Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK


Dosen pengampu : Dr. Jamaluddin Majid, S.E., M.Si.

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

NUR RISQIANANDA (90400121059)

ANDI SHAHRANI AWALYA (90400121060)

IMAM FADHILAH (90400121061)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 3
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4
A. PELAYANAN PUBLIK YANG DAPAT DIJUAL ................................... 4
B. ARGUMEN TERHADAP PEMBEBANAN TARIF PELAYANAN ...... 9
C. PRINSIP DAN PRAKTIK PEMBEBANAN ........................................... 12
D. KEGUNAAN PEMBEBANAN DALAM PRAKTIK ............................. 12
E. PENETAPAN HARGA PELAYANAN : BERAPA HARGA YANG HARUS
DIBEBANKAN ........................................................................................... 13
F. PERMASALAHAN MARGINAL COST PRICING ................................ 16
G. KOMPLEKSITAS STRATEGI HARGA ................................................ 17
H. TAKSIRAN BIAYA ................................................................................... 18
BAB III....................................................................................................................... 19
PENUTUP .............................................................................................................. 19
A. KESIMPULAN........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan nikmat-Nya


berupa kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul "Penentuan Harga Pelayanan Publik" ini dengan tepat waktu. Tak lupa
pula shalawat serta salam kita kirimkan kepada Rasulullah SAW. Suri tauladan yang
telah membawa kita dari masa kebodohan dan keterbelakangan menuju masa yang
membangun dan maju seperti saat ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi
Sektor Publik. Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Jamauddin Majid, SE., M.Si. selaku dosen pengampu Akuntansi Sektor Publik yang
telah memberikan kami amanah dalam menyelesaikan tugas kelompok ini sehingga
dalam proses penyelesaian tugas ini, kami mendapatkan penambahan wawasan yang
baru dan lebih luas.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Terima Kasih.

Makassar, 1 Desember 2022

Kelompok 6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah pelayanan publik (public service) di Indonesia seringkali disamakan dengan


pelayanan umum atau pelayanan masyarakat. Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik,
dimana dikatakan bahwa ada empat unsur dalam pelayanan publik, (Bharata, 2004) yaitu
: 1 Penyedia layanan; 2) Penerima layanan: 3) Jenis layanan; 4) Kepuasan pelanggan.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengamanatkan
bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan. Dengan
demikian dapat pula disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah bentuk usaha sadar dari
penyelenggara negara kepada masyarakat berupa barang dan/ atau jasa guna pemenuhan
kebutuhan masyarakat, karena itu merupakan hak dari setiap warga negara karena dijamin
oleh undang undang dan kepada pelayan publik wajib untuk melakukannya.1
Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua
sumber yaitu, pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa
publik. Jika pelayanan publik dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus
membayar tanpa memperdulikan apakah dia menikmati secara langsung jasa publik
tersebut atau tidak. Hal tersebut karena pajak merupakan iuran masyrakat kepada negara
yang tidak memilki jasa timbal individual yang secara langsung dapat dinikmati oleh
pembayar pajak. Jika pelayanan publik dibiayai melalui pembebanan langsung, maka

1
Wiriani, Strategi Peningkatan Pelayanan Publik, Vol.1 No.11, Jurnal Inovasi Penelitian, 2021, hlm. 2446.

1
yang membayar hanyalah mereka yang memanfaatkan jasa pelayanan publik tersebut,
sedangkan yang tidak menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar.2
Salah satu masalah pengelolaan keuangan daerah adalah pembuatan keputusan
untuk menentukan harga jual atau tarif pelayanan publik. Masalah ini seringkali sangat
rumit dan perlu mempertimbangkan banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal yang harus dipertimbangkan misalnya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan pelayanan, pendapatan yang ingin diperoleh dari
penyediaan pelayanan dan sebagainya. Faktor eksternal yang harus dipertimbangkan
dalam penentuan harga pelayanan antara lain faktor ekonomi, sosial dan politik.3

2
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak., CA. , Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakarta : ANDI( Anggota IKAPI) : 2018),
hlm. 133.
3
Ika Syaputri, Penentuan Harga Pelayanan Publik, Diakses pada tanggal 1 Desember 2022 dari
https://www.academia.edu/38050453/Penentuan_Harga_Pelayanan_Publik.

2
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Saja Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual?

