Anda di halaman 1dari 11

NAMA : IHSAN NABIL RIYADI

NIM : 90400120086

JURNAL 1
Pengaruh Tekanan Peran, Tekanan Waktu, dan Kontrol Kualitas Terhadap Penghentian Prematur
Atas Prosedur Audit Pada Sektor Publik
(Studi Empiris Pada BPKP)
OLEH: Robit Durori , Harry Indradjit
A. Ringkasan
Reformasi sektor publik merupakan wacana yang cakupannya sangat luas walaupun sasaran
akhirnya bermuara pada perubahan atau perbaikan sistem, institusi, program hingga kebijakan negara
agar sumber daya ekonomi dan manusia yang dikuasai pemerintah dapat dimanfaatkan lebih besar
melalui peningkatan efisiensi mupun efektivitas pelayanan negara beserta institusinya kepada masyarakat
(Efendy,2010). Selama ini, sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, dan
sumber kebocoran dana. Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik Robit Durori, Harry
Indradjit Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 17 No. 02, Oktober 2020 59 memperhatikan value for
money yang mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama.
Kegiatan audit seperti audit keuangan, audit operasional, dan audit tujuan tertentu secara umum
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas informasi bagi pengambil keputusan (Bastian,2007).
Jones dan Bates (1990) menyatakan keinginan agar auditor pada sektor publik menjalankan peran yang
lebih baik lagi sebagai pengawas dan auditor agar bersikap penuh kehatihatian dalam melihat
kemungkinan terjadinya kecurangan dan korupsi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh BPKP (2003)
terdapat perubahan paradigma auditor yang semula hanya untuk mencari kesalahan (watchdog),
meningkat ke taraf profesi yang harus bertindak sebagai konsultan (consultant) dan kemudian dituntut
menjadi katalis (catalyst) yang mampu membawa peningkatan moral dan value atau peningkatan budaya
organisasi yang jauh lebih berkualitas dalam menghadapi persaingan yang kompetitif. Pada audit sektor
publik, selain melakukan financial dan compliance audit, juga perlu dilakukan performance audit yang
meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit sektor publik harus melaporkan fraud dan korupsi
yang ada, serta berusaha mencegah hal tersebut terjadi. Istilah lain untuk performance audit tersebut
adalah audit kinerja atau Value for Money audit (Rai, 2008).

B. Creatical Review
1. Motivasi
Penelitian ini untuk mengetahui prosedur-prosedur audit yang paling sering ditinggalkan dan
yang paling jarang ditinggalkan oleh auditor dalam melaksanakan prosedur auditnya yang disebabkan
adanya tekanan waktu yang pendek maupun biaya yang dianggarkan sedikit tapi mereka dituntut untuk
menyelesaikan penugasan sesuai dengan yang telah dianggarkan, khususnya di bidang audit sektor
publik. Keadaan yang diduga dapat mempengaruhi adanya pengurangan audit inilah yang akan diteliti
untuk mengetahui pengaruhnya secara empiris dan dapat mengambil kesimpulan penelitian. Untuk itu
penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai faktor yang memengaruhi Penghentian Prematur
Atas Prosedur Audit, maka penulis memilih judul “Pengaruh Tekanan Peran, Tekanan Waktu, dan
Kontrol Kualitas Terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit Pada Sektor Publik”

2. Problem Riset
Masalah spesifik pada riset ini adalah pengaruh tekanan peran,tekanan waktu,dan kontrol kualitas
terhadap penghentian prematur atas prosedur audit pada sektor publik.

JURNAL 2
PENGARUH PENERAPAN STANDAR PELAPORAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN PENGAWASAN
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (STUDI
KASUS DISPENDA PROV, DISPENDA KOTA, DAN DISHUB PROV)

Oleh : Intan Permata Haska Wina dan Siti Khairani

A. Ringkasan

Setiap negara menginginkan pemerintahan yang dapat berupaya untuk berpartisipasi dalam
mewujudkan Good Governance. Salah satu prinsip strategis yang perlu dan harus dikembangkan saat ini
adalah prinsip tata kelola keuangan. Untuk menciptakan prinsip tata kelola keuangan yang baik
diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan serta standar penyajian laporan keuangan yang berlaku.

