Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era reformasi dan desentralisasi sekarang ini, good governance merupakan


prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai
tujuan serta cita-cita bangsa. Khususnya yang menganut prinsip transparansi dan
akuntabilitas keuangan pemerintahan baik pusat maupun daerah. Sejak diberlakukannya
otonomi daerah secara efektif, banyak perubahan yang terjadi pada negara Indonesia yang
menjadi sorotan yaitu bersifat signifikan dan fundamental. Hal ini tertuang sebagaimana yang
dijelaskan dalam UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Selanjutnya
implementasi otonomi daerah ini mendapat sambutan dengan adanya pengesahan UU No.
32/2004 tentang Pemerintahan Daerah UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah (I Desak Nyoman Tri Wandari, 2015).

Menurut Mardiasmo (2012), anggaran kinerja pada dasarnya adalah sistem


penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.
Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti
berorientasi pada kepentingan publik. Pengelolaan anggaran yang baik merupakan prinsip
Value for Money dan mutlak dilakukan. Menurut Mardiasmo (2009:4) merupakan konsep
pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input
denganinput value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi: pencapaian otput yang
maksimum dengan inputtertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai
output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan
standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan
perbandingan out come dengan output.

1
Pemerintah daerah perlu melakukan pengelolaan dana publik yang didasarkan pada
konsep dasar Performance budgeting system (anggaran kinerja) dengan cara dikembangkan
sistem anggaran APBD yang berbasis kinerja anggaran berkonsep value for money. Artinya
penyusunan, pembahasan, penetapan sampai pengawasan pelaksanaan anggaran tidak cukup
dengan hanya melihat besar kecilnya anggaran yang merupakan masukan, tapi juga harus
memperhatikan kinerja anggaran tersebut yang meliputi capaian kinerja, keluaran, hasil dan
manfaat serta tepat tidaknya kelompok sasaran kegiatan yang dibiayai anggaran (I
desak,2015).

Tujuan pengukuran kinerja dengan konsep value for money yaitu untuk mengukur
tingkat keekonomisan dalam alokasi sumber daya, efisiensi dalam penggunaan sumber daya
dengan hasil yang optimal serta efektivitas dalam penggunaan sumber daya. Dalam
pencapaian tujuan organisasi selain value for money ada juga akuntabilitas. Kemudian
akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh seseorang atau suatu
lembaga atas segala tindakan yang ditunjukan kepada yang memberi wewenang.
Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjwabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Wanda
Fernandes,2015).

Good governance akan terwujud jika anggaran dapat dikelola dengan sebaik
mungkin. Penerapan good governance tidak terlepas dari adanya prinsip akuntabilitas. Secara
umum, dalam setiap pengelolaan anggaran selalu dikaitkan dengan akuntabilitas publik. Pada
pengelolaan anggaran perlu adanya akuntabilitas, dimana semakin menguatnya tuntutan
pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik baik di pusat maupun di
daerah, selain itu tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan
transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak
publik dalam halnya pengelolaan anggaran (Edy Sujana,2015). Perbaikan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah juga berdampak luas pada bidang ekonomi
dan politik (Agus Dwiyanto,2002).

2
Pengawasan terhadap anggaran diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan
yang telah disusun dapat berjalan secara efisien, efektif, dan ekonomis. Menurut Mardiasmo
(2002:126) kinerja anggaran daerah pada dasarnya melibatkan tiga elemen penting yang
saling terkait dan terintegrasi. Ketiga elemen tersebut adalah (1) Masyarakat, (2) DPRD, (3)
Pemerintah Daerah. Menurut Mardiasmo (2002:213), Pengawasan mengacu pada tindakan
atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPRD) untuk
mengawasi kinerja pemerintah. Pengawasan terhadap anggaran diperlukan untuk mengetahui
apakah perencanaan yang telah disusun berjalan secara efisien, efektif, dan ekonomis (Rezky
M. Anugriani:2014)

Suci Junia Putri (2015) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Akuntabilitas,


Transparansi dan Pengawasan terhadap Anggaran Kinerja Berkonsep Value For Money pada
Instansi Pemerintah Kota Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntanbilitas,
transparansi dan pengawasan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap anggaran
kinerja berkonsep value for money pada instansi pemerintah Kota Pekanbaru. Sedangkan
secara parsial, akuntabilitas, transparasi dan pengawasan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap anggaran kinerja berkonsep value for money pada instansi pemerintah Kota
Pekanbaru.

Suparno (2012) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Akuntabilitas Keuangan


Daerah, Value For Money, Kejujuran, Transparansi Dan Pengawasan Terhadap Pengelolaan
Keuangan Daerah (Studi Kajian Pada Pemerintah Kota Dumai)”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akuntabilitas keuangan daerah, value for money, kejujuran,
transparansi, dan pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah
dan secara parsial pengawasan berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan
daerah, tetapi akuntabilitas keuangan daerah , value for money, kejujuran dan transparansi
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan daerah.