2. Jelaskan Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan!

3. Bagaimana Prinsip Dan Praktik Pembebanan?

4. Apa Kegunaan Pembebanan Dalam Praktik?

5. Bagaimana Penetapan Harga Pelayanan : Berapa Harga Yang Harus

Dibebankan?

6. Apa Saja Permasalahan Dalam Prinsip Marginal Cost Pricing?

7. Jelaskan Apa Saja Kompleksitas Strategi Harga!

8. Bagaimana Konsep Dalam Penaksiran Biaya?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Jenis/Bentuk Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual

2. Untuk Mengetahui Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan

3. Untuk Mengetahui Prinsip Dan Praktik Pembebanan

4. Untuk Mengetahui Kegunaan Pembebanan Dalam Praktik

5. Untuk Mengetahui Penetapan Harga Pelayanan : Berapa Harga Yang Harus

Dibebankan

6. Untuk Mengetahui Permasalahan Marginal Cost Pricing

7. Untuk Mengetahui Kompleksitas Strategi Harga

8. Untuk Mengetahui Taksiran Biaya

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual

Dalam memberikan pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tarif


untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui perusahaan
milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan tarif pelayanan,
misalnya:

1. Pelayanan air bersih


2. Transportasi public
3. Jasa pos dan telekomunikasi
4. Energi dan lisrik
5. Perumahan rakyat
6. Fasilitas rekreasi (pariwisata)
7. Pendidikan
8. Jalan tol
9. Irigasi
10. Jasa pemadam kebakaran
11. Pelayanan kesehatan
12. Pengolahan sampah/limbah

Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena


beberapa alasan, yaitu:

a. Adanya barang privat dan barang publik.


b. Efisiensi ekonomi.
c. Prinsip keuntungan.4

4
Hanefi Mami Lazia, Akuntansi Sektor Publik : Penentuan Harga Pelayanan Publik, Diakses pada tanggal 1
Desember2022darihttps://www.academia.edu/24091129/Akuntansi_Sektor_Publik_Penentuan_Harga_Pelayanan_P
ublik.

4
a. Adanya Barang Privat Vs Barang Publik

Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:

1. Barang Privat.
2. Barang Publik.
3. Campuran Antara Barang Privat Dan Publik.

Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang


atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya, sedangkan
yang tidak mengonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut. Contoh barang
privat adalah makanan, listrik, telepon, dsb. Barang publik adalah barang-barang
kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati oleh seluruh
masyarakat secara bersama-sama. Contoh barang publik adalah pertahanan nasional,
pengendalian penyakit, jasa polisi, dsb.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran
an- tara barang privat dan publik. Karena, meskipun dikonsumsi secara individual, sering
kali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang atau jasa tersebut. Contohnya
adalah pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih. Barang-
barang tersebut sering disebut "merit good" karena semua orang membutuhkannya akan
tetapi tidak semua orang bisa mendapatkan barang dan jasa tersebut. Untuk memenuhi
kebutuhan barang tersebut pemerintah dapat menyediakannya secara langsung (direct
public provision), memberikan subsidi, atau mengontrakkan ke pihak swasta. Sebagai
contoh pendidikan, meskipun pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan
pendidikan, namun bukan berarti barang tersebut sebagai pure public good yang harus
dibayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah. Dapat saja
sektor swasta terlibat dalam penyediaan pelayanan pendidikan tersebut.5

5
Ibid., hlm. 2.

5
Untuk menyelenggarakan pendidikan, pemerintah dapat melakukan tiga tindakan,
yaitu: (1) mendirikan sekolah negeri yang murni milik pemerintah dan dibiayai
sepenuhnya oleh pemerintah, (2) memberikan subsidi pendidikan kepada lembaga-
lembaga pendidikan, dan (3) menyerahkan pihak swasta untuk ikut menyelenggarakan
pendidikan. Hal yang sama juga terjadi untuk penyediaan transportasi publik dan
pelayanan kesehatan.

