Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Konsep Ekonomi Publik, Definisi Ekonomi Publik, Fungsi Pemerintahan, Peran


Pemerintah dan Analisis Ekonomi Birokrasi Pemerintah

Dosen Pengampu : Mahdar Ernita S.Pd.,M.Ed

Disusun Oleh

Billy Gilman

Randi Gusnali Pratama

Rangga Pratama

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah yang maha esa atas segala rahmat, karunia,
taufik, serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “sistem biaya
dan akumulasi biaya” dengan tepat meskipun masih ada kekurangan di dalamnya. Tidak lupa
penulis pula mengucapkan terima kasih atas saran dari pihak yang telah berkontribusi
memberikan materi maupun fikirannya.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan serta pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depannya bisa memperbaiki bentuk penambahan isi makalah supaya
menjadi lebih baik lagi. Atas keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis percaya
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar bisa memperbaiki makalah ini dengan
sempurna.

Pekanbaru, 16 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...........................................................................................................1

BAB II Pembahasan

A. Konsep Ekonomi Publik..............................................................................................2


B. Definisi Ekonomi Publik.............................................................................................3
C. Fungsi Pemerintahan...................................................................................................4
D. Peran Pemerintah.........................................................................................................5
E. Analisis Ekonomi Birokrasi Pemerintah.....................................................................6

BAB III Studi Kasus..........................................................................................................8

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan..................................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................................16

Daftar Pustaka...................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para pelaku ekonomi yang memiliki kekuatan unik memastikan bahwa ekonomi negara
berjalan dengan baik. Konsumen biasanya digambarkan sebagai pemilik faktor-faktor
produksi (terutama sumber daya manusia), dan produsen digambarkan sebagai pengguna
faktor-faktor produksi milik konsumen. Namun, pemerintah adalah satu-satunya pelaku
ekonomi yang memiliki karakteristik tertentu. Pemerintah memiliki otoritas untuk memaksa
pelaku usaha lain, baik konsumen maupun produsen, melalui perangkat hukum dan regulasi.
Dengan demikian, konsumen dan produsen harus sepenuhnya mematuhi aturan yang
ditetapkan pemerintah dalam kehidupan masyarakat, khususnya kehidupan ekonomi.
Pemerintah atau negara berwenang menggunakan mekanisme monopoli untuk mengatur
penyediaan barang publik (public goods) dan barang swasta (private goods) kepada
masyarakat melalui sebuah mekanisme monopoli kepada perusahaan negara tertentu atau
sebaliknya disediakan melalui mekanisme pasar (market mechanism) sesuai dengan kondisi
dan system perekonomian yang dianutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Ekonomi Publik?
2. Apa saja Definisi Ekonomi Publik?
3. Apa saja Fungsi Pemerintahan dalam Ekonomi Publik?
4. Apa saja Peran Pemerintah dalam Ekonomi Publik?
5. Bagai,ama cara menganalisis Ekonomi Birokrasi Pemerintah

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui bagaimana Konsep Ekonomi Publik
2. Mengetahui apa saja Definisi Ekonomi Publik
3. Mengetahui apa saja Fungsi Pemerintahan dalam Ekonomi Publik
4. Mengetahui Peran Pemerintah dalam Ekonomi Publik
5. Memahami bagaimana cara menganalisis Ekonomi Birokrasi Pemerintah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Ekonomi Publik

Secara gambling, ekonomi publik diartikan sebagai ilmu yang mempelajari peran
pemerintah/negara dalam kehidupan perekonomian, namun sejak tahun 1970-an sering disebut
sebagai ilmu keuangan publik.Disebut demikian karena ilmu ini merupakan ilmu yang
mempelajari atau mengkaji tentang pengeluaran dan penerimaan negara. Sebagai suatu ilmu
berarti kajian dan penjelasan berdasarkan metode sintetik dan analisis umum, umum dan khusus
serta metode makroanalitis dan mikroanalitik.

Teori keuangan negara ini menyangkut badan hukum publik, yang mempunyai hak hukum
publik dan mampu ikut serta dalam proses perekonomian untuk memenuhi kebutuhan badan
hukum dan perorangan. Menurut Poole (1956) dalam Ilyas (1989), ilmu keuangan publik
berkaitan erat dengan empat tujuan utama pemerintahan, yaitu menentukan tingkat dan metode
belanja publik, pengumpulan pajak, dan pinjaman publik.

Menurut Newman (1968) dalam Ilyas (1989) ada dua hal pokok yang merupakan konsep
ilmu keuangan negara:

1. Ruang lingkup dan tujuan pemerintahan. Dalam hal ini dibuat batasan antara sektor
publik dan swasta dalam kegiatan ekonomi.Terutama untuk mengetahui bagaimana
berbagai kegiatan pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja, efisiensi alokasi sumber daya, serta pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan daerah.
2. Pembahasannya mengenai pembentukan keuangan negara secara
nonmoneter.Misalnya, penjelasan yang terkesan aneh adalah bahwa kata keuangan
berkaitan dengan masalah moneter. Dalam hal ini, Anda akan dapat menganalisis
pemungutan pajak, pembayaran transfer, dan pengeluaran lain yang ditujukan untuk
membiayai area produksi.
.

2
Berdasarkan definisi tersebut maka ruang lingkup ilmu keuangan negara dapat dibagi
menjadi:

1. Teori Belanja Negara. Melalui belanja negara, pemerintah dapat mencoba


memperluas kegiatan keuangan dalam perekonomian sesuai dengan hukum
penawaran dan permintaan, yang tujuan akhirnya adalah mendorong pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
2. Teori penerimaan APBN. Teori membahas banyak sumber penerimaan APBN,
membahas dan menganalisis perbandingan kelebihan dan kekurangan berbagai
bentuk penerimaan APBN, membahas prinsip-prinsip yang berlaku dalam pemilihan
sumber penerimaan APBN yang berbeda-beda
3. Teori pengelolaan keuangan negara. Tertarik pada semua kegiatan di sektor keuangan
termasuk isu-isu yang berkaitan dengan anggaran negara, pelaksanaan anggaran
4. Teori stabilisasi dan pertumbuhan. Membahas tentang kebijakan ekonomi dari suatu
pemerintahan dan kaitannya dengan kebijakan fiskal yang behubungan langsung
dengan penerimaan dan pengeluaran negara.

B. Definisi Ekonomi Publik

Ilmu ekonomi publik dapat dipahami sebagai salah satu cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari permasalahan publik, permasalahan bersama, permasalahan orang banyak,
permasalahan masyarakat, permasalahan pemerintahan atau permasalahan negara. Ekonom
publik yang sangat terkenal di abad ke-20, Richard A.Musgrave (saat ini profesor emeritus di
Departemen Ekonomi, Universitas Harvard, AS), percaya bahwa negara memiliki tiga peran
dalam perekonomian: stabilisasi, alokasi, dan distribusi.

Perekonomian publik, dalam peran utamanya, pemerintah harus memastikan bahwa


perekonomian memiliki lapangan kerja penuh dan harga yang stabil.Ini adalah topik
makroekonomi.Peran kedua terkait dengan upaya pemerintah dalam mengalokasikan sumber
daya dalam perekonomian.Pemerintah dapat memainkan peran ini secara langsung (misalnya
dengan membeli barang-barang penting).

3
pertahanan atau pendidikan), atau secara tidak langsung yaitu melalui pajak dan subsidi
untuk mendorong kegiatan-kegiatan tertentu dan menghambat kegiatan-kegiatan lainnya.

Peran ketiga menyangkut upaya pemerintah dalam mendistribusikan produk-produk yang


dihasilkan perusahaan kepada para anggotanya.Pertanyaan terakhir ini berkaitan dengan
pertanyaan tentang keadilan dan trade-off antara keadilan dan efisiensi.Ekonomi publik
berfokus pada mempelajari dua peran terakhir dari tiga peran pemerintahan
Musgrave.Kenyataannya, aktivitas pemerintah dalam menjalankan peran-peran tersebut
saling bergantung sehingga pembagian peran ke dalam ketiga cabang di atas seringkali tidak
dapat dilakukan dengan jelas.

C. Fungsi Pemerintahan

Dalam setiap sistem perekonomian pemerintah selalu memainkan peran sangat penting.
Melalui teori Adam Smith mengemukakan bahwa pemerintah hanya mempunyai tiga
fungsi,yaitu:

1. Fungsi pemerintah untuk memelihara pertahanan dan keamanan negara.


2. Fungsi pemerintah untuk menyelenggarakan peradilan.
3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh
pihak swasta.

Dalam perekonomian modern fungsi dan peranan pemerintah pun mengalami perubahan
sebagai berikut:

1. Peran Alokasi adalah peran pemerintah untuk menghasilkan dan mengusahakan agar
pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. Peran Distribusi adalah peran pemerintah untuk mengusahakan agar distribusi
pendapatan ditengah masyarakat menjadi merataguna dan mensejahterakan
masyarakat.
3. Peran Stabilisasi adalah peran pemerintah untuk meningkatkan kesempatan kerja serta
stabilitas harga barang-barang kebutuhan ekonomi yang mantap dan tingkat
pertumbuhan yang memadai.

