Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS METODE VALUE FOR MONEY UNTUK PENGUKURAN KINERJA

ORGANISASI

Dinar Gusti Nabilah, Mahadevi Pramudyawardhani


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Latar Belakang

Kepemimpinan suatu daerah dapat mencerminkan kinerja daerahnya. Hal tersebut


tercermin dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemberian Hak Otonomi Daerah kepada
Pemerintah Daerah. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan (UU Nomor 32 Tahun
2004). Hak otonomi kepada masing-masing daerah akan memberikan kebebasan untuk
mengelola dan meningkatkan sumber pendapatannya, demi kesejahteraan masyarakat dan
kemajuan daerah tersebut.

Undang-undang otonomi daerah mengatur para pimpinan daerah untuk melakukan


perencanaan seperti perencanaan anggaran maupun perencanaan kegiatan sebagai bentuk
nyata realisasi anggaran yang akan direalisasikan pada tahun jabatannya. Periode jabatan
setiap pemimpin di daerah adalah 3 tahun. Sehingga setiap periode pemimpin yang sedang
menjabat tentu memiliki kebijakan dan program yang diatur untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Seperti pada tahun 2021 Kota Surabaya telah mengalami pergantian
walikota, yang mana saat ini Kota Surabaya di pimpin oleh Eri Cahyadi. Dalam masa jabatan,
beliau memiliki program yang berfokus pada peningkatan pekerjaan untuk rakyat Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya menggerakkan ekonomi kerakyatan. Cara yang
kita lakukan yakni bagaimana agar semua produk UMKM yang dihasilkan oleh masyarakat
itu bisa naik kelas," ujar Eri Cahyadi (SINDOnews.com). melalui peningkatan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM), mengurangi bayi stunting, pemerataan pembangunan dan
masih banyak lagi. Rencana – rencana kegiatan tersebut tentu diharapkan dapat menghasilkan
pelayanan publik yang baik dan tepat sasaran.

Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Surabaya tahun 2021 terlihat
bahwa terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dengan realisasinya. Dalam post jumlah
belanja Pemerintah Kota Surabaya terjadi Surplus dengan prosentase 165,62% pada
realisasinya yang semestinya dianggap defisit pada anggaran.
Kesuksesan otonomi daerah tergantung dari kinerja pemerintah dalam mengelola
keuangan daerahnya dan menunjang kesejahteraan masyarakatnya. Dengan adanya rancangan
anggaran dan program kerja yang disusun maka pengukuran kinerja sangat diperlukan untuk
menilai akuntabilitas organisasi dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik dan
tepat sasaran. Pengukuran kinerja pemerintah daerah berdasarkan anggaran berbasis kinerja
dapat diukur menggunakan konsep value for money, yakni ekonomis, efisiensi, dan
efektivitas (Khikmah,2014). Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi dan
efektifitas (Mardiasmo,2004). Pengukuran kinerja ini memiliki dua manfaat, antara lain
(Jumingan, 2006): (1) digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan
keuangan; dan (2) mengetahui dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki oleh suatu
daerah. Sehingga masyarakat menuntut adanya pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja
organisasi, termasuk kinerja Pemerintah daerah Kota Surabaya dalam mengelola keuangan
daerahnya. Apalagi Kota Surabaya yang sekarang sudah mengalami pergantian walikota dan
apakah untuk kepemimpinan yang saat ini sedang berlangsung sudah menggunakan konsep
value for money dengan ekonomi, efisien, dan efektifitas.

Dari uraian latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kinerja Pemerintah Kota Surabaya dalam mengelola keuangan daerahnya menggunakan
prinsip value for money.

Note : Pelaksanaan pengukuran kinerja organisasi publik telah dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia sejak tahun 1999 sebagai bentuk mekanisme akuntabilitas dari organisasi
pemerintah.

Pelayanan public yang diberikan kemasyarakat menggunakan dana yang berasal dari APBD,
sehingga dilakukan pertanggungjawaban pada masyarakat, maka konsep pengukuran kinerja
juga perlu dilakukan. Prinsip value for money dalam rangkapengukuran kinerja dipengaruhi
oleh kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan mekanisme manajemen
pemerintahannya yang bertumpu pada tiga dimensi penting, yaitu: perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian.

