Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

Di susun oleh :

Sulchani Farhan (20200420020)

Mata Kuliah : APD (F)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah

Sulchani Farhan

Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Email: farhansulchani@gmail.com

ABSTRAK

Pengukuran kinerja instansi pemerintah merupakan alatmanajemen untuk meningkatkan


kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas dalam rangka menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai denngan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja
merupakan suatu evaluasi terhadap instansi pemerintah mengenai kegiatan yang telah
dilaksanakan berdasarkan tolok ukur yang telah dibuat (standar minimum pelayanan publik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Pemerintah yang meliputi ekonomis,
efisiensi, dan efektivitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan
acuan dari jurnal, artikel dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahu seberapa
efisien kinerja suatu pemerintah daerah. Dan dapat mengatasi masalah-msalah yang terjadi.

Kata Kunci: ekonomis, efisiensi, efektivitas


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kinerja instansi pemerintah daerah merupakan gambaran mengenai pencapaian tujuan dan
sasaran pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi maupun strategi instansi tersebut yang
mengindikasikan tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan program dan kebijakan yang
telah ditetapkan (BPPK Depkeu, 2014).

Menurut Mardiasmo (2009) dalam organisasi sektor publik memiliki 3 fungsi utama: (1)
Pelayanan publik dilakukan secara vital bagai kepentingan umum. (2) Dapat mendefinisikan
prinsip operasional masyarakat. (3) Menyediakan dan melakukan pelayanan publik yang
diperlukan karena tidak ada sektor swasta atau nirlaba yang ingin menanganinya. Sebagai
organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut untuk memiliki kinerja yang
mengutamakan kepentingan masyarakat terhadap pertanggung jawaban penyelenggaraan
pemerintah yang transparan dan berkualitas.

Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah harus berorientasi kuat pada kebaikan
masyarakat, dan pemerintah harus selalu memenuhi tuntutan lingkungan yang lebih keras
dengan memberikan pelayanan yang terbaik, transparan, dan bermutu tinggi. Pemerintah
daerah harus bertanggung jawab atas mandat yang diberikan kepada mereka. Artinya, kinerja
setiap pemerintah daerah menjadi sorotan karena mengendalikan seluruh perencanaan
pengelolaan dalam satu periode.
Tanggung jawab sangat penting dalam kaitannya dengan kerja Pengurus untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mengevaluasi kerja tahun yang lalu untuk
dijadikan dasar dalam merumuskan arah tahun berikutnya. Dalam praktiknya, masih ada
beberapa pelanggaran lokal yang dilakukan oleh partai-partai pro-pemerintah. Salah satu
penyimpangan yang masih sering terjadi adalah lemahnya pengawasan kegiatan pembangunan
dan penyalahgunaan dana yang digunakan untuk kegiatan di luar rencana pembangunan.
Akibatnya, ada beberapa tujuan instansi pemerintah yang telah direncanakan tidak tercapai.

Jika dalam penyelenggaraan pemerintah dilaksanakan berdasarkan pedoman dan prinsip-


prinsip pengelolaan yang benar maka akan berdampak pada sumber daya yang terdapat dalam
pengelolaan pemerintah, sehingga akan benar-benar mencapai tujuan untuk memakmurkan
dan membuat sejahtera masyarakat. Hal ini tentu akan memberikan dampak yang baik
terhadap peningkatan kinerja pemerintah yang berarti berjalan sesuai dengan tujuan instansi
yang telah dicita-citakan (LAN dan BPKP, 2000).

Pengelolaan keuangan daerah yang dijelaskan dalam PP N0. 58 tahun 2005 yang
menjelaskan bahwa keseluruhan kegiatan dalam pengelolaan keuangan daerah meliputi:
perencanaan, penata usahaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan serta pertanggung jawaban
dalam keuangan daerah. Warsino (2009) menjelaskan bahwa hal yang komprehensif dengan
meningkatnya kinerja organisasi publik. Dimana dalam setiap organisasi sektor publik
merupakan pengguna dalam anggaran dengan tingkat kerja yang bermacam-macam sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki serta tanggung jawabnya.

Dalam mengelola dana publik secara efisien, efektif, transparan dan harus dapat
dipertanggung jawabkan. Tujuan pemerintah akan tercapai apabila rencana yang telah disusun
sebelumnya dilakukan dengan baik. Kinerja pemerintah yang baik akan terlihat dari tingkat
pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dilakukan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh good governance terhadap kinerja


pemerintah daerah.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap
kinerja pemerintah daerah.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap
kinerja pemerintah daerah.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kinerja
pemerintah daerah.
3. Landasan Teori

Pengukuran Kinerja Pemerintah

Secara umum kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan


atau program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi (Indra Bastian:
274). Namun menurut PP No. 8 Tahun 2006, kinerja adalah keluaran atau hasil dari kegiatan
atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran
dengan kuantitas dan kualitas terukur. Dengan demikian kinerja mencerminkan hasil atau
prestasi kerja yang dapat dicapai oleh seseorang, unit kerja, dan atau suatu organisasi pada
periode tertentu sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam upaya mencapai
tujuan secara legal serta sesuai moral dan etika. Adapun pengukuran kinerja merupakan suatu
aktivitas penilaian

Pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategi organisasi


(Lohman, 2003). Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian
(rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur,
dan mencerminkan hal-hal yang memeng menentukan kinerja (Werther dan Davis, 1996:346).

Dalam SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah), pengukuran


kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran dilakukan melalui penilaian yang sistematik
bukan hanya pada input, tetapi juga pada output, dan benefit, serta impact (dampak) yang
ditimbulkan. Dengan demikian pengukuran kinerja merupakan dasar yang reasonable untuk
pengambilan keputusan dan melalui pengukuran kinerja akan dapat dilihat seberapa jauh
kinerja yang telah dicapai dalam satu periode tertentu dibandingkan yang telah direncanakan
dan dapat juga untuk mengukur kecenderungan dari tahun ke tahun.

Pengukuran Kinerja Pemerintah daerah dalam Era Otonomi Daerah

Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sesuai Undang-Undang


No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, berdasarkan asas money follows functions,
juga diikuti dengan penyerahan sumber-sumber pembiayaan yang sebelumnya masih dipegang
oleh pemerintah pusat, maka timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang.
Sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Keuangan daerah
harus dilaksanakan dengan pembukuan yang terang, rapi, dan pengurusan keuangan daerah
harus dilaksanakan secara sehat termasuk sistem administrasinya. Dengan demikian,
diharapkan daerah menyusun dan menetapkan APBDnya sendiri (Azhari, 1995:39-40).

Masalah keuangan berhubungan dengan ekonomi daerah, terutama menyangkut


tentang pengelolaan keuangan suatu daerah, tentang bagaimana sumber penerimaan digali dan
didistribusikan oleh Pemerintah Daerah (Devas, 1995:179). Sedangkan keberhasilan
perkembangan daerah terfleksikan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam
membiayai pembangunan daerah. Potensi dana pembangunan yang paling besar dan lestari
adalah bersumber dari masyarakat sendiri yang dihimpun dari pajak dan retribusi daerah
(Basri, 2003:94).

Oleh karena itu, peningkatan peran atau porsi PAD terhadap APBD tanpa membebani
masyarakat dan investor merupakan salah satu indikasi keberhasilan pemerintah daerah dalam
melaksanakan otonomi daerah, yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah daerah
mengelola keuangan daerah secara efisien dan efektif (Saragih, 2003:133)
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Pengukuran Kinerja


Kinerja adalah

• Gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam


mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi.
• Daftar apa yang ingin dicapai yang tertuang dalam penskemaan stratejik suatu
organisasi.
• Secara umum, kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam periode
tertentu.

VISI

MISI
Landasan
bertindak
Tujuan

Rencana Stratejik Sasaran

Program

Tindakan
Kegiatan

Anggaran
Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses mencatat, mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dan anggaran dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa
produk, jasa, ataupun suatu proses pelayanan publik. Dalam mengukur kinerja, diperlukan
indikator kinerja. Indikator kinerja pemerintah daerah memiliki karakteristik yang relatif lebih
rumit jika dibandingkan dengan indikator kinerja organisasi privat karena indikator kinerja
pada pemerintah daerah indikator kinerja non finansial secara lebih dominan dibandingkan
indikator finansial.

2. Indikator Kinerja

A. Tujuan dan Manfaat Indikator Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan instrumen di dalam manajemen pencapaian kinerja.


Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik sehingga upaya
perbaikan secara terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang. Dengan
informasi pencapaian indikator kinerja, pemerintah daerah diharapkan dapat mengetahui
prestasinya secara obyektif dalam periode tertentu. Kegiatan dan program pemerintah daerah
seharusnya dapat diukur dan dievaluasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengukuran kinerja
merupakan alat manajemen untuk

1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian
kinerja
2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati
3. Memonitor dan megevaluasi pelaksanaa kinerja dan membandingkan dengan skema
kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja yang telah disepakati
4. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki
kinerja organisasi
5. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
6. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
7. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif
8. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan
9. Mengungkap permasalahan yang terjadi
B. Pengertian Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Indikator yang komprehensif tidak
hanya memperhatikan aspek output saja, namun juga memperhatikan faktor-faktor sebelum
output didapatkan dan aspek

Setelah output itu dicapai. Dengan demikian kinerja pemerintah daerah yang didasarkan
pada pelayanan yang diberkan kepada publik didasarkan pada indikator-indikator: masukan
(input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefits), dan dampak (impact).