Prinsip tata kelola keuangan yang baik akan mempengaruhi kinerja pemerintah yang menyajikan atau
yang membuat laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan yang baik didasarkan pada kinerja
akuntabilitas yang menyampaikan serta membuat laporan keuangan tersebut. Berdasarkan peraturan
perundangan berupa Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan
pelaksanaan pemerintah yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab,
Pamungkas (2012).

Penerapan akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah serta pengawasan yang optimal dari pihak
internal maupun pihak eksternal terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah diharapkan
akan dapat memperbaiki akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan
urusan-urusan pemerintah dapat optimal. Perbaikan terhadap kualitas akuntabilitas dan kinerja instansi
pemerintah diharapkan akan berimplikasi pada minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkan good
governance dapat diwujudkan oleh pemerintah Indonesia baik tingkat pusat maupun tingkat daerah.

B. Creatical Review
1. Motivasi
Perbaikan terhadap kualitas akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah diharapkan akan
berimplikasi pada minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkan good governance dapat diwujudkan
oleh pemerintah Indonesia baik tingkat pusat maupun tingkat daerah.
2. Problem Riset

Masalahb spesifik riset ini adalah Pengaruh Penerapan Standar Pelaporan Akuntansi Sektor
Publik dan Pengawasan Kualitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

JURNAL 3
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Sistem Akuntansi Keuangan Terhadap Kinerja Sektor Publik dengan
Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderasi

Oleh: Anita Primastiwi Dewi Kusuma Wardani Hesti Mei Kitna

A. Ringkasan
Perkembangan akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam
waktu singkat. Kinerja manajerial aparatur pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) telah
menjadi fokus perhatian masyarakat saat ini. Masyarakat mulai memperhatikan nilai yang mereka
peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah daerah, untuk itu aparatur pemerintah
daerah harus dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan memiliki profesionalisme
yang tinggi, produktif dan transparan. Demikian semua pegawai termasuk pimpinan yang ada pada
lembaga pemerintahan harus memiliki kinerja yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat (Sakti, 2017).

Pengukuran kinerja sektor publik menggunakan akuntabilitas kinerja. Berdasarkan Instruksi


Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) sebagai pertanggungjawaban perwujudan keberhasilan atau kegagalan visi
dan misi instansi pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat
pertanggungjawaban secara periodik. Instansi pemerintah diharapkan dapat menyediakan informasi
kinerja yang dapat dipahami dan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan ataupun kegagalan
pencapaian tujuan dan sasaran.

B. Creatical Riview
1. Motivasi
tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah partisipasi anggaran berpengaruh positif
terhadap kinerja sektor publik; Untuk mengetahui apakah sistem akuntansi keuangan berpengaruh
positif terhadap kinerja sektor publik; Untuk mengetahui apakah budaya organisasi dapat memperkuat
pengaruh positif partisipasi anggaran terhadap kinerja sektor publik; Untuk mengetahui apakah budaya
organisasi dapat memperkuat pengaruh positif sistem akuntansi keuangan terhadap kinerja sektor
public

2. Problem Riset

Masalah spesifik riset ini adalah pengaruh partipasi anggaran dan sistem akuntansi
keuangan terhadap kinerja sektor publik dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderasi.
JURNAL 4
Pengaruh Kebijakan Pertanggungjawaban Akuntansi Sektor Publik dan Efektivitas Alokasi Dana Gampong
(ADG) Terhadap Pembangunan Fisik

Oleh : Arjuli , Cut Delsie Hasrina, Yusri

A. Ringkasan
Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa atau gampong menjelaskan bahwa Desa pada
Tahun 2015 akan mendapat kucuran dana sebesar 10% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Dana yang masuk ke Available online at www.jurnal.abulyatama.ac.id/humaniora ISSN 2548-
9585 (Online) Universitas Abulyatama Jurnal Humaniora  Jurnal Humaniora, Vol. 3, No. 1, April 2019 :
26-35 - 27 gampong tersebut dinamakan Dana Gampong. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa
gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai
desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

B. Creatical Review

1. Motivasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tentang pertanggungjawaban akuntansi


sektor publik dan efektifitas alokasi dana gampong (ADG) terhadap pembangunan fisik Kamping Aie,
Kecamatan Simeulue Tengah, Kabupaten Simeulue.

2. Problem Riset

Masalah spesifik riset ini adalah Pengaruh Kebijakan Pertanggungjawaban Akuntansi Sektor
Publik dan Efektivitas Alokasi Dana Gampong (ADG) Terhadap Pembangunan Fisik

JURNAL 5
Pengaruh Ketepatan Anggaran, Sistem Pengendalian Manajerial Sektor Publik, dan Sistem Pelaporan
Terhadap Akuntabilitas Kinerja

Oleh : Bella Puspita Rininda Erina Sudaryati

A. Ringkasan
Pesatnya perkembangan akuntansi memberikan perhatian lebih pada semua jenis organisasi tidak
terkecuali organisasi-organisasi sektor publik. Pemerintah diharapkan untuk fokus pada peningkatan
akuntabilitas serta peningkatan kinerja hasil. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan aturan dalam
menerapkan sistem pertanggungjawaban yang efektif yang biasa disebut Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP). Aspek akuntabilitas diakui sebagai nilai mendasar untuk pemerintahan yang
baik di organisasi publik (AlShbail & Aman, 2018). Akuntabilitas adalah salah satu aspek utama dari
organisasi publik yang memastikan berfungsinya dan meningkatkan pemantauan oleh para pemangku
kepentingan utama (Al-Shbail & Aman, 2018).

Akuntabilitas merujuk pada standar atas kinerja seseorang yang didasarkan atas harapan
masyarakat dan bisa digunakan untuk menilai hal penting seperti kinerja, derajat responsivitasnya, serta
moralitas dari petugas yang melayani kepentingan publik (Mahsun, 2012). Akuntabilitas berfokus pada
penilaian perilaku agen publik sesuai dengan serangkaian standar (Keerasuntonpong, Manowan, &
Shutibhinyo, 2019). Akuntabilitas menjadi lebih penting, karena pemerintah perlu memberi tahu
masyarakat tentang penggunaan dan pengelolaan sumber daya publik (Brusca & Montesinos, 2016).
Masyarakat memilki hak dan wewenang untuk memperoleh informasi tentang kegiatan yang diperbuat
oleh pemerintah yang seharusnya dipertanggungjawabkan, disajikan, dilaporkan, dan diungkapkan
(Hutama & Yudianto, 2019).

B. Creatical Review
1. Motivasi
Hasil penelitian yang dilakukan Fitriana et al. (2018), Paramitha & Gayatri (2016) dan Pratama et
al. (2019) menemukan akuntabilitas kinerja berpengaruh terhadap sistem pelaporan secara positif,
artinya untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja manajerial dalam realisasi anggaran diperlukan
sistem perbaikan pelaporan. Hal tersebut menjelaskan bahwa dengan sistem penyusunan pelaporan
yang terstruktur dan baik maka mampu meningkatkan akuntabilitas kinerja di SKPD.

2. Problem Riset

Masalah spesifik dalam riset ini adalah Pengaruh Ketepatan Anggaran, Sistem Pengendalian
Manajerial Sektor Publik, dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja

JURNAL 6
EVALUASI KINERJA REFORMASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO
DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF

Oleh: Asvi Maschuroh dan Hero Priono

A. Ringkasan

Dalam rangka pengelolaan pelayanan publik, aparatur sipil negara berkewajiban memberikan
pelayanan berkualitas kepada masyarakat. Pelayanan berkualitas merupakan kunci utama karena akan
mencerminkan nilai dan karakteristik pemerintahan itu sendiri.Pokokpemerintahan saat ini yang perlu
diperbarui sistemnya adalah birokrasi (Nurwindiarti, 2016). Birokrasi merupakan instrumen dalam
pengelolaan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah. Birokrasi memegang peranan penting dalam
memutuskan apakah pelayanan yang diberikan sudah berkualitas atau belum. Namun asal- usul
sebelumnya telah mengakibatkan beberapa masalah seperti kewenangan terpusat dan pelayanan
dengan pungutan liar, maka dibentuklah suatu otonomi daerah. Salah satu karakter pemerintahan yang
bagus adalah adanya akuntabilitas dan pengembangan pelayanan publik, selain keterbukaan dan
tegaknya aturan pemerintah. Oleh sebab itu, diperlukan pengawasan manajemen pemerintahan untuk
mendukung terciptanya akuntabilitas dalam pemerintahan. Sebagai konsekuensi dari pemerintahan
yang baik yaitu terciptanya pelayanan publik yang berkualitas. Apabila pelayanan yang diberikan bagus
dan mampu mencukupi kebutuhan maka masyarakat akan merasakan kepuasan dan menilai bahwa
pelayanan yang diterimanya berkualitas (Putra, 2018).

B. Creatical Review
1. Motivasi
terdapat berbagai potensi usaha pada bidang industri, perdagangan, pariwisata dan usaha -
usaha kecil menengah serta letak wilayah yang strategis dan sumber daya manusia yang memadahi.
Maka perkembangan Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi daerah yang menjanjikan bagi perkembangan
ekonomi regional. Tetapi sangat disayangkan, perkembangan tersebut tidak dibarengi dengan
penerapan serta pelaksanaan akuntansi sektor publik di setiap Organisasi Perangkat Daerah, sehingga
masih ditemukan belum memadainya lembaga pelayanan di Kabupaten Sidoarjo.

2. Problem Riset
Masalah spesifik dalam riset ini adalah EVALUASI KINERJA REFORMASI AKUNTANSI SEKTOR
PUBLIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF

JURNAL 7
PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN SEKTOR PUBLIK, DENGAN IN-ROLE
PERFORMANCE DAN INNOVATIVE PERFORMANCE SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Oleh : Putu Yudha Asteria Putri dan Made Yenni Latrini

A. Ringkasan

Dalam konteks organisasi publik, kinerja adalah suatu ukuran prestasi / hasil dalam mengelola dan
menjalankan suatu organisasi dimana berhubungan dengan segala hal yang akan, sedang dan telah
dilakukan organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Mardiasmo (2004) menyatakan bahwa
penilaian kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, yaitu: (1) membantu
membenahi kinerja pemerintah, (2) pengalokasian pembuatan keputusan dan sumber daya, (3)
memperbaiki komunikasi kelembagaan dan diwujudkannya pertanggungjawaban organisasi public.
Menurut Helfert (dalam Srimindarti, 2004: 53) Kinerja perusahaan adalah hasil atau prestasi yang
dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
sehingga menghasilkan suatu keadaan perusahaan secara utuh selama periode tertentu. Kinerja juga
merupakan istilah umum yang digunakan untuk seluruh atau sebagian aktivitas dan tindakan dalam
organisasi pada suatu periode tertentu dengan dasar efisiensi, referensi pada sejumlah standar seperti
biaya yang diproyeksikan atau biayabiaya masa lalu, akuntabilitas atau pertanggungjawaban manajemen
dan lain sebagainya. (Srimindarti, 2004). ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3
(2013):627-638 629 Kinerja dapat dibagi menjadi dua kategori, yang pertama adalah in-role
performance dan yang kedua innovative performance.
In-role performance didefinisikan sebagai kegiatan spesifik dan dituangkan ke dalam job
description karyawan, lalu selanjutnya di mandatkan, dinilai, dan diberikan penghargaan oleh organisasi.
Sejumlah aturan dan prosedur membuat perilaku kerja menjadi terprediksi, sehingga kegiatan-kegiatan
utama organisasi dapat dikoordinir dan dikontrol untuk mencapai tujuan dari organisasi. Kecakapan dan
keahlian karyawan untuk mengelola aktivitas dan aturan kerja menjadi komponen variasi yang penting
didalam kinerja sebuah organisasi (Borman & Motowidlo, 1993) dalam (Onne & Nicco, 2004). Sedangkan
innovative performance didefinisikan sebagai niat, promosi dan realisasi dari ide yang berhubungan
dengan aturan kerja, kelompok kerja, atau organisasi dalam hubungannya dengan capaian keuntungan
dari suatu organisasi (Kanter, 1988; Scott & Bruce, 1994; West & Farr, 1989) dalam (Onne & Nico, 2004).
Tujuan utama dari sebuah organisasi yaitu dapat diharapkannya menjadi sumber motivasi yang penting
untuk innovative job performance dengan beberapa alasan, pertama, individu memiliki kecenderungan
untuk melakukan hal – hal yang menantang terhadap tugas yang kompleks. Inovasi merupakan tugas
yang sangat kompleks yang menantang dimana mencakup berbagai macam kegiatan kognitif dan
kehidupan sosial sehingga dapat menghasilkan, mempromosikan, mendiskusikan, dan memodifikasi
sehingga pada nantinya dapat menciptakan ide – ide kreatif untuk organisasi (Kanter, 1988) dalam
(Onne & Nico, 2004).

B. Cretical Review

1. Motivasi

Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan
sektor publik dengan in-role performance dan innovative performance sebagai variabel mediasi.

2. Problem Riset

Masalah spesifik dalam riset ini adalah PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA
KARYAWAN SEKTOR PUBLIK, DENGAN IN-ROLE PERFORMANCE DAN INNOVATIVE PERFORMANCE
SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

JURNAL 8
PENGARUH KETEPATAN SASARAN ANGGARAN, SISTEM PENGENDALIAN MANAJERIAL SEKTOR PUBLIK
DAN SISTEM PELAPORAN PADA AKUNTABILITAS KINERJA

Oleh : Ida Ayu Made Dwiki Paramitha dan Gayatri

A. Ringkasan

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode
waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Pratiwy, Ida Ayu Made Dwiki Paramitha dan
Gayatri. Pengaruh Ketepatan… 2458 2013). Menyusun suatu anggaran pemerintah harus berdasarkan
pemikiran untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masing-masing
orang yang menyusun anggaran pemerintah (Mardiasmo, 2009:61). Anggaran bagi sektor publik adalah
alat untuk mencapai tujuan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tujuannya
adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan
penganggaran merupakan proses yang terintegrasi, karena output dari perencanaan adalah
penganggaran. Anggaran sektor publik harus dapat merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan
keinginan masyarakat, serta dapat menentukan penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat atau
pemerintah daerah (Halim dan Muhamad, 2014). Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas
memiliki kaitan dengan anggaran pemerintah daerah. Anggaran di pemerintahan sangat penting, karena
berhubungan dengan fungsi dari pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran
(Lesmana, 2014). Akuntabilitas adalah perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi,
dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai dalam rangka pencapaian tujuan
melalui suatu media berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik. Akuntabilitas juga merupakan
salah satu unsur pokok yang harus dipenuhi dalam mewujudkan good governance yang saat ini sedang
diupayakan di Indonesia. Melalui laporan akuntabilitas masyarakat dapat menilai apakah pemerintah
daerah telah mencapai tujuan yang diharapkan, dan apakah kepercayaan yang diberikan untuk
mengelola sumber daya yang ada telah dimanfaatkan dengan baik, dengan kata lain apakah pemerintah
telah bekerja dengan ekonomis, efisien dan efektif. Pengelolaan pemerintah daerah yang
berakuntabilitas memiliki keterkaitan dengan anggaran pemerintah daerah.

