Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PENERAPAN HARGA BARANG DAN JASA PUBLIK DI INDONESIA


(PERBANDINGANNYA DENGAN SEKTOR BISNIS)”

Dosen : Wa Ode Suwarni S.E., M.Sc

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik

VIRA KARERA SAPUTRI 19320025

PROGRAM STUDI AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas saya ucapkan terkecuali syukur kepada yang Maha Kuasa atas
rahmat dan berkatnya kepada saya dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan
”Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik”. Selain itu,  isi makalah dapat dijadikan
pembelajaran dan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari.

Saya sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam
penyampaian bahasa dan struktur isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari pembaca.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Baubau, 30 juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................ 3

Bab I Pendahuluan............................................................................................. 4

A. Latar Belakang................................................................................. 4

B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 4

Bab II Pembahasan............................................................................................. 5

A. Manajemen Pelayanan Publik dan Manajemen Pelayanan

Swasta/Bisnis................................................................................... 5

B. Pelayanan Publik yang Dapat dijual................................................ 7

C. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Publik.................................... 9

D. Penentuan Harga Pelayanan Publik................................................. 10

Bab III Penutup.................................................................................................. 12

A. Kesimpulan...................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jasa Publik disediakan secara seragam kepada seluruh masyarakat di suatu negara dapat
memanfaatkan jasa ini. Namun demikian, bukan berarti jasa/barang publik ini tidak
menimbulkan biaya. Sebuah proses politik digunakan dalam menentukan jumlah yang harus
disediakan dan distribusi biaya kepada individu. Pemerintah terlihat dalam penyediaan barang
dan jasa publik karena kegagalan mekanisme pasar.

Pemerintah terlihat dalam penyediaan barang dan jasa publik karena kegagalan
mmekanismepasar.Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu
pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (Mardiasmo, 2009).
Tentu saja dalam penentuan harga pelayanan publik ini yang namanya pemerintah memiliki andil yang
sangat besar.

Dengan adanya keterlibatan pemerintah diharapkan dalam penentuan harga barang publik, adalah
ingin meningkatkan baik effisiensialokas sumber daya maupun keadilan dalam distribusi
pendapatan.Pemerintah akan terlibat dalam penyediaan barang pribadi untuk memproteksi masyarakat
dari penipuan, kepastian tersedianya jasa, maupun keseragaman kualitas jasa. Semua keterlibatan
pemerintah ini ditunjukkan untuk mencapai penentuan harga yang efisien. Tujuan kebijakan harga oleh
mencakup tindakan-tindakan yang perlu agar pasar bekerja lebih baik, termasuk memperbaiki arus
informasi atau mengurangi unsur-unsur monopoli dan batasan-batasan dalam masukknya perusahaan-
perusahaan baru dalam pasar.

B. Tujuan Penulisan
Yaitu dapat memahami materi tentang penerapan harga barang dan jasa public di
Indonesia ( perbandingannya dengan sektor bisnis )

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Pelayanan Publik Dan Manajemen Pelayanan Swasta/Bisnis
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ( Meneg PAN ) Nomor 63/
KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Fungi service public adalah
salah satu fungsi fundamental yang harus diemban pemerntah di tingkat pusat maupun daerah. Fungsi ini
juga diemban oleh BUMN/BUMD dalam memberikan dan menyediakan layanan dan/atau barang publik.
Dałam konsep pelayanan dikenal dua jenis pelaku pelayanan, yaitu penyedia layanan dan penerima
layanan. Menurut Barata (2003) penyedia layanan atau service provider adalah pihak yang dapat
memberikan layanan tertentu kepada konsumen, baik layanan dalam bentuk penyediaan dan layanan
barang (goods) maupun jasa-jasa (service). Penerima layanan adalah pelanggan (consumer) yang
menerima layanan dari Penyedia layanan.

Adapun status keterlibatannya dengan pihak yang melayani terdapat 2 (dua) golongan pelanggan
yaitu:
1. Pelanggan internal adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa atau
proses produksi barang, sejak dari perencanaan, pencitraan jasa atau pembuatan barang
sampai dengan pemasaran barang, penjualan dan pengadministrasiannya.
2. Pelanggan eksternal adalah semua orang yang berada di luar organisasi yang menerima
layanan penyerahan barang.

Pada prinsipnya pelayanan publik berbeda dengan pelayanan swasta. Namun demikian terdapat
persamaan di antara keduanya, yaitu:
1. Keduanya berusaha memenuhi harapan pelanggan dan mendapakan kepercayaan.
2. Kepercayaan pelanggan adalah jaminan atas kelangsungan hidup organisasi.