Pada tataran praktik, terdapat kesulitan dalam membedakan barang publik dengan
barang privat. Beberapa sebab sulitnya membedakan barang publik dengan barang privat
tersebut, antara lain:

1. Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan. Barang-barang
yang memiliki sifat sebagai barang privat, seperti transportasi atau perumahan yang
memadai dapat dianggap sebagai kebutuhan dasar manusia Apakah akses terhadapnya
harus dibatasi hanya bagi mereka yang mampu membayar? Padahal mekanisme
distribusi pelayanan publik harus dapat dinikmati oleh setiap orang, baik orang kaya
maupun orang miskin.
2. Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tapi dalam
penggunaannya (konsumsinya) tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen
pembebanan langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan medis, tarif obat- obatan,
dan air. Pembebanan terhadap pemanfaatan barang tersebut memaksa orang untuk
berhati-hati dalam mengonsumsi sumber-sumber yang mahal atau langka.
3. Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada membebankan
pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya. Jika digunakan pajak,
akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar pajak yang pantas dan cukup.
Sementara itu, jika digunakan pembebanan tarif pelayanan. orang harus membayar
untuk memeroleh jasa yang diinginkannya, dan mungkin bersedia untuk membayar
lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak. 6

6
Ibid., hlm. 2.

6
Terdapat argumen yang menyatakan bahwa pembebanan pada dasarnya bersifat
demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang ingin mereka bayar dan apa
yang tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran publik dapat diarahkan menurut
pilihan mereka.

Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik, telepon, dan air bersih,
maka untuk memeroleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan
tarif tertentu. Pemerintah dapat menarik sejumlah tarif untuk penyediaan kebutuhan
tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum, karena spillovers effects (eksternalitas
positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada seperti pertahanan dan pengendalian
kesehatan, maka pendanaan untuk hal-hal tersebut lebih tepat didanai lewat pajak.7

b. Efisiensi Ekonomi

Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang/jasa yang mereka
ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber
daya melalui:

1. Pendistribusian permintaan siapa yang mendapatkan manfaat paling banyak, maka ia


akan membayar lebih banyak pula.
2. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
3. Pemberian insentif pada supplier berkaitan dengan skala produksi.
4. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan meningkatkan
persediaan jasa (supply of service).

Tanpa adanya suatu mekanisme harga, permintaan dan penawaran tidak mungkin
menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak efisien, seperti
penyediaan air, obat-obatan, dan sebagainya.8

7
Ibid., hlm. 2.
8
Nasrul, Penentuan Harga Pelayanan Publik ASP, Diakses pada 1 Desember 2022 dari
https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-ekonomi-tribuana/akuntansi/penentuan-harga-
pelayanan-publik-asp/19259914.

7
Akan tetapi, dalam kenyataannya pasar sering kali tidak sempurna. Dalam banyak
hal pemerintah mungkin menjadi supplier namun tidak boleh memanfaatkan situasi ini
untuk memaksimalkan keuntungan, seperti penyediaan air dan obat-obatan.

Dalam kondisi tertentu, ketika barang atau jasa mengandung sifat-sifat public goods
(eksternalitas positif), pemerintah lebih baik menetapkan harga di bawah harga
normalnya (full price) atau bahkan tanpa dipungut biaya. Pemerintah juga dihadapkan
pada masalah distribusi pendapatan yang tidak seimbang, yang berarti golongan kaya
mampu membayar lebih dibanding yang miskin sehingga golongan kaya mampu
mendapatkan pelayanan yang lebih baik.

Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan salah satu cara untuk


mencipta- kan keadilan dalam distribusi pelayanan publik. Mereka yang memanfaatkan
pelayanan publik lebih banyak akan membayar lebih banyak pula. Pembebanan tarif
pelayanan akan mendorong efisiensi ekonomi karena setiap orang dihadapkan pada
masalah pilihan karena adanya kelangkaan sumber daya. Jika diberlakukan tarif, maka
setiap orang akan dipaksa berpikir ekonomis dan tidak boros. 9

c. Prinsip Keuntungan

Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan langsung kepada
mereka yang menerima jasa tersebut dianggap "wajar" bila didasarkan prinsip bahwa
yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan
kepada mereka diuntungkan dengan pelayanan tersebut. Pembebanan tarif pelayanan
publik pada dasarnya juga menguntungkan pemerintah karena dapat digunakan sebagai
salah satu sumber penerimaan pemerintah. Hanya saja pemerintah tidak boleh
memaksimalkan keuntungan, bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah full cost,
memberikan subsidi, atau memberikannya secara gratis.10

9
Ibid., hlm. 4.
10
Unisma, Penentuan Harga Jual Pelayanan Publik, Diakses pada 1 Desember 2022 dari
http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKTPBLK/ND/PENENTUAN%20HARGA%20PELAYA
NAN%20PUBLIK.doc