Instansi pemerintah yang wajib menerapkan sistem akuntabilitas kinerja dan menyampaikan
pelaporannya adalah instansi dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Penanggung
jawab penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah pejabat yang secara
fungsional bertanggung jawab melayani fungsi administrasi di instansi masing-masing, selanjutnya
pimpinan instansi bersama tim kerja harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan
keberhasilan/kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. LAKIP adalah media akuntabilitas yang dapat
dipakai oleh instansi pemerintah dalam melaksanakan kewajiban dan menjawab kepada pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholder). LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkualitas dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah seperti sistem
perencanaan nasional, penganggaran menggunakan anggaran berbasis kinerja, penatausahaan
keuangan daerah yang mengatur tentang mekanisme pertanggungjawaban belanja, pelaporan dan
pertanggungjawaban serta pengawasan keuangan daerah melalui audit intern. Penerapannya tidak
lepas dari kemampuan pemerintah daerah ke dalam program-program kerja yang pro rakyat sebagai
kekuatan yang dimiliki oleh pemerintah guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efisien
dan efektif (Ary, 2015).

B. Cretical Review

1. Motivasi

Adanya kejelasan sasaran anggaran secara spesifik akan mempermudah untuk


mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi sehingga
mendorong pegawai untuk melakukan yang terbaik dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Meningkatnya kejelasan sasaran anggaran akan meningkatkan ketepatan
anggaran pendapatan dan belanja di SKPD (Astari, 2015). Penelitian Pratiwy (2013) menunjukkan
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.
2. Problem Riset

Masalah spesifik pada riset ini adalah PENGARUH KETEPATAN SASARAN ANGGARAN, SISTEM
PENGENDALIAN MANAJERIAL SEKTOR PUBLIK DAN SISTEM PELAPORAN PADA AKUNTABILITAS KINERJA.

JURNAL 9

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


SERTA DAMPAKNYA TERHADAP GOOD GOVERNANCE

(Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Medan)

Oleh : Eka Nurmala Sari

A. Ringkasan

Konsep good governance merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh sektor publik khususnya
adalah pemerintah daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih responsif atau cepat dan tanggap.
Mardiasmo (2006:2) menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) mekanisme yang dapat dilaksanakan daerah
agar lebih responsif, transparan, dan akuntabel serta selanjutnya dapat mewujudkan good governance
yaitu: (1) mendengarkan suara atau aspirasi masyarakat serta membangun kerjasama pemberdayaan
masyarakat, (2) memperbaiki internal rules dan mekanisme pengendalian, dan (3) membangun iklim
kompetisi dalam memberikan layanan terhadap masyarakat serta marketisasi layanan.

Ketiga mekanisme tersebut saling berkaitan dan saling menunjang untuk memperbaiki efektivitas
pengelolaan pemerintahan daerah. Keberhasilan penerapan good governance tersebut tidak terlepas
dari pengaruh faktor intenal organisasi. Faktor internal adalah berbagai faktor yang berasal dari dalam
perusahaan, salah satunya adalah budaya organisasi (Daniri, 2005: 15). Senada dengan pendapat Keith
Kefgen dan Manav Thadani (2003) yang menyatakan bahwa corporate culture was viewed as an integral
part of the governance mentality of a company. Budaya organisasi adalah suatu sistem makna atau
sistem nilai bersama yang ada di dalam suatu organisasi. Hanpuwadal, Nupakorn dan
Ussahawanitchakit, Phapruke (2010) menyatakan budaya organisasi didefinisikan sebagai dukungan
perusahaan untuk pengembangan etika dan teknologi pelatihan yang terus-menerus untuk
meningkatkan hubungan dan keselarasan para anggota organisasi dan pengaruh yang penting terhadap
setiap aspek dari operasi perusahaan. Oleh karena itu budaya organisasi perlu dikembangkan
sedemikian rupa, sehingga mampu menjadi pemersatu dan pemacu gerak langkah anggota organisasi.