Salah satu perbedaan manajemen pada sektor publik dan sektor swasta yang dapat diidentifikasi
dengan jelas adalah pada manajemen pelayanannya. Dalam bukunya Management in thePublic Domain,
Public Money andManagement, Stewart&Ranson secara umum menggambarkan perbedaan manajemen
pelayanan pada sektor publik dan manajemen pelayanan sektor swasta.

5
Model manajemen pelayanan sektor publik memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan
sektor swasta, yaitu: pertama, sektor swasta lebih mendasarkan pada pilihan individu (individual choice)
dalam pasar. Organisasi di sektor swasta dituntut untuk dapat memenuhi selera dan pilihan individual
untuk memenuhi keputusan tiap-tiap individu pelanggan. Keadaan seperti itu berbeda dengan yang terjadi
pada sektor publik. Sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan individual dalam pasar akan tetapi
pilihan kolektif dalam pemerintahan. Organisasi sektor publik mendasarkan pada tuntutan masyarakat
yang sifatnya kolektif (massa). Untuk memenuhi tuntutan individual tentu berbeda dengan pemenuhan
tuntutan kolektif. Oleh karena itu, manajemen pelayanan yang digunakan tentunya juga berbeda.

Kedua, karakteristik sektor swasta adalah dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran
(supplyanddemand). Permintaan dan penawaran tersebut akan berdampak pada harga suatu produk
barang atau jasa. Sementara itu, penggerak sektor publik adalah karena kebutuhan sumber daya. Adanya
kebutuhan masyarakat terhadap sumber daya, seperti air bersih, listrik, keamanan, kesehatan, pendidikan,
dan sebagainya menjadi alasan utama bagi sektor publik untuk menyediakannya. Dalam hal penyediaan
produk barang atau jasa pelayanan publik tersebut, sektor publik tidak bisa sepenuhnya menggunakan
prinsip mekanisme pasar. Dalam sistem pasar, harga ditentukan sepenuhnya oleh penawaran dan
permintaan, namun di sektor publik harga pelayanan publik tidak bisa ditentukan murni berdasarkan
harga pasar. Oleh karena itu, manajemen pelayanan kepada publik di sektor publik dan sektor swasta
tentu berbeda.

Ketiga, manajemen di sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan sektor
publik bersifat terbuka untuk masyarakat terutama yang terkait dengan manajemen pelayanan. Dalam
organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada publik seluas mungkin untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas publik sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima seluruh
masyarakat secara menyeluruh. Sementara itu, di sektor swasta informasi yang disampaikan kepada
publik relatif terbatas. Informasi yang disampaikan terbatas pada laporan keuangan, sedangkan anggaran
dan rencana strategis perusahaan merupakan bagian dari rahasia perusahaan sehingga tidak disampaikan
ke publik.

Keempat, sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar (equityofmarket). Keadilan pasar berarti
adanya kesempatan yang sama untuk masuk pasar. Sektor swasta berkepentingan untuk menghilangkan
hambatan dalam memasuki pasar (barriertoentry). Keadilan pasar akan terjadi apabila terdapat kompetisi
yang adil dalam pasar sempurna, yaitu dengan tidak adanya monopoli atau monopsoni. Sementara itu,
orientasi sektor publik adalah menciptakan keadilan kebutuhan (equityofneed). Manajemen pelayanan
sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk

6
memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan, dan sarana-sarana
umum lainnya.

Kelima, tujuan manajemen pelayanan sektor swasta adalah untuk mencari kepuasan pelanggan
(selera pasar), sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial.
Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi kesejahteraan sosial, sedangkan sektor
swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk malakukan keadilan distributif seperti itu.

Keenam, organisasi sektor swasta memiliki konsepsi bahwa pelanggan adalah raja. Pelanggan
merupakan penguasa tertinggi. Sementara itu, dalam organisasi sektor publik kekuasaan tertinggi adalah
masyarakat. Dalam hal tertentu masyarakat merupakan pelanggan, akan tetapi dalam keadaan tertentu
juga masyarakat bukan menjadi pelanggan. Sebagai contoh, masyarakat yang membeli jasa listrik dari PT
PLN adalah pelanggan PT PLN, sedangkan yang tidak berlangganan listrik bukanlah pelanggan PT PLN.
Akan tetapi, pemerintah tidak bisa hanya memperhatikan masyarakat yang sudah berlangganan listrik
saja, karena pada dasarnya setiap masyarakat berhak memperolah fasilitas listrik. Berdasarkan hal ini,
maka manajemen pelayanan yang diterapkan di sektor publik dan sektor swasta tentu akan berbeda.

Ketujuh, persaingan dalam sektor swasta merupakan instrumen pasar, sedangkan dalam sektor
publik yang merupakan instrumen pemerintahan adalah tindakan kolektif. Keadaan inilah yang
menyebabkan sektor publik tidak bisa menjadi murni pasar, akan tetapi bersifat setengah pasar
(quasicompetition). Organisasi sektor publik tidak bisa sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar bebas.
Tindakan kolektif dari masyarakat bisa membatasi tindakan pemerintah. Dalam sistem pemerintahan,
sangat sulit bagi pemerintah untuk memenuhi keinginan dan kepuasan tiap-tiap orang dan yang mungkin
dilakukan adalah pemenuhan keinginan kolektif.

Selain tujuh karakteristik yang diungkapkan oleh Stewart&Ranson di atas, masih terdapat
karakteristik unik lainnya, antara lain pelayanan pada sektor publik tidak menjadikan laba sebagai tujuan
utamanya dan keputusan dalam manajemen sektor publik dapat bersifat memaksa. Hal ini berbeda dengan
sektor swasta yang tidak bisa memaksa pelanggannya. Masyarakat bisa dipaksa untuk mematuhi aturan
atau keputusan pemerintah, misalnya tentang penetapan tarif pajak dan harga pelayanan tertentu.

B. Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual


Dalam Mardiasmo (2009) disebutkan bahwa pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif
untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan milik

7
pemerintah. Disebutkan pula beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif
pelayanannya yaitu:
1. Penyediaan air bersih
2. Transportasi publik
3. Jasa pos dan telekomunikasi
4. Energy dan listrik
5. Perumahan rakyat
6. Fasilitas reaksi atau pariwisata
7. Pendidikan
8. Jalan tol
9. Irigasi
10. Pelayanan kesehatan
11. Jasa pemadam kebakaran
12. Pengolahan sampah atau limbah

Dalam membebankan tarif pelayanan publik Mardiasmo (2009) juga menyatakan


beberapa alasannya, seperti:
1. Adanya barang privat versus barang publik
Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat barang atau
jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya, sedangkan yang tidak
mengonsumsi tidak dapat menikmati barang dan jasa tersebut. Contoh : makanan,
minuman, listrik, telpon dan sebagainya.
Barang publik adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang mamfaat barang dan
jasa tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara bersama-sama.
Hal yang menjadi masaluh adalah bagaimana membedakan barang publik dengan barang
privat ini dikarenakan hal berikut:
1) Batasan barang publik dengan barang privat sulit ditentukan
2) Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang atau jasa publik, tetapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keteribatannya beberapa elemen
pembebanan langsung, seperti pelayanan medis, tarif obat, tarif air

8
3) Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tariff lebih mudah pengumpulannya.

2. Efesiensi ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang mereka ingin
konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber daya
melalui :
1) Pendistribusian permintaan;
2) Pemberian Insentif untuk menghindari pemborosan;
3) Pemberian insentif kepada pemasok berkaitan dengan skala produksi
4) Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan
persediaan jasa.
3. Prinsip keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila berdasarkan prinsip
bahwa yang tidak menikmati mamfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya
dikenakan kepada masyarakat atau mereka yang di untungkan kepada pelayanan tersebut.

C. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Publik


PUBLIK Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi nilik pemerintah apakah
BUMD dan BUMN akan memberikan tariff pelayanan public yang diwyjudkan dalam bentuk retribusi,
pajak danpembebanantariff jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa public.Kesulitan
dalam penentuan tariff pelayanan mengingat terdapat kesulitan dalam mebedakan barang public dengan
barang privat dikarenakan asanya kesulitan dalam menentukan batasan antarakedua barang tersebut.
Kesulitan berikutnya adalah terdapat anggapan bahwa dalam suatu systemekonomi campuran, barang
rivat lebih baik disediakan oleh pihak swasta dan barang public lebih baik diberikan secara kolektif oleh
pemerintah yang dibiayai pajak , kesulitan dalam menghitung biaya total.

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah


BUMD dan BUMN akan memberikan tariff pelayanan publik yang diwujudkan dalam bentuk
retribusi, pajak dan pembebanan tarif jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa
publik.

9
Kesulitan dalam penentuan tarif pelayanan kepada mengingat terdapat kesulitan dalam
membedakan barang publik dengan barang privat, dikarenakan adanya kesulitan dalam
menentukan batasan antara kedua barang tersebut. Adanya pembebanan secara langsung dalam
penggunaan barang/jasa publik, dan kecendrungan membebankan tariff pelayanan langsung
daripada membebankannya pada pajak yang dibayarkan secara berkala. Kesulitan berikutnya
adalah terdapat tanggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran, barang privat lebih
baik disediakan oleh pihak swasta dan barang publik diberikan secara kolektif oleh pemerintah
yang dibayai oleh pajak.