I Desak Nyoman Tri Wandari (2015), “Pengaruh Akuntabilitas, Tranparansi,


Ketepatan Waktu Dan Pengawasan Internal Terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value
For Money Pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran
berkonsep value for money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng, (2) transparansi

3
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money
pada Instansi Pemerintah Kabupaten Buleleng, (3) ketepatan waktu berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money pada Instansi Pemerintah di
Kabupaten Buleleng, dan (4) pengawasan internal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten
Buleleng, (5) akuntanbilitas, transparansi, ketepatan waktu, dan pengawasan internal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money.

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan Suci Junia Putri (2015).
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada objek penelitian.
Penelitian ini dilakukan di instansi pemerintah Kabupaten Bengkalis sedangkan penelitian
sebelumnya dilakukan di Kota Pekanbaru yang merupakan organisai sector publik. Pada
Kota Pekanbaru Fenomena yang terjadi yaitu hasil pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan RI ( BPK RI) kembali memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Opini ini sama dengan opini yang diberikan BPK RI atas LKPD Kota Pekanbaru pada tahun-
tahun sebelumnya (www.pekanbaru.bpk.go.id)

Beberapa alasan mengapa Kabupaten Bengkalis menarik untuk diteliti karena terjadi
penurunan kualitas akuntabilitas. Laporan Keuangan Pemerintah berdasarkan opini yang
diberikan oleh BPK yang terjadi pada tahun 2014, BPK menemukan adanya kelemahan
sistem pengendalian intern dalam penyusunan laporan keuangan, yaitu: (1) Pengelolaan
Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Bengkalis belum tertib; (2) Terdapat 152 bidang tanah
tidak didukung dengan Bukti Kepemilikan; (3) Aset Lain-lain pada 6 (Enam) SKPD tidak
menggambarkan kondisi yang sebenarnya; dan (4) Terdapat kesalahan penganggaran pada
delapan SKPD.

BPK juga menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-


undangan dalam pengelolaan keuangan negara, yaitu: (1) Kekurangan volume pekerjaan
urukan tanah boxit pada paket pekerjaan pembangunan pengembangan Fasilitas Darat
Pelabuhan Pelabuhan Roro Air Putih; (2) Kekurangan volume pada 13 paket pekerjaan
peningkatan jalan pada Dinas Pekerjaan Umum; (3) Kekurangan bobot pekerjaan pada dua

4
Pekerjaan Pembangunan Gedung di Dinas Pendidikan;dan (4) Biaya Perjalanan Dinas Luar
Daerah tidak sesuai ketentuan (www.pekanbaru.bpk,go.id).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengangkat judul ”Pengaruh


Akuntansi, Transparansi dan Pengawasan terhadap Anggaran Kinerja Berkonsep Value For
Money pada Instansi Pemerintah Kabupaten Bengkalis”

B. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti yaitu:

Bagaimana Pengaruh Akuntansi, Transparansi dan Pengawasan terhadap Anggaran Kinerja


Berkonsep Value For Money pada Instansi Pemerintah Kabupaten Bengkalis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitin yaitu:

Untuk mengetahui Pengaruh Akuntansi, Transparansi dan Pengawasan terhadap


Anggaran Kinerja Berkonsep Value For Money pada Instansi Pemerintah Kabupaten
Bengkalis?

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pemerintah Kabupaten Bengkalis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukkan dan informasi
mengenai pengaruh akuntabilitasi, transsparansi, dan pengawasan dalam pengelolaan
anggaran pemerintah Kabupaten Bengkalis

2. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti di dalam akuntansi sector publik,
terutama mengenai pengaruh akuntabilitas, transparasi, dan pengawasan dalam
pengelolaan anggaran

5
3. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti ini menjadi referensi dan dapat digunakan sebagai
dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan akuntabilitas, transparasi, dan
pengawasan dalam pengelolaan anggaran.

6
BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Telaah Pustaka
1. Good Corporate Governance
Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan
sektor publik adalah menciptakan good government governance, World Bank
mendefinisikan good government governance sebagai penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi
dan pasar efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi, dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun adminisitratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan
legal dengan kerangka politik (politic framework) bagi tumbuhnya aktivitas usaha
(Mardiasmo, 2009 : 17).
Good corporate governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang baik
atau penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup ruang lingkup yang luas, termasuk
bidang politik, ekonomi, dan sosial mulai dari proses perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan hingga pelaksanaan dan pengawasan. Kemudian, Political
governance mengacu pada proses pembuatan kebijakan. Sedangkan, Economic
governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi guna
meningkatkan kesejahteraan, pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan
kualitas hidup. Dan, administratif governance berarti bahwa penyelenggaraan setiap
bidang dan tahapan pemerintahan harus dilakukan dengan bersih, efisien, dan efektif
(Cindy Arifani, 2018).

