Anda di halaman 1dari 20

JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.

2 DESEMBER 2014

PENERAPAN METODE BALANCE SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR


PENILAIAN KINERJA PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
(Studi Pada Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan
Kota Yogyakarta)

Yulaikah*
Sri Ayem
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
*yulaikah_ust@yahoo.com

ABSTRACT

Regional Tax Agency and Financial Management ( DPDPK ) Yogyakarta is one of


responsibility center in the structure organizations of local government that have an
important role in budget planning and controlling. This study aims to assess the performance
of DPDPK during 2009-2012 by using balanced scorecard . Balance scorecard is a
performance measurement which is translated into four perspectives of performance, namely:
the financial perspective, the perspective of local taxpayers, internal business process
perspective and learning and growth perspectives.
Based
on the analysis of performance measurement DPDPK Yogyakarta used the balanced
scorecard method can be concluded that the DPPDK performance during the years of 2009-
2012 considered quite good. Thereby the balance scorecard is suitable to be applied to the
DPDPK Yogyakarta because it can provide a more structured and comprehensive in all
aspects of the performance of both financial and non-financial organizations.

Keywords : Performance Measurement, Balanced Scorecard, Public Sector, DPDPK

PENDAHULUAN diperlukan penggunaan ukuran kinerja yang


Organisasi pemerintah pada era tidak hanya mengandalkan aspek keuangan
sekarang ini, baik pemerintah pusat maupun saja tetapi juga memperhatikan aspek-aspek
pemerintah daerah diharapkan untuk dapat nonkeuangan. Konsep balanced scorecard
menjadi akuntabel, kompetitif, ramah rakyat, yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton
dan berfokus pada kinerja. Organisasi (1993) merupakan salah satu metode
pemerintah diminta untuk memenuhi pengukuran kinerja dengan memasukkan
harapan berbagai kelompok stakeholders empat aspek/perspektif di dalamnya yaitu:
yaitu penerima layanan, karyawan, lembaga (1) perspektif keuangan; (2.) perspektif
pemberi pinjaman maupun hibah, pelanggan; (3.) perspektif proses bisnis
masyarakat dan pembayar pajak. Tuntutan internal; serta (4.) perspektif pembelajaran
tersebut mengharuskan organisasi dan pertumbuhan.
pemerintah untuk bertindak profesional Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan
sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta
swasta. merupakan unsur pemerintah daerah di
Untuk meningkatkan kinerja organisasi bidang pajak daerah dan pengelolaan
pemerintah/sektor publik, maka diperlukan keuangan daerah. DPDPK merupakan salah
suatu sistem berbasis kinerja. Kinerja yang satu pusat pertanggungjawaban dalam
baik harus mempunyai sistem pengukuran struktur organisasi pemerintah. Pusat-pusat
kinerja yang andal dan berkualitas, sehingga pertanggungjawaban organisasi mempunyai