8
Charging for service berbeda dengan fee. Fee adalah biaya atas perizinan atau lisensi
yang diberikan pemerintah. Biaya perizinan/lisensi relatif kecil, biasanya berupa biaya
administrasi dan pengawasan. Biaya perizinan (lisensi) didasarkan pada: (a) kategori
perizinan yang diajukan, dan (b) ada tidaknya keuntungan finansial yang diperoleh pemegang
izin atau lisensi atas izin atau lisensi yang dimiliki. Kendati demikian, ketika tujuan utama
perizinan/lisensi adalah untuk mengontrol suatu aktivitas, tingkat fee tidak boleh ditetapkan
terlalu tinggi sehingga tidak mendorong masyarakat untuk mengajukan izin/lisensi tersebut.
Sebagai contoh pemerintah dapat menarik fee dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Akan
tetapi, hendaknya biaya IMB tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan kecenderungan
masyarakat untuk tidak memiliki IMB.11

B. Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan

Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan

Dalam praktik, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena


alasan-alasan sebagai berikut:

a. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak dapat
diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan kepada
semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak menikmati jasa tersebut.
b. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan terhadap
penggunaan air dan obat-obatan medis.
c. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan
daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi.
d. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial, misalnya
air, listrik, jasa pos dan telepon.

11
Ibid., hlm. 9.

9
e. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik atas
suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara
tegas.12

Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni, terdapat argumen yang
menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu:

1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan, dan


2. Yang miskin tidak mampu untuk membayar.
3. Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal.

Terdapat Kesulitan Administrasi Dalam Menghitung Blaya Pelayanan

Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistern pencatatan dan pengukuran


yang andal (seperti tarif jalan tol dan meteran untuk air). Hal tersebut dapat meningkatkan
biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi, keterukuran membuat penaksiran tarif
pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan penghitungan pajak (seperti: menghitung
besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah dibandingkan dengan menghitung pajak
penghasilan).

Yang Miskin Tidak Mampu Untuk Membayar

Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin tidak
mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti pendidikan,
kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat.

Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar kebutuhan
dasar secara objektif. Yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang lain,
sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-beda. Pilihan yang berbeda-beda
tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula, sehingga pembebanan tarif
pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan kebutuhan seseorang. Pelayanan publik dapat
juga diberikan secara gratis oleh pemerintah, akan tetapi penyediaan gratis tersebut akan
memengaruhi pilihan individu.

12
Ibid., hlm. 10.

10
Pemberian beras gratis mungkin tidak pas untuk orang tertentu karena mungkin ia
lebih suka diberi uang untuk membeli pakaian. Keputusan untuk membebankan biaya
pelayanan kepada pelanggan harus dikompensasi dengan pemberian subsidi atau
pemberian pelayanan gratis. Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia
dan kurang efektif. Apakah ada jaminan subsidi dinikmati oleh yang miskin? Mungkin
saja subsidi menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru yang
miskin menyubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada golongan miskin, pendekatan terbaik
adalah melalui distribusi pendapatan (lump sum transfer), tetapi hal ini sulit dilakukan di
negara berkembang.

Adanya Eksternalitas, Merit Good, Dan Persyaratan Legal

Eksternalitas positif (spillover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi
membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya (seperti: imunisasi).
Demikian juga barang yang dianggap sebagai merit good mungkin lebih baik diberikan
secara gratis atau tanpa beban biaya, seperti pendidikan. Selain itu, juga terdapat
peraturan perundang-undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan
pelayanan tertentu, seperti pendidikan dasar, sehingga kebutuhan barang tersebut
biasanya dianggap bebas dari beban masyarakat. Untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut
tidak perlu ditarik tarif pelayanan.

Terdapat cara alternatif untuk alokasi sumber daya selain dengan pembebanan
harga pelayanan, misalnya melalui pembagian kartu (cards) dan kupon vouchers.
Meskipun metode kupon tersebut lebih menjamin kaum miskin mendapat kesempatan
yang sama, akan tetapi sistem kupon tersebut tidak dapat memenuhi fungsi sistem harga
dan mudah untuk disalahgunakan.13

13
Ibid., hlm. 11.

11
C. Prinsip Dan Praktik Pembebanan

Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan
pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat,semakin
sesuai barang tersebut dikenai tarif. Namun, batasan identifikasi barang privat dan publik
kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per pelayanan. Kegagalan dalam
menetapkan biaya pada situasi tertentu menyebabkan distorsi harga dan alokasi sumber
daya yang keliru, sehingga mengurangi pilihan bagi konsumen.

