Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDEKATAN

PRINSIP VALUE FOR MONEY PADA DINAS TENAGA


KERJA KOTA SURAKARTA
TAHUN 2019-2021

Skripsi

Disusun oleh:
Ramadhan Nur Udi Rohmani
NIM. 2019SA123

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS AAS INDONESIA
SUKOHARJO
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan Akuntansi sektor publik di Indonesia telah berkembang
pesat seiring dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004. Hak otonomi daerah memberikan
kebebasan setiap organisasi sektor publik di masing-masing daerah untuk
mengolah dan meningkatkan kinerjanya, demi kesejahteraan masyarakat dan
kemajuan daerahnya. Namun pada kenyataannya, organisasi sektor publik
sering menjadi tempat inefisiensi, pemborosan, sumber kebocoran dana, dan
institusi yang sering merugi. Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari
kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya.
Dalam setiap organisasi hal utama yang harus diperhatikan ialah kinerja.
Setiap organisasi mempunyai kriteria dalam mengukur kinerja sesuai dengan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini dapat berupa apa saja tujuan atau
target yang ingin dicapai. Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan atau targetnya apakah
sudah ekonomis, efisien, dan efektif. Pengukuran kinerja harus berdasarkan
karakteristik operasional organisasi untuk mendefinisikan indikator dan
pengukuran yang digunakan.
Tugas utama pemerintah selaku organisasi sektor publik adalah untuk
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kinerja instansi pemerintah saat
ini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat
terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Tuntutan yang semakin tinggi
diajukan terhadap pertanggung jawaban para penyelenggara atas kepercayaan
yang diamanatkan kepada mereka. Tuntutan masyarakat ini sesuai dengan
yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 yang
digunakan sebagai dasar bagi serangkaian reformasi kelembagaan dalam
menciptakan good governance, yaitu pemerintahan yang bersih, ekonomis,
efektif, transparan, responsif, dan akuntabel. Dalam hal ini pemerintah
memiliki tanggung jawab untuk melaporkan laporan pertanggungjawaban
atas kegiatan yang dilakukan untuk menyejahterakan masyarakat.
Kinerja organisasi menurut Surjadi (2009) adalah totalitas hasil kerja
yang dicapai suatu organisasi. Tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa
kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana
organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Kinerja organisasi sektor publik adalah hasil kerja yang dicapai oleh
sekelompok orang di dalam suatu organisasi publik dengan wewenang dan
tanggungjawab yang telah ditetapkan organisasi sebelumnya. Sehingga
dengan adanya kewenangan dan tangungjawab yang diberikan kepada
aparatur organisasi sektor publik diharapkan mampu memberikan pelayanan
prima yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sistem pengukuran kinerja sektor
publik merupakan sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan (finansial) dan
non-keuangan (nonfinasial). Sistem pengukuran kinerja dapat digunakan
sebagai alat pengendalian suatu organisasi dengan menetapkan reward and
punishment system.
Menurut penulis, kinerja organisasi adalah suatu hasil kerja dalam
pencapaian pelaksanaan tugas suatu organisasi. Maka kinerja organisasi
sektor publik adalah hasil kerja yang dicapai oleh sekelompok orang suatu
organisasi publik dalam menjalankan tugasnya.
Pengukuran kinerja dalam instansi pemerintah merupakan alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas. Hal ini bertujuan untuk menilai tingkat keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan target dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi suatu instansi
pemerintah. Pengukuran kinerja keuangan untuk kepentingan publik dapat
digunakan untuk mengevaluasi dan memulihkan kinerja dengan
membandingkan sistem dan pelaksanaannya. Selain itu dapat juga digunakan
sebagai tolak ukur untuk peningkatan kinerja khususnya keuangan
pemerintah daerah pada periode berikutnya. Ukuran kinerja pemerintah
daerah berdasarkan anggaran berbasis kinerja dapat dilakukan dengan konsep
value for money, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.
Menurut Mardiasmo (2009: 04), Value for Money merupakan konsep
pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen
utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Value for Money merupakan
inti dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Pada konsep value
for money juga mengukur apakah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
sektor publik telah memberikan manfaat sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh masyarakat. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat dalam value for
money ialah ekonomis (hemat) dalam pengadaan dan alokasi sumber daya,
efisien dalam arti bahwa penggunaan
sumber daya diminimalkan dan hasil dimaksimalkan, dan efektif (berhasil
guna) dalam arti pencapaian tujuan dan sasaran.
Dalam organisasi sektor publik, kinerja keuangan merupakan hal yang
sangat penting untuk dikaji. Sejak diterapkannya anggaran berbasis kinerja
setiap organisasi sektor publik terutama pemerintahan dituntut agar mampu
menghasilkan kinerja keuangan pemerintah yang baik. Menurut Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 pada rancangan undang-undang atau
peraturan daerah tentang laporan keuangan pemerintah pusat/daerah
disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai kinerja instansi
pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh pengguna anggaran
sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan.
Laporan realisasi anggaran merupakan laporan yang digunakan untuk
mengukur kinerja suatu instansi pemerintah. Laporan realisasi anggaran yang
dipublikasikan pemerintah daerah dapat memberikan informasi yang sangat
bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan (Sihombing, 2008). Jika
dibandingkan dengan laporan neraca, laporan realisasi anggaran menduduki
sebagai prioritas yang lebih penting.
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang
dapat kita lihat dari Laporan Realisasi Anggaran, menjadi salah satu Laporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah yang utama karena anggaran dalam
pemerintahan merupakan tulang punggung dari penyelenggaraan
pemerintahan. Anggaran memiliki peran penting dalam stabilitas, distribusi,
alokasi sumber daya publik, perencanaan dan pengendalian organisasi serta
penilaian kinerja. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk
memenuhi tiga maksud, Pertama untuk memperbaiki kinerja pemerintah,
ukuran kinerja dimasudkan untuk membantu pemerintah berfokus pada
tujuan dan sasaran program unit kerja, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan efektivitas dalam memberikan pelayanan publik. Kedua untuk
mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga untuk
mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan (Mardiasmo, 2004: 121). Oleh karena itu, laporan realisasi
anggaran menjadi salah satu laporan pertanggung jawaban keuangan instansi
atau daerah yang dinilai paling utama. Berdasarkan laporan realisasi
anggaran tersebut pembaca laporan dapat membuat analisis kinerja.
Dinas Tenaga Kerja kota Surakarta merupakan salah satu instansi
pemerintah yang ada di kota Surakarta. Disnaker Kota Surakarta mempunyai
tugas melaksanakan urusan tenaga kerja dan transmigrasi yang menjadi
kewenangan provinsi dan tugas pembantuan kepada daerah provinsi.
TAHUN Pendapatan Belanja