23
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

peran yang sangat penting dalam melakukan berdasarkan perspektif wajib pajak
perencanaan dan pengendalian anggaran. daerah pada balance scorecard ?
DPDPK yang menjadi salah satu pusat 4. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak
pendapatan daerah, memiliki peran dan Daerah dan Pengelolaan Keuangan
tanggung jawab yang besar terhadap kota Yogyakarta bila diukur
pengelolaan keuangan, pendapatan dan berdasarkan perspektif proses bisnis
potensi daerah terutama pengoptimalan internal pada balance scorecard ?
pendapatan dari pajak daerah. 5. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak
Pengukuran kinerja sektor publik Daerah dan Pengelolaan Keuangan
sangat penting untuk menilai akuntabilitas kota Yogyakarta bila diukur
pemerintah daerah dalam melakukan berdasarkan perspektif pertumbuhan
pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan pembelajaran pada balance
bukan hanya sekedar kemampuan scorecard ?
menunjukkan bagaimana uang publik
dibelanjakan, akan tetapi meliputi LANDASAN TEORI
kemampuan yang menunjukkan bahwa uang Organisasi Sektor Publik
publik tersebut telah dibelanjakan secara Sektor publik adalah pemerintah
ekonomis, efisien dan efektif serta (government) yang memiliki peran atau tugas
manfaatnya dapat dirasakan oleh semua untuk menyejahterakan masyarakatnya,
lapisan masyarakat. dalam hal ini pemerintah sendiri diberi
Berdasarkan permasalahan tersebut,
peneliti ingin mengaplikasikan pengukuran dan menjamin pemenuhan kebutuhan barang
kinerja sektor publik dengan menggunakan dan jasa publik yang berdasarkan hukum.
metode balanced scorecard sehingga Organiasi sektor publik adalah organisasi
pengukuran kinerja tersebut dapat berimbang yang berhubungan dengan kepentingan
antara kinerja keuangan dan nonkeuangan, umum dan penyediaan barang atau jasa
dan dapat mengukur apakah visi, misi dan kepada publik yang dibayar melalui pajak
strategi yang dijalankan sudah terealisasi atau pendapatan negara lain yang diatur
sesuai keinginan, sehingga nantinya dapat dengan hukum (Mahsun, 2011).
diketahui apakah kinerja DPDPK Kota
Yogyakarta selama ini sudah dapat dikatakan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
baik atau belum. Pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.
RUMUSAN MASALAH Pertama, pengukuran kinerja sektor publik
Permasalahan yang akan dikaji dalam dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
penelitian ini adalah : pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan
1. Bagaimana penerapan balance untuk dapat membantu pemerintah berfokus
scorecard pada organisasi sektor pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
publik khususnya di Dinas Pajak Kedua, ukuran kinerja sektor publik
Daerah dan Pengelolaan Keuangan digunakan untuk pengalokasian sumber daya
Kota Yogyakarta? dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran
2. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
Daerah dan Pengelolaan Keuangan mewujudkan pertanggungjawaban publik
kota Yogyakarta bila diukur dan memperbaiki komunikasi dengan
berdasarkan perspektif keuangan pada pelanggan (Suwardika, 2011).
balance scorecard ? Pengukuran kinerja dapat disimpulkan
3. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak sebagai suatu metode atau alat yang
Daerah dan Pengelolaan Keuangan digunakan untuk menilai pencapaian
kota Yogyakarta bila diukur pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana
strategis sehingga dapat diketahui kemajuan

24
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

organisasi serta untuk meningkatkan kualitas bahwa pengambilan keputusan dilakukan