Tinjauan Pustaka

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Anggaran adalah artikulasi dari sebuah perumusan strategi dan perencananaan
strategik yang telah dibuat (Nurkholis, 2019). Anggaran yakni sebuah perkiraan /
perhitungan / aturan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas untuk periode yang
akan datang (KBBI, 2022). Dalam berjalannya sebuah pemerintahan dibutuhkan
anggaran untuk menunjang kegiatan dan kebijakan yang akan dilaksanakan dengan
tujuan memberi pelayanan dan kesejahteraan masyrakat. Dengan adanya kebijakan
hak otonomi, dimana pemerintah daerah diberi wewenang dalam mengurus dan
mengatur rumah tangganya sendiri. Termasuk diberikan anggaran yang disebut
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan bahwa


APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan Perda.
APBD juga mencerminkan sebuah pilihan ekonomis dan sosial masyarakat suatu
daerah untuk menjalankan peran yang dimandatkan masyarakat (Enre D. T., 2020).
Fungsi dari adanya APBD dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Pengumpulan sumber daya yang mencukupi dengan cara yang tepat, yang
berkaitan dengan penerimaan pendapatan APBD;
2. Pengalokasian dan penggunaan sumber daya tersebut secara responsive,
efisien, dan efektif, yang berkaitan dengan pengeluaran (belanja).

2. Value For Money

Value for money adalah suatu konsep dari pengukuran kinerja (Kemenkeu,
2022). Value for money juga menjadi indikator kinerja pada sektor publik untuk
memberikan informasi apakah dana anggaran yang dibelanjakan menghasilkan nilai
tertentu bagi masyarakat. Karena kinerja dari pemerintah tidak hanya diukur dari dari
output yang diberikan kepada masyrakat, namun ikut mempertimbangkan 3 hal yaitu
input, output, dan outcome. Adapun tiga elemen utama dalam value for money
(Yuesti, 2020), yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Indikator yang menjadi bagian dari value for money adalah indikator alokasi
biaya dan indikator kualitas pelayanan. Pihak internal maupun eksternal dapat
memanfaatkan indicator kinerja tersebut. Dimana pihak internal menggunakannya
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan serta efisiensi biaya.
Dengan kata lain tujuan adanya value for money adalah untuk meningkatkan
pelayanan publik. Sedangkan pihak eksternal menggunakannya sebagai control dan
informasi dalam mengukur tingkat akuntabilitas publik.

3. Pengukuran Kinerja

Kinerja merupakan gambaran derajat keberhasilan dalam pelaksanaan


kegiatan untuk mencapai tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana
strategis organisasi. (Yulitiawati & Rusmidarti, 2021). Dengan demikian kinerja
menggambarkan hasil atau kinerja seorang individu atau organisasi selama periode
waktu tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Menurut (Maryanti & Munandar, 2021)
Pengukuran kinerja adalah evaluasi atas pencapaian-pencapaian suatu organisasi dari
kegiatannya terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta kriteria dan
standar yang ditetapkan. Hasil yang diperoleh dari pengukuran ini akan menjadi acuan
untuk menetapkan standar kinerja di masa mendatang. Mengukur tingkat ketercapaian
tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan
ukuran kinerja yang telah ditetapkan.

Pada organisasi sektor publik, pengukuran keberhasilannya lebih kompleks,


karena hal-hal yang dapat diukur lebih beraneka ragam dan kadang-kadang bersifat
abstrak sehingga pengukuran tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu
variabel saja. Dengan kata lain tidaklah mudah melakukan pengukuran kinerja pada
organisasi sektor publik terutama yang pure nonprofit seperti pemerintah. Selama ini
pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah tersebut lebih ditekankan pada
kemampuan instansi pemerintah tersebut dalam menyerap. anggaran. Dengan kata
lain, suatu instansi akan dinyatakan berhasil jika dapat menyerap 100% anggaran
pemerintah, meskipun hasil serta dampak yang dicapai dari pelaksanaan program
tersebut masih berada jauh di bawah standard (Mahsun, dkk., 2006: 152-153)

4. Organisasi

Organisasi adalah sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama


dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu
yang telah ditetapkan Bersama. Organisasi sektor publik merupakan bagian dari
sistem perekonomian negara yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Institusi pemerintahan, partai politik, sekolah, rumah sakit merupakan
organisasi sektor public. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan
dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang
dibayar melalui pajak atau pendapat negara lain yang diatur dengan hukum.
Pelayanan terhadap masyarakat menjadi fokus utama organisasi sektor publik. Oleh
karena itu, akuntabilitas kinerja menjadi faktor penting dalam mempertahankan atau
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap organisasi sektor publik. Salah satu contoh
organisasi sector public adalah pemerintah.