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik
pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah,lembaga legislatif parlemen dan lembaga
yudikatif kehakiman) yang mepunyai beberapa arti antara lain,hal ini sering digunakan secara
sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipetanggungjawabkan,kemampuan
memberikan jawaban, yang dalar dipersalahkan dan yang mempunyai ketidakbebasan

7
termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat menerangkannya
salah satu aspek dari administrasi publik atau pemerintahan (Cindy Arifani, 2018).
Dalam bidang ilmu Akuntansi, akuntabilitas diartikan sebagai pertanggungjelasan. Suatu
organisasi dikatakan akuntabel jika memiliki kemampuan untuk menjelaskan kondisi yang
dialami dan berbagai aktivitas yang dilakukan. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak
pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2002:20).

Akuntabilitas juga dibedakan menjadi beberapa macam atau tipe, Jabra & Dwidevi
sebagaimana dijelaskan oleh Sadu Wasistiono (2007:50) mengemukakan ada lima perspektif
akuntabilitas, yaitu :

a. Akuntabilitas Administratif/organisasi Pertanggungjawaban antara pejabat yang


berwenang dengan unit bawahannya dalam hubungan hierarki yang jelas.
b. Akuntabilitas Legal Akuntabilitas jenis ini merujuk pada dominan publik
dikaitkan dengan proses legislatif dan yudikatif. Bentuknya dapat berupa
peninjauan kembali kebijakan yang telah diambil oleh pejabat publik maupun
pembatalan suatu peraturan oleh institusi yudikatif. Ukuran akuntabilitas legal
adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Akuntabilitas Politik Dalam tipe ini terkait dengan adanya kewenangan pemegang
kekuasaan politik untuk mengatur, menetapkan prioritas dan pendistribusian
sumber- 19 sumber dan menjamin adanya kepatuhan melaksanakan tanggugjawab
administrasi dan legal. Akuntabilitas ini memusatkan pada tekanan demokratik
yang dinyatakan oleh administrasi publik.
d. Akuntabilitas Profesional Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan kinerja dan
tindakan berdasarkan tolak ukur yang ditetapkan oleh orang profesi yang sejenis.
Akuntabilitas ini lebih menekankan pada aspek kualitas kinerja dan tindakan.
e. Akuntabilitas Moral Akuntabilitas ini berkaitan dengan tata nilai yang berlaku di
kalangan masyarakat. Hal ini lebh banyak berbicara tentang baik atau buruknya

8
suatu kinerja atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang/badan
hukum/pimpinana kolektif berdasarkan ukuran tata nilai yang berlaku setempat.
3. Transparasi
Selain akuntabilitas publik yang ada dalam penyusunan anggaran adalah
transparansi anggaran juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan. Transparansi
merupakan salah satu prinsip dari Good corporate governance. Perwujudan
kepemerintahan yang baik (good corporate governance) yang sasaran pokoknya adalah
terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang profesional,berkepastian
hukum,transparan,akuntabel, memiliki kredibilitas,bersih dan bebas KKN,peka dan
tanggap terhadap segenap kepentingan dan aspirasi yang didasari etika,semangat
pelayanan,dan pertanggungjawaban publik dan integritas pengabdian dalam mengemban
misi perjuangan bangsa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara
(Muspadidjaja,2003 :261).
Menurut Meutiah (2008) Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi
pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai
setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan
informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan
kebijakan dibuat berdasarkan pada referensi publik. Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu:

1. Komunikasi publik

2. Hak masyarakat terhadap akses informasi

Menurut Sopanah dan Mardiasmo (2003:77) Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif
dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut:

1. Terdapat pengumuman kebijakan anggaran,

2. Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses,

3. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu,

4. Terakomodasinya suara/usulan rakyat,

5. Terdapat sistem pemberian informasi kepada pubik.

9
Menurut pendapat dari Sulistoni (2003:66), transparansi merupakan prasyaratan untuk
terjadinya partisipasi masyarakat yang semakin sehat karena:

A. Tanpa informasi yang memadai tentang penganggaran, masyarakat tidak punya


kesempatan untuk mengetahui, menganalisis, dan mempengaruhi kebijakan,

B. Transparansi memberi kesempatan aktor diluar eksekutif untuk mempengaruhi


kebijakan dan alokasi anggaran dengan memberi perspektif berbeda dan kreatif dalam
debat anggaran,

C. Melalui informasi, legislatif dan masyarakat dapat melakukan monitoring terhadap


keputusan dan kinerja pemerintah. Tanpa kebebasan informasi fungsi pengawasan tidak
akan efektif,

D. Berdasarkan teori yang ada menunjukkan bahwa semakin transparan sebuah kebijakan
publik maka pengawasan yang dilakukan oleh dewan akan semakin meningkat karena
masyarakat juga terlibat dalam mengawasi kebijakan publik tersebut.

4. Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang dapat diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Tujuan pengawasan pada dasarnya adalah untuk
mengamati apa yang sesungguhnya terjadi serta membandingkannya dengan apa yang
seharusnya terjadi. Bila ternyata kemudian ditemukan adanya penyimpangan atau
hambatan, maka penyimpangan atau hambatan itu diharapkan dapat segera dikenali agar
dapat segera diambil tindakan koreksi. Melalui tindakan koreksi ini, maka pelaksanaan
kegiatan yang bersangkutan diharapkan masih dapat tercapai secara maksimal
(Pratuvaliandry, 2004:19).
Keberhasilan otonomi daerah didukung tiga aspek penting didalamnya yaitu
pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan (Mardiasmo. 2002:213). Ketiga aspek
tersebut pada dasarnya berbeda baik secara konsep maupun aplikasinya. Pengawasan
pada dasarnya mengacu kepada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar
eksekutif yaitu masyarakat dan DPRD dalam mengawasi kinerja Pemerintahan.
Pengendalian atau control yaitu mekanisme yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam

10
menjamin terlaksananya sistem dan kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi. Upaya
pengendalian ini sama dengan pemeriksaan (audit) yang merupakan kegiatan pihak
tertentu secara independen dan memiliki kompetensi profesional dalam memeriksa hasil
kinerja pemerintah.
Menurut Sujamto (1996 : 19) Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan
untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas
dan kegiatan apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak. Dari pengertian di atas,
pengawasan mempunyai kewenangan yang lebih “forcefull” terhadap objek yang
dikendalikan, atau objek yang diawasi. Dalam pengendalian kewenangan untuk
mengadakan tindakan konkrit itu sudah terkandung di dalamnya, sedangkan dalam
pengertian pengawasan tindakan korektif merupakan proses kelanjutan.
Soewarno Handayaningrat mengemukakkan terdapat empat jenis pengawasan
antara lain:
1. Pengawasan dari dalam (internal control)
Pengawasan dari dalam berarti pengawasan yang di lakukan oleh aparat/unit
penngawasan yang di bentuk dalam organisasi itu sendiri. Aparat/unit ini bertugas
mengumpulkan segala data dan informasi yang digunakan untuk menilai
kebijaksanaan pimpinan. Pimpinan dapat melakukan tindakan-tindakan korektif
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh bawahannya.
2. Pengawasan dari luar (ekstern Control)

Pengawasan dari luar yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat/ unit pengawasan
dari luar organisasi yang bertindak atas nama atasan dari pimpinan organisasi.

3. Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya
kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.
4. Pengawasan Represif
Pengawasan Represif adalah pengawasan yang dilakukan apabila dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan terdapat penyimpanganpenyimpangan dari rencana yang telah di

11
tetapkan. Pengawasan ini di laukuan untuk memperbaiki kesalahankesalahan yang terjadi
agar kesalahan itu tidak diulang. Handayaningrat (1988:144).
5. Anggaran Kinerja
Anggaran merupakan rencana keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran
yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan dapat membiayai dalam periode
waktu tertentu (Bastian, 2006:164). Anggaran 4 berbasis kinerja (performance based
budgeting) merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan
berkaitan erat dengan visi, misi, dan rencana strategis organisasi (Bastian, 2006 : 171).
Prinsip anggaran berbasis kinerja adalah menghubungkan anggaran yang berasal dari
negara dengan hasil yang diinginkan sehingga setiap anggaran yang dikeluarkan dapat di
pertanggung jawabkan kemanfaatannya (Sancoko, 2008).
Sebagai petunjuk teknis dan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005, pemerintah menerbitkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang. Pengelolaan
Keuangan Daerah Menurut Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pengertian anggaran
berbasis kinerja adalah :
1. Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output
dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
2. Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja, anggaran dipandang sebagai alat untuk
mencapai tujuan.
3. Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efektivitas
anggaran.
Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem yang mencakup kegiatan
penyusunan program dan tolok ukur atau indikator kinerja sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan dan sasaran program yang telah di rencanakan dan merupakan sistem
penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil
atau kinerja. Kinerja tersebut mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik,
yang berarti juga berorientasi pada kepentingan publik (Mardiasmo, 2002:105). Lebih
lanjut anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial sedangkan
penganggaran adalah proses atau metode untuk mepersiapkan suatu anggaran
(Mardiasmo, 2002:61).