pengambilan keputusan dan akuntabilitas. secara objektif.
Jadi, pengukuran kinerja adalah proses
menilai kemajuan pencapaian tujuan dan Balance Scorecard
sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi Pada awal sekitar tahun 90an, balanced
guna mendukung pencapaian misi organisasi, scorecard ditemukan dan digunakan oleh
termasuk menilai efisiensi dan efektifitas Robert S. Kaplan dan David P. Norton
dari aktivitas-aktivitas organisasi. sebagai alat pengukuran kinerja manajemen
pada perusahaan-perusahaan swasta di
Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Amerika. Secara harfiah, pengertian
Pengukuran kinerja merupakan bagian balanced scorecard dapat dibagi dua yaitu
penting dari proses pengendalian yang diartikan bagian sebagai
manajemen, baik orgisasi publik maupun sebuah kartu laporan kinerja yang berisikan
swasta. Namun karena sifat dan karakteristik angka-angka dan yang artinya
organisasi publik berbeda dengan sektor seimbang.
swasta, penekanan dan orientasi pengukuran Kartu skor adalah kartu yang
kinerjanya pun terdapat perbedaan. Menurut digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
Mahmudi (2010), tujuan dilakukan penilaian suatu organisasi atau skor individu. Melalui
kinerja di sektor publik adalah; (1) kartu skor, skor yang hendak diwujudkan
Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi atau individu di masa depan
organisasi; (2) Menyediakan sarana dibandingkan dengan hasil kinerja
pembelajaran pegawai; (3) Memperbaiki sesungguhnya. Hasil perbandingan tersebut
kinerja periode berikutnya; (4) Memberikan digunakan untuk melakukan evaluasi atas
pertimbangan yang sistematik dalam kinerja organisasi atau individu yang
pembuatan keputusan pemberian reward dan bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan
punishment; (5) Memotivasi pegawai; dan untuk menunjukkan bahwa kinerja organisasi
(6) Menciptakan akuntabilitas publik. atau individu diukur secara berimbang dari
Menurut Mardiasmo (2002) manfaat dua aspek yaitu keuangan dan nonkeuangan,
pengukuran kinerja sektor publik bagi pihak jangka pendek dan jangka panjang, internal
internal dan eksternal organisasi, antara lain; dan eksternal (Rahmawati, dkk., 2006 dan
(1) Memberikan pemahaman mengenai Pratiwi, 2010).
ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja Menurut Kaplan dan Norton (1996)
manajemen; (2) Memberikan arah untuk balanced scorecard adalah suatu kerangka
mencapai kinerja yang telah ditetapkan; (3) kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai
Untuk memonitor dan mengevaluasi ukuran yang diturunkan dari strategi
pencapaian kinerja dan membandingakan perusahaan. Selain ukuran kinerja finansial
dengan target serta melakukan tindakan masa lalu balanced scorecard juga
korektif untuk memperbaiki kinerja; (4) memperkenalkan pendorong kinerja finansial
Sebagai dasar untuk memberikan masa depan yang meliputi: perspektif
penghargaan dan hukuman secara objektif pelanggan, proses bisnis internal dan
atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai pembelajaran serta pertumbuhan yang
dengan sistem pengukuran kinerja yang telah diturunkan dari proses penerjemahan strategi
disepakati; (5) Sebagai alat komunikasi perusahaan yang dilaksanakan secara
antara bawahan dan pimpinan dalam rangka eksplisit dan ketat kedalam berbagai tujuan
memperbaiki kinerja organisasi; (6) dan ukuran nyata
Membantu mengidentifikasi apakah
kepuasan pelanggan sudah terpenuhi; (7) Keunggulan Penerapan Balance Scorecard
Membantu memahami proses kegiatan Dari berbagai literatur dapat disimpulkan
instansi pemerintah; dan (8) Memastikan bahwa keunggulan dalam penerapan balance

25
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

scorecard pada suatu organisasi adalah perencanaan jangka panjang atau pendek,
sebagai berikut: aspek finansial atau nonfinansial, ukuran
kinerja masa lalu atau kinerja masa yang
Mencakup pengukuran kinerja akan datang serta sisi eksternal ataupun
nonfinansial dan sisi eksternal untuk internal organisasi.
Balanced scorecard mengukur kinerja
nonfinansial melalui perpektif kepuasan Balance Scorecard untuk Sektor Publik
pelanggan, bisnis internal dan pertumbuhan Pada awalnya balanced scorecard
serta pembelajaran sedangkan pengukuran didesain untuk organisasi bisnis yang
kinerja pada sisi eksternal adalah perspektif bergerak di sektor swasta, namun pada
kepuasan pelanggan. Dengan demikian, perkembangannya balanced scorecard dapat
balanced scorecard dipandang telah secara diterapkan pada organisasi sektor publik dan
komprehensif mengukur kinerja suatu organisasi nonprofit lainnya. Tujuan utama
organisasi. sektor publik bukan berorientasi pada aspek
1. Pengukuran kinerja yang koheren finansial semata. Organisasi sektor publik
Maksudnya pengukuran kinerja dengan mengukur keberhasilan melalui kemampuan
menggunakan balanced scorecard mengatur pengeluaran sejumlah anggaran
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yang berwujud pada kebutuhan masyarakat,
antara masing-masing item ukuran kinerja instansi pemerintah lain dan pemerintah
yang diarahkan untuk mencapai visi pusat (stakeholders). Dengan demikian,
organisasi. fokus utama organisasi sektor publik bukan
2. Penilaian kinerja yang terukur pada pencapaian tujuan finansial namun pada
Semua sasaran strategis dapat diukur tujuan yang berfokus pada pelanggan yaitu
dengan jelas dengan menggunakan model masyarakat dan pemerintah pusat.
balanced scorecard baik untuk perspektif Keberhasilan sektor publik diukur melalui
yang bersifat kuantitaif maupun kualitatif. efektivitas dan efisiensi dalam memenuhi
3. Keseimbangan dalam pengukuran kebutuhan stakeholders yang diwujudkan
berbagai aspek kinerja melalui tujuan-tujuan yang berwujud
Keseimbangan dalam perencanaan (tangibles objectives).
strategis diwujudkan kedalam kinerja setiap
perspektif balanced scorecard baik untuk

Tabel 1
Perbedaan Perspektif Balanced Scorecard pada
Sektor Swasta dan Sektor Publik

Organisasi Swasta/Bisnis
Perspektif Organisasi Pemerintah (Public
(Private Sector)
Sector)
Keuangan Bagaimana kita melihat dan Bagaimana kita melihat dan
memberikan nilai kepada memberikan nilai kepada
pemegang saham? masyarakat dan/atau pembayar
pajak?
Pelanggan Bagaimana pelanggan melihat Bagaimana masyarakat pengguna
dan mengevaluasi kinerja kita ? layanan publik melihat dan
mengevaluasi kinerja kita?
Proses Internal Apa yang harus diunggulkan Apakah program-program
dari proses dan produk kita? pembangunan yang dilaksanakan
telah memberikan hasil-hasil
sesuai dengan yang
diinginkan/diharapkan?

26
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

Pertumbuhan Dapatkah kita melanjutkan Dapatkah kita melanjutkan untuk


dan untuk meningkatkan dan meningkatkan dan menciptakan
Pembelajaran menciptakan nilai kepada nilai untuk masyarakat/pembayar
pelanggan, pemegang saham, pajak, aparatur dan pejabat,
karyawan, manajemen serta organisasi pemerintah, dan
organisasi? stakeholders.
Sumber : Gaspersz, 2006

Organisasi sektor publik menempatkan Pada Organisasi Sektor Publik


perpektif pelanggan sebagai prioritas utama (Sumber: Robertson dalam Mahsun, 2009)
dalam menjalankan organisasi, artinya
strategi organisasi sektor publik akan Tujuan dan Manfaat Penerapan Balance
ditujukan untuk peningkatan pelayanan Scorecard Pada Sektor Publik
publik. Setiap target kinerja pada perspektif Tujuan penerapan balanced scorecard
keuangan, bisnis internal dan pertumbuhan pada pengukuran kinerja organisasi publik
serta pembelajaran akan diarahkan pada adalah untuk menyatakan adanya
upaya-upaya peningkatan kepuasan keseimbangan antara berbagai ukuran
pelanggan/publik, tolok ukur sukses atau internal dan eksternal untuk menghasilkan
gagalnya penyelengaraan suatu layanan berbagai proses manajemen penting (Sari,
publik adalah kepuasan publik. Keberhasilan 2013) yaitu: (1) memperjelas dan
organisasi sektor publik yang diukur melalui menerjemahkan misi dan strategi organisasi;
efektivitas dan efisisensi dalam memberikan (2) mengkomunikasikan dan mengaitkan
pelayanan kepada masyarakat membuat berbagai tujuan dan ukuran strategis; (3)
organisasi sektor publik perlu menetapkan merencanakan dan menetapkan sasaran
indikator-indikator dan target pengukuran untuk menyelaraskan berbagai inisiatif
kinerja yang berorientasi kepada masyarakat. organisasi; dan (4) meningkatkan umpan
Pengukuran kinerja tersebut dapat balik dan pembelajaran utamanya
meningkatkan pertanggungjawaban dan didalam membenahi strategis organisasi
memperbaiki proses pengambilan keputusan. menuju pelayanan yang lebih baik.
Dengan demikian strategy mapping Melalui sistem pengukuran kinerja
balanced scorecard pada organisasi sektor balance scorecard, organisasi pemerintah
publik tersaji menjadi seperti yang terlihat akan mampu menjelaskan misinya kepada
pada gambar 1. masyarakat dan dapat mengidentifikasi
Gambar 1. indikator kepuasan masyarakat secara lebih
Strategy Mapping Balanced Scorecard transparan, objektif dan terukur serta mampu
mengidentifikasi proses kerja dan kualitas
sumber daya manusia yang dibutuhkan
dalam mencapai misi dan strateginya. Ada
Perspektif Pelanggan
beberapa manfaat bagi organisasi sektor
publik jika menggunakan balanced
scorecard, (Oskar, 2007) dalam Sari (2013)
Perspektif Keuangan yaitu: (1) balance scorecard menempatkan
seluruh organisasi dalam proses
pembelajaran; (2) keputusan penganggaran
menjadi lebih rasional; (3) memfasilitasi
Perspektif Bisnis Internal
perbaikan kinerja; (4) memperbaiki
komunikasi kepada stakeholders; (5)
memberikan data untuk acuan.
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran

27
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

METODE PENELITIAN Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian


Sifat Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus
Berdasarkan fungsinya, penelitian ini yaitu pengumpulan data dengan mengambil
termasuk penelitian evaluatif. Penelitian beberapa elemen dan kemudian masing-
evaluatif dimaksudkan untuk mengukur masing elemen diteliti dan dianalisis,
keberhasilan suatu program, produk atau kesimpulan yang dihasilkan hanya berlaku
kegiatan tertentu (Danim, 2000). untuk elemen-elemen yang diteliti saja.
Tujuan penelitian evaluatif adalah Penelitian ini dilakukan di Dinas Pajak
untuk mengetahui keterlaksanaan kebijakan, Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK)
bukan hanya pada kesimpulan sudah Kota Yogyakarta. Pemilihan lokasi
terlaksana dengan baik atau tidaknya, tetapi penelitian dilakukan secara sengaja
ingin mengetahui kalau belum baik (purposive) dengan pertimbangan bahwa
implementasinya, apa yang menjadi objek penelitian dianggap relevan dengan
penyebabnya, terletak dimana titik permasalahan yang diteliti.
kelemahannya dan kalau lemah apa
sebabnya. Dengan adanya penelitian Variabel Penelitian
evaluatif, maka sebuah lembaga dapat Berikut adalah tabel tolok ukur penilaian
ditingkatkan mutu kinerjanya, atau dengan kinerja DPDPK Kota Yogyakarta dengan
kata lain penelitian evaluatif ini mempunyai metode balance scorecard:
manfaat sebagai pengembangan kualitas
(Arikunto, 2010: 37).
Tabel 2.
Tolok Ukur Pengukuran Kinerja DPDPK Kota Yogyakarta
Dengan Metode Balance Scorecard

No Perspektif Tolok Ukur Sasaran Strategis


1. Keuangan a. Rasio Ekonomis Menigkatnya efektivitas dan
b. Rasio Efektivitas efisiensi belanja daerah.
c. Rasio Efisiensi Mengembangkan pengelolaan
keuangan daerah secara efektif,
efisien, transparan dan
akuntabel.
2. Masyarakat a. Akuisisi Wajib Pajak Tingkat kepatuhan wajib pajak
Pembayar (WP) Daerah daerah bertambah.
Pajak b. Retensi WP Daerah Meningkatnya pendapatan
c. Kepuasan WP Daerah daerah.
3. Proses Bisnis a. Sarana dan Prasarana Peningkatan pelayanan kepada
Internal b. Proses masyarakat/wajib pajak daerah
c. Kepuasan Bekerja Peningkatan kualitas bekerja
pegawai
4. Pertumbuhan a. Retensi Pegawai Berkurangnya jumlah
dan b. Motivasi Kerja pegawai yang keluar
Pembelajaran c. Kesempatan Tingkat waktu penyelesain
Mengembangkan Diri pekerjaan lebih cepat
d. Inovasi Terciptanya iklim kerja yang
e. Suasana Bekerja kondusif dan menyengankan.
Sumber: Hasil analisis, 2013
Jenis dan Sumber Data 2010:172). Data yang digunakan dalam
Sumber data dalam penelitian adalah subjek penelitian ini adalah berupa data primer dan
dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, data sekunder. Data primer dalam penelitian

28
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

ini diperoleh dengan cara wawancara serta data yang mencakup perspektif wajib
langsung (tidak terstruktur) dengan beberapa pajak daerah dan perspektif proses bisnis
pegawai yang terkait secara langsung dengan internal.
data dalam penelitian dan penyebaran
kuesioner kepada beberapa pegawai dinas Skala dan Instrumen Penelitian
pada setiap bagian atau unit kerja. Skala pengukuran merupakan kesepakatan
Data sekunder yang digunakan dalam yang digunakan sebagai acuan untuk
penelitian ini antara lain: mengambil dan menentukan panjang pendeknya interval
mengolah data yang sudah ada, yakni yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
dokumen-dokumen yang dimiliki oleh tersebut bila digunakan dalam pengukuran
organisasi seperti: struktur organisasi, data akan menghasilkan data kuantitatif.
mengenai laporan keuangan organisasi, data Sedangkan alat ukur yang digunakan dalam
mengenai jumlah pelanggan wajib pajak penelitian tersebut dinamakan instrumen
daerah serta data pendukung lainnya. penelitian (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Metode Pengumpulan Data skala likert dengan interval 1-5 sebagai skala
Metode pengumpulan data dalam penelitian pengukuran untuk menilai sikap, pendapat
ini antara lain dilakukan dengan melakukan maupun persepsi seseorang atau sekelompok
wawancara (tidak terstruktur) dengan bagian- orang terhadap kinerja DPDPK Kota
bagian yang terkait dengan pembahasan Yogyakarta dengan metode balance
dalam penelitian ini. Selain itu, metode scorecard. Sedangkan instrumen penelitian
pengumpulan data juga dilakukan dengan yang digunakan adalah teknik analisis rasio
membagikan kuesioner kepada 40 pegawai keuangan (value for money) untuk perspektif
DPDPK yang nantinya hasil pengolahan keuangan, analisis persentase akusisi, retensi
kuesioner tersebut digunakan untuk serta kepuasan wajib pajak daerah (WPD)
mengukur kinerja organisasi dari perspektif untuk perspektif WPD serta kuesioner untuk
proses bisnis internal serta perspektif perspektif proses bisnis internal serta
pertumbuhan dan pembelajaran. Kemudian perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
untuk metode dokumentasi dalam penelitian Pada tabel berikut disajikan penjelasan untuk
ini dilakukan dengan mengumpulkan data masing-masing skala pengukuran yang
keuangan (anggaran dan realisasi anggaran) dimaksud.

1. Skala Pengukuran Perspektif Keuangan


Tabel 3
Skala Pengukuran Perspektif Keuangan

Skala Kinerja
Nilai Konversi Kategori
Keuangan
RASIO EKONOMIS
<80% 5 Sangat Ekonomis
80% - 85% 4 Ekonomis
85% - 90% 3 Cukup Ekonomis
90% - 95% 2 Tidak Ekonomis
>95% 1 Sangat Tidak Ekonomis
RASIO EFEKTIVITAS
>95% 5 Sangat Efektif
80% - 95% 4 Efektif
65% - 80% 3 Cukup Efektif
50% - 65% 2 Tidak Efektif
<50% 1 Sangat Tidak Efektif

29
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

RASIO EFISIENSI
<100% 5 Sangat Efisien
100% - 110% 4 Efisien
110% - 120% 3 Cukup Efisien
120% - 130% 2 Tidak Efisien
>130% 1 Sangat Tidak Efisien
Sumber : Sugiyono, 2010, diolah kembali.

2. Skala Pengukuran Perspektif Masyarakat Pembayar Pajak (WPD)


Tabel 4
Skala Pengukuran Perspektif WPD

Skala Kepuasan WPD Nilai Konversi Kategori


AKUSISI WPD
Peningkatan 5 Baik
Konstan/Fluktuatif 3 Sedang
Menurun 1 Kurang
RETENSI WPD
Peningkatan 5 Baik
Konstan/Fluktuatif 3 Sedang
Menurun 1 Kurang
KEPUASAN WPD
81,26 - 100,00 5 Sangat Baik
62,51 - 81,25 4 Baik
43,76 - 62,50 3 Kurang Baik
25,00 - 43,75 2 Tidak Baik
<25,00 1 Sangat Tidak Baik
Sumber : Sugiyono, 2010, diolah kembali.