Pemerintah Kota Surabaya sebagai pusat pemerintahan yang berada di kota


Surabaya. Kota Surabaya merupakan kota dengan jumlah penduduk terbanyak kedua
setelah Jakarta. Dengan banyaknya penduduk tersebut menjadikan kota Surabaya
menjadi sorotan dalam pelayanan publik. Selain itu kota Surabaya telah diresmikan
menjadi sebuah kota otonom, ini mengharuskan Kota Surabaya untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan serta mendapat kebebasan untuk mengelola
dan meningkatkan sumber pendapatan daerahnya untuk kesejahteraan masyarakat.

Metode Penelitian

1. Objek dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kota Surabaya yang


berpusat di Jl. Jimerto No 25-27, Kota Surabaya

2. Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian berasal dari data sekunder. Contoh data sekunder
antara lain berupa catatan atau laporan historis yang disusun dalam arsip baik
yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder
yang digunakan berasal dari laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang
berisi mengenai Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Surabaya periode 2021 yang diperoleh dari website Pemerintah Daerah Kota
Surabaya tahun 2021.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menjadi rangkaian dalam penelitian yang mencakup


pencatatan peristiwa baik sebagian atau seluruh populasi yang akan mendukung
penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode
dokumentasi dan studi pustaka. Metode dokumentasi adalah salah satu metode
untuk mendapatkan data dan memperoleh informasi baik dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, maupun tulisan angka atau gambar yang ada pada laporan serta
keterangan yang mendukung. Sedangkan studi kepustakaan merupakan salah satu
cara pengumpulan data dengan mengkaji literatur maupun jurnal atau penelitian
ilmiah untuk memperoleh landasan teoritis yang kuat.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan


deskriptif kualitatif. Langkah – langkah dalam melakukan analisis data adalah
sebagai berikut: (1) Mengumpulkan informasi dan mengidentifikasi data pada
Pemerintah Kota Surabaya, (2) Mendeskripsikan data penelitian yang berkaitan
dengan kajian peneliti pada Pemerintah Kota Surabaya, (3) Melakukan analisis
data dan pembahasan mengenai pengukuran dengan metode value for money, (4)
Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian
yang dilakukan. Untuk lebih jelasnya, pengukuran metode value for money adalah
sebagai berikut:

a.) Pengukuran Ekonomi


Ekonomi dalam value for money adalah perolehan input dengan
kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Dalam pengukuran
ekonomi akan mempertimbangkan masukan yang digunakan. Kinerja akan
dikatakan ekonomis jika realisasi anggaran lebih kecil dari target anggaran dan
mencapai output yang telah ditetapkan. Perhitungannya yaitu :

Ekonomi =

x 100%

Agar dapat mengetahui besar tingkat rasio ekonomis dari perhitungan


yang dilakukan, maka dapat menggunakan formula rasio ekonomi adalah
klasifikasi atas pengukuran rasio ekonomi.

Persentase Kriteria

>100% Sangat Ekonomis

90% - 100% Ekonomis


80% - 90% Cukup Ekonomis

60% - 80% Kurang Ekonomis

<60% Tidak Ekonomis

b.) Pengukuran Efisiensi


Efisiensi dalam value for money merupakan perbandingan output/input
yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Pengukuran efisiensi menggunakan perbandingan antara output yang
dihasilkan terhadap input yang digunakan. Rumus perhitungannya adalah

Efisiensi =

x 100%

Agar dapat mengetahui besar tingkat rasio efisiensi dari perhitungan


yang dilakukan, maka dapat menggunakan formula rasio efisiensi adalah
klasifikasi atas pengukuran rasio efisiensi.

Persentase Kriteria

>100% Sangat Efisien

90% - 100% Efisien

80% - 90% Cukup Efisien

60% - 80% Kurang Efisien

<60% Tidak Efisien

c.) Pengukuran Efektivitas


Efektivitas dalam value for money adalah tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan. Pada elemen ini tidak akan
dinyatakan seberapa besar biaya yang dikeluarkan dalam mencapai tujuan.
Namun, organisasi dinyatakan efektif adalah Ketika tujuan tercapai sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Efektivitas = x 100%

Agar dapat mengetahui besar tingkat rasio efektivitas dari perhitungan


yang dilakukan, maka dapat menggunakan formula rasio efektivitas adalah
klasifikasi atas pengukuran rasio efektivitas.

Persentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

90% - 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% - 80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif

HASIL DAN PEMBAHASAN

SARAN DAN KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai