Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DINAH TASYANDA NUGRAHA ARIFIN

NPM : 20013010154
KELAS : ANGGARAN SEKTOR PUBLIK – B

PERFORMANCE BASED BUDGETING (PBB)


A. Konsep PBB
Anggaran berbasis kinerja atau performance based budgeting (PBB) merupakan
penyusunan anggaran yang didasarkan pada perencanaan kinerja yang terdiri atas program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta indikator kinerja yang ingin dicapai oleh suatu
entitas anggaran. Supyani & Umam (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
performance based budgeting (PBB) adalah sebuah perbaikan terhadap proses penggaran
tradisional yang masih terdapat beberapa kelemahan dalam pelaksanaan anggarannya,
seperti belum adanya tolok ukur kinerja yang baku dalam pelaksanaannya. Mereka juga
menambahkan bahwa konsep PBB merupakan konsep penganggaran yang berorientasi pada
output organisasi. Selaras dengan penjelasan tersebut, Yulia & Ningsih (2020) menyebutkan
bahwa tujuan PBB adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan keterkaitan antara pendanaan dengan kinerja yang akan dicapai;
2. Meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam penganggaran;
3. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan
pengelolaan anggaran.
B. Prinsip PBB
Prinsip PBB didasarkan pada konsep value of money yakni ekonomis, efisiensi dan
efektivitas, serta prinsip good corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban
para pengambil keputusan atas penggunaan uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan,
sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan.
1. Value of Money
Value of money digunakan untuk menilai apakah negara telah mendapatkan manfaat
maksimal dari belanja yang dilakukan serta pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki. Hidayat (dalam Dewi & Wiguna, 2019) melakukan analisis mengenai
pengukuran kinerja unit kerja pemerintah daerah dalam perspektif value of money.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menentukan kinerja ekonomi dapat
menggunakan pertimbangan anggaran (input) dengan realisasi anggaran. Kinerja
efisien dilihat dari jumlah realisasi output yang dihasilkan terhadap input. Sementara
itu, kinerja efektif dapat dilihat dari realisasi output dalam menjalankan tujuan
instansi agar mencapai program yang diharapkan.
2. Good Corporate Governance
Good governance dapat dipahami sebagai sebuah kondisi yang mempunyai delapan
karakteristrik yakni, partisipasi, rule of law, transparansi, responsiveness consensus
orientation, equity and inclusiveness, effectiveness and efficiency and
accountability. Penjelasan singkat dari prinsip-prinsip tersebut ialah sebagai berikut:

• Partisipasi: adanya partisipasi dari semua pihak


• Rule of law: semua aturan pelaksanaan harus mengacu pada undang-undang
• Transparency: adanya pelibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
keuangan
• Responsiveness: mampu menampung semua kebutuhan publik dalam waktu
yang masuk akal
• Consesus orientation: penganggaran harus mengakomodir segala kepentingan
yang ada pada masyarakat luas
• Equity and inclusiveness: semua keputusan dalam bidang keuangan dibuat demi
kepentingan semua golongan
• Effectiveness and efficiency: keputusan anggaran harus memilih hal-hal yang
benar untuk dibiayai oleh dana masyarakat
• Accountability: pelaksana anggaran harus dapat mengungkapkan bagaimana
dana masyarakat digunakan
C. Manfaat PBB
1. Memungkinkan pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk membiayai
kegiatan prioritas pemerintah sehingga tujuan pemerintah dapat tercapai dengan
efisien dan efektif
2. Bermanfaat untuk pelaksanaan kegiatan pemerintah yang transparan
3. Mengubah fokus pengeluran pemerintah keluar dari sistem line item menuju
pendanaan program pemerintah dengan tujuan khusus terkait dengan kebijakan
prioritas pemerintah
4. Organisasi pembuat kebijakan berada dalam posisi yang lebih baik
5. Kementrian tetap dapat lebih fokus kepada prioritas dalam mencapai tujuan
6. Memungkinkan peningkatan efisiensi administrasi
D. Tahapan Persiapan PBB
1. Menentukan visi dan misi, tujuan, sasaran, dan target
2. Menentukan indikator kinerja
3. Evaluasi dan pengambilan keputusan terhadap pemilihan dan prioritas program
4. Analisis standar biaya
5. Keuntungan penerapan anggaran berbasis kinerja
E. Indikator Kinerja dalam Penyusunan PBB
1. Masukan (input): segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan
dapatberjalan untuk menghasilkan keluaran
2. Keluaran (output): produk berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari
programsesuai dengan masukan yang digunakan
3. Hasil (outcome): segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan pada jangka menengah
F. Studi Kasus: Evaluasi Penerapan PBB pada Pemerintah Provinsi di
Indonesia

Dewi & Wiguna (2019) dalam jurnalnya melakukan penelitian terhadap perbedaan
kinerja keuangan sebelum dan sesudah penerapan anggaran berbasis kinerja pada
pemerintah provinsi di Indonesia. Evaluasi penerapan PBB tersebut menggunakan empat
rasio kinerja keuangan yakni rasio ekonomi, rasio efisiensi, rasio efektivitas, dan rasio
kemandirian daerah. Penelitian menggunakan sampel ringkasan realisasi APBD dan
ringkasan APBD pemerintah provinsi di Indonesia pada tahun 2002-2006 sebagai tahun
sebelum penerapan PBB dan pada tahun 2008-2012 sebagai tahun setelah penerapan PBB.
Hasil menunjukkan bahwa upaya penerapan anggaran berbasis kinerja telah mampu
menurunkan ketidakekonomisan penggunaan belanja daerah yang digunakan pemerintah
serta kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan telah berjalan dengan efektif.

Anda mungkin juga menyukai