Anggaran Realisasi Anggran Realisasi

2019 1.122.362.458.000 1.100.007.481.300 1.168.171.011.00 1.094.024.008.369


0
2020 1.101.505.000.000 1.831.319.373.387 1.777.100.158.87 1.639.665.226.421
5
2021 1.938.004.441.798 254.898.526.520 1.974.612.835.27 131.875.706.658
4
Tabel 1.1
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dinas
Tenaga Kerja Kota Surakarta tahun 2019-2021 (dalam rupiah)
Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Teknologi Kota Surakarta
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa kinerja Disnaker Kota Surakarta
pada tahun 2019 dengan anggaran sebesar Rp 1.122.362.458.000 dan tahun
2021 dengan anggaran sebesar Rp 1.938.004.441.798 tidak mampu
mengumpulkan pendapatan sesuai anggaran. Namun pada tahun 2020 dengan
anggaran Rp 1.101.505.000.000 mampu melampaui anggaran pendapatan
yang ditetapkan. Sedangkan dilihat dari aspek belanja Disnaker Kota
Surakarta pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 dengan anggaran
masing-masing sebesar Rp 1.122.362.458 , Rp 1.101.505.000.000 dan Rp
1.938.004.441 mampu melakukan kegiatan belanja tanpa melebihi anggaran
yang telah ditetapkan. Sehingga dapat dilihat secara umum bahwa kinerja
Disnaker kota Surakarta dapat dikatakan baik karena sudah ekonomis dan
efektif meskipun belum efisien dalam pengelolaan keuangannya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menganalisis laporan realisasi
anggaran pada Dinas Tenaga Kerja dan Tekonologi Kota Surakarta dengan
menggunakan tiga analisis yaitu rasio ekonomis, rasio efisiensi, serta rasio
efektivitas. Untuk itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Value for Money pada Dinas
Tenaga Kerja Kota Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana kinerja keuangan yang ditinjau dari pendekatan prinsip
value for money (elemen ekonomi, efisiensi, dan efektifitas) pada dinas
Tenaga Kerja dan Kota Surakarta realisasi anggaran tahun 2019-2021?

C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah data Laporan Realisasi
Anggaran tahun 2019-2021 pada Dinas Tenaga Kerja dan Teknologi Provinsi
Sumatera Utara yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu instansi
pemerintah, terutama untuk mengukur kinerja keuangan