Meskipun demikian, dalam praktiknya permasalahan administrasi dan


pertimbangan sosial dan politik memiliki prioritas yang lebih besar dibandingkan
pertimbangan efisiensi ekonomi. Namun perlu diwaspadai bahwa kesalahan dalam
menetapkan tarif pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit anggaran di
banyak negara berkembang (Devas, 1989). Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis
secara nominal sering kali sulit dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah,
sehingga terkadang kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian
pelayanan kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang memuaskan.14

D. Kegunaan Pembebanan Dalam Praktik

Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda untuk setiap negara, antara


jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan
milik negara, serta antara pemerintah pusat dan daerah. Charging for service merupakan
salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memeroleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain:

1. Perpajakan
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for services)
3. Laba BUMN/BUMD
4. Penjualan aset milik pemerintah

14
Hanefi Mami Lazia, Akuntansi Sektor Publik : Penentuan Harga Pelayanan Publik, Diakses pada 1 Desember
2022 dari https://www.academia.edu/24091129/Akuntansi_Sektor_Publik_Penentuan_Harga_Pelayanan_Publik.

12
5. Utang

Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net deficit atau surplus yang muncul dalam
rekening pemerintah. Pada umumnya, kita mengharapkan bahwa penyediaan barang
publik seperti pertahanan, kesehatan publik, dan jasa kepolisian seharusnya diberikan
secara gratis,dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat,
yaitu jasa untuk kepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik
tarif sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery prices). Untuk barang
campuran (mixed/merit good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan,
sanitasi disediakan sebagian melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif.15

E. Penetapan Harga Pelayanan: Berapa Harga Yang Harus Dibebankan

Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya,


maka pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar, atau dengan
kata lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah
bahwa beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut
(full cost recovery). Akan tetapi, untuk menghitung biaya total tersebut terdapat beberapa
kesulitan, karena:

1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga dapat
mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun tidak boleh
terjadi pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus ada prinsip
different costs for different purposes. Biaya overhead harus dibebankan secara
proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu, juga harus diidentifikasi adanya
biaya-biaya tersembunyi (hidden costs) dalam penyediaan pelayanan publik. Hidden
cost juga terkait dengan biaya birokrasi (cost of bureaucracy).

15
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak., CA. , Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakarta : ANDI( Anggota IKAPI) : 2018),
hlm. 143.

13
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. Karena jumlah biaya untuk melayani
satu orang dengan orang lain berbeda- beda, maka diperlukan perbedaan pembebanan
tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan
sampah dari lokasi rumah yang sulit dijangkau atau memiliki jarak yang jauh. Jika hal
ini dilakukan maka akan terlihat tidak adil, meskipun untuk hal tertentu, misalnya bis
kota, jarak jauh maupun dekat dikenai tarif yang sama. Namun, yang jelas, pada
prinsipnya pembebanan harus merefleksikan biaya total (full cost) untuk menyediakan
pelayanan tersebut.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika
orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital, maka
mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau diskriminasi
produk untuk menghindari subsidi.
4. Biaya apa saya yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung
(current operation), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost). Aturan
umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi dan
pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah usang
(kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut marginal
cost pricing.

Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal cost pricing,


yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani konsumen
tambahan (cost of serving the marginal consumer). Harga tersebut adalah harga yang
juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal cost pricing
mengacu pada harga pasar yang paling efisien (economically efficient price), karena pada
tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan manfaat ekonomi dan
penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan memeroleh peningkatan output
dari barang atau jasa sampai titik di mana cost sama dengan harga.

Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,


setidaknya harus memperhitungkan:
14
1. Biaya operasi variabel (variable operating cost);
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
memberikan pelayanan;
3. Biaya penggantian aset modal yang digunakan dalam penyediaan pelayanan; dan
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.

Akan tetapi marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historical capital
cost atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan
jasa.Contoh kasus klasik dari historical cost adalah seperti jembatan penyeberangan.
Marginal cost menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa penyeberangan karena
marginal cost yang ada sama dengan nol. Memungut biaya penyeberangan akan
mengurangi pengguna jambatan penyeberangan sehingga menimbulkan kapasitas
menganggur atas jembatan tersebut, ini akan mengurangi total economic benefit.

Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol,
karena sejak ditempati kapasitas ruang sudah digunakan, sehingga marginal cost-nya
sama dengan blaya untuk menyediakan rumah pengganti dan biaya pemeliharaan.