1. Indikator input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat
berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya
manusia, kebijaksanaan/peraturan perundang-undangan, dan sebagainya.
2. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan
yang dapat berupa fisik dan atau non fisik
3. Indikator hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiata pada jangka menengah
4. Indikator manfaat adalah sesuatu yag terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan
kegiatan
5. Indikator dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif
terhadap tiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan
C. Syarat_Syarat Indikator Kinerja

Sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja, syarat-syarat yang berlaku untuk
semua kelompok kinerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Spesik, jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.


2. Dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yaitu dua
atau lebih yang mengatur indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama
3. Relevan: indikator kinerja harus menangani aspek objektif yang relevan
4. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan,
proses keluaran, hasil, manfaat, serta dampak
5. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan kegiatan
6. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja bersangkutan dapat
dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia
7. Timely: Tepat waktu
Bidang kehidupan atau sektor/program pembangunan sangat beragam, indikator kinerja
dan cara penerapannya untuk bidang fisik dan non fisik tidak selalu sama. Berikut ini contoh
indikator kinerja

• Tingkat kecepatan pelayanan


• Tingkat ketepatan pelayanan
• Tingkat kenyamanan
• Tingkat kemurahan
• Jumlah SDM
• Kualitas SDM
• Kelancaran transportasi
• Kesejahteraan Masyarakat
Penentuan indikator-indikator di atas ke dalam masing-masing kelompoknya (input,
output, outcome, benefit, impact) sangat tergantung pada bentuk kebijan yang diberlakukan,
jenis program, dan jenis kegiatannya.

D. Peran dan Manfaat Indikator Kinerja

Manfaat Indikator kinerja yaitu:

1. Kejelasan tujuan organisasi pemda.


2. Mengembangkan persetujuan pengukuran aktivitas.
3. Tersedianya pembandingan kinerja antar waktu dalam organisasi maupun antar
organisasi.
4. Terjadinya fasilitas setting of target untuk penilaian organisasi dan individual manajer
sebagai bagian dari pertanggungjawaban organisasi kepada publik.

3. Penyusunan Indikator Kinerja

A. Langkah-Langkah Penyususnan Indikator Kinerja

1. Susun dan tetapkan rencana strategis, meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, dan cara
mencapai tujuan dan sasaran
2. Identifiasi data/informasi yang dikembangkan dalam indikatir kinerja secara relevan,
lengkap, akurat dan kemampuan pengetahuan tentang bidang yang akan dibahas untuk
menyusun dan menetapkan untuk menyusun dan menetapkan indikator kinerja yang
tepat dan relevan.
3. Pilih dan tetapkan indikator kinerja yang paling relevan dan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan pelaksanaan kebijakanaan, program, kegiatan.
4. Aturan Pemerintah
Panyusunan Indikator kinerja dan pelaporan kinerja pemerintah diaerah diatur menggunakan
PP 8 TAHUN 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Maka, untuk mencapai kinerja yang efisien dan efektif dalam pemerintah daerah itu
harus memperhatikan berbagai macam peranan yang harus dilakukan. Pemerintah daerah akan
mencapai tingkat kinerja yang efisien apabila, pemerintah daerah telah menggunakan aturan
yang sesuai dengan pemerintah PP 8 TAHUN 2006. Dengan adanya peraturan tersebut dapat
meningkatkan tingkat pelayanan, tingkat ketepatan pelayanan, tingkat kenyamanan, tingkat
kemurahan, jumlah SDM, dan kualitas SDM.
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, A. Surouda. 1995. Perpajakan Indonesia, Keuangan Pajak dan Retribusi Daerah. Gramedia:
Jakarta
Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subir. 2003. Keuangan Negara dan Kebijakan Utang Luar Negeri.
PT Grafindo Persada: Jakarta.
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor di Indonesia. BPFE: Yogyakarta.
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Erlangga: Jakarta.
Devas, Nick. 1995. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. UJ Press:
Jakarta.

Ellitan, L. 2001. “Strategi Mendongkrak Kuailtas Pelayanan”. Jurnal Ekonomi STEI,


No.15/Th.X/Januari-Maret.
Halim, Abdul. 2001. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat: Jakarta.
LAN (Lembaga Administrasi Negara). AKIP dan Pengukuran Kinerja. Edisi Tahun 2008.
Laporan Tahunan Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD) dan Realisasi

Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Lamongan Mardiasmo. 2000.


Akuntansi Keuangan Dasar. BPFE: Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. ANDI: Yogyakarta.


Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. ANDI: Yogyakarta.
Nirzawan. 2001. Tinjauan Umum terhadap Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah, Manajemen
Keuangan Daerah. UPP YKPN: Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Pasal 4 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
Samryn, L.M. 2002. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo: Jakarta.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. PT Ghalia
Indonesia: Jakarta.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Wether, WB dan Davis, K. 1996. Human Resources and Personal Management. Megraw Hill Inc: New
York.

Anda mungkin juga menyukai