prestasi
dari
tujuan
atau
hasil
anggaran
dengan
1. Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses yang obyektif dan terstruktur dalam
mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan
seberapa efektif dan efisien pelayanan/kinerja yang dilaksanakan oleh pemerintah
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2. Penghargaan dan Hukuman
Pelaksanaan penganggaran berdasarkan kinerja sulit dicapai dengan optimal tanpa
ditunjang dengan faktor-faktor yang dapat menunjang pelaksanaan penganggaran
berbasis kinerja yaitu berupa ganjaran dan hukuman (Reward and Punishment)
bagi para pelaksana penganggaran.
3. Kontrak Kinerja
Jika penganggaran berdasarkan kinerja telah dapat berkembang dengan baik,
kontrak atas kinerja dapat mulai diterapkan. Atas nama pemerintah, Departemen
Keuangan dapat melaksanakan kontrak atas pencapaian suatu kinerja dengan
kementerian negara/lembaga teknis lainnya, begitu juga antara menteri dengan
unit organisasi di bawahnya.
4. Kontrol Eksternal dan Internal
Pengguna anggaran harus mendapat persetujuan sebelum menggunakan anggaran
mereka. Kontrol diarahkan pada kontrol input suatu kegiatan, serta apa dan
bagaimana pencapaian output.
5. Pertanggungjawaban Manajemen
Bila sistem penganggaran yang lama menekankan pada kontrol terhadap input,
maka di dalam sistem penganggaran berbasis kinerja difokuskan pada output.
Dalam sistem ini manajer pengguna anggaran memperoleh kewenangan penuh
dalam merencanakan dan mengelola anggaran mereka.
Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja ,lima komponen pokok yang harus
bekerja dengan baik yaitu :
1. Satuan Kinerja : sebagai penanggung jawab pelaksana kegiatan untuk mencapai
output yang diharapkan dari kegiatan atau subkegiatan.
2.
secara maksimal atau dalam praktik berarti melakukan hal yang benar
2. Mengutamaan mekanisme penetuan dan pembuatan prioritas tujuan serta
pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan.
3. Menerapan prinsip tata pemerintahan yang baik.
4. Menerapan transparansi akuntabilitas dan terbukanya ruang bagi partisipasi publik
untuk memastikan bahwa berbagai fungsi fungsi tanggung jawab pengelolaan
keuangan daerah.
5. Kegiatan diajukan oleh unit teknis atau unit terbawah unit kerja yang mengetahui
dengan jelas apa yang harus dilakukan serta apa target dan indikator kinerja.
6. Pendelegasian wewenang secara berjenjang dalam pengelolaan anggaran dan
pelaksanaan kegiatan.
F. Alasan Penerapan Analisis Berbasis Kinerja
Dahulunya Indonesia menggunakan beberapa pendekatan untuk menyusun
anggaran antara lain, menggunakan pendekatan tradisional. Pendekatan ini
menggunakan anggaran sebagai sarana untuk kepatuhan keuangan (financial
compliance) dan sistem anggaran kas. Dalam anggaran ini, pengeluaran
diklasifikasikan berdasarkan organisasi dan objek pengeluarannya (line item).
Anggaran line
item terkait
dengan
perencanaan
anggaran
yang
berorientasi
pada input dengan aturan apropriasi yang kaku. Dikarenakan menemui kelemahan
seperti penganggaran yang terlalu sentralis, besarnya pengeluaran yang tidak efektif
mengakibatkan Indonesia harus berganti kepada pendekatan yang lain. Adapun
pendekatan yang lain seperti PPBS (Planning Programing Budgeting System), Zero
Based Budgeting yang juga memiliki kelemahan dalam penerapannya.
Sampai akhirnya Anggaran Berbasis Kinerja ini diterapkan di Indonesia.