Contoh: penyediaan air, marginal cost-nya misalnya terdiri dari:

a. Tambahan air yang dikonsumsi


b. Tambahan jarak yang diambil
c. Pemasangan pipa besar untuk industri.16

16
Ibid., hlm. 144-146.

15
F. Permasalahan Marginal Cost Priting

Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain:

a. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu. Dalam
praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti walau hal
ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga terdapat masalah pengukuran
dan pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost sulit diimplementasikan.
b. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short run
Marginal Cost) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost). Dalam
kasus penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika marginal consumer memerlukan
pabrik baru. Tidak mungkin mengharapkan konsumen menanggung full cost sendirian.
c. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historical capital cost tidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber daya terbatas,
kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya penghematan yang dikorbankan
(opportunity loss) dalam pemakaian alternatif sumber daya tersebut. Kerugian tersebut
harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency loss) yang berasal dari
penaikan harga di atas marginal cost.
d. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan:
1. Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
2. Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.
e. Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum
dan mandi dapat secara signifikan mengubah "efisiensi harga" yang ditentukan oleh
marginal cost.
f. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak untuk
jasa seperti air, di mana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga, (seperti
tarif progresif) yang mungkin digunakan.17

17
Ibid., hlm. 146-147.

16
G. Kompleksitas Strategi Harga
a. Two-part tariffs. Banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut dengan two-part
tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan
variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
b. Peak-load tariffs. Pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon atau transportasi umum).
c. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasi
pertimbangan keadilan (equality) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang
berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok yang berpendapatan rendah
dapat disubsidi silang dengan kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut
tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang
dimaksudkan untuk orang miskin.
d. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equality) dan kemampuan publik
untuk membayar.
e. Harga di atas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga di atas
marginal cost, seperti tarif parkir mobil, adanya beberapa biaya perizinan atau license
fee.18

18
Ibid., hlm. 147-148.

17
H. Taksiran Biaya

Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:

• Opportunity cost untuk staf, perlengkapan dll,


• Opportunity cost of capital,
• Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society
(opportunity cost),
• Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu,
• Cadangan inflasi.

Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar
dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang tepat.
Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor publik.
Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan harga di
sektor publik. Digunakan Marginal Cost pricing atau tidak, yang jelas harus ada
kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara
akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik19

19
Ibid., hlm. 148.

18
BAB III

PENUTUP

1.3 Kesimpulan

Penyediaan pelayananan publik dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu pajak dan
pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging for services).
Pembebanan tarif dilakukan karena alasan efisiensi ekonomi, untuk memeroleh keuntungan, dan
karena adanya barang privat dan barang publik yang perlu diatur penggunaannya secara
proporsional dan memenuhi asas keadilan. Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu
sumber penerimaan bagi pemerintah selain pajak, penjualan aset milik pemerintah, utang, dan
laba BUMN/BUMND. Masalah utama dalam pembebanan pelayanan publik adalah menentukan
berapa harga yang harus dibebankan. Oleh karena itu, perlu ditemukan metode terbaik untuk
menetapkan harga pelayanan publik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lazia Mami Hanefi.Akuntansi Sektor Publik : Penentuan Harga Pelayanan


Publik.Diaksespada1Desember2022dari,
https://www.academia.edu/24091129/Akuntansi_Sektor_Publik_Penentuan_Harga_Pelayanan_P
ublik

Nasrul.Penentuan Harga Pelayanan Publik ASP.Diakses pada 1 Desember 2022 dari,


https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-ekonomi-
tribuana/akuntansi/penentuan-harga-pelayanan-publik-asp/19259914

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak., CA.Akuntansi Sektor Publik.(Yogyakarta : ANDI(


Anggota IKAPI) : 2018)

Syaputri Ika.Penentuan Harga Pelayanan Publik.Diakses pada tanggal 1 Desember 2022


dari, https://www.academia.edu/38050453/Penentuan_Harga_Pelayanan_Publik

Unisma.Penentuan Harga Jual Pelayanan Publik.Diakses pada 1 Desember 2022 dari,


http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKTPBLK/ND/PENENTUAN%20HAR
GA%20PELAYANAN%20PUBLIK.doc

Wiriani.STRATEGI PENINGKATANPELAYANANPUBLIK.Diakses pada 1 Desember


2022dari,file:///C:/Users/ASUS/Downloads/489-Article%20Text-1277-1-
1020210328%20(1).pdf

20

Anda mungkin juga menyukai