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja keuangan yang ditinjau dari
pendekatan prinsip value for money (elemen ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas) pada dinas Tenaga Kerja dan Kota Surakarta realisasi anggaran
tahun 2019-2021.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik
antara lain :
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan ilmu
pengentahuan di bidang akuntansi.
2. Bagi Institusi
Melalui penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Dinas
Tenaga Kerja dan Teknologi Kota Surakarta tentang penilaian kerja
dengan konsep value for money sebagai evaluasi atas kinerja yang
sudah dicapai demi peningkatan pelayanan di periode berikutnya
3. Bagi Universitas
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan menjadi
referensi tambahan mengenai organisasi sektor publik bagi peneliti-
peneliti selanjutnya.
F. Penelitian terdahulu
Tabel 1.1 penelitian terdahulu
Judul Metode
No Nama Tahun Hasil Penelitian
penelitian Penelitian
1 Purwanti 2017 Aalisis Kinerja Penelitian Hasil penelitian menunjukan
Berbasis ini mengenai kinerja kegiatan fisik
Konsep Value menggunaka Pekerjaan Irigasi Donggala Kodi
For Money n penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan
Pada Kegiatan deskriptif sebagai berikut: 1.) Ditinjau dari
Fisik Pekerjaan yang berifat rasio ekonomi, Kegiatan Fisik
Irigasi explorasif Pekerjaan Irigasi Donggala Kodi
Donggala Kodi tahun 2014 telah mampu
(Dinas menjalankan pekerjaan secara
Pekerjaan ekonomis. 2.) Ditinjau dari rasio
Umum Kota efisiensi, Kegiatan Fisik 25
Palu) Pekerjaan Irigasi Donggala Kodi
tahun 2014 telah mampu
menjalankan secara efisien. 3.)
Ditinjau dari rasio efektivitas,
Kegiatan Fisik Pekerjaan Irigasi
Donggala Kodi tahun 2014 telah
menjalankan keseluruhan
pekerjaannya dengan efektiv
2 Putra 2015 Penilaian Penelitian . Hasil penelitian ini mengatakan
Kinerja ini bahwa kinerja Dinas Pendapatan
Berbasis Value mengguanak Daerah Kabupaten Tabanan dari
For Money an penelitian tahun 2010 sampai 2013 berdasarkan
Atas desktiptif value for money untuk penerimaan
Penerimaan dengan PAD adalah baik, karena memenuhi
Pendapatan teknik kriteria ekonomi, 26 efisiensi dan
Asli Daerah analisis efektifitas.
Kabupaten kualitatif
Tabana dan
kuantitatif.
3 Wira 2014 Analisis Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan
Kinerja ini untuk tingkat ekonomi dan efisiensi
Keuangan menggunaka telah tercapai, Dinas Sosial
Pada Kegiatan n penelitian Kabupaten Bintan dapat mencapai
Dinas Sosial desktiptif hasil yang sangat efesien dan
Kabupaten dengan ekonomis. Namun, tingkat
Bintan Dengan teknik efektivitas program masih kurang
Menggunakan analisis sehingga dapat disimpulkan
Konsep Value deskriptif efektivitas dari program – program
For Money kuantitatif yang langsung menyentuh
kemasyarakat belum maksimal.
4 Indrayani 2018 Analisis Penelitian Hasil penelitian ini adalah Rasio
Pengukuran ini ekonomis yang dihasilkan oleh
Kinerja menggunaka pemerintah kota lhokseunawe pada
Dengan n penelitian tahun tersebut dinilai ekonomis.
Menggunakan analisis Dikarenakan hasil rasio selama 3
Konsep Value deskriptif tahun tersebut berada di bawah
For Money kualitatif. 100%. Dapat diketahui bahwa
pada semakin rendah rasi o ekonomi yang
Pemerintah diperoleh maka semakin baik kinerja
Kota organisasi tersebut. Hal ini terbukti
Llhokseumawe dengan adanya penghematan pada
(Studi Kasus belanja operasi dan belanja modal
Pada Dpkad seperti belanja barang, belanja
Kota. peralatan dan mesin yang jauh lebih
kecil dibandingkan dengan anggaran
yang telah ditetapkan. Sehingga
untuk 28 indikator rasio ekonomis
Pemerintah Kota Lhokseumaw e
sudah mencapai kinerja yang baik,
karena dari tahun 2014- 2016
(periode pengamatan), telah berhasil
mengelola penggunaan anggaran
belanja dengan baik. Pada tahun
2014 rasio efisiensi sebesar 94,69%,
kemudian mengalami peningkatan
pada tahun 2015 yaitu sebesar
105,17%, dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2016 sebesar
97,95%. Yang berarti bahwa kinerja
Pemerintah Kota Lhokseumaw e
pada tahun 29 2014 dinyatakan
efisien. Sedangkan pada tahun 2015
rasio efisiensi berada >100% yang
artinya pada tahun 2015 belanja
Pemerintah Kota Lhokseumaw e
lebih besar dibandingkan
pendapatanny a. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja pada
tahun 2015 tidak efisien karena rasio
yang melebihi 100%. Kemudian
tahun 2016, hal ini sama seperti pada
tahun 2014 bahwa pada tahun 2016
rasionya kembali turun yang berarti
efisien. Namun secara keseluruhan
kinerja Pemerintah Kota
Lhokseumaw 30 e telah efisien, yang
berarti bahwa Pemerintah Kota
Lhokseumaw e mampu
menggunakan sumber daya yang
diperlukan dengan minimum untuk
mencapai target yang maksimum.
Dapat di ketahui bahwa pada tahun
pengamatan mulai 2014- 2016
dengan nilai rasio 96,53%, 86,65%,
76,98% rasio efektifitas yang
bernilai.
5 Nazril 2013 Penerapan Penelitian Pelayanan Rumah Sakit Umum
Konsep Value ini Daerah Labuang Baji Kota Makassar
For Money menggunaka telah memenuhi prinsip Value For
dalam Menilai n penelitian Money yaitu ekonomis, Efisiensi,
Kinerja Metode dan efektivitas. Persamaan penelitian
Pelayanan analisis yang dilakukan oleh penulis Dengan
Sektor Publik deskriptif penelitian sebelumnya yaitu
pada Rumah kuantitatif samasama mengukur kinerja dengan
Sakit Umum Metode Value For Money.
Daerah Perbedaannya yaitu pada objek yang
Labuang Baji diteliti, Penelitian sebelumnya
Kota Makassar melakukan penelitian pada Rumah
Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Kota Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep teori akuntansi sektor publik
a. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi memiliki banyak definisi. Akuntansi adalah jasa
yang mencatat, mengklasifikasikan, dan melaporkan peristiwa atau
kejadian keuangan yang menyediakan informasi yang dibutuhkan
oleh pihak tertentu untuk mengambil keputusan keuangan. Sektor
publik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan
publik dan penyediaan barang dan jasa untuk publik.
Akuntansi sektor publik didefinisikan sebagai layanan yang
terdiri dari pencatatan, pengklasifikasian, dan pelaporan peristiwa
atau transaksi keuangan untuk membuat keputusan keuangan yang
diperlukan oleh badan tertentu yang digunakan untuk pengelolaan
uang publik di lembaga pemerintahan yang tinggi. bagian di bawah
ini.
Menurut Dwi Ratmono (2015), akuntansi sektor publik
adalah proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat, dan
melaporkan transaksi keuangan yang berasal dari pemerintah
daerah untuk membuat keputusan keuangan yang menguntungkan
pihak eksternal.
Akuntan publik berkaitan erat dengan penerapan dan
pengelolaan akuntan publik (Mardiasmo, 2009). The American
Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan
bahwa tujuan akuntansi organisasi sektor publik adalah untuk
menyediakan informasi yang diperlukan untuk manajemen operasi
dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi
secara tepat, efisien dan ekonomis. tata krama. cara untuk
menyediakan serta pertanggungjawaban, pelaksanaan pengelolaan
dan laporan keadaan pendapatan dan penggunaan dana masyarakat.
Dengan demikian, akuntansi sektor publik menyangkut produksi
informasi untuk kontrol administratif dan akuntabilitas. Untuk
mencapai tujuan akuntansi organisasi sektor publik, maka
diperlukan peningkatan penerapan akuntansi, khususnya pada
akuntan publik.
Secara umum, organisasi sektor publik sering diartikan
sebagai organisasi yang berorientasi pada kepentingan publik.
Organisasi sektor publik biasanya bukan target utama mereka
karena orientasi nirlaba mereka. Organisasi sektor publik memiliki
tujuan, karakteristik, struktur dan proses, dan lingkungan operasi
yang berbeda dari bisnis swasta atau sektor swasta.
Sebagian besar organisasi sektor publik adalah organisasi
pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Ada juga yang
menjalankan aktivitasnya dalam berbagai bentuk, dari organisasi
yang memberikan pelatihan, dari organisasi yang bergerak di
bidang sosial, hingga organisasi di bidang yang sangat spesifik,
seperti misalnya.
Beasiswa Dengan kata lain, organisasi sektor publik adalah
pemerintah (pemerintah) yang tugasnya adalah kemaslahatan
masyarakat, dimana negara memiliki kewenangan kepada
masyarakat untuk mengatur dan menjamin terpenuhinya kebutuhan
barang dan jasa publik berdasarkan undang-undang. Agar
organisasi sektor publik dikelola sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan layanan publik dan menghemat biaya layanan
publik, operasi mereka harus memberikan nilai uang, dengan nilai
uang didasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas.
b. Ruang Lingkup Sektor Publik
Peran dan upaya sektor publik dalam bentuk pemerintah
telah terbukti menjadi tulang punggung perekonomian negara
selama lebih dari lima puluh tahun. Oleh karena itu penerapan dan
penggunaan akuntan publik terkait erat dengan akuntan publik.
Akuntansi sektor publik adalah cabang akuntansi yang
mencakup semua lembaga pemerintah (negara bagian, kota, dan
unit kerja pemerintah), organisasi nirlaba, dan entitas bawahannya
seperti yayasan, organisasi politik, universitas, kesehatan, dan
sekolah, organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat
(LSM) dan organisasi nirlaba lainnya.
c. Sifat dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus
bermanfaat bagi publik.
Akuntansi sektor publik berbeda dari akuntansi sektor
swasta dalam banyak hal. Perbedaan karakter dan karakteristik
disebabkan oleh perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya.
Akuntansi sektor publik biasanya digunakan oleh organisasi
pemerintah lokal dan negara bagian. Tugas akuntan publik adalah
memberikan pelayanan publik untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
d. Tujuan Akuntansi Sektor Publik
American Accounting Association (Glynn, 2013) memecah
tujuan akuntansi organisasi sektor publik sebagai berikut:
1) Untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk
manajemen operasional yang memadai, efisien dan ekonomis
serta alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi.
2) Menyediakan informasi yang memungkinkan lembaga
pemerintah melaporkan pelaksanaan tugasnya, mengelola
program dan penggunaan sumber dayanya dengan baik dan
efektif, dan memungkinkan pejabat pemerintah melaporkan
hasil kegiatan pemerintah dan penggunaan urusan publik
kepada publik. data untuk melaporkan berarti.
2. Kinerja keuangan
a. Definisi
Hutabarat (2020) menjelaskan bahwa kinerja keuangan
adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan
instansi dalam mengelola keuangan sesuai aturan yang baik dan
benar. Dalam mencapai tujuan perlu melakukan analisis terhadap
kinerja keuangan untuk mengetahui langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam perbaikan kinerja. Penilaian kualitas kinerja
dapat dilihat dari penggunaan anggaran dalam laporan keuangan.
Menurut Mahsun (2017), kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/
program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi. Sementara itu, PP Nomor 8 Tahun 2006 menyebutkan
bahwa kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang
hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Menurut Mulia
(2018), kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang
menggunakan indikator keuangan.
b. Manfaat pengukuran kinerja keuangan
Menurut Munawir (2012) pengukuran kinerja keuangan
mempunyai manfaat sebagai berikut :
1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efesien
melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan
dengan karyawan, seperti promosi, transfer, dan
pemberhentian.
3) Mengientifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan
evaluas program pelatihan karyawan.
4) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan

c. Macam-macam kinerja keuangan


Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan
menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2017) yaitu sebagai
berikut:
1) Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik
analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua
periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik
dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).
2) Analisis tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis
untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah
menunjukkan kenaikan atau penurunan.
3) Analisis persentase per komponen (common size),
merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan
atau total aktiva maupun utang.
4) Analisis sumber penggunaan modal
Analisis sumber penggunaan modal merupakan teknik
analisis
keuangan untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal
kerja melalui dua waktu periode waktu yang dibandingan
5) Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, merupakan
teknik analisis untukmengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja melalui dua periodewaktu yang
dibandingkan
6) Analisis rasio keuangan, merupakan teknik analisis keuangan
untuk mengetahuihubungan di antara pos tertentu dalam
neraca maupun laporanlaba rugi baik secara individu maupun
secara simultan.
7) Analisis perubahan laba kotor, merupakan teknik analisis
untuk mengetahuiposisi laba dan sebab- sebab terjadinya
perubahan laba.
8) Analisis break even, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tingkatpenjualan yang harus dicapai agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
3. Value for money
a. Pengertian Value for Money
Perluasan Konsep pada sektor publik yang memiliki konsep 3E
(economy, efficiency, effectiveness) diperluas dengan
menambahkan equity (keadilan) dimana semua masyarakat
mempunyai kesempatan sama untuk memperoleh pelayanan,
tanpa adanya diskriminasi. Prinsip keadilan berkaitan dengan
kesetaraan (equality), yaitu prinsip di mana pemerintah
menerapkan pemerataan pelayanan kepada seluruh masyarakat
dengan mengutamakan pelayanan bagi masyarakat yang lebih
membutuhkan (Pandapotan, 2021:32).
Value for Money merupakan suatu indikator kinerja organisasi
sektor publik untuk menilai suatu kinerja pada perusahaan publik
yang juga digunakan untuk mengukur ekonomi, efisiensi dan
efektivitas segala kegiatan pada organisasi sektor publik tersebut.
Value for money merupakan suatu konsep untuk menilai kinerja
suatu organisasi sektor publik yang tidak hanya di tinjau dari
aspek keuangan saja, tetapi menggunakan aspek non keuangan
untuk menilai tingkat keberhasilan suatu program kerja sektor
publik. Konsep value for money sering disebut sebagai inti
pengukuran kinerja sektor publik karena merupakan konsep
penting dalam organisasi sektor publik. Menurut Mahmudi (2007)
dalam Halim dan Kusufi (2013) Value for money juga
mengandung arti sebagai penghargaan terhadap nilai uang. Hal ini
berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Konsep pengelolaan organisasi sektor publik dengan Value for
money mendasarkan pada 3 elemen utama, yaitu:
1) Ekonomis yaitu perolehan sumber daya dengan kualitas
tertentu pada harga yang terendah. Ekonomis merupakan
perbandingan antara sumber daya dengan biaya sumber daya
yang dinyatakan dalam satuan moneter. Hal ini terkait dengan
sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir atau
menghemat penggunaan sumber daya dengan menghindari
pengeluaran yang boros. Suatu kegiatan operasional dapat
dikatakan ekonomis apabila bisa menghilangkan atau
mengurangi pengeluaran biaya yang tidak perlu. Penggunaan

sumber daya dibawah anggaran menunjukkan adanya


penghematan, sebaliknya penggunaan sumber daya yang
melebihi anggaran menunjukkan adanya pemborosan.

Adapun kriteria rasio ekonomis adalah sebagai berikut :


Tabel 2.1
kriteria rasio ekonomis
Persentase Kinerja Kriteria
100% Keatas Sangat Ekonomis
90% - 100% Ekonomis
80% - 90% Cukup Ekonomis
60% – 80% Kurang Ekonomis
Kurang Dari 60% Tidak Ekonomis
Sumber: Keputusan Mendagri No. 690.900.327 Tahun 1996
2) Efisiensi mempunyai pengertian yang berhubungan erat
dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi ini
dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara sesuatu
yang dihasilkan terhadap sumber daya yang digunakan. Proses
kegiatan operasional bisa dikatakan efisien apabila suatu
produk atau hasil kerja tertentu dapat di capai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya.

Adapun kriteria efisiensi dalam penilaian kinerja yaitu


sebagai berikut:
Tabel 2.2
Rasio kriteria efisiensi
Persentase Kinerja Kriteria
100% Keatas Tidak Efisien
90% - 100% Kurang Efisien
80% - 90% Cukup Efisien
60% – 80% Efisien
Kurang Dari 60% Sangat Efisien
Sumber: Keputusan Mendagri No. 690.900.327 Tahun 1996

3) Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian


tujuan atau target suatu organisasi. Kegiatan operasional
dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai
tujuan atau sasaran akhir kebijakan.
Adapun kriteria efektivitas adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3
Rasio kriteria efektivitas

Persentase Kinerja Kriteria


100% Keatas Sangat Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% – 80% Kurang Efektif
Kurang Dari 60% Tidak Efektif

Sumber: Keputusan Mendagri No. 690.900.327 Tahun 1996

b. Manfaat
Value for Money memiliki manfaat yang penting bagi pengukuran
kinerja suatu organisasi sektor publik. Value for Money dapat
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan tepat dan
sesuai dengan tujuan atau target yang ingin dicapai. Hingga
tercipta mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan sumber
daya yang efisien, ekonomis dan efektif.

4. Kinerja Keuangan
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dalam konteks dunia usaha mengandung
pengertian yang sangat luas. Pengertian kinerja keuangan
menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) adalah kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya
yang dimilikinya.
Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya
diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas (Jumingan, 2006:239).
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian
keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah
dicapai atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat
dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar.
b. Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan
Tujuan pengukuran kinerja keuangan sangat penting untuk
diketahui karena pengukuran yang dilakukan dapat
mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam
perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan
tergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis.
Karena alasan itu, pihak manajemen perusahaan sangat perlu
menyesuaikan kondisi perusahaan dengan alat ukur penilaian
kinerja yang akan digunakan serta tujuan pengukuran kinerja
keuangan tersebut. Menurut Munawir (2012), tujuan dari
melakukan kinerja keuangan adalah:
1) Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat
ditagMengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
2) Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering
disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
3) Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang- hutangnya serta
membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada
waktunya.
c. Pengukuran dan Penilaian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan
pengukuran dan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja adalah
kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Pengukuran
kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan di atas
kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan
lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian
secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu.
Penilaian kinerja keuangan sangat penting terutama bagi para
investor karena akan digunakan sebagai suatu keputusan
apakah perusahaan tempat investor akan menanamkan modal dan
mempertahankan investasinya atau akan berpindah investasi di
tempat lain.
Bagi perusahaan, penilaian kinerja keuangan dapat
digunakan untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh perusahaan
dalam suatu periode, dapat digunakan sebagai dasar penentuan
strategi perusahaan untuk masa yang akan datang, serta melihat
kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga dapat menilai
kontribusi suatu divisi/bagian dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
Untuk menilai kinerja keuangan pada perusahaan, dapat
menggunakan rasio atau indeks sebagai tolak ukur untuk menilai
dan menghubungkan dua data keuangan pada laporan keuangan
perusahaan.
Adapun beberapa perbandingan yang terdapat dalam jenis
analisis rasio keuangan meliputi dua bentuk, yaitu pertama,
perbandingan rasio antara satu perusahaan lain yang sejenis, dan
kedua yaitu membandingkan rasio di masa lalu, saat ini, ataupun
masa yang akan datang untuk perusahaan yang sama.

B. Kerangka Pemikiran
Laporan Realisasi Anggaran

Value for Money

Rasio Ekonomis Rasio Efisiensi Rasio Efektivitas

Kinerja Keuangan Disnaker Provsu


Gambar 1. Kerangka Konseptual

C. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap benar tetapi masih
harus dilakukan penelitian/pembuktian. Berdasarkan masalah diatas, maka
penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1: Kinerja Dinas Tenaga
Kerja kota Surakarta kurang ekonomis H2: Kinerja Dinas Tenaga Kerja
dan Teknologi Surakarta kurang efisien H3: Kinerja Dinas Tenaga Kerja
kota Surakarta kurang efektif

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu


Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Dinas Tenaga Kerja dan Teknologi
Kota Surakarta yang beralamatkan di Jl. Slamet Riyadi No.306, Sriwedari,
Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141, dengan waktu penelitian
dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu mulai Bulan Maret 2023 sampai dengan
bulan Mei 2023
B. Data Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
penelitian yang menggunakan data konkrit berupa angka-angka yang
dianalisis dengan teknik statistik untuk menghasilkan suatu
kesimpulan. Dimana data penelitian ini berupa data yang diambil dan
dihitung merupakan data Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah pada tahun 2019 sampai dengan 2021 pada Dinas
Tenaga Kerja Kota Surakarta.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder. Data sekunder yang diperoleh berupa dokumentasi yaitu
jumlah hasil dari anggaran pendapatan dan belanja daerah dan
realisasi pendapatan dan belanja daerah Dinas Tenaga Kerja Kota
Surakarta.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pengumpulan
data dokumentasi. Menurut Sugiyono (2019), dokumentasi merupakan
suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
dengan cara mempelajari dokumen untuk memperoleh informasi ataupun
data yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Sumber data
penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta. Data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu laporan realisasi anggaran Dinas Tenaga Kerja
Kota Surakarta pada tahun 2019-2021
C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013) variabel penelitian dapat diartikan sebagai
berikut: “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
(Dependent) dan variabel (Independent).
1. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel Terikat (Dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2019).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Value For Money.
2. Variabel Bebas (Independent)
Variabel Bebas (Independent)  merupakan variabel yang mepengaruhi
atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen/terikat (Sugiyono, 2019). Variabel independet dalam penelitian
ini adalah , Ekonomis, Efisiensi dan Efektifitas.
D. Teknik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan teknis analisis deskriptif. Analisis deskriptif
adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mengumpulkan data yang ada untuk selanjutnya dianalisis dan
diinterpretasikan sehingga mendapatkan hasil berupa gambaran yang
sebenarnya dari suatu masalah yang sedang diteliti. Data yang didapat akan
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus yang terdapat pada
prinsip value for money, yaitu rasio ekonomis, rasio efisiensi, dan rasio
efektivitas. Selanjutnya akan dijabarkan dalam bentuk deskriptif. Berikut
adalah tahapan-tahapan yang akan dilakukan:

1. Pengumpulan data
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data yang diperoleh dari Dinas
Tenaga Kerja Kota Surakarta. Data yang dikumpulkan berupa laporan
realisasi anggaran Kota Surakarta pada tahun 2019- 2021.
2. Melakukan analisis terhadap data
Pada tahap ini penulis akan membuat perhitungan value for money yaitu
rasio ekonomis, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi dengan
menggunakan rumus yang ada. Setelah itu, hasil setiap perhitungan akan
ditampilkan dalam bentuk tabel.
3. Mendeskripsikan hasil perhitungan
Tahap ini menjelaskan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada
setiap rasio yang ada dengan melihat berdasarkan kriteria masing-masing
rasio.
4. Menyimpulkan hasil penelitian yang telah dilakukan
Tahapan terakhir yaitu membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum tempat penelitian


Penelitian dilakukan di Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta yang ber alamat di
jalan Slamet Riyadi No 306, Sriwedari, Laweyan, Surakarta. Visi dari dinas
tenaga kerja Kota Surakarta adalah mewujudkan surakarta sebagai kota budaya
yang modern, tangguh, gesit, kreatif, dan sejahtera. Untuk misi adalah sebagai
berikut :
1. Mewujudkan kesehatan,  kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Kota
Surakarta melalui tata kelola ketenagakerjaan yang berkeadilan, inklusif dan
kompeten
2. Meningkatkan produktivitas kerja dan tata kelola Hubungan Industrial yang
harmonis, sinergi serta kolaboratif guna menunjang kondusivitas sektor
ketenagakerjaan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi
3. Mewujudkan infrastruktur sektor ketenagakerjaan yang menunjang
internalisasi nilai budaya
4. Meningkatkan kualitas dan kompetensi tenaga kerja yang dapat mendorong
daya saing
5. Mengembangkan tata kelola ketenagakerjaan yang berorientasi pada
pelayanan publik, profesional, cepat dan mudah

B. Struktur organisasi
Dinas Tenaga Kerja memiliki susunan organisasi Dinas Tenaga Kerja Kota
Surakarta, sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, terdiri atas :
a. Subbag Perencanaan dan Keuangan;
b. Subbag Administrasi, Kepegawaian dan Organisasi;
c. Jabatan Fungsional Lainnya.
3. Bidang Bidang Perencanaan dan Produktivitas Tenaga Kerja, terdiri atas :

a. Sub Koordinator Perencanaan, Penempatan Tenaga Kerja dan


Transmigrasi;
b. Sub Koordinasi Produktivitas Tenaga Kerja; dan
c. Jabatan Fungsional Lainnya.
4. Bidang Hubungan Industrial, terdiri atas:
a. Sub Koordinator Bina Perusahaan;
b. Sub Koordinator Pencegahan, Penyelesaian Perselisihan dan Kesejahteraan
Pekerja; dan
c. Jabatan Fungsional Lainnya
C. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
1. Rasio ekonomis
Untuk mengukur rasio ekonomis Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta,
peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :
Realisasi belanja
Rasio ekonomis= X 100%
Anggaran belanja
1.094.024.008.369
Tahun 2019 X 100%
= 1.168.171.011.000
= 0,936x100% = 93,6%
1.639.665.226.421
Tahun 2020 = X 100%
1.777.100.158.875
= 0,922x100% = 92,2%
131.875.706.658
Tahun 2021= 1.974.612.835.274 X 100%

= 0,066x100% = 6,6%
Tabel 4.1
Rasio Ekonomis
Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta
Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja % Rasio Ekonomis
2019 1.094.024.008.369 1.168.171.011.000 93,6% Ekonomis
2020 1.639.665.226.421 1.777.100.158.875 92,2% Ekonomis
2021 131.875.706.658 1.974.612.835.274 6,6% Tidak ekonomis

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat tabel rasio ekonomis Dinas Tenaga Kerja
Kota Surakarta pada tahun 2019 sampai 2021. Dari tabel tersebut diketahui
pada tahun 2019 rasio ekonomis sebesar 93,6% sehingga dinyatakan
ekonomis. Kemudian pada tahun 2020 raio ekonomis sebesar 92,2%
sehingga dinyatakan ekonomis dan pada tahun 2021 rasio ekonomis sebesar
6,6% sehingga dinyatakan rasio tidak ekonomis.
2. Rasio efisiensi
Untuk mengukur rasio efisiensi Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta, peneliti
menggunakan rumus sebagai berikut
Realisasi belanja
Rasio Efisiensi= Anggaran pendapatan X 100%

1.094.024.008.369
Tahun 2019 X 100%
1.122.362.458.000
=
= 0,974 = 97,4%
1.639.665.226.421
Tahun 2020= 1.101.505.000.000 X 100%

= 1,488 x 100% = 148,8%


131.875.706.658
Tahun 2021= X 100%
1.938.004.441.798
= 0,068 x 100% = 6,8%

Tabel 4.2
Rasio Efisiensi
Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta
Tahun Realisasi Belanja Anggaran Pendapatan % Rasio Efisiensi
2019 1.094.024.008.369 1.122.362.458.000 97,4% Kurang efisien
2020 1.639.665.226.421 1.101.505.000.000 148,8% Tidak efisien
2021 131.875.706.658 1.938.004.441.798 6,8% Sangat efisien

Tabel 4.2 merupakan tabel rasio efisiensi Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta
pada tahun 2019 sampai 2021. Dari tabel tersebut diketahui rasio efisiensi
tahun 2019 sebesar 97,4% sehingga dinyatakan kurang efisien, kemudian
pada tahun 2020 sebesar 148,8% sehingga dinyatakan tidak efisien. Serta
pada tahun 2021 sebesar 6,8% sehingga dinyatakan sangat efisien.

3. Rasio efektif
Untuk mengukur rasio efektif Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta, peneliti
menggunakan rumus sebagai berikut
Realisasi pendapatan
Rasio Efisiensi= Anggaran pendapatan X 100%

1.100.007.481.300
Tahun 2019= 1.122.362.458.000 X 100%

= 0,980 x 100% = 98%


1.831.319.373.387
Tahun 2020= X 100%
1.101.505.000.000
= 1,662 x 100% = 166,2%
254.898.526.520
Tahun 2021= X 100%
1.938.004.441.798
= 0.131 x 100% = 13,1 %
Tabel 4.3
Rasio Efektif
Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta
Tahun Realisasi pendapatan Anggaran Pendapatan % Rasio Efektif
2019 1.100.007.481.300 1.122.362.458.000 98% Efektif
2020 1.831.319.373.387 1.101.505.000.000 166,2% Sangat Efektif
2021 254.898.526.520 1.938.004.441.798 13,1 % Tidak efektif

Tabel 4.3 merupakan tabel rasio efektif Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta.
Dari tabel tersebut diketahui pada tahun 2019 rasio efektif sebesar 98%
sehingga dapat dinyatakan efektif. Kemudian pada tahun 2020 rasio efektif
sebesar 166,2% sehingga dapat dinyatakan sangat efektif. Serta pada tahun
2021 rasio efektif sebesar 13,1% sehingga dapat dinyatakan rasio tidak
efektif.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Rasio ekonomi
Nadia (2019) menjelaskan bahwa ekonomis memiliki pengertian bahwa
dalam memperoleh sumber daya (Input) sebaiknya dengan harga yang lebih
rendah (spending less) atau harga yang lebih mendekati harga pasar.
Ekonomi merupakan perbandingan input dengan biaya input ynang
dinyatakan dalam satuan monemeter.
Hasil penelitian analisis kinerja keuangan dengan pendekatan prinsip value for
money pada dinas tenaga kerja kota surakarta diketahui pada tahun 2019
rasio ekonomis sebesar 93,6% sehingga dinyatakan ekonomis. Kemudian
pada tahun 2020 raio ekonomis sebesar 92,2% sehingga dinyatakan
ekonomis dan pada tahun 2021 rasio ekonomis sebesar 6,6% sehingga
dinyatakan rasio tidak ekonomis.
Pengukuran tingkat ekonomis merupakan jumlah uang yang dikeluarkan
oleh organisasi sektor publik dalam menyediakan layanan publik. Tingkat
ekonomi pengelolaan keuangan memperhitungkan perbandingan tujuan
anggaran dan tingkat realisasi dan pencapaian anggaran. Grafik rasio
ekonomis penggunaan anggaran dinas tenaga kerja Kota Surakarta adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.1
Grafik rasio ekonomis

rasio ekonomi
180%
160% 166.20%
140%
120%
100%
80% 98.00%
60%
40%
20%
0% 13.10%
2019 0 2020 0 2021 0

Dilihat dari grafik di atas menunjukan bahwa ditahun 2019 dan 2020 dinas
tenaga kerja Kota Surakarta tergolong ekonomis dalam menggunakan
anggaran. Namun di tahun 2021 dinyatakan tidak ekonomis karena anggaran
belanja lebih besar daripada realisasi belanja.

2. Rasio efisiensi
Efisiensi merupakan pencapaian output yang maksimal dengan input tertentu
atau penggunaan input yang rendah untuk mencapai output tertentu.
Anggaran dinas tenaga kerja Kota Surakarta dikatakan efisiensi apabila
output lebih besar dari pada input, artinya bahwa dengan dana realisasi yang
digunakan bisa menghasilkan output yang lebih besar. Hasil analisis kinerja
keuangan dengan pendekatan prinsip value for money pada dinas tenaga kerja
kota urakarta diketahui rasio efisiensi tahun 2019 sebesar 97,4% sehingga
dinyatakan kurang efisien, kemudian pada tahun 2020 sebesar 148,8%
sehingga dinyatakan tidak efisien. Serta pada tahun 2021 sebesar 6,8%
sehingga dinyatakan sangat efisien.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tingkat rasio
efisiensi dinas tenaga kerja kota urakarta yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4.2
Grafik rasio efisiensi

rasio efisiensi
166.20%

98.00%

13.10%
2019 2020 2021

Dari grafik tersebut menunjukan bahwa rasio efisiensi pada tahun 2019-2021
mengalami fluktuasi karena pada tahun 2019 dinyatakan kurang efisien,
kemudian pada tahun 2020 dinyatakan tidak efisien dan pada tahun 2021
dinyatakan sangat efisien. Menurun peneliti terjadinya ketidakefisienan
anggaran pada dinas tenaga kerja Kota Surakarta disebabkan oleh adanya
pandemic covid-19 yang merubah program-program dinas tenaga kerja Kota
Surakarta.
3. Rasio efektif
Efektivitas adalah hubungan antara keluaran (output) dengan tujuan.
Efektivitas tidak menyatakan tentang beberapa besar biaya yang dikeluarkan
untuk mencapai tujuan tersebut. Kinerja dinas tenaga kerja Kota Surakarta
dikatakan efektif apabila output lebih besar dari outcome, artinya bahwa hasil
yang dicapai bisa melebihi dari tujuan atau tareget yang hendak diacapai.
Dari tabel tersebut diketahui pada tahun 2019 rasio efektif sebesar 98%
sehingga dapat dinyatakan efektif. Kemudian pada tahun 2020 rasio efektif
sebesar 166,2% sehingga dapat dinyatakan sangat efektif. Serta pada tahun
2021 rasio efektif sebesar 13,1% sehingga dapat dinyatakan rasio tidak
efektif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tingkat rasio
efektivitas dinas tenaga kerja kota surakarta yang dapat digambarkan sebagai
berikut
Gambar 4.3
Grafik rasio efektif

r as io ef ekti f
180%
160%
140%
120%
100%
Axis Title

80%
60%
40%
20%
0%
2019 2020 2021

Dari gratik tersebut menunjukan bahwa rasio efektif kinerja keuangan dinas
tenaga kerja Kota Surakarta tahun 2019-2021 mengalami fluktusi. Hal
tersebut disebabkan karena pada tahun 2019 dinyatakan efektif. Kemudian
pada tahun 2020 dinyatakan sangat efektif. Serta pada tahun 2021 dinyatakan
rasio tidak efektif.
Pengukuran Efektivitas merupakan rasio yang menggambarkan akibat dari
dampak (outcome) dari output program dalam mencapai tujuan program.
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan
atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit
organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa dinas tenaga kerja Kota Surakarta
belum dapat dinyatakan berhasil karena penggunaan anggaran masih
fluktuasi.

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Rasio ekonomis pada kinerja keuangan dengan pendekatan prinsip value for
money pada Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta pada tahun 2019 dan 2020
dinyatakan ekonomis. Kemudian pada tahun 2021 dinyatakan tidak
ekonomis.
2. Rasio efisiensi pada kinerja keuangan dengan pendekatan prinsip value for
money pada dinas tenaga kerja kota surakarta pada tahun 2019 dinyatakan
kurang efisien, kemudian pada tahun 2020 dinyatakan tidak efisien. Serta
pada tahun 2021 dinyatakan sangat efisien.
3. Rasio efektifitas pada kinerja keuangan dengan pendekatan prinsip value for
money pada dinas tenaga kerja kota Surakarta pada tahun 2019 dinyatakan
efektif. Kemudian pada tahun 2020 dinyatakan sangat efektif. Serta pada
tahun 2021 dinyatakan rasio tidak efektif.
B. Rekomendasi
1. Bagi dinas tenaga kerja Kota Surakarta
Untuk dinas tenaga kerja Kota Surakarta dapat meninjau kembali program-
programnya agar dapat memenuhi konsep value for money. Dari hasil analisa
data kinerja keuangan masih fluktuasif.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik
yang sama, diharapkan untuk melakukan pengukuran kinerja tidak hanya
diukur dengan konsep value for money saja, tetapi juga dapat diukur dengan
menggunakan rasio keuangan daerah sehingga hasil penelitian menunjukkan
hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Ardila, I., & Putri, AA (2015). Analizo de financa efikeco en Tebing Tinggi
District Court. Journal of Accounting and Business Research, 15 (1), 78-85.

Kementerian dalam negeri. (1997). Kepmendagri No. 690 900 327 1996:
Pedoman Penilaian dan Kinerja Keuangan. Sekretariat Negara: Jakarta

Kereta (2020). Analisis Kinerja Organisasi Sektor Publik (Studi Kasus di


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri) Tahun
2019. 151–156. Disertasi.
Surjadi (2009). Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: Refika Aditama

Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset

Sihombing, 2008. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan

Early Warning System (EWS) Pada PT. Asuransi Ramayana, Tbk Jakarta, 2009

Purwanti.2017.Anlisis Kinerja Berbasis Konsep Value For Money Pada Kegiatan Fisik Pekerjaan
Irigasi Donggala Kodi (Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu

Putra. 2015.Penilaian Kinerja Berbasis Value For Money Atas Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Tabana

Wira.2014.Analisis Kinerja Keuangan Pada Kegiatan Dinas Sosial Kabupaten Bintan Dengan
Menggunakan Konsep Value For Money

Indrayani.2018. Analisis Pengukuran Kinerja Dengan Menggunakan Konsep Value For Money
pada Pemerintah Kota Llhokseumawe (Studi Kasus Pada Dpkad Kota

Nazril. 2013. Penerapan Konsep Value For Money dalam Menilai Kinerja Pelayanan Sektor
Publik pada Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Kota Makassar

Dwi Ratmono (2015). Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual., Yogyakarta : UPP
STIM YKPN

Glynn, 2013. Business to Business Brand Management: Strategies, Cases, and


Solutions. United Kingdom: Emerald Group
Hutabarat (2020). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan. Banten: Desanta
Muliavisitama
Mahsun (2017). Metode Penelitian Bahasa Edisi Ketiga (Tahapan, Strategi,
Metode dan Tekniknya). Depok: PT Raja Grafindo Persada
Munawir (2012). “Analisis Laporan Keuangan”. Yogyakarta : UPP AMK YKPN
Jumingan.2017. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Pandapotan, 2021
Kusufi (2013) Value for money

Dien, A. NJ, Tinangon, J. dan Walandouw, S. (2015). Analisis Laporan


Pelaksanaan Anggaran Untuk Menilai Kinerja Keuangan Kantor Pelayanan
Pajak Daerah Kota Bitung. EMBA, 3(1), 2009-2013. agen tenaga kerja.
(2018). Laporan hasil 2018. Dikutip pada 15 Maret 2022 dari kantor
ketenagakerjaan: https: //disnaker.sumutprov.go.id/page/laporan
Associate Professor Pendidikan 2nd (2022). akuntan publik: Tujuan, Fitur dan
Ruang Lingkup. Kutipan tertanggal 18 Maret 2022 dari dosen ilmu
pendidikan: lektorucation.co.id/akuntansi-sektor-publik/
Khoiriyah, L. S (2020). Analisis Kinerja Organisasi Pekerjaan Umum dan
Layanan Migran di Provinsi Riau. Disertasi

Anda mungkin juga menyukai