Anggaran ini karena pada dasarnya adalah dengan memperjelas tujuan dan indikator
kinerja sehingga akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam
pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang
kebijakan dalam Rancangan Pengeluaran Jangka Menengah (RPJM). Dengan adanya
4 Penganggaran Berbasis Kinerja
5
6
7
Kementrian Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah
KEPMENDAGRI 29/2002
KEPMENDAGRI 13/2006
serta
sasaran,
serta
terjaminnya
sinkronisasi
aktivitas
dan
tahun. Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintahan kabupaten kota adalah:
a Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD,
b
daerah
Tim Anggaran Eksekutif Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh
Sekretaris Daerah
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah
e
f
g
h
i
j
k
(SKPD)
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
Panitia Anggaran Legislatif Panitia Anggaran Legislatif
Komisi-Komisi DPRD Komisi-komisi di lingkungan DPRD
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
5
6
7
Prioritas adalah suatu upaya mengutamakan sesuatu dari yang lain. Prioritas
merupakan proses dinamis dalam pembuatan keputusan yang saat ini dinilai paling
penting dengan dukungan untuk melaksanakan keputusan tersebut. Penetapan
prioritas tidak hanya mencakup keputusan apa yang penting untuk dilakukan, tetapi
juga menentukan skala atau peringkat wewenang/ urusan/ fungsi atau program dalam
fungsi fungsi yang harus dilakukan lebih dulu dibandingkan program atau kegiatan
lain.
10 Penganggaran Berbasis Kinerja
Tujuan Prioritas
Tujuan prioritas adalah terpenuhinya skala dan lingkup kebutuhan
masyarakat yang dianggap paling penting dan paling luas jangkauannya, agar
alokasi sumber sumber dapat dilakukan secara ekonomis efisien dan efektif,
mengurangi tingkat resiko dan ketidak pastian, tersusunnya program atau
kegiatan yang lebih realistis.
Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) adalah jumlah rupiah batas
tertinggi yang dapat dianggarkan oleh tiap tiap SKPD. Berdasarkan KUA
(Kebijakan Umum APBD) yang telah disepakati Pemda menyusun rancangan
PPAS. Rancangan PPAS disusun dengan terlebih dahulu menentukan skala
prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan.
Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun
kepada DPRD untuk dibahas ( paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun
anggaran berjalan). Pembahasan PPAS dilakukan oleh TAPD (Tim Anggaran
Pemerintah Daerah) bersama panitia anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang
telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi PPA (paling lambat akhir bulan
Juli tahun anggaran berjalan).
Substansi dan lingkup PPAS yang telah disepakati setidaknya
memberikan informasi tentang hal berikut :
a
proyeksi anggaran.
Asumsi fiskal kemampuan daerah, kebijakan yang ditempuh dalam
d
e
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yunita dan Puranto, Hendra. 2010. Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan
APBD secara Komprehensif. Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
Ritonga, Irwan Taufiq. 2009. Analisis Standar Belanja: Konsep Metode Pengembangan, dan
Implementasi di Pemerintah Daerah
Lampiran Permendagri no 52 Tahun 2015
http://kanjengmasarif.blogspot.co.id/2010/06/latar-belakang-penerapan-performance.html
http://core.ac.uk/download/pdf/11722953.pdf
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=97
Jurnal
Penerapan
dan
Implementasi
Anggaran
Berbasis
Kinerja
http://www.online.fe.trisakti.ac.id/publikasi_ilmiah/PDF%20JIPAK/JIPAK%20Vol
%205%20Jan%202010/10%20Artikel%20Isti'anah.pdf
Formulir Program Pembangunan Daerah http://bappeda.cirebonkab.go.id/wpcontent/uploads/2014/11/Tatacara-pengendalian-dan-evaluasi.pdf
Renja RKPD Kabupaten Malang Tahun
2014http://kpm.malangkab.go.id/download_9901.html
http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=628
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/53/jbptunpaspp-gdl-syambudipr-2616-1-skripsi-l.pdf
http://ukmh.blogspot.co.id/2013/02/manfaat-dan-karakteristik-sistem.html
http://indraachmadi.blogspot.co.id/2013/05/penyusunan-anggaran-berbasis-kinerja.html
http://www.slideshare.net/DadangSolihin/penyusunan-indikator-kinerja-dan-anggaranberbasis-kinerja
14 Penganggaran Berbasis Kinerja
http://kecikimoet.blogspot.co.id/2008/12/penerapan-anggaran-berbasis.html