4
Sedangkan dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam
perekonomiannya.Menurut Adam Smith peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam:

1. Peran Alokasi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk mengalokasikan sumber-


sumber dan agar lebih optimal penggunaannya.
2. Peran Distribusi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk menyesuaikan pembagian
pendapatan dan mensejahterakan masyarakat.
3. Peran Stabilisasi yaitu merupakan fungsi pemerintah untuk meningkatkan kesempatan
kerja serta stabilitas harga barang-barang kebutuhan ekonomi yang mantap
D. Peran Pemerintah
Dalam sistem perekonomian apapun, baik sistem ekonomi kapitalis maupun sistem
ekonomi sosialis, negara selalu memegang peranan penting.Peran pemerintah sangat penting
dalam sistem perekonomian sosialis dan sangat terbatas dalam sistem perekonomian kapitalis
murni seperti pada sistem kapitalis.diusulkan oleh Adam Smith.AdamSmith berteori bahwa
pemerintah hanya memiliki tiga fungsi:
1. Fungsi pemerintah untuk memelihara keamanan dalam negeri dan pertahanan.
2. Fungsi pemerintah untuk meyelenggarakan peradilan.
3. Fungsi pemerintah untuk menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh
pihak swasta, seperti halnya dengan jalan, dam-dam dan sebagainya.

Dapat dipahami bahwa dengan kemajuan dan perkembangan masing-masing negara,


tidak ada negara kapitalis di dunia yang menerapkan sistem kapitalis murni. Di dunia
modern, negara diharapkan memainkan peran yang semakin penting dalam mengatur
aktivitas perekonomian.

Adam Smith, perancang sistem kapitalis murni, mengemukakan ideologinya karena ia


yakin bahwa dalam perekonomian kapitalis, setiap individu paling tahu apa yang terbaik
bagi dirinya, oleh karena itu ia akan melakukan apa yang menurutnya terbaik bagi dirinya.
Prinsip kebebasan ekonomi justru menemui konflik kepentingan karena tidak adanya
koordinasi untuk menciptakan keselarasan kepentingan setiap individu. Dalam hal ini
pemerintah berperan mengatur, meningkatkan atau mengarahkan kegiatan sektor swasta.
Dalam perekonomian modern, peran pemerintah dapat

5
1. Peranan alokasi
2. Peranan distribusi, dan
3. Peranan stabilisasi.

Sementara itu, Barton (2000) menyebutkan peran utama pemerintah secara garis besar
adalah:

1. peran alokasi sumber daya,


2. peran regulator,
3. peran kesejahteraan sosial,
4. peran mengelola ekonomi makro.

Penjelasan kempat peran pemerintah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dalam peran alokasi sumber daya tercakup soal penentuan ukuran absolut dan relatif
pemerintah dalam perekonomian (keseimbangan sektor publik dan sektor swasta) dan
penyediaan barang-barang publik serta pelayanan kesejahteraan sosial bagi
masyarakat.
2. Peran regulator. Hal ini mencakup undang-undang dan tata tertib yang dibutuhkan
masyarakat termasuk undang-undang yang mengatur dunia bisnis yang memadai
untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dan hak-hak kepemilikan pribadi.
3. Peran kesejahteraan sosial. Mencakup kebijakan-kebijakan yang mendorong
pemerataan sosial di negara yang bersangkutan seperti perpajakan, jaminan sosial
(transfer payment) dan penyediaan sejumlah barang publik campuran bagai
masyarakat.
4. Peran mengelolan ekonomi makro yang memfasilitasi stabilitas secara umum dan
kemakmuran ekonomi negara melalui kebijakan-kebijakan yang didesain untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil, full employment, inflasi yang rendah,
dan stabilitas neraca pembayaran.
E. Analisis Ekonomi Birokrasi Pemerintah

Perilaku birokrasi pemerintahan bersinergi dengan sistem, struktur, kultur, fungsi dan
proses birokrasi pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kualitas kapabilitas
birokrasi pemerintahan sangat dipengaruhi dan ditentukan persepsi, sikap, perilaku, struktur

6
serta kultur birokrasi pemerintahan. Perilaku birokrasi pemerintahan dalam fungsi dan proses
pemerintahan dipengaruhi faktor individu anggota birokrasi, organisasi pemerintahan dan
lingkungan pemerintahan. Perilaku birokrasi tercermin dalam interaksi individu antar, dalam
kelompok atau organisasi dan dengan lingkungan luar organisasi birokrasinya.

Menurut Eugebe Litwak dalam Tjahya Supriatna (2001) bahwa perilaku birokrasi
pemerintahan dipengaruhi oleh perilaku individu secara mikro dan perilaku organisasi secara
makro dan sebaliknya. Profil dan status perilaku individu birokrasi pemerintahan dibentuk
oleh faktor fisiologis, faktor psikologis dan faktor lingkungan. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah:

Pertama, faktor fisiologis berkaitan dengan kesehatan fisik dan mental; Kedua, faktor
psikologis berupa kognisi, sikap, kepribadian, motivasi dan belajar; Tiga faktor lingkungan
meliputi keluarga, kelas sosial dan budaya. Sedangkan menurut James L. Bowditch dan
Antony F. Bruno (1985), perilaku birokrasi dalam organisasi pemerintah ditentukan oleh
status, peran, norma kohesi, konflik dan ambiguitas, komunikasi, manajemen, kepemimpinan
dan kolaborasi dalam efektivitas organisasi.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, birokrasi harus mengedepankan perilaku


yang sesuai dengan etika birokrasi. Menurut Yahya Muhaimin (1991) dalam Muhammad
(2002), birokrasi adalah seluruh aparatur pemerintah, baik sipil maupun militer, yang
bertugas menunjang pemerintahan dan menerima gaji dari pemerintah sesuai dengan
statusnya. Etika birokrasi dapat diartikan sebagai “norma atau nilai moral yang menjadi
pedoman bagi seluruh pejabat publik dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya demi
kepentingan umum atau masyarakat”.

Dengan kata lain, pada prinsipnya birokrasi tidak menjadi sulit asalkan prosesnya dapat
dipermudah. Sementara pada kenyataannya, masih banyak oknum pejabat yang
memanfaatkan aparat birokrasi tersebut untuk mencari keuntungan sesaat tanpa
memperdulikan kesulitan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Fenomena
implementasi birokrasi yang dilakukan bawahan terhadap PNS masih sering terjadi.

7
BAB III

STUDI KASUS

Hasil pendataan jumlah pedagang kemudian dikirim ke Dinas Umum Koperasi,


UMKM, dan Pengelolaan Pasar.Pendataan ini kemudian dilakukan dengan menyesuaikan
kondisi lapangan mengenai ketersediaan kios dan jumlah penjual.Keputusan tersebut
diambil dengan menerapkan skala prioritas terhadap pedagang, yaitu skala prioritas 1, skala
prioritas 2, dan skala prioritas 3.Data yang diungkap P3S dari total 632 pedagang Pedagang
terdaftar, hanya 101 pedagang yang memiliki kios di Pasar Induk Randik Sekayu.

Hal ini menunjukkan belum adanya kejelasan sistem yang diterapkan pemerintah
dalam upaya pendistribusian lapak di pasar Randik Sekayu.Ketidakjelasan prosedur
pembagian kios menyebabkan para pedagang mempertanyakan sistem yang diterapkan
pemerintah dalam pembagian kios di pasar rakyat dan meningkatkan jumlah pengaduan dari
para pedagang. Namun banyak keluhan dari para pedagang yang tidak dapat diselesaikan
dengan baik melalui sistem birokrasi spesialisasi tenaga kerja yang dikembangkan oleh
Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar, sehingga berdampak pada
ketidakpercayaan masyarakat terhadap upaya pemukiman kembali yang dilakukan
Kabupaten Musi Banyuasin.pasar terkenal ini.

Selain ketidak jelasan proses pendistribusian di kios, pedagang juga mengeluhkan


ketidakjelasan ke mana pedagang harus melaporkan keinginan dan keluhannya.Pada saat
memulai relokasi pasar, pedagang yang melakukan relokasi bertugas menyampaikan
keinginan dan keluhannya langsung kepada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan
Pengelolaan Pasar melalui Kepala Dinas Pengelolaan Pasar.Namun ternyata respon yang
diterima para pedagang tidak sesuai harapan.Dinas Koperasi, UMKM, dan Pengelola Pasar
menilai pihaknya sudah tidak mempunyai kewenangan lagi terkait upaya relokasi pasar
kondang itu karena mekanisme penerimaan pengaduan pedagang sudah diserahkan kepada
Persatuan Pedagang Pasar Sekayu (P3S).dengan koordinator Hasan Bahtiar, Kopastema
dengan koordinator Wawan dan UPTD Pasar.

Di sisi lain, ketiga pemangku kepentingan ini menilai tidak ada pihak yang
berwenang menyelesaikan keluhan dan aspirasi pedagang kecuali Dinas Koperasi, UMKM,

8
dan Pengelolaan Pasar.Pendapat ketiga pemangku kepentingan ini sangat beralasan karena
proses Identifikasi pedagang yang akan memperoleh manfaat dari kios ini dilakukan secara
langsung dan sederhana oleh pimpinan Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar,
diperkuat dengan hasil wawancara penulis dengan perwakilan Dinas Koperasi.UMKM dan
Pengelola Pasar mengatakan hal itu terkait dengan mekanisme distribusi kios.

semua keputusan diambil oleh kepala departemen sesuai skala prioritas. Perlu
ditekankan lebih lanjut bahwa hal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala
departemen sebagai pengambil keputusan dalam kebijakan repositioning pasar yang populer
ini. Namun menurut peneliti, sikap pengambilan keputusan pemerintah yang sepihak justru
bisa menimbulkan lebih banyak instabilitas.

