Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keuangan publik islam
oleh dosen : Malik Akbar a.a, S.Mat.,M.E
Oleh :
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR
Wassalamu’alaikum wr wb.
Penulis
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan ekonomi global sekarang ini memiliki implikasi terhadap
kesejahteraan Negara. Batas dan kekuatan Negara bangsa semakin memudar
memecar kepada lokalitas, organisasi- organisasi, indefenden, masyarakat madani,
badan-badan supra nasional (seperti NAFTA atau Uni Eropa), dan perusahaan-
perusahaan Multinasional Mishra (2000) dalam bukunya Globalization and
welfare state menyatakan bahwa globalisasi telah membatasi kapasitas Negara
bangsa dalam dalam melakukan perlindungan social. Dari tahun 2010 sampai
2012 kondisi perekonomian dunia diliputi ketidak pastian. Kerisis keuangan
Eropa yang masih berlanjut dengan tidak adanya kepastian penyelesaian utang,
pemulihan ekonomi AS yang masih berlambat , serta mulai menurun nya
kemampuan Negara-negara Asia untuk penopang perekonomiian dunia telah
meningkatkan resiko ekonomi dunia. Pada tahun 2013, kondisi perekonomian
dunia secara perlahan membaik yang disebabkan oleh mulainya pulihnya Negara-
negara maju.
Dalam kajian ekonomi islam, istilah keuangan public atau keuangan Negara
seperti diungkapkan Harvey s. rosen dan ted gayer, menekankan pada upaya
rasionalisasi peran Negara dalam kehidupan ekonomi atas dasar distribusi
pendapatan yang dihasilkan dari proses mekanisme pasar sesuai dengan norma
norma umum dan distributive keadilan. Menurut bernad salanie, hipotesis lainnya
menunjukan kajian fungsi kesejahteraan sosial untuk memaksimalkan oleh
otoritas publik (Negara).
B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan keuangan public?
b. Ruanglingkup ekonomi public?
c. Sejarah keuangan public?
1
C. Tujuan
a. Dengan kajian ini diharapkan mengetahui tentang keuangan
public.
b. Mengetahui perekonomian global yang dipacu oleh perlambatan
maupun krisis ekonomi diberbagai Negara.
c. Mengetahui sepututr tantangan globa keuangan public.
D. Manfaat
a. Pembaca mampu mengetahui apa itu keuangan public.
b. Mampu mendevinisikan ruang lingkup keuangan public
c. Mengetahui bagaimana ruanglingkup keuangan public
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut van der Kemp, pengertian keuangan negara adaah sumua hak yang
dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik berupa uang atau
barang) yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak
tersebut.Selain pengertian keuangan negara di atas, beberapa ahli menyamakan
pengertian keuangan negara dengan budget (anggaran).
Berikut ini adalah beberapa pengertian anggraran atau budget yang disamakan
dengan keuangan negara yang dikemukakan oleh para ahli.
3
tertentu sebagai petunjuk atau blue print daam periode ituMenurut Otto Ekstein,
anggaran belanja adalah suatu pernyataan rinci tentang pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk waktu satu tahun.
Pengertian budget menurut John F. Due adalah suatu rencana keuangan untuk
satu periode waktu tertentu. Anggaran belanja pemerintah adalah suatu pernyataan
mengenai pengeluaran atau belanja yang diusulkan dan penerimaan untuk masa
mendatang bersama dengan data pengeluaran dan penerimaan yang sebenarnya
untuk periode mendatang dan periode yang telah lampau.Unsur-unsur keuangan
negara dari definisi John E. Due di atas adalah sebagai berikut:Anggaran belanja
yang memuat data keuangan mengenai pengeluaran dan penerimaan dari tahun-
tahun yang sudah lalu.Jumlah yang diusulkan untuk tahun yang akan
datang.Jumlah taksiran untuk tahun yang sedang berjalan.Rencana keuangan
tersebut untuk suatu periode tertentu
4
keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang
berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana tersebut di
atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
5
Penciptanya, hubungannya dengan saudara sesama manusia, hubungan individu
engan negara atau masyarakat dan bahkan hubungan antara sesama negara.Syari'at
Islam tidak cukup hanya menetapkan berbagai kaidah dasar yang bersifat umum
saja, ia juga menjelaskan banyak hukum dan kaidah terperinci terkait dengan
mu'amalat. Tetapi sebagiannya diserahkan kepada ijtihad para pakar di setiap
zaman dan wilayah, sesuai dengan ketentuan dan saluran yang telah ditetapkan.
Keuangan publik Islam berpegang dengan berbagai prinsip dan dasar yang ada
pada nash-nash Al-Qur'an, sunnah dan ijma'. Ia adalah prinsip yang baku, tidak
boleh berubah dan berganti seiring perubahan waktu dan tempat. Contohnya
adalah firman Allah, "(Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka." (QS. At-
Taubah: 103) Dan sabda Rasulullah saw, "Islam itu didirikan di atas lima
perkara." Di antaranya adalah, "Menunaikan zakat." Ini adalah nash yang
menetapkan kewajiban zakat sebagai salah satu sumber peralatan negara.2.
Keuangan publik Islam juga memuat sejumlah ketentuan dan kaidah keuangan
yang menjadi temuan para ulama dan pakar, sebagai hasil dari aplikasi prinmsip
dasar yang ada. Ia adalah ketentuan dan kaidah yang bisa berubah seiring
perubahan waktu dan tempat. Contoh terpenting adalah kewajiban kharaj yang
diberlakukan Khalifah Umar bin Khathab atas tanah rampasan, padahal
sebelumnya pada masa Rasulullah saw tanah ini dibagikan kepada para prajurit
6
peranga. Kharaj adalah sumber pendapatan negara yang besarannya diserahkan
kepada ijtihad para pakar dan pemegang kekuasaan. (Asy-Syayiji, 2005)
7
3. Keuangaan Publik Di Dunia Kuno
1) Romawi, Yunani Dan Mesir Kuna
Romawi, Mesir, Yunani dan Cina kuno telah memiliki sebuah sistem
administrasi yang terencana. Sistem pemerintahan mereka secara umum dan
administrasi keuangannya secara khusus sangat sistematis dan efisien. Para
perencana keuangan dan pembuat kebijakan dari peradaban ini pasti menyadari
akan prinsipprinsip dasar keuangan publik. Sayangnya, tidak ada jejak sama sekali
dari risalah yang sistematik mengenai persoalan tersebut yang ditulis secara
khusus petunjuk bagi penguasa mereka. Namun, para sejarawan menegaskan
bahwa beberapa buku telah ditulis, tetapi tak ditemukan lagi. Misalnya, filosof
Yunani, Xenophonus (430-355 S.M) telah menulis sebuah risalah tentang masalah
keuanganpublik pada masa tersebut. Filosof Cina, Rung Fu Tso (551-478 S.M.)
juga telah menyentuh aspek-aspek praktis administrasi keuangan dan membahas
masalah-masalah pertanian, perdagangan dan keuangan. Tak ada jalan untuk
menilai seberapa jauh analitisnya para fllosof ini dalam pendekatan mereka.
8
pada awalnya hanya sebatas pada penyediaan barang-barang strategis
(strategic goods) dan barang-barang social (social goods).
9
akibatnya, sektor swasta tidak siap untuk mengembangkan dan mengusahakannya.
Itulah sebabnya, perlu bagi masyarakat untuk diberi sarana-sarana sosial atau
social overhead tersebut. Batas keuntungan swasta jauh lebih sedikit dibandingkan
biayanya, dan akibat lebih lanjut adalah sektor swasta tidak dapat
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini sektor swasta
tidak mampu mengadakan social overhead capital dan tugas ini diambil alih
pemerintah. Social overhead capital sebagaimana tersebut di atas tidak disediakan
melalui jual beli di pasar atau tidak dijualbelikan kepada masyarakat. Namun
demikian, semua barang-barang dan jasa-jasa sebagai sarana sosial tersebut
membutuhkan biaya perawatan dan biaya-biaya lainnya. Oleh karena itu, kepada
masyarakat sebagai pemakainya dikenakan pembayaran berupa pajak, retribusi
dan sebagainya demi kelangsungan hidup sarana-sarana sosial tersebut. Selain
barang-barang sebagai sarana sosial, ada jenis barang-barang dan jasa-jasa sebagai
sarana sosial dikarenakan sifat barang-barang dan jasa-jasa ini tidak dapat
mengeluarkan pemakainya dari ikatan pembayaran.
10
beliau dan para sahabat. Bicara mengenai keuangan publikpada masa Rasulullah
adalah berangkat dari kedudukan beliau sebagaikepala negara. Demikian halnya
dengan para sahabat Khulafaurrasyidin, juga yang ditempatkan sebagai kepala
negara. Sebab, kedudukan sebagaikepala negara adalah identik dengan kedudukan
melayani publik.Setelah selama tiga belas tahun di Makkah, beliau hijrah ke
Madinah(Yasrib). Pada saat hijrah ke Madinah, kota ini masih dalam keadaan
kacau,belum memiliki pemimpin ataupun raja yang berdaulat. Di kota ini
banyaksuku, salah satunya adalah suku Yahudi yang dipimpin oleh Abdullah ibn
Ubay. Ia berambisi menjadi raja di Madinah. Suasana kota ini sering
terjadipertikaian antar kelompok. Kelompok yang terkuat dan kaya adalah
Yahudi,namun kondisi ekonominya masih lemah dan hanya ditopang dari
hasilpertanian. Oleh karena itu, tidak ada hukum dan aturan, maka sistem pajak
dan fiskal tidak berlaku.
11
1. Adanya fenomena unit, yaitu bahwa Islam telahmembuang
sebagian besar tradisi, ritual, norma-norma, nilai-nilai, tanda-tanda,
dan patung-patung dari masa lampau dan memulai yang baru
dengannegara yang bersih. Semua peraturan dan deregulasi disusun
berdasarlan AlQuran, dengan memasukkan karakteristik dasar Islam,
seperti persaudaraan,persamaan, kebebasan, dan keadilan.
2. Negara baru dibentuk tanpamengguankan sumber keuangan ataupun
moneter karena negara yang baruterbentuk ini sama sekali tidak
diwarisi harta, dana, maupun persediaan darimasa lampaunya.
Sementara sumber keuangan pun belum ada.
D. Sumber Utama Keuangan Negara
Pada masa-masa awal pemerintahan kota Madinah, pendapatandan
pengeluaran hampir tidak ada. Rasulullah SAW. sendiri sebagaiseorang kepala
negara, pemimpin di bidang hukum, pemimpin danpenanggung jawab dari keseluruhan
administrasi tidak mendapat gajisedikit pun dari negara atau masyarakat, kecuali hadiah kecil
yangumumnya berupa bahan makanan.
Pada masa Rasulullah hampir seluruh pekerjaan yang dikerjakantidak mendapatkan upah.
Pada masa Rasulullah SAW. tidak ada tentaraformal. Semua Muslim yang mampu
boleh menjadi tentara. Mereka tidakmendapatkan gaji tetap, tetapi mereka
diperbolehkan mendapatkanbagian dari rampasan perang, seperti senjata, kuda,
unta, dan barang-barang hasil peperangan dan gonimah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara menjadi entitas politik yang bertanggung jawab terhadap urusan
kolektif masyarakat sehingga berperan penting dalam menciptakan keadilan
ekonomi dan mensejahterahkan masyarakat melalui instrumen pembangunan.
Meski demikian, peranan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
bergantung pada keuangan publik yang secara faktual memiliki masalah dari sisi
pengelolaan dan implementasinya. Dalam perspektif ekonomi Islam, keuangan
negara menjadi prioritas utama yang dikelola dari sisi sumber-sumber
pendapatan dan pengeluaran yang digunakan dalam melaksanakan
pembangunan yang pro-poor sehingga menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Ziauddin, etc. Fiscal Policy and Resource Allocation in Islam. Jeddah:
King Abdul Aziz University & Islamabad: Institute of Policy Studies, 1996.
Al-Mawardi. Abu Hasan Ali, Adab al-Dunya wa-ad-Din. Beirut: Dar al-Fikr,
1995.
Al-Rayyis, Muh. Dia’u al-Din. Al-Kharaj and the Financial Institutions of the
Islamic Empire. Cairo: the Anglo Egyptian Library, 1961.
Ghazanfar, S.M. (ed.). Medieval Islamic Economic Thought: Filling the Great
Gap in European Economics. London & New York: Routledge Curzon, 2003.
Ibn al-Jawzi, Abdurrahman. Sirah wa Manaqib ‘Umar Ibn ‘Abdul Aziz al-
Khalifah az-Zahid. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1984/140
14
15