D. Penentuan Harga Pelayanan Publik


Ketidakefisienan atau pemborosan akan terjadi apabila dipandang dari ilmu ekonomi
yaitu konsumen menilai barang atau jasa yang disediakan oleh pemerintah terlalu mudah
diperoleh. Contoh yang digunakan adalah penyediaan publik utilities oleh pemerintah seperti air
minum dan listrik. Pemerintah tidak diharapkan untuk memperoleh keuntungan dari penyediaan
barang yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak itu, sehingga pemerintah dapat menetapkan
harga tertinggi. Pemerintah hanya menutup biaya totalnya yang mengakibatkan perusahaan-
perusahaan pemerintah penyediaan barang utilitas publik akan tetap berjalan tanpa mengalami
kerugian.
Akan tetapi, situasi penyediaan utilitas publik tersebut diatas tidak berlaku untuk seluruh
barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah. Perusahaan yang mengelola utilitas publik
yang harus menjual produksinya tanpa memperoleh keuntungan sama sekali akan menghadapi
permasalahan dalam jumlah tertentu. Pemerintah akan menetapkan jumlah keuntungan
maksimal, kemudian konsumen akan membayar jumlah diatas nilai yang ditetapkan sebelumnya
pada saat zero profit. Pada konsumen tidak terlalu dibebankan tingkat.

Dalam penentuan harga pelayanan publik pemerintah perlu turun tangan untuk menjamin
bahwa manfaat eksternal juga periu dipertimbangkan. Faktor eksternal yang dimaksud adalah
faktor-faktor yang berada diluar lingkungan perusahaan/lembaga pemerintah pelayanan publik
yang dapat mempengaruhi perubahan kebijakan harga barang atau jasa publik. Contohnya
kondisi pasar.ekonomi, politik dan lain-lain. Dalam menentukan harga pelayanan publik,
pemerintah mempertimbangkan beberapa tujuan terkait dengan penyediaan barang atau jasa.
Tujuan tersebut antara lain :

10
1. Dapat dijual dengan harga pasar
2. Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar
3. Diberikan secara gratis kepada para konsumennya.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Pelayanan Publik Dan Manajemen Pelayanan Swasta/Bisnis Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara ( Meneg PAN ) Nomor 63/ KEP/M.PAN/7/2003, memberikan
pengertian pelayanan publik yaitu kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Adanya barang privat versus barang publik Barang privat adalah barang-barang kebutuhan
masyarakat yang mamfaat barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya,
sedangkan yang tidak mengonsumsi tidak dapat menikmati barang dan jasa tersebut.

Hal yang menjadi masaluh adalah bagaimana membedakan barang publik dengan barang privat
ini dikarenakan hal berikut: 1) Batasan barang publik dengan barang privat sulit ditentukan. 2) Terdapat
barang dan jasa yang merupakan barang atau jasa publik, tetapi dalam penggunaannya tidak dapat
dihindari keteribatannya beberapa elemen pembebanan langsung, seperti pelayanan medis, tarif obat, tarif
air. 3) Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan pajak karena
pembebanan tariff lebih mudah pengumpulannya.

Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Publik PUBLIK Dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, instansi nilik pemerintah apakah BUMD dan BUMN akan memberikan tariff pelayanan
public yang diwyjudkan dalam bentuk retribusi, pajak danpembebanantariff jasa langsung kepada
masyarakat sebagai konsumen jasa public.Kesulitan dalam penentuan tariff pelayanan mengingat terdapat
kesulitan dalam mebedakan barang public dengan barang privat dikarenakan asanya kesulitan dalam
menentukan batasan antarakedua barang tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Atep Adya.2003.Dasar-dasar Pelayanan Prima.Jakarta: Gramedia.
Mardiasmo.2009.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Savas, F. S. 1987. Privatization- The Key to Better Government. Chatman House Publisher Inc. Chatman:
New Jarsey.
Keputusan MENPAN Nomor 63/KEP/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik.
Oxford Advance Learners Dictionary Of Current English.2000.Edisi ke-6. Oxford University Press:
Inggris.
Stewart, John., dan Stewart ranson. 1998. Management in the Publik Domain. Publik Money and
Management, Vol. 89, Musim Panas.
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta selatan.

13

Anda mungkin juga menyukai