Hal ini disebabkan karena pedagang tidak mendapatkan manfaat dari transparansi
mengenai sistem prioritas yang diberikan pemerintah. Faktanya, nama-nama pedagang yang
datang ke kios-kios di Pasar Induk Randik Sekayu tidak sesuai dengan keputusan
pemerintah sebelumnya bahwa pedagang yang diprioritaskan adalah mereka yang sudah
lama berjualan di Pasar Talang Jawa. Akibat lain dari tidak diikutsertakannya pedagang
dalam identifikasi nama-nama pedagang yang akan membeli lapak di Pasar Induk Randik
adalah pedagang tidak percaya kepada pemerintah selaku penyelenggara program relokasi
pasar, proses ini membawa keadilan bagi seluruh pedagang yang akan relokasi.

Selain itu, ketidakpercayaan para pedagang ini sebagai akibat dari ketidakmampuan
pemerintah dalam menjalin komunikasi yang baik kepada para pedagang. Hal ini dapat
terlihat dari bagaimana pengelolaan keluhan dan aspirasi para pedagang yang tidak dapat
dikelola dengan baik, yang berdampak pada terjadinya penolakan dari para pedagang.
Alasan lain ketidakpercayaan para pedagang ini adalah ada banyaknya keluhan dan aspirasi
para pedagang terkait dengan sistem pembagian kios.

Namun ternyata masyarakat merasa bahwa adanya lepas tangan dari pemerintah
terkait keluhan dan aspirasi yang akan mereka sampaikan. Permasalahan bingungnya para
pedagang seharusnya melaporkan kepada siapa terkait keluhan dan aspirasi mereka ini
mengindikasikan bahwa inkonsistensi dalam pembagian kerja terkait stakeholder mana yang
seharusnya menjadi tempat menyampaikan keluhan dan aspirasi para pedagang. Hal ini

9
dapat juga terlihat dari keikutsertaan pedagang dalam upaya relokasi pasar rakyat, yang
diwakilkan oleh organisasi para pedagang yang bernama P3S ini adalah bentuk upaya
pemerintah untuk memberikan spesialisasi kerja kepada stakeholder yang sesuai dengan
kecakapan dan pengetahuannya.

Salah satu solusinya adalah dengan mengundang P3S untuk melakukan pendataan
jumlah pedagang sebagai bagian dari upaya awal Pemerintahan Bupati Musi Banyuasin
untuk merelokasi pasar kondang tersebut. Proses pendataan jumlah pedagang sepenuhnya
dikelola oleh Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelola, Pasar karena mereka yakin para
pedagang peserta P3S yang menjadi anggota lebih memahami kondisi dan nama pedagang
yang menjual barang di Talang.pasar jawa. Namun pada kenyataannya, spesialisasi
pekerjaan terkait pendataan pedagang diserahkan kepada P3S, sedangkan penugasan lapak
dilakukan secara sepihak oleh Dinas Koperasi, UMKM, dan Pengelola Pasar.

Menurut peneliti, sistem birokrasi yang dibangun dalam alokasi los dan mekanisme
penyelesaian, pengaduan, dan penerimaan pengaduan dari pedagang telah menyebabkan
buruknya sistem birokrasi yang akan dibangun untuk menggantikan pasar rakyat. Hal ini
terlihat dari pendataan pedagang yang diberikan kepada P3S oleh Dinas Koperasi, UMKM
dan Pengelolaan Pasar, dengan dasar bahwa P3S merupakan pemangku kepentingan yang
mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang relevan. Sistem pembagian kios dengan
sistem skala prioritas tersebut juga sebaiknya diserahkan kepada P3S, karena P3S
merupakan pelaku utama kebijakan ini yang memahami kondisi dan situasi sebenarnya.
Agar pembagian kerja menurut keterampilan dan keahlian terlaksana dengan baik.

Fakta lainnya adalah surat resmi Nomor 002/P3S/III/2015 yang menyatakan bahwa
salah satu tujuan didirikannya P3S adalah sebagai wadah komunikasi antara pemerintah dan
pedagang. Untuk lebih jelasnya, berikut petikan surat Nomor 002/P3S/III/2015 tentang
Tujuan Utama Dibentuknya P3S, Khususnya Wadah Silaturahmi, Koordinasi, dan
Rekonsiliasi untuk Memenuhi Aspirasi Pelaku Usaha, Pegawai Pasar Sekayu dan Terkait
lembaga dan unit.pihak lain yang berhubungan dengan pedagang.

