Anda di halaman 1dari 15

JEA Jurnal Eksplorasi Akuntansi

Vol. 1, No 1, Desember 2022, Hal 1-15


e-ISSN : 2656-3649 (Online)
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/jea

PENGARUH PENERAPAN KONSEP VALUE FOR MONEY DAN


SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH
TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK DI KOTA PADANG
(Studi Empiris pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Padang)

Josse Andre Warsito1*, Fefri Indra Arza2


1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
2
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
*Korespondensi: josseandre07@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the effect of applying the concept of value for money and
the government’s internal control system on public accountability in the City of
Padang. The population of this study is regional apparatus organizations in the City of
Padang, totalling 43 OPD. The sampling strategy in this study is total sampling. The
data used in this study are primary data obtained through distributing questionnaires
and interviews. This study use multiple linear regression analysis. The result of this
study is that the application of the concept of value for money has a positive and
significant partial effect on public accountability in the City of Padang. Meanwhile, the
government’s internal control system partially has a negative and insignificant effect
on public accountability in the City of Padang.

Keywords : concept of value for money; government’s internal control system; public
accountability.

How to cite (APA 6th style)


Warsito, J.A. & Arza, F.I. (2022). Pengaruh Penerapan Konsep Value for Money dan
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Akuntabilitas Publik di
Kota Padang (Studi Empiris pada Organisasi Perangkat Daerah Kota
Padang). Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(1), 1-100

PENDAHULUAN
Semenjak era reformasi, pemerintah Indonesia memiliki tujuan utama serta
penting yang mana warga dengan mudah menerima akses informasi dari setiap instansi
pemerintahan wilayah di saat ini. Dengan kemudahan tersebut, tentunya pemerintahan
haruslah transparan, akuntabel, serta bebas dari masalah seperti korupsi, kolusi,
nepotisme yang sesuai dengan tujuan di UU no. 28 tahun 1999 perihal
“Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi serta nepotisme”.
Menurut Setiana dan Yuliani (2017:206), akuntabilitas merupakan kewajiban
pemegang amanah/agent/ketua desa serta aparatnya buat memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, serta menyampaikan segala aktivitas
serta kegiatan yang sebagai tanggungjawab pada pihak pemberi amanah (principal)
yang memiliki hak serta kewenangan buat pertanggungjawaban tadi. Oleh karena itu,
pemerintah yang menjalankan kegiatannya tanpa menjunjung tinggi prinsip
transparansi atau keterbukaan isu seharusnya mesti meningkatkan akuntabilitasnya
menjadi bentuk pertanggungjawaban ke publik.
Akuntabilitas sangat krusial diadopsi pada penyelenggaraan pelayanan publik.
Hal ini didasari pada argumentasi bahwa keberadaan atau eksistensi suatu negara
tergantung oleh warganya. Oleh karena itu, kewajiban bagi negara untuk memberikan
pelayanan terbaik dan bertanggungjawab kepada warga. Menurut Mardiasmo (2006:3),
akuntabilitas diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan
target yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara periodik.
Menurut Bastian (2010:385), akuntabilitas publik ialah kewajiban buat
memberikan pertanggungjawaban atau menjawab, menerangkan kinerja, serta tindakan
seorang atau badan hukum serta pimpinan kolektif atau organisasi pada pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk pertanggungjawaban. Satu elemen krusial
dalam penguatan akuntabilitas publik yaitu hak publik untuk mendapatkan informasi.
Hak tiap warga negara buat menerima informasi yang relevan akan menaikkan kualitas
keterlibatan warga pada proses pengambilan keputusan publik dan mendorong
pemerintah lebih akuntabel. Menurut Dwiyanto (2012:57), indikator yang bisa
dipergunakan untuk melihat keberhasilan akuntabilitas publik ini adalah (1) acuan
pelayanan yang digunakan aparat birokrasi pada proses penyelenggaraan pelayanan
publik; (2) tindakan yang dilakukan aparat birokrasi jika terdapat warga yang tidak
memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan; (3) dalam menjalankan tugas pelayanan,
seberapa jauh kepentingan warga memperoleh prioritas dari aparat birokrasi.
Dari pemantauan serta evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, terdapat beberapa hal yang menunjukkan
akuntabilitas masih lemah, dan belum diimplementasikan secara konkret serta
konsisten, antara lainnya yaitu: (1) kurangnya komitmen dalam mengedepankan
akuntabilitas dari sisi kinerja sebagai akibatnya akuntabilitas kinerja belum menerima
perhatian yang besar; (2) adanya beberapa peraturan perundang-undangan pada bidang
akuntabilitas kinerja yang kurang selaras; (3) belum adanya penetapan hukuman yang
tegas bagi instansi pemerintah yang tidak menerapkan akuntabilitas kinerja; (4) belum
tersosialisasinya ke semua instansi pemerintah tentang kebijakan pada bidang
akuntabilitas; (5) keterbatasan kapabilitas sumber daya manusia di bidang akuntabilitas
kinerja pada lingkungan instansi pemerintah; (6) belum terintegrasinya sistem AKIP
menggunakan sistem perencanaan nasional serta sistem penganggaran.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, terdapat
beberapa variable yang digunakan untuk meneliti pengaruh variable tersebut terhadap
akuntabilitas publik. Dan pada penelitian ini, peneliti menggunakan 2 variabel untuk
meneliti akuntabilitas public yaitu konsep value for money dan sistem pengendalian
internal pemerintah.
Manfaat yang bisa diperoleh pada pengimplementasian konsep value for money
ini adalah sebagai berikut: (1) menaikkan efektivitas pelayanan publik; (2) menaikkan
mutu pelayanan publik; (3) menurunkan biaya pelayanan publik sebab hilangnya
inefisiensi serta terjadinya penghematan dalam penggunaan input; (4) alokasi belanja
yang lebih berorientasi di kepentingan publik; dan (5) menaikkan pencerahan akan
dana publik (publiccostawareness) menjadi akar pelaksanaan akuntabilitas publik.
Value for money yang menekankan di dimensi ekonomis, efisiensi, serta efektivitas
pada penggunaan serta pengembangan sumber daya publik saat ini masih menjadi
sorotan publik, hal ini ditimbulkan karena warga menilai bahwa pemerintah daerah
pada khususnya belum bisa menerapkan dimensi ekonomis, efisiensi, serta efektivitas
pada pengelolaan keuangan dan sumber daya publik yang dimiliki untuk
pertanggungjawaban kepada publik. Oleh sebab itu, dengan penerapan konsep value for
money ini, pemerintah akan mampu mengurangi fenomena-fenomena negatif serta
evaluasi buruk oleh warga yang bisa mencoreng nama baik sektor pemerintahan.
Menurut Ardila (2015) di dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Kinerja
Keuangan Dengan Pendekatan Value For Money Pada Pengadilan Negeri Tebing
Tinggi”,value for money adalah suatu konsep untuk menilai kinerja suatu organisasi
sektor publik yang tidak hanya di tinjau dari aspek keuangan saja, tetapi juga dapat
ditinjau dari non keuangan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu program kerja
sektor publik. Konsep ini bisa menyampaikan informasi berupa indikator apakah
anggaran yang dipergunakan atau dibelanjakan telah tepatkah penggunaannya.
Penelitian ini didasari sebab warga beranggapan sektor publik menjadi sarang tidak
efisiensinya penggunaan dana, kebocoran dana dan mampu merugikan negara.
Selain penerapan value for money di sektor pemerintahan, sistem pengendalian
internal pemerintah juga diklaim sangat krusial terhadap akuntabilitas sektor publik.
Abdul Halim (2004) menyatakan bahwa buat mendukung akuntabilitas publik
diperlukan adanya sistem pengendalian internal serta pengendalian eksternal yang baik
serta bisa dipertanggungjawabkan. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
menurut PP nomor 60 tahun 2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Di dalamnya terdapat 5
unsur utama, yaitu: (a) lingkungan pengendalian, (b) penilaian resiko, (c) kegiatan
pengendalian, (d) informasi dan komunikasi, (e) pemantauan pengendalian internal.
Dengan terwujudnya sistem pengendalian internal di lingkungan pemerintah maka
predikat pemerintah yang baik (goodgovernance) akan tercapai yang ditandai dengan
tercapainya visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah di seluruh Indonesia.
Salah satunya yaitu di kota Padang. Akuntabilitas publik di kota Padang sudah
terbilang cukup baik, terbukti dengan berhasilnya pemerintah kota Padang meraih
penghargaan Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LHE
AKIP) dengan predikat B oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi
Birokrasi tahun 2016, bahkan sampai meraih predikat BB di tahun 2019. Penghargaan
ini diraih kota Padang secara beruntun dari tahun 2016-2019 (sumber:padang.go.id).
Namun untuk tingkat Indonesia, Sumbar berada pada urutan ke-25 dari 34 provinsi
yang ada di Indonesia. Dengan kata lain, Sumbar berada di zona kuning dengan nilai
68,52%. Data ini bersumber dari Ombudsman Republik Indonesia.
Di kota Padang, akuntabilitas pelayanan publiknya sudah termasuk ke dalam
zona hijau karena tingkat kepatuhan yang tinggi pada tahun 2017. Namun menurut
Ombudsman, walaupun kota Padang sudah masuk di dalam zona hijau, masih harus
membutuhkan inovasi di masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota
Padang. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Irwan R. di tahun 2017 tentang
Ombudsman menyoroti pelayanan publik di Sumatera Barat, menyatakan pelayanan
publik di Sumatera Barat belum berjalan dengan semestinya dan masih diperlukan
perubahan serta inovasi dalam pelayanan agar dapat memenuhi pelayanan publik yang
berorientasi pada hasil dan bertanggungjawab kepada masyarakat. Kota Padang
menerima predikat pelayanan publik terbaik se-Sumatera Barat dari tingkat kepatuhan
pada tahun 2016. Namun, sebagian masyarakat masih merasa belum puas dengan
pelayanan publik yang diberikan kepada mereka.
Terdapat banyaknya keluhan masyarakat Kota Padang dengan pelayanan Kantor
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil terkait rumitnya pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), akte kelahiran, Kartu Keluarga (KK). Dimulai dari tidak adanya
kejelasan waktu, serta masih adanya calo di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Padang. Ombudsman menyoroti buruknya pelayanan publik Disdukcapil Kota
Padang ini yang cenderung lama dan lambat serta pelayanan operasional yang terlihat
tidak teratur alias sembrawut. Padahal menurut Permendagri no. 19 tahun 2018 tentang
peningkatan kualitas layanan administrasi kependudukan, pasal 3 ayat 2 yang berbunyi
“Penerbitan dokumen kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan
dalam waktu 1 (satu) jam dan paling lama 24 (dua puluh empat) jam sejak persyaratan
dinyatakan lengkap oleh petugas pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil kabupaten/kota”.
Selain itu, hasil temuan dari sidak mendadak yang dilakukan oleh Ombudsman
Indonesia perwakilan Sumatera Barat di Mal Pelayanan Publik di Pasar Raya lantai 4
Kota Padang, mendapatkan rapor merah dikarenakan kualifikasi pemenuhan standar
pelayanan belum lengkap, sesuai dengan UU nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan
publik. Di dalam sidak tersebut juga ditemukan belum adanya informasi yang jelas
mengenai biaya/tarif, jangka waktu penyelesaian, persyaratan, serta
mekanisme/prosedur, termasuk juga di dalamnya indispliner pegawai, dan kelimpahan
wewenang yang tidak jelas. Karena poin-poin ini termasuk ke dalam standar kualitas
pelayanan publik dan kepastian pelayanan.
Dengan masih banyaknya fenomena negatif yang terjadi di Kota Padang tentunya
memberikan dampak yang negatif terhadap penilaian pelayanan publik di Kota Padang.
Hal ini dibuktikan dengan menurunnya Kota Padang dari zona hijau ke zona kuning
pada hasil survei kepatuhan standar pelayanan publik di tahun 2021 yang dilakukan
oleh Ombudsman Republik Indonesia. Penilaian kepatuhan penyelenggaraan layanan
terhadap standar pelayanan publik tersebut didasarkan pada Undang-undang (UU)
nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Kota Padang meraih persentase
72,94% yang jaraknya cukup jauh dari zona hijau yang diraih oleh Kota Payakumbuh
dan Kabupaten Dharmasraya yang masing-masing meraih persentase 86,34% dan
81,76%. Bahkan Kota Padang juga berada di bawah Kabupaten Padang Pariaman
(75,31%), Pasaman Barat (78,78%), Pasaman (78,85%), Sijunjung (78,25%), Tanah
Datar (76,31%). Penilaian tersebut dilakukan dari bulan Juni hingga Oktober 2021
dengan pengambilan data untuk Kementerian dan Lembaga dilaksanakan oleh kantor
pusat.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya konsep value for money yang baik dan
berjalan dengan lancar maka diharapkan anggaran (dana) yang dibelanjakan
menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Sesuai dengan 3 unsur value for
money, yaitu (1) Ekonomis, terkait analisis sejauh mana organisasi sektor publik dapat
meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran
yang boros dan tidak produktif. (2) Efisiensi, merupakan perbandingan output input
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Pencapaian
output yang maksimum dengan input yang terendah menunjukkan efisiensi. (3)
Efektivitas, tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Serta diterapkannya sistem pengendalian internal pemerintah yang baik, tegas,
dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan tentunya akan mendukung
akuntabilitas publik di Kota Padang khususnya di bidang pelayanan publik untuk
menjadi yang lebih baik lagi dan kembali ke habitat aslinya yaitu di zona hijau dalam
penilaian yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia. Tujuan dari Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) ini sendiri berdasarkan PP no. 60 tahun 2008
adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang (a) kegiatan yang efektif
dan efisien, (b) laporan keuangan yang dapat diandalkan, (c) pengamanan aset negara,
(d) ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah Teori Stewardship
dikembangkan oleh Donaldson serta Davis tahun 1991. Stewardship theory artinya
teori yang mendeskripsikan keadaan manajemen tidaklah bertujuan buat
kepentingannya sendiri melainkan lebih kepentingan target organisasi. Teori ini
mengasumsikan bahwa ada perasaan puas serta lega saat organisasi mencapai
kesuksesan. Kesuksesan organisasi tercapai berkat adanya maksimalisasi daya guna
oleh principals serta manajemen. Teori stewardship dapat dipergunakan pada penelitian
ini sebab organisasi sektor publik seperti organisasi pemerintahan serta non profit
lainnya outputnya merupakan pelayanan pada publik ataupun pengelolaan keuangan
memang terfokus untuk mencapai sasaran organisasi bukannya kepentingan individual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan konsep value
for money dan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap akuntabilitas publik di
Kota Padang. yang mana penerapan konsep value for money di dalam pemerintahan
harus memperhatikan 3 aspek yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Sedangkan,
untuk sistem pengendalian internal pemerintah juga harus memperhatikan 5 indikator,
yaitu lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS


Grand Theory Stewardship
Teori stewardship adalah teori yang mengemukakan bahwa manajemen tidak
bertujuan untuk kepentingannya sendiri namun melainkan lebih mengutamakan target
yang telah ditentukan. Teori ini dikembangkan oleh Donaldson dan Davis pada tahun
1991. Teori stewardship bisa digunakan di dalam penelitian ini karena organisasi sektor
publik seperti pemerintahan yang memang terfokus kepada mencapai sasaran
organisasi bukannya kepentingan individu. Akuntansi sektor publik dipersiapkan untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi hubungan antara steward (pemerintah) dengan
principals (masyarakat). Hal ini tercipta karena adanya sifat dapat dipercaya,
bertanggungjawab, berintegritas, serta kejujuran yang ada di dalam diri seorang
manusia. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki informasi tentunya diharapkan dapat
mewujudkan transparansi sesuai dengan harapan dan keinginan warga.
Akuntabilitas Publik
Menurut Mahmudi (2011:18), akuntabilitas publik adalah kewajiban pemegang
amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Dari pengertian ini, peneliti menyimpulkan bahwa
akuntabilitas publik adalah suatu pertanggungjawaban kepada masyarakat atau
lembaga-lembaga yang bersangkutan dalam menjalankan aktivitasnya atau
tanggungjawabnya. Menurut Mardiasmo (2009), akuntabilitas publik memiliki 4
dimensi, yaitu akuntabilitas kebijakan, akuntabilitas program, akuntabilitas prosedur,
dan akuntabilitas hukum serta peradilan.
Konsep Value for Money
Menurut Ardila (2015), value for money adalah suatu konsep untuk menilai
kinerja suatu organisasi sektor publik yang tidak hanya di tinjau dari aspek keuangan
saja, tetapi juga dapat ditinjau dari non keuangan untuk menilai tingkat keberhasilan
suatu program kerja sektor publik. Konsep ini bisa menyampaikan informasi berupa
indikator apakah anggaran yang dipergunakan atau dibelanjakan telah tepatkah
penggunaannya. Konsep value for money menekankan kepada 3 aspek utama yaitu
ekonomis, efisiensi dan efektivitas.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Menurut Mulyadi (2001:183) sistem pengendalian internal mencakup organisasi,
metode, serta ukuran-ukuran yang dikoordinasikan buat menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta pula
mendorong dipenuhinya kebijakan manajemen. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
no. 60 tahun 2008 perihal Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) mengajukan
lima indikator yang bisa mengukur pengendalian internal, yaitu lingkungan
pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta
pemantauan pengendalian.
Pengaruh Penerapan Konsep Value for Money Terhadap Akuntabilitas Publik di
Kota Padang
Value for money adalah tolak ukur dalam anggaran belanja suatu organisasi, baik
organisasi yang berusaha buat menerima untung (swasta) atau perusahaan yang non
profit mirip sektor publik (pemerintah). Value for money adalah penilaian kinerja yang
mencakup ekonomis, efisiensi, serta efektivitas. Indikator kinerja dalam perusahaan
yang menerapkan konsep value for money wajib mendeskripsikan tingkat pencapaian,
tingkat pelayanan di biaya ekonomis yang terbaik. Jadi bisa di artikan bahwa dengan
adanya pengelolaan anggaran yang berkonsep value for money, maka organisasi sektor
publik tadi sudah berjalan seperti semestinya yaitu demi kepentingan masyarakat pada
teori stewardship
Value for money mampu tercapai jika organisasi sudah memakai biaya input
paling kecil buat mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. bisa ditinjau pula di penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fiktor A.
Mahmud (2013); Julius Putra (2015); Felmi D. Lantowa (2018); serta Andi Ahmad
Yani (2020) yang menyatakan bahwa konsep value for money berpengaruh terhadap
akuntabilitas publik.
H1: Penerapan konsep value for money berpengaruh positif terhadap akuntabilitas
publik di Kota Padang
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Akuntabilitas
Publik di Kota Padang
Halim (2004) menyatakan guna mendukung akuntabilitas diperlukan adanya
sistem pengendalian internal dan eksternal yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Dengan terwujudnya sistem pengendalian internal pada lingkungan pemerintah, maka
good governance Pemerintah daerah akan tercapai yang ditandai dengan terwujudnya
visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah.
Semakin baik sistem pengendalian internal yang diterapkan di suatu instansi
pemerintahan maka akan membentuk laporan keuangan yang transparan, akuntabel,
serta terpercaya. Sebab di dalam sistem pengendalian internal yang baik, mengklaim
keandalan laporan keuangan beserta data keuangannya, memfasilitasi efisiensi, dan
efektivitas di operasi-operasi pemerintah serta akuntabilitas.
Dengan demikian, diharapkan dengan adanya sistem pengendalian yang baik
akan mewujudkan akuntabilitas publik yang diharapkan oleh warga. Di dalam
penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Agiet Setiawan Rahim (2020), semakin
efektifnya sistem pengendalian internal maka akuntabilitas publik akan simpel
dilakukan oleh pemerintah sabagai bagian dalam tata kelola pemerintahan yang baik.
H2: Sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh positif terhadap
akuntabilitas publik di Kota Padang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini penelitian eksplanatori, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengungkapkan korelasi antara variabel-variabel yang mempengaruhi hipotesis
penelitian (Sugiyono:2012). Penelitian ini berlokasi di seluruh Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) Kota Padang yang berjumlah 43 OPD. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah total sampling. Menurut Arikunto (2006), bila jumlah
subjeknya kurang daripada 100, maka lebih baik diambil semuanya sebagai akibatnya
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa data kuantitatif dalam berupa tanggapan tertulis dari kuisioner yang
telah diberikan kepada responden Organisasi Perangkat Daerah Kota Padang. Sumber
informasi utama dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
Organisasi Perangkat Daerah Kota Padang, yang menggunakan daftar pertanyaan
sebagai kuesioner untuk mengumpulkan informasi dari hasil penelitian ini.
Variabel Penelitian
Variabel Dependent (Y)
Variabel dependent atau terikat di dalam penelitian ini adalah akuntabilitas publik
di Kota Padang.

Variabel Independent (X)


Variabel independent adalah variabel yang mengubah variabel terikat dan
memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap variabel dependent. Variabel
independent di dalam penelitian ini adalah konsep value for money (X1) dan sistem
pengendalian internal pemerintah (X2).

Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan lima
alternatif jawaban masing-masing diberi skor yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Kurang Setuju (KS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Pengujian Hipotesis
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik
turunnya) variabel dependen,apabila duavariabel atau lebih variabel independen sebagai faktor
predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Menurut Sugiono (2015) analisis ini
dilakukan jika variabel independennya minimal dua yang dimasukkan dalam model regresi.
Persamaan regresi linier berganda:

Ῠ = α+β1.X1+β2.X2+ҽ

Keterangan:
Ῠ = Akuntabilitas publik di Kota Padang
α = Konstanta
β1 β2 = Koefisien regresi
X1 = Konsep Value for Money
X2 = Sistem Pengendalian InternalPemerintah
Ҽ = error

Uji F
Uji model dapat dilakukan dengan mengamati hasil uji F dan koefisien
determinasi yang disesuaikan (R-squared adjustment). Uji F dilakukan dengan tujuan
untuk menguji secara simultan variabel independen yang dapat menjelaskan variabel
dependen dengan baik. Kriteria tes adalah sebagai berikut: F-hitung> tabel atau F-sign,
0,05 dan F-hitung <tabel atau F-sign 0,05 menunjukkan pola tanda dan dapat
digunakan untuk memprediksi secara simultan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. 95% atau (α) = 0,05 untuk mengkonfirmasi uji hipotesis (α) dengan
yakin.

Uji t (t-Test)
Uji statistik t pada dasarnya ditunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable
independen secara individual dalam menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali,
2011:64). Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (α = 5%), maka variable
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial, sehingga
hipotesis diterima. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka variabel bebas
tidak mempengaruhi variable terikat.

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Uji Determinasi Adjusted R Square yang disesuaikan untuk menentukan
keberadaan beberapa variabel independen digunakan dalam penelitian untuk melihat
seberapa kuat kemampuan model untuk menjelaskan varians variabel dependen. Jika
nilai faktor resolusi antara nol dan satu, nilai R2 mendekati 0, dan kemampuan variabel
independen untuk menggambarkan variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati 1
berarti variabel-variabel independen memberikan semua informasi dalam memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Demografi Responden
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil tabel, karakteristik responden laki-laki berjumlah 36 dengan
persentase 41,9% dan responden perempuan berjumlah 41 dengan persentase 47,7%.
hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan responden laki-laki. Sedangkan yang tidak menjawab
berjumlah 9 dengan persentase 10,4%.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan hasil tabel terlihat bahwa karakteristik pendidikan terakhir S1
berjumlah 49 dengan persentase 57,0%, responden berpendidikan terakhir S2
berjumlah 28 dengan persentase 32,6%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Padang dalam posisi baik,
bahkan data menunjukkan terdapat 28 responden yang pendidikan terakhirnya adalah
S2.

Tingkat Capaian Responden


Tingkat capaian responden variabel akuntabilitas public
Berdasarkan hasil tabel, terlihat bahwa tingkat capaian responden paling tinggi
ada pada pernyataan 1 yaitu Akuntabilitas kejujuran digunakan badan atau organisasi dalam
melaksanakan penyusunan anggaran untuk mencapai tujuan sebesar 91,4. Sedangkan untuk
tingkat capaian responden yang paling rendah berada pada pernyataan 7 dan 11 yaitu
87,21%.

Tingkat capaian responden variabel konsep value for money


Berdasarkan hasil tabel, terlihat bahwa tingkat capaian responden paling tinggi
ada pada pernyataan 11 yaitu Melakukan pengukuran retrosfektif terkait penilaian
kinerja masa lalu sebesar 91,86%. Sedangkan untuk tingkat capaian responden yang
paling rendah berada pada pernyataan 7 yaitu menghindari pekerjaan tanpa tujuan atau
tidak jelas tujuannya sebesar 79%.

Tingkat capaian responden variabel sistem pengendalian internal pemerintah


Berdasarkan hasil tabel, terlihat bahwa tingkat capaian responden paling tinggi
ada pada pernyataan 1 yaitu Setiap Bagian telah memiliki standar kompetensi untuk
setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam instansi sebesar
90,7%.Sedangkan untuk tingkat capaian responden yang paling rendah berada pada
pernyataan 3yaitu selalu mengambil tindakan yang tegas atas pelanggaran kebijakan,
prosedur, atau aturan perilaku sebesar 54,19% dan kurang baik.

Pengujian Hipotesis
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolonieritas
Tabel 1
Uji Multikolonieritas
Coefficients²
Model Tolerance VIF
(Constant)
Konsep Valuefor Money ,276 ,3619
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah ,276 ,3619

Berdasarkan Tabel 1, dapat di lihat bahwa nilai tolerance untuk Konsep Valuefor
Money (X1) dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X2) masing-masing
mendapatkan 0,276, dan 0,276 dan juga lebih besar dari 0,05. Untuk nilai
VarianceInflationFactor (VIF) untuk kedua variabel yaitu Konsep Valuefor Money
(X1) dengan nilai VIF 3,619 dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X2)
mendapatkan 3,619, kedua-duanya <10,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi tidak terdapat masalah multikolinieritas dan dapat digunakan dalam
penelitian ini.

Uji Normalitas
Tabel 2
Uji Normalitas
UnstandardizedResidual
N 86
Mean ,0000000
Normal Parametersᵃᵇ
Std. Deviation 2,55886248
Absolute ,093
MostExtremeDifferences Positive ,093
Negative -,068
TestStatistic ,093
Asymp. Sig. (2-tailed) ,066ͨ
Testdistributionis Normal

Berdasarkan tabel 2, hasil uji normalitas dari pengolahan SPSS berdasarkan One
SampleKolmogorov-SmirnovTest, adalah 0,066 lebih besar dari 0,050. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsᵃ
Unstandardized Standardized
coefficients coefficients
B Std. Error Beta T Sig
Model
(Constant) -2,410 3,060 -,788 ,433
KonsepValuefor Money
,118 ,109 ,222 ,285
(X1)
Sistem Pengendalian
-0,40 ,109 -,075 -,365 ,716
Internal Pemerintah (X2)
Dependentvariable: abs_res

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa variabel Konsep Valuefor Money


(X1) memiliki nilai signifikan 0,285, dan variabel Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (X2) memiliki nilai signifikan 0,716. Hal ini memberikan arti bahwa nilai
signifikan dari dua variabel tersebut (X1, X2) lebih besar daripada 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk model regresi yakni pengaruh Konsep Valuefor Money (X1)
dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X2) terhadap Akuntabilitas Publik di
Kota Padang (Y) tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dibuktikan dengan nilai
signifikan masing-masing variabel X lebih daripada 0,05.

Analisis Regresi Linear Berganda


Tabel 4
Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsᵃ
Unstandardized Standardized
Coefficients coefficients
B Std. Error Beta t Sig
Model
(Constant) 16,585 5,444 3,047 ,003
KonsepValuefor Money
,845 ,194 ,754 4,342 ,000
(X1)
Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah -2,83 ,195 -,252 -1,453 ,150
(X2)
Dependentvariable: Akuntabilitas Publik di Kota Padang

Berdasarkan Tabel 4, maka dapat dibentuk persamaan sebagai berikut:


Ῠ = α+β1.X1+β2.X2+ҽ
Ῠ = 16,585 + 0,845(X1) - 0.283(X2) + ҽ
Keterangan:
Y : Variabel Dependent (Akuntabilitas Publik di Kota Padang)
a : Konstanta
β1, β2: Koefisien Regresi
X1 : Variabel Independent (Konsep Valuefor Money)
X2 : Variabel Independent (Sistem Pengendalian Internal Pemerintah)
Terdapat hasil perhitungan menggunakan SPSS 25, nilai dari Konsep Value for Money
(X1) terhadap Akuntabilitas Publik di Kota Padang (Y) sebesar 0,845, dan nilai dari
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X2) terhadap Akuntabilitas Publik di Kota
Padang (Y) sebesar -0,283.

Tabel 5
Uji F
ANOVA*
Model Sum Df MeanSquare F Sig
ofSquares
Regression 248,334 2 124,167 18,517 ,000ᵇ
Residual 556,561 83 6,706
Total 804,895 85
Dependentvariable: Akuntabilitas Publik di Kota Padang

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat dengan tingkat signifikansi 5%, dan derajat
kebebasan df1= 2 dan df2 = 83 maka nilai F berdasarkan tabel F dengan probabilita
0.05 (2;83) = 3,107. Dalam perhitungan diperoleh Fhitung lebih besar dari FTabel,
yaitu 18,517 > 3,107 sehingga H0 ditolak. Sedangkan jika dilihat dari nilai sig hitung
adalah 0,000 yaitu < 0,05 maka keputusannya juga menolak H0. Sehingga dapat
disimpulan bahwa Konsep Value for Money (X1), Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (X2) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Akuntabilitas
Publik di Kota Padang.

Uji Koefisien Determinasi (R²)


Tabel 6
Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model Summary
Model R R-Square Adjusted R- Std.
Square ErroroftheEstimat
e
1 ,555ᵃ ,309 ,292 2,58951
Predictors: (Constant), Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X2), Konsep Valuefor
Money (X1)

Berdasarkan tabel 6, nilai adjusted (R²) adalah 0,292 yang menunjukkan bahwa
variabel bebas yaitu Konsep Valuefor Money (X1), dan Sistem pengendalian Internal
Pemerintah (X2) hanya mampu menjelaskan perubahan sebesar 29,2% atas variabel
Akuntabilitas Publik di Kota Padang .Sedangkan sebesar 70,8% perubahan diterangkan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Uji t
Tabel 7
Uji t
Hipotesis Signifikan Keterangan
H1: Penerapan Konsep Valuefor Money berpengaruh 0,000 diterima
positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Publik
di Kota Padang
H2: Sistem Pengendalian Internal Pemerintah 0,150 ditolak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Akuntabilitas Publik di Kota Padang

Pembahasan
Pengaruh penerapan konsep value for money terhadap akuntabilitas publik di
Kota Padang
Value for money adalah konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan di tiga elemen primer, yaitu ekonomi, efisiensi, serta efektivitas.
Pengukuran kinerjavalueformoney menyampaikan info yang bisa menghasilkan fungsi-
fungsi pengendalian dan mendorong tanggungjawab atasan pada saat melaksanakan
fungsi akuntabilitas. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka
didapatkan bahwa penerapan konsep valueformoneyberpengaruh positif dan signifikan
terhadap akuntabilitas publik di kota Padang memiliki nilai signifikan 0,000 dan nilai
ini lebih kecil dari 0,005 sehingga hipotesis dapat diterima.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fiktor A. Mahmud
(2013), Julius Saputra (2015), Felmi D. Lantowa (2018), dan Andi Ahmad Yani (2020)
yang mana hasilnya menyatakan bahwa valueformoneyberpengaruh positif dan
signifikan terhadap akuntabilitas publik. Dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep
valueformoneyyang baik dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan
pengelolaan serta pertanggungjawaban pengunaan anggaran dalam jalannya
pemerintahan dengan mengutamakan aspek ekonomis, efisiensi, efektivitas.
Hasil penelitian ini dan penelitian terdahulu menggambarkan bahwa penerapan
konsep value for money sangat mempengaruhi akuntabilitas publik dengan menekankan
kepada aspek ekonomis, efisiensi, efektivitas. Konsep value for money ini merupakan
hal yang penting dalam menjalankan pemerintahan karena bertujuan untuk menghargai
setiap penggunaan anggaran dan ketepatan program yang dilakukan guna menghindari
keborosan, kebocoran dana di organisasi pemerintahan.

Pengaruh penerapan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap


akuntabilitas publik di Kota Padang
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah merupakan proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka didapatkan bahwa sistem pengendalian
internal pemerintah memiliki nilai signifikan 0,150 yang mana lebih besar daripada
0,05 sehingga hipotesis sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh positif
dan signfikan terhadap akuntabilitas publik di kota Padang ditolak.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rita Martini,
Naufal Lianto, Sukmini Hartati, Zulkifli, Endah Widyastuti (2019), Mohammad Agiet
Setiawan Rahim (2020), yang mana hasil kedua penelitian ini menyatakan bahwa
sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
akuntabilitas publik. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sistem pengendalian
internal pemerintah di OPD Kota Padang belum dilakukan secara baik dan maksimal.
Hal ini tentunya menjadi “warning” buat pemerintahan Kota Padang karena
tentunya dapat merugikan Kota Padang sendiri dan memberikan celah bagi oknum
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak diinginkan seperti korupsi, kolusi,
nepotisme. Semakin tinggi penerapan sistem pengendalian intern maka akan membuat
akuntabilitas publik semakin baik. Penerapan pengendalian yang memadai akan
memberikan keyakinan atas kualitas laporan keuangan yang telah dibuat, sehingga
instansi akan mampu memberikan informasi dan akan mengkomunikasikan kepada
publik sebagai bentuk pertanggungjawaban. Adanya pengendalian intern dapat
diketahui apakah suatu instansi telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan
fungsinya secara efektif dan efisien serta sesuai dengan rencana dan kebijakan yang
berlaku. Sehingga dapat mendorong terwujudnya akuntabilitas.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


Kesimpulan
Penerapan Konsep value for Money (X1) secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Akuntabilitas Publik (Y) OPD di Kota Padang. Hal ini
menggambarkan bahwa konsep Value for Money memiliki kontribusi dalam
peningkatan akuntabilitas OPD di Kota Padang dengan memperhatikan aspek
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.
Sedangkan, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X2) secara parsial
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Akuntabilitas Publik (Y) OPD di
Kota Padang. Hal ini menggambarkan bahwa Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
belum memiliki kontribusi yang maksimal dalam peningkatan akuntabilitas OPD di
Kota Padang. Dan didukung dengan hasil dari jawaban responden terhadap kuesioner
yang disebar, yang mana tingkat capaian responden yang paling rendah berada pada
pernyataan 3 yaitu “selalu mengambil tindakan yang tegas atas pelanggaran kebijakan,
prosedur, atau aturan perilaku” sebesar 54,19% dan kurang baik.

Keterbatasan
Peneliti telah mencoba merancang dan mengembangkan penelitian dengan cara
tersebut, namun penelitian ini masih memiliki keterbatasan, seperti: tidak menggunakan
instrumen dengan item positif negatif untuk menguji keseriusan responden sehingga
menyebabkan variable tidak terukur secara sempurna, sehingga berpotensi bias karena
tidak mengantisipasi kemungkinan ketidakseriusan responden dalam mengisi
kuesioner, dan jarak waktu pengembalian kuesioner dari responden di OPD Kota
Padang yang terbilang cukup lama.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di dalam penelitian ini, maka
peneliti memberikan saran seabagi berikut: menambahkan item pernyataan positif
negative untuk menguji keseriusan responden dalam menjawab kuesioner;
menyediakan 1 pernyataan mengenai waktu yang diperlukan responden untuk
menjawab kuesioner; mengembangkan item pernyataan yang digunakan di dalam
kuesioner; untuk Organisasi Perangkat Daerah Kota Padang, diharapkan dapat
memaksimalkan penerapan konsep Valuefor Money di dalam penyusunan serta
penggunaan anggaran dengan menekankan kepada 3 aspek yaitu ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas; organisasi Perangkat Daerah Kota Padang diharapkan dapat terus
menyermpurnakan sistem pengendalian internal pemerintah yang benar-benar memadai
sehingga pembagian kerja dapat menjadi efesien dan efektif serta segala bentuk fraud
dapat di hindari.

DAFTAR PUSTAKA
“Ombudsman Sorot Pelayanan Publik di Sumbar”.
http://news.klikpositif.com/baca/13628/ombudsman-sorot-pelayanan-publik-
di-sumbar. diakses pada 01 Mei 2022 pukul 11.06
“Ombudsman: Pelayanan Publik Di 18 Kelurahan di Padang
Bermasalah”.https://www.infosumbar.net/berita/berita-sumbar/ombudsman-
pelayanan-publik-di-18-kelurahan-di-padang-bermasalah/. Diakses pada 01
juni 2022 pukul 21.19 WIB.
Ardila Isna, Ayu Anindya Putri. 2015. “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan
Valuefor Money Pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi”. Jilid 15. Medan:
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Bastian, Indra. 2010. “Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar”. Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga
Donaldson, L., & Davis, J, H. 1991. “StewardshipTheoryorAgencyTheory: CEO
GovernanceandShareholderReturns”. AustralianJournalofManagement. 16 (1),
49-64.
Dwiyanto, Agus. 2012. “Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia (Jilid 2)”.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Ghozali, Imam. 2016. “Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program (IBM. SPSS).
Edisi 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2018. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2004. “Akuntansi Sektor Publik”. Jakarta: Salemba Empat
Indonesia. 2008. “Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern”. Jakarta.
Indonesia. 2018. “Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2018 tentang Pengingkatan Kualitas Layanan Administrasi
Kependudukan”. Jakarta.
Julius, S. 2015. “Pengaruh Value For Money Ekonomis ,Efisiensi Dan Efektivitas
Terhadap Akuntabilitas Publik Stadi Kasus Pada Badan Pemerintah Daerah
Kota Palembang”. Skripsi. Palembang: Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Lantowa D. Felmi. 2018. “Pengaruh Penerapan Dimensi Value For Money Terhadap
Akuntabilitas Publik (Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bone
Bolango)”. Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.

Mardiasmo, 2006. “Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui


Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana GoodGovernance”. Jurnal Akuntansi
Pemerintahan, 2: 1 (1-7).
Mahmud A. Fiktor. 2013. “Pengaruh Value For Money Terhadap Akuntabilitas Publik
(Studi pada kantor DPPKAD Kabupaten Gorontalo)”. Skripsi. Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo.
Mahmudi, 2015. “Manajemen Kinerja Sektor Publik”. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen.
Setiana dan Yuliani. 2017. “Pengaruh Pemahaman dan Perangkat Desa Terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa”. Jurnal. Jawa Timur: Universitas
Muhammadiyah.
Sugiyono. 2015. “Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Yani Ahmad A., 2020. “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual, Konsep Valuefor Money, dan Sistem Pengendalian Internal
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah di Era Digital (di Badan
Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Provinsi Sulawesi Selatan)”. Skripsi.
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Anda mungkin juga menyukai