12
Menurut Mardiasmo (2009:63), Anggaran berbasis kinerja memiliki manfaat bagi
pemerintahan, yaitu : (1) anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, (2) anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada
terbatas. Anggaran 5 diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya
(scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade offs, (3) anggaran diperlukan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap masyarakat.
Penganggaran berbasis kinerja dirancang untuk menciptakan efisiensi, efektivitas
dan akuntabilitas dalam pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output dan
outcome yang jelas sesuai dengan prioritas nasional sehingga semua anggaran yang
dikeluarkan dapat dipertangung jawabkan secara transparan. Penerapan penganggaran
berdasarkan kinerja dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan memperkuat
dampak dari peningkatan pelayanan kepada publik. Untuk mendukung sistem
penganggaran berbasis kinerja maka diperlukan suatu alat ukur kinerja yang jelas dan
transparan berupa indikator kinerja, selain itu juga diperlukan sasaran yang jelas agar
kinerja dapat diukur sehingga dapat dinilai efisiensi dan efektifitas dari pekerjaan yang
dilaksanakan serta dana yang telah dikeluarkan untuk mencapai kinerja yang telah
ditetapkan (Lilik Singgih Nugroho, 2016)
6. Konsep Value For Money
Organisasi sektor publik sering dinilai sebagai sarana inefisiensi, pemborosan,
sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi sehingga adanya tuntutan baru
agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam
menjalankanaktivitasnya (Sayuti, 2018). Seiring perkembangan jaman organisasi sektor
publik khususnya dalam bagian keuangan telah melakukan reformasi untuk memenuhi
tuntutan perbaikan pengelolaan keuangan dengan konsep value for money yang
menekankan tentang pengelolaan organisasi sektor publik yang dilakukan secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
Menurut Mardiasmo (2009:4) value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomis,
efisiensi, dan efektivitas. Dimana pengertian masing-masing elemen sebagai berikut:

13
1. Ekonomi
Ekonomi merupakan perolehan pemasukan (input) dengan kualitas dan kuantitas
tertentu dengan harga terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara masukan
yang terjadi dengan nilai masukan yang seharusnya. Ekonomi terkait dengan sejauh
mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir sumber daya yang digunakan
dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
2. Efisiensi
Efisiensi merupakan pencapaian keluaran (output) yang maksimum dengan masukan
tertentu dengan penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan keluaran/masukan (output/input) yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
3. Efektivitas
Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektifitas merupakan perbandingan Outcame dengan
Output.

Menurut Mardiasmo (2002) indikator value for money dibagi menjadi dua bagian
yaitu:

1. Indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi) Indikator efisiensi


menggambarkanhubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi
(seperti staf, upah,biaya administrasi) dan keluaran yang dihasilkan.

2. Indikator kualitas pelayanan (efektivitas) 34 Indikator efektifitas menggambarkan


jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output)program dalam mencapai
tujuan program.

Indikator efektivitas biaya merupakan kombinasi informasi efisiensi dan


efektivitas dan dapat memberikan ukuran kinerja bottom line yang dalam sektor publik
diidentikkan dengan pelayanan publik (Liando, dkk 2014).

Tujuan pelaksanaan value for money adalah:

1. Ekonomi (hemat cermat dalam pengadaan dan alokasi sumber daya)

14
2. Efisiensi (berdaya guna dalam penggunaan sumber daya)

3. Efektivitas (berhasil guna dalam arti mencapai tujuan dan sasaran)

4. Equity (keadilan dalam mendapatkan pelayanan publik)

5. Equality (kesetaraan dalam penggunaan sumber daya). Implementasi konsep value for
money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas dan kinerja sektor publik.

Menurut Mardiasmo (2009), manfaat implementasi konsep value for money pada
organisasi sektor publik antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran.

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.

3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya efisiensi dan terjadinya


penghematan dalam penggunaan input.

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.

5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.

B. Penelitian Terdahulu
Peneliti-peneliti terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi
dalam penelitian ini terlihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel II.1
Daftar Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Anesa Pengaruh Penerapan Variabel Dependen: Standar akuntansi
Pramudita Standar Akuntansi Akuntabilitas pemerintahan dan
(2017) Pemerintahan, Value Pengelolaan sistem
For Money, dan Keuangan Daerah pengendalian
Sistem Pengendalian Variabel Independen: intern berpengaruh

