disebut dengan social wants.

C. Sejarah keuangan public islam


Keuangan Publik pada Masa Rasulullah SAW

Untuk memahami sejarah keuangan publik pada masa Rasulullahdan dan


Khulafaurrasyidin, dapat dilihat dari praktik dan kebijakan yangditerapkan oleh

10
beliau dan para sahabat. Bicara mengenai keuangan publikpada masa Rasulullah
adalah berangkat dari kedudukan beliau sebagaikepala negara. Demikian halnya
dengan para sahabat Khulafaurrasyidin, juga yang ditempatkan sebagai kepala
negara. Sebab, kedudukan sebagaikepala negara adalah identik dengan kedudukan
melayani publik.Setelah selama tiga belas tahun di Makkah, beliau hijrah ke
Madinah(Yasrib). Pada saat hijrah ke Madinah, kota ini masih dalam keadaan
kacau,belum memiliki pemimpin ataupun raja yang berdaulat. Di kota ini
banyaksuku, salah satunya adalah suku Yahudi yang dipimpin oleh Abdullah ibn
Ubay. Ia berambisi menjadi raja di Madinah. Suasana kota ini sering
terjadipertikaian antar kelompok. Kelompok yang terkuat dan kaya adalah
Yahudi,namun kondisi ekonominya masih lemah dan hanya ditopang dari
hasilpertanian. Oleh karena itu, tidak ada hukum dan aturan, maka sistem pajak
dan fiskal tidak berlaku.

Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, maka Madinah dalam waktusingkat


mengalami kemajuan yang pesat. Rasulullah berhasil memimpinseluruh pusat
pemerintahan Madinah, menerapkan prinsip-prinsip dalampemerintahan ke organisasi,
membangun institusi-institusi, mengarahkanurusan luar negeri, membimbing para
sahabatnya dalam memimpin dan padaakhirnya melepaskan jabatannya secara penuh.
Sebagai negara yang baruterbentuk, ada beberapa hal yang segera mendapat perhatian
beliau, seperti:
1. membangun masjid utama sebagai tempat untuk mengadakan forum
bagipara pengikutnya
2. merehabilitasi muhajirin Makkah di Madinah
3. menciptakan kedamaian dalam negara
4. mengeluarkan hak dan kewajibanbagi warga negaranya
5. membuat konstitusi negara
6. menyusun sistempertahanan Madinah;
7. meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.
hal penting yang telah dijalani dan diubah oleh Rasulullah padawaktu itu adalah :

11
1. Adanya fenomena unit, yaitu bahwa Islam telahmembuang
sebagian besar tradisi, ritual, norma-norma, nilai-nilai, tanda-tanda,
dan patung-patung dari masa lampau dan memulai yang baru
dengannegara yang bersih. Semua peraturan dan deregulasi disusun
berdasarlan AlQuran, dengan memasukkan karakteristik dasar Islam,
seperti persaudaraan,persamaan, kebebasan, dan keadilan.
2. Negara baru dibentuk tanpamengguankan sumber keuangan ataupun
moneter karena negara yang baruterbentuk ini sama sekali tidak
diwarisi harta, dana, maupun persediaan darimasa lampaunya.
Sementara sumber keuangan pun belum ada.
D. Sumber Utama Keuangan Negara
Pada masa-masa awal pemerintahan kota Madinah, pendapatandan
pengeluaran hampir tidak ada. Rasulullah SAW. sendiri sebagaiseorang kepala
negara, pemimpin di bidang hukum, pemimpin danpenanggung jawab dari keseluruhan
administrasi tidak mendapat gajisedikit pun dari negara atau masyarakat, kecuali hadiah kecil
yangumumnya berupa bahan makanan.
Pada masa Rasulullah hampir seluruh pekerjaan yang dikerjakantidak mendapatkan upah.
Pada masa Rasulullah SAW. tidak ada tentaraformal. Semua Muslim yang mampu
boleh menjadi tentara. Mereka tidakmendapatkan gaji tetap, tetapi mereka
diperbolehkan mendapatkanbagian dari rampasan perang, seperti senjata, kuda,
unta, dan barang-barang hasil peperangan dan gonimah.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara menjadi entitas politik yang bertanggung jawab terhadap urusan
kolektif masyarakat sehingga berperan penting dalam menciptakan keadilan
ekonomi dan mensejahterahkan masyarakat melalui instrumen pembangunan.
Meski demikian, peranan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
bergantung pada keuangan publik yang secara faktual memiliki masalah dari sisi
pengelolaan dan implementasinya. Dalam perspektif ekonomi Islam, keuangan
negara menjadi prioritas utama yang dikelola dari sisi sumber-sumber
pendapatan dan pengeluaran yang digunakan dalam melaksanakan
pembangunan yang pro-poor sehingga menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Syatibi, Abu Ishaq. al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syari‘ah. Cairo: al-Maktabah


al-Tijaniyah al-Kubra, 1975, II.

Abu Ubayd. Kitab al-Amwal. Cairo: Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1934.

Abu Yusuf. Kitab al-Kharaj. Beirut: Dar al-Ma’arif, 1979.

Ahmed, Ziauddin, etc. Fiscal Policy and Resource Allocation in Islam. Jeddah:
King Abdul Aziz University & Islamabad: Institute of Policy Studies, 1996.

Al-Ghazali. Ihya’ ‘Ulum ad-Din, Beirut: Dar al-Nadwah, 1995, II.

Al-Mawardi. Abu Hasan Ali, Adab al-Dunya wa-ad-Din. Beirut: Dar al-Fikr,
1995.

Al-Mawardi, Abu Hasan Ali, al-Ahkam as-Sulthaniyah wa-al-Wilayat ad-Diniyah.


Beirut: Dar al-Fikr, 2005.

Al-Rayyis, Muh. Dia’u al-Din. Al-Kharaj and the Financial Institutions of the
Islamic Empire. Cairo: the Anglo Egyptian Library, 1961.

Azmi, Sabahuddin. Islamic Economics: Public Finance in Early Islamic Thought.


New Delhi: Goodword Books, 2002.

Chapra, Umar. The Future of Economics: An Islamic Perspective. SEBI: 2001.

Cosgel, Metin M.,”Efficiency and Continuity in Public Finance: The Ottoman


System of Taxation”, dalam The Economic of Ottaman Taxation, University of
Connecticut (2004).

Cosgel, Metin M.,”Efficiency and Continuity in Public Finance: The Ottoman


System of Taxation,” International Journal of Middle East Studies 37(4) (2005).

Ghazanfar, S.M. (ed.). Medieval Islamic Economic Thought: Filling the Great
Gap in European Economics. London & New York: Routledge Curzon, 2003.

Ibn al-Jawzi, Abdurrahman. Sirah wa Manaqib ‘Umar Ibn ‘Abdul Aziz al-
Khalifah az-Zahid. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1984/140

14
15

Anda mungkin juga menyukai