Data di atas menunjukkan bahwa ternyata, pihak P3S merupakan pihak yang paling
berwenang untuk menjadi alat penghubung antara pedagang dan pemerintah terkait upaya

10
dalam relokasi pasar rakyat ini. Surat tersebut juga menjelaskan bahwa P3S adalah
organisasi yang dibentuk untuk mengoordinasi dan mediasi aspirasi para pedagang. Oleh
karenanya seluruh aspirasi para pedagang sekayu terkait relokasi pasar rakyat merupakan
tanggung jawab dari pihak P3S yang kemudian P3S hendaknya mampu menjadi
penghubung untuk penyelesaian masalah tersebut kepada pemerintah.

Menanggapi masalah banyaknya pedagang yang telah didata namun tidak


mendapatkan kios, pihak P3S mengungkapkan bahwa telah melaporkan hal tersebut kepada
Pihak Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar untuk meminta konfirmasi bagaimana
sistem yang dibuat untuk menentukan nama-nama pedagang yang mendapatkan kios
tersebut, yang berdampak pada hanya 101 pedagang dari total 600 lebih pedagang yang telah
didata oleh P3S yang mendapatkan kios di Pasar Induk Randik. Namun nyatanya, pihak
Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar menanggapi pertanyaan tersebut dengan
mengatakan bahwa semua urusan terkait pembagian kios di Pasar Induk Randik Sekayu
adalah urusan pemerintah dan pihak P3S tidak memiliki hak untuk tahu bagaimana sistem
yang dibuat pemerintah.

Akibat dari pernyataan ini, P3S merasa bahwa tugas dalam menyampaikan aspirasi
para pedagang tidak akan menemukan jalan keluar dikarenakan pemerintah melalui Dinas
Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar lepas tangan terkait penyelesaian keluhan dan
aspirasi para pedagang. Selain itu, penulis berpendapat bahwa buruknya sistem birokrasi
yang terbangun berupa ketidakjelasan rumusan tugas, pokok, dan fungsi dari stakeholder
terkait ini sebagai akibat dari tidak adanya rumusan yang jelas, tepat, dan konsisten dari
Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar menjadi penyebab utama kesulitan para
pedagang untuk melaporkan aspirasi mereka terkait pembagian kios.

Masing-masing pihak seolah bersikap lepas tangan dari aspirasi para pedagang, hal
ini bisa terlihat dari masing-masing pihak merasa tidak memiliki kewenangan dalam
menyelesaikan, menanggapi dan menerima keluhan dan aspirasi dari para pedagang.
Sehingga berdampak pada tidak jelasnya kepada siapa seharusnya para pedagang
melaporkan aspirasi mereka. Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar berdalih
bahwa jika Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar menjadi tempat bagi
penyampaian aspirasi dan keluhan masyarakat maka dampak yang ditimbulkan adalah akan

11
banyak para pedagang yang mendatangi kantor Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan
Pasar untuk mengungkapkan keluhan dan aspirasinya.

Perwakilan Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar juga mengungkapkan


bahwa P3S yang menjadi wadah bagi para pedagang seharusnya menjadi tempat bagi
keluhan dan aspirasi para pedagang, sebagai tindak lanjut dari keluhan dan aspirasi para
pedagang ini, P3S diharapkan dapat menjadi jembatan bagi para pedagang dengan Dinas
Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar. Dalam pelaksanaan, banyaknya stakeholder yang
terlibat dalam upaya relokasi pasar rakyat ini, berdampak pada buruknya sistem birokrasi
yang terbangun. Jumlah stakeholder terkait program ini nyatanya bak dua mata pisau, di satu
sisi pedagang seharusnya diuntungkan karena banyak tempat melaporkan aspirasi dan
keluhan mereka.

Namun di sisi lain, pemerintah juga merasa kesulitan siapa sesungguhnya yang
paling berhak dan mampu menyelesaikan masalah para pedagang dalam upaya relokasi
pasar rakyat ini khususnya terkait dengan sistem pembagian kios. Sistem yang dibangun
oleh Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar ini, berpotensi menciptakan masalah
dalam birokrasi yaitu melahirkan satuan-satuan birokrasi yang terkotak-kotak sehingga
berdampak pada proses bagi penyelesaian keluhan dan aspirasi dari para pedagang ini
menjadi berbelit-belit dan panjang karena harus melewati P3S terlebih dahulu.

Dengan sistem yang dibangun seperti ini, prosedur yang sederhana dan cepat sulit
diwujudkan karena harus melibatkan banyak stakeholder. Dampak lain adalah tidak
efektifnya penyelesaian dari keluhan dan aspirasi para pedagang. Sistem birokrasi yang
terbangun berdampak pada lahirnya gejala-gejala negatif dari birokrasi. Gejala yang
dimaksud dalam birokratisasi spesialisasi ini dapat terlihat dari berbelit-belitnya sistem
birokrasi yang dibangun pemerintah bagi para pedagang yang ingin melaporkan keluhan dan
aspirasinya sehingga berdampak pada ketidakjelasan kepada siapa seharusnya para
pedagang melaporkan keluhan dan aspirasinya.

Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara penulis, ditemukan fakta bahwa para
pedagang merasa ketakutan dalam melaporkan keluhan dan aspirasi mereka kepada
pemerintah. Salah satu perwakilan pedagang di Pasar Talang Jawa mengungkapkan bahwa

12
adanya ketakutan untuk melaporkan atau menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah.
Ketakutannya melaporkan aspirasi terkait buruknya sistem pembagian tersebut akibat
kekhawatiran tidak mendapatkan kios/los. Birokrasi yang dibangun pemerintah tidak mampu
bersahabat dengan para pedagang yang berdampak pada pedagang merasa ketakutan saat
hendak melaporkan keluhan dan aspirasi dengan pemerintah. Menurut pandangan penulis,
birokrasi yang hendaknya dibangun adalah dengan mengedepankan pola komunikasi yang
baik sehingga pemerintah dapat terus memperbaiki program relokasi pasar rakyat ini
sehingga harapan dari keberhasilan upaya relokasi pasar rakyat ini sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.

Namun penulis mencatat fakta lain dari beberapa informan yang ditemuinya. Penulis
menemukan beberapa pedagang berani menyampaikan keinginannya kepada pemerintah
karena tidak memiliki lapak di pasar induk Randik. Salah satu perwakilan pedagang
mengatakan, pengaduan yang ia ajukan kepada pemerintah didasarkan pada kegagalannya
mendapatkan lapak di pasar induk Randik Sekayu. Meski sudah memenuhi syarat bagi
pedagang untuk mendapatkan lapak di Pasar Induk Randik.

Lebih lanjut, dia menyebut respons yang diberikan pemerintah sangat


mengecewakan. Saat naik ojek menuju kantor Dinas Koperasi, UMKM, dan Pengelolaan
Pasar, ia mendapat tanggapan dingin dari aparat. Ia diminta melaporkan buruknya sistem
distribusi kios tersebut kepada Ketua Persatuan Pedagang Pasar Sekayu (P3S) untuk
memberikan perlindungan bagi para pedagang di Pasar Talang Jawa. Pernyataan serupa juga
disampaikan perwakilan pedagang lainnya.

Informan mengungkapkan, dirinya rutin mengunjungi Dinas Koperasi, UMKM, dan


Pengelolaan Pasar untuk menyampaikan keinginan dan keluhannya. Dalam akunnya, ia juga
menemukan banyak pedagang lain yang juga melaporkannya. Namun ternyata pemerintah
mengungkapkan bahwa segala urusan terkait upaya relokasi pasar rakyat itu diserahkan
kepada P3S. Artinya, pemerintah meminta para pedagang untuk melaporkan segala keluhan
dan aspirasinya langsung ke P3S. Dengan demikian, menurut penulis, program relokasi
pasar rakyat ini jauh dari harapan para subjek program relokasi pasar rakyat, khususnya
para pedagang yang teridentifikasi oleh sistem birokrasi yang berkembang. Menurut penulis,

13
rumitnya sistem birokrasi yang dibangun akibat ketidakjelasan pemerintah kepada siapa
pedagang harus menyampaikan pengaduan..

Hal ini terlihat dari Surat Keputusan Bupati Nomor


112/KTPS-KOP.UMKM.PP/2015 tentang pembentukan tim dan pemindahan pedagang
pasar dalam Kabupaten Musi Banyuasin tidak ditemukan tugas, pokok, dan fungsi yang
jelas. Dalam hal ini pemerintah tidak mampu menyederhanakan proses kerja yang
sebelumnya telah dibangun dan bertujuan untuk menciptakan efisiensi. Sehingga dampak
yang ditimbulkan adalah fragmentasi birokrasi, proses kerja dan sistem pelayanan menjadi
berbelit-belit. Lebih lanjut, hal ini juga berdampak pada kualitas pelayanan.

Kualitas pelayanan menjadi inefisiensi atau lamban karena masing-masing pihak


merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan persoalan yang dikeluhkan
para pedagang. Sehingga lebih lanjut berdampak pada menciptakan ketergantungan antar
bagian sehingga yang terjadi adalah ketidakpastian dalam penyelesaian permasalahan yang
kemudian dikeluhkan oleh para pedagang. Sistem birokrasi yang berbelit-belit, panjang dan
tidak jelas ini, tidak hanya berdampak pada gagalnya upaya relokasi pasar rakyat yang
dilakukan pemerintah tetapi juga berdampak pada hilangnya kepercayaan pada pedagang
kepada pemerintah khususnya Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar.