15
Intern terhadap Standar Akuntansi terhadap
Akuntabilitas Pemerintahan, Value akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan For Money, dan pengelolaan
Daerah (Studi Empiris Sistem Pengendalian keuangan daerah.
pada Organisasi Intern Sedangkan value
Pemerintah Daerah for money tidak
Kabupaten Ponorogo) berpengaruh
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan
keuangan daerah.
2 Putu Riana Pengaruh Variabel Dependen: Baik secara parsial
Primayani, Pengendalian Internal, Akuntabilitas maupun simultan
Nyoman Value For Money, Pengelolaan Sistem
Trisna Penyajian Laporan Keuangan Variabel Pengendalian
Herawati,dan Keuangan Dan Independen: Internal, Value For
Nyoman Ari Aksesibilitas Laporan Pengendalian Money, Penyajian
Surya Keuangan Terhadap Internal, Value For Laporan Keuangan
Darmawan Akuntabilitas Money, Penyajian dan Aksesibilitas
(2014) Pengelolaan Keuangan Laporan Keuangan berpengaruh positif
(Studi Empiris Pada Dan Aksesibilitas signifikan terhadap
Skpd Di Pemerintahan Laporan Keuangan Akuntabilitas
Daerah Kabupaten Pengelolaan
Klungkung) Keuangan Daerah.
3 I Desak Pengaruh Variabel Independen Hasil Penelitian
Nyoman Tri Akuntabilitas, (x) adalah menunjukkan
Wandari Transparasi, Akuntabilitas, bahwa
(2015) Ketepatan Waktu dan Transparasi, Akuntabilitas,
Pengawasan Internal Ketepatan Waktu dan Transparasi,
Terhadap Kinerja Pengawasan Internal Ketepatan Waktu
Anggaran Berkonsep Variabel Dependen dan Pengawasan

16
Value For money Pada (y) Kinerja Anggaran Internal
Instansi Pemerintah di Berkonsep Value For berpengaruh
Kabupaten Buleleng money signifikan terhadap
Kinerja anggaran
berkonsep Value
for Money.
4 Suci Junia Pengaruh Variabel Independen Hasil penelitian
Putri (2015) Akuntabilitas, (x) adalah menunjukkan
Transparansi dan Akuntabilitas, bahwa
Pengawasan terhadap Transparansi dan akuntanbilitas,
Anggaran Kinerja Pengawasan transparansi
Berkonsep Value For Variabel Dependen dan
Money pada Instansi (y) adalah Anggaran pengawasan
Pemerintah Kota Kinerja Berkonsep secara simultan
Pekanbaru Value For Money berpengaruh
signifikan
terhadap
anggaran
kinerja
berkonsep
value for
money pada
instansi
pemerintah
Kota
Pekanbaru.
Sedangkan
secara parsial,
akuntabilitas,
transparasi dan
pengawasan

17
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
anggaran
kinerja
berkonsep
value for
money pada
instansi
pemerintah
Kota
Pekanbaru.

5 Suparno Pengaruh Variabel Independen Hasil penelitian


(2012) Akuntabilitas (x) adalah menunjukkan
Keuangan Daerah, Akuntabilitas bahwa
Value For Money, Keuangan Daerah, akuntabilitas
Kejujuran, Value For Money, keuangan
Transparansi Dan Kejujuran, daerah, value
Pengawasan Terhadap Transparansi Dan for money,
Pengelolaan Pengawasan kejujuran,
Keuangan Daerah Variabel Dependen transparansi,
(Studi Kajian Pada (y) adalah dan
Pemerintah Kota Pengelolaan pengawasan
Dumai) Keuangan Daerah berpengaruh
signifikan
terhadap
pengelolaan
keuangan
daerah dan

18
secara parsial
pengawasan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengelolaan
keuangan
daerah, tetapi
akuntabilitas
keuangan
daerah , value
for money,
kejujuran dan
transparansi
secara parsial
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengelolaan
keuangan
daerah.

19
C. Kerangka pemikiran dan Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel independen yaitu Akuntabilitas (X1),
Transparansi (X2), dan Pengawasan (X3) dan 1 variabel dependen yaitu Anggaran
Kinerja Berkonsep Value For Money, maka dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

AKUNTABILITAS
H1
(X1)

H2
TRANSPARASI
ANGGARAN KINERJA
(X2) BERKONSEP VALUE
FOR MONEY (Y)
H3

Pengawasan
Dalam
(X3)

Uraian diatas, dapat dibangun Hipotesis sebagai berikut:

H1 : Akuntabilitas berpengaruh terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for money


H2 : Transparansi berpengaruh terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for money
H3 : Pengawasan berpengaruh terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for money

20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi/Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah SKPD Kabupaten Bengkalis. Masalah
yang di teliti adalah “ Pengaruh Akuntabilitas, Transparasi dan Pengawasan terhadap Anggaran
Kinerja Berkonsep Value for Money pada Instansi Pemerintah Kabupaten Bengkalis”

B. Operasional dan Variabel Independen

1. Variabel Dependen (Y)

a. Anggaran Kinerja

Variable dependen dalam penelitian ini adalah variabel (Y) adalah Kinerja Anggaran
Berbasis Value For Money. Kinerja adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai hasil
yang diharapkan. Anggaran merupakn suatu rencana keuangan yang meliputi pendapatan dan
pengeluaran yang digunakan untuk mengestimasi kinerja dimasa yang akan dating selam satu
tahun. Value for money merupakan konsep pengelolaan yang digunakan pada sector publik yang
memiliki tiga elemen yaitu ekonomis,efisien dan efektivitas. Variabel ini menjelaskan anggaran
sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang digunakan sebagai alat pengendalian, agar fungsi
perencanaan dan pengendalian berjalan dengan baik, maka pencatatan atas penerimaan dan
pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis, serta menggunakan konsep value for
money.