B. Creatical Review

1. Motivasi

Selanjutnya Cingdem Solas and Sinan Ahyan (2008) memberikan bukti di negara China bahwa the
criteria which claim that Chinese accounting has been shaped by together with cultural, economical and
political factors in the last century. Senada dengan penelitian yang dilakukan di Iran oleh Iraj Noravesh,
Zahra Dianati Dilami, Mohammad S.Bazaz (2007) yang menyatakan The results of this research show the
relationships among cultural and accounting values in Iran and found support for more than one-half of
Gray's hypotheses. Temuan-temuan di atas ini menunjukkan bahwa ada hubungan diantara budaya
organisasi dan penerapan akuntansi

2. Problem Riset

Masalah spesifik pada riset ini adalah PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS
PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP GOOD GOVERNANCE

JURNAL 10

Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam
Mencegah Fraud

Oleh : Urip Santoso dan Yohanes Joni Pambelum

A. Ringkasan

Pada dasarnya, pembentukan pemerintah Indonesia berhubungan erat dengan misi yang tercantum
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Misi tersebut merupakan dasar
dari kewenangan pemerintah didalam menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahannya baik tingkat
pusat maupun di tingkat daerah. Instansi-instansi sebagai pelaksana yang dibentuk pemerintah untuk
menangani urusan-urusan pemerintahannya, merupakan salah satu penentu berjalannya misi dengan
baik untuk mencapai cita-cita negara Indonesia yaitu terlindungnya segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, majunya kesejahteraan umum, cerdasnya kehidupan bangsa dan ikut
aktifnya indonesia melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Hasil kerja instansi pemerintah yang telah dicapai, dalam rangka implementasi urusan
pemerintahan sesuai bidang pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya, dapat diketahui melalui
informasi tentang akuntabilitas kinerja masing-masing instansi pemerintah tersebut. Informasi tentang
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dibutuhkan oleh pemerintah karena berdasarkan informasi
tersebut, pemerintah Jurnal Administrasi Bisnis (2008).

Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik 15 mempunyai bahan pengambilan keputusan untuk
melakukan perbaikan-perbaikan manajemen dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang lebih
baik lagi. Informasi tersebut juga diperlukan sebagai dasar penyusunan laporan pertanggungjawaban
Kepala Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan kepada masyarakat melalui DPR/D disetiap
akhir tahun anggaran dan diakhir jabatan Kepala Pemerintah. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
merupakan salah satu bagian isu kebijakan yang strategis di Indonesia saat ini karena perbaikan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berdampak pada upaya terciptanya good governance.
Perbaikan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah juga berdampak luas pada bidang ekonomi dan
politik (Agus Dwiyanto,2002). Dalam bidang ekonomi, perbaikan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah akan mendorong perbaikan iklim investasi, sedangkan dalam bidang politik perbaikan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah akan mampu memperbaiki tingkat kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah. Rendahnya akuntabilitas kinerja instansi-instansi Pemerintah di Indonesia selama
ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktornya adalah maraknya praktek fraud yang terjadi
diberbagai instansi Pemerintah. Menurut Theft Act 1968, salah satu jenis praktek fraud adalah korupsi
(Jones, 1990). Praktek korupsi dalam pemerintah tersebut telah menjadikan Indonesia sebagai salah
satu negara terkorup di kawasan Asia Tenggara dan dunia. (www.tranparency.org) Hal ini dapat terlihat
pada tabel 1 yang berisi peringkat tingkat korupsi negara Indonesia berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) negara-negara di dunia yang dikeluarkan organisasi Transparency International pada tahun 2005.

B. Creatical Review

1. Motivasi

Berdasarkan tema sentral yang telah dirumuskan diatas, penulisan ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran yang dapat dijadikan indikator Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik,
Pengawasan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Instansi Pemerintah Terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dan Implikasinya dalam pencegahan Fraud

2. Problem Riset

Masalah spesifik dalam riset ini adalah Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik
TerhadapAkuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud.

Anda mungkin juga menyukai