Dalam wawancara yang dilakukan penulis, salah satu pedagang mengungkapkan


bahwa dirinya sudah pesimis untuk mendapatkan kios/los di Pasar Randik Sekayu. Lebih
lanjut dirinya mengungkapkan bahwa ini adalah bagian dari risiko bagi dirinya karena
menjadi orang miskin. Dari wawancara ini dapat dipahami bahwa pemerintah dalam hal ini
Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar dianggap tidak mampu bersikap adil,
transparan, dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan relokasi pasar rakyat ini secara
cepat dan tepat. Gejala-gejala buruk dari birokrasi menjadi indikasi adanya birokratisasi
spesialisasi dalam Program Relokasi Pasar Rakyat ini.

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, melalui Teori Parabola Birokrasi yang


dianalisis melalui struktur dan kultur birokrasi dengan efisiensi kinerja birokrasi Dinas
Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara
birokratisasi dan inefisiensi. Karena dalam pelaksanaannya jumlah stakeholder yang terkait

14
dalam program Relokasi pasar rakyat tidak mempengaruhi efektivitas operasional
pemerintah, sebaliknya banyaknya pemangku kepentingan membuat tidak jelas siapa yang
paling bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan program relokasi pasar.

Hal ini juga menunjukkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam kebijakan ini
berusaha untuk tidak menjangkau pengaduan dan aspirasi para pedagang. Hal ini juga
berdampak pada saling ketergantungan antar departemen, sehingga menciptakan
ketidakpastian dalam menyelesaikan masalah yang kemudian dikeluhkan oleh penjual.

Hambatan dan Tantangan Menyikapi Keluhan serta Aspirasi Pedagang

Kegagalan memenuhi prasyarat implementasi kebijakan berupa komunikasi dan


koordinasi yang baik menjadi kendala bagi Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelola Pasar
dalam melakukan pendekatan kepada pedagang yang menjadi tujuan utama Pemerintah
dalam program relokasi pasar rakyat ini.Prasyarat implementasi kebijakan berupa
komunikasi dan koordinasi mengakibatkan pemerintah tidak mampu menjalin hubungan
baik dengan para pedagang, sehingga tidak ada dasar kesepahaman antara kedua pemangku
kepentingan yang penting agar program relokasi pasar rakyat ini berhasil.

Peneliti menyimpulkan bahwa persyarat implementasi kebijakan, berupa komunikasi dan


koordinasi yang sempurna antara berbagai komponen atau lembaga yang berpartisipasi
dalam Program Pemukiman Kembali Pasar Rakyat, belum terpenuhi, sehingga merupakan
faktor yang menghambat keberhasilan penyelesaian pengaduan.dan keluhan.keinginan para
pedagang.Sementara itu, tantangan Dinas Koperasi, UMKM, dan Pengelola Pasar dalam
menyikapi keinginan dan keluhan para pedagang adalah sikap ingin menang sendiri.Hal ini
berdasarkan penjelasan perwakilan Dinas Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar, selaku
Kepala Departemen Pengelolaan Pasar.Lebih lanjut ia mengungkapkan, menurutnya
kesulitan pemerintah dalam berbicara dengan pedagang karena pedagang merupakan pihak
yang sulit diajak berkomunikasi akibat sikap pedagang yang ingin menang sendiri dan
tidak bisa melihat kondisi yang ada.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam konteks globalisasi dan kompleksitas pasar, penting bagi pemerintah untuk
merumuskan kebijakan fiskal yang tepat guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Dengan memperhatikan berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi internal
dan eksternal, serta dinamika politik, penerapan kebijakan fiskal yang efektif dapat menjadi
kunci untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat fondasi ekonomi
negara.

B. Saran

1. Tinjau literatur tentang efektivitas kebijakan fiskal dalam mendorong pertumbuhan


ekonomi.

2. Melakukan analisis perbandingan terhadap strategi kebijakan fiskal yang telah diterapkan
di berbagai negara.

3. Melakukan survei atau wawancara dengan para ahli ekonomi untuk mendapatkan
pandangan tentang strategi kebijakan fiskal yang efektif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hermanto Siregar, (2016), “Analisis Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Kinerja


Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat”,Jurnal Civil Service, Vol.10, No.1, Jakarta

Siti Rohima, (2020), “Ekonomi Publik”, Unsri Palembang: Palembang

Tri Anggraini, (2020), “Analisis Kinerja Birokrasi di Pemerintah Daerah Kabupaten Musi
Banyuasin”, Jurnal Wacana Kinerja, Vol.23, No.1, Timor Tengah Utara

Yudi Rusfiana, (2021), “Memahami Birokrasi Pemerintah dan Perkembangan”, Alfabeta:


Bandung

17

Anda mungkin juga menyukai