Pengukuran variabel ini menggunakan instrument kuisoner dari Penelitian Suci Junia Putri
(2015), dengan model skala Likert 5 poin dimana poin 1 (satu) menunjukkan sangat tidak setuju,
poin 2 (dua) menunjukkan tidak setuju, poin 3 (tiga) menunjukkan setral, poin 4 (empat)
menunjukkan setuju, poin 5 (lima) menunjukkan sangat setuju.

21
2. Variabel Independen (X)

a. Akuntabilitas (X1)

Akuntabilitas diukur dengan menggunakan 9 pernyataan yang mengacu pada Anugriani


(2013). Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam Akuntabilitas adalah Penyajian, Penilaian,
Pelaksanaan dan Pertimbangan

Pengukuran variabel ini menggunakan instrument kuisoner dari Penelitian Suci Junia Putri
(2015), dengan model skala Likert 5 poin dimana poin 1 (satu) menunjukkan sangat tidak setuju,
poin 2 (dua) menunjukkan tidak setuju, poin 3 (tiga) menunjukkan setral, poin 4 (empat)
menunjukkan setuju, poin 5 (lima) menunjukkan sangat setuju.

b. Transparansi (X2)

Transparansi mengandung arti keterbukaan. Transparansi menyediakan informasi keuangan


yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang
baik. Indikator tranparansi yaitu (1) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran, (2) Terdapat
sistem pemberian informasi kepada public, (3) Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses,
(4) Tersedia laporan pertangggung jawaban yang tepat waktu.

Pengukuran variabel ini menggunakan instrument kuisoner dari Penelitian Suci Junia Putri
(2015), dengan model skala Likert 5 poin dimana poin 1 (satu) menunjukkan sangat tidak setuju,
poin 2 (dua) menunjukkan tidak setuju, poin 3 (tiga) menunjukkan setral, poin 4 (empat)
menunjukkan setuju, poin 5 (lima) menunjukkan sangat setuju.

c. Pengawasan (X3)

Pengawasan adalah proses pemantauan kegiatan untuk menjaga bahwa suatu kegiatan
dilaksanakan terarah dan menuju kepada tercapainya tujuan yang telah direncanakan dengan
mengadakan penilaian, tindakan kooperatif terhadap kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau
kurang tepat dengan sasaran yang dituju. Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam
kegiatan pengawasan yaitu : (1) Monitoring penyusunan anggaran, (2) Monitoring Pelaksanaan
anggaran, dan (3) Review atas pelaporan pelaksanaan anggaran.

22
Pengukuran variabel ini menggunakan instrument kuisoner dari Penelitian Suci Junia Putri
(2015), dengan model skala Likert 5 poin dimana poin 1 (satu) menunjukkan sangat tidak setuju,
poin 2 (dua) menunjukkan tidak setuju, poin 3 (tiga) menunjukkan setral, poin 4 (empat)
menunjukkan setuju, poin 5 (lima) menunjukkan sangat setuju.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Instansi Pemerintah yang ada di Kabupaten
Bengkalis dengan jumlah 45 SKPD. Sampel yang digunakan adalah seluruh populasi (sensus).
Dalam penelitian ini yang menjadi responden penelitian adalah Kepala SKPD, kasubbag
keuangan dan bendahara.

Tabel III. 1 Responden Penelitian

No Nama SKPD Responden


(Orang)
1 Sekretariat Daerah 3
2 Sekretariat Dewan 3
3 Inspektorat 3
4 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 3
5 Badan Penanggulangan Bencana 3
6 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 3
7 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 3
8 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 3
9 Badan Pendapatan Daerah 3
10 Badan Penelitian dan Pengembangan 3
11 Badan Komunikasi, Informatika dan Statistik 3
12 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 3
13 Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 3
14 Dinas Lingkungan Hidup 3
15 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 3
16 Dinas Ketahanan Pangan 3

23
17 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu 3
18 Dinas Pendidikan 3
19 Dinas Kesehatan 3
20 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 3
21 Dinas Perhubungan 3
22 Dinas Sosial 3
23 Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah 3
24 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 3
25 Dinas Perumahan, Pemukiman dan Pertanahan 3
26 Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemukaan, dan Olahraga 3
27 Dinas Perdagangan dan Perindustrian 3
28 Dinas Perkebunan dan Kehutanan 3
29 Dinas Kelautan dan Perikanan 3
30 Dinas Pasar dan Kebersihan 3
31 Dinas Pertanian 3
32 Dinas Pemadam Kebakaran 3
33 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3
34 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 3
35 Rumah Sakit Umum Daerah Bengkalis 3
36 Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Mandau 3
37 Kecamatan Bengkalis 3
38 Kecamatan Bantan 3
39 Kecamatan Bukit Batu 3
40 Kecamatan Siak Kecil 3
41 Kecamatan Rupat 3
42 Kecamatan Rupat Utara 3
43 Kecamatan Mandau 3
44 Kecamatan Pinggir 3
45 Kelurahan Sungai Pakning 3
Sumber: Pemerintah Kabupaten Bengkalis

24
D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data kuantitatif, berupa nilai atau skor atas jawaban yang diberikan oleh responden terhadap
pertanyaan yang ada dalam kuesioner; dan

2. Data Kuantitatif, berupa informasi baik lisan maupun tulisan yang diperoleh melalui studi
pustaka, karangan ilmiah dan literature yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Adapun sumber data dalam penelitian ini meliputi:

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari langsung dari hasil penelitian
lapangan (Field Research) pada instansi pemerintah Kabupaten Bengkalis

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak atau sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data
dan keterangan-keterangan yang diperlakukan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data asli. Untuk
mengumpulkan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner, artinya dengan
membagikan daftar pertanyaan yang berhubungan variabel yang diteliti yaitu Akuntabilitas,
Transparansi, Pengawasan dan Value for Money. Kuesioner diberikan dengan mengantar
langsung dan dititipkan kepaa staf dikantor, dengan mengadakan perjanjian pengambilannya.
Kuesioner kemudian diambil setelah waktu yang dijanjikan tiba.

F. Teknik Analisis data

Analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan
sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian. Tujuan dari analisis data
adalah mendapatkan informasi relevan yang terkadang didalam data tersebut dan menggunakan
hasilnya untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penelitian ini, variabel independen yang
digunakan peneliti adalah akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan, sedangkan variabel

25
independen adalah anggaran kinerja berkonsep Value for Money. Jadi persamaan analisis regresi
linear berganda adalah sebagai berikut:

Model:

Y=a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y= Anggaran Kinerja Berkonsep Value for Money

a= Konstanta

b1…bn = Nilai Koefisen Regresi

X1 = Akuntabilitas

X2 = Transparansi

X3 = Pengawasan

e= Error (Faktor penganggu)

Metode analisis data yang dilakukan penelitian ini adalah :

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat dan kuat.
Validitas data penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis pearson correlation. Jika
korelasi antara masing-masing indikator variabel terhadap total konstruk variabel menunjukkan
nilai positif dan hasil yang signifikan, maka dinyatakan valid, dalam hal ini signifikan pada level
0,01 (2-tailed)(Ghozali, 2005).

b. Uji Reabilitas

Menurut (Ghozali, 2005) alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
dari variabel. Dikatakan realible atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil. Untuk melihat reabilitas masing-masing instrument yang digunakan,
peneliti menggunakan koefisien cronbach’s alpha. Suatu instrument dikatakan reliable jika nilai
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60.

26
2. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam


menerangkan variabel-variabel dependen (Ghozali, 2005). Semakin R2 mendekati satu maka
variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Sebaliknya nilai R2 semakin kecil maka kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

3. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian secara simultan (uji-F)

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan regreasi linear
berganda yaitu dengan uji F (Uji Simultan)

a. Menentukan formula hipotesis

Ho : b1 = 0 artinya, semua variabel bebas (X) secara simultan tidak mempengaruhi variabel
terikat (Y)

Ha : b1 > 0 artinya, semua variabel bebas (X) secara simultan mempengaruhi variabel terikat
(Y)

b. Pengujian secaea parsial (uji-t)

Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi-variabel dependen (Ghozali, 2005).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (a=5%). Penerimaan atau
penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikan t>0,05, maka hipotesis ditolak. Ini berarti bahwa secara parsial variabel
independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikan t≤0,05 maka hipotesis diterima. Ini berarti secara parsial variabel
independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadadap variabel dependen.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anugriani, Mulya. 2014. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan terhadap


Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Bone.
Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Wandari, Tri. 2015. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Ketepatan Waktu, dan Pengawasan
Internal terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money.Skripsi

Fitri, Junia. 2015. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan terhadap Kinerja
Anggaran Berkonsep Value for Money pada Instansi Pemerintah Kota Pekanbaru. Skripsi,
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau

Mardiasmo. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Fernandes, Wanda. 2015. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan terhadap


Kinerja Anggaran pada Pemerintahan Kabupaten Kampar.

Werimon, S., Ghozali, I., & Nazir, M. 2007. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi
Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) (Study Empiris Di Provinsi Papua). Thesis,
Universitas Diponegoro.

28

Anda mungkin juga menyukai