3. Skala Pengukuran Perspektif Kuesioner


Tabel 5
Skala Pengukuran Kuesioner
Skala Kategori
5 Sangat Setuju/Sangat Puas
4 Setuju/Puas
3 Cukup Setuju/Cukup Puas
2 Tidak Setuju/Tidak Puas
1 Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Puas
Sumber : Sugiyono, 2010, diolah kembali.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pengujian Instrumen Penelitian
pegawai pada DPDPK Kota Yogyakarta. Pengujian ini dilakukan untuk menguji
Sampel untuk kuesioner dalam penelitian ini kuesioner yang nantinya digunakan untuk
berjumlah 40 responden dari populasi mengukur kinerja DPDPK berdasarkan
sebanyak 140 jumlah pegawai pada DPDPK perspektif proses bisnis internal serta
Kota Yogyakarta pada tahun 2013. Hasil perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
pengolahan kuesioner tersebut dijadikan Data diuji dengan menggunakan SPSS versi
dasar untuk menilai kinerja DPDPK dari 16.0. Penelitian diharapkan dapat
perspektif proses bisnis internal serta memperoleh hasil yang objektif (valid) dan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dapat diuji konsistensinya (reliability).
30
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

Pengujian dengan menggunakan uji validitas pengelolaan keuangan daerah yang dipimpin
dengan menggunakan rumus korelasi oleh seorang kepala dinas yang
product moment (Pearson) yaitu, pertanyaan berkedudukan di bawah dan bertanggung
dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari jawab kepada walikota melalui sekretaris
r tabel. Nilai r tabel dalam penelitian ini daerah. DPDPK mempunyai tugas pokok
adalah 0,312 dengan degree of fredom (df) melaksanakan urusan pemerintahan daerah
sebesar 5% atau 0,05 sedangkan uji berdasarkan asas otonomi dan tugas
reliabilitas menggunakan Alpha dengan nilai pembantuan di bidang pajak daerah dan
> 70% (Ghozali: 2011). pengelolaan keuangan daerah.
Menjadi fasilitator dan
Metode Analisis Data motivator pengelolaan pajak daerah dan
Metode analisis data yang digunakan dalam keuangan daerah yang efektif, efisien,
penelitian ini adalah analisis deskriptif transparan dan accountable untuk
kuantitatif dan kualitatif yaitu peneliti mendukung ketatalaksanaan pemerintah
melakukan pengumpulan data yang terdiri daerah yang berkualitas
dari data keuangan dan nonkeuangan, DPDPK yaitu Mewujudkan peningkatan
kemudian mengolah data, menganalisis data pelayanan dan pendapatan daerah melalui
dan mengambil kesimpulan. Dengan pajak daerah dan mewujudkan peningkatan
menggunakan skala likert pada interval 1 5 dan pengembangan pengelolaan keuangan
maka nilai kinerja akhir DPDPK Kota daerah yang efektif, efisien, transparan dan
Yogyakarta dapat mencerminkan kategori accountable
kinerja yang telah ditetapkan sebagaimana
terlihat pada tabel berikut: Pengukuran Kinerja DPDPK Kota
Yogyakarta Dengan Metode Balance
Tabel 6 Scorecard
Penilaian Akhir Kinerja Balance 1. Perspektif Keuangan
Scorecard Seperti yang tercantum dalam balance
Nilai Skala Kategori scorecard DPDPK Kota Yogyakarta, sasaran
>90% 5 Sangat Baik strategik untuk perspektif keuangan adalah
80% - 90% 4-4,9 Baik tercapainya efektivitas dan efesiensi
70% - 80% 3-3,9 Cukup Baik penggunaan dana. Pengukuran yang akan
60% - 70% 2-2,9 Tidak Baik dilakukan dalam perspektif ini ditujukan
<60% 1-1,9 Sangat Tidak untuk melihat bagaimana keberhasilan
Baik DPDPK Kota Yogyakarta dalam mengelola
Sumber : Sugiyono, 2010, diolah kembali anggaran belanja dan pendapatannya.
Penilaian perspektif keuangan dilakukan
PEMBAHASAN dengan mengggunakan perhitungan analisis
Deskripsi Objek Penelitian rasio ekonomis, efektivitas dan efisiensi
Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan (value for money) dengan membandingkan
Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta jumlah anggaran belanja dan pendapatan
merupakan unsur pelaksana pemerintah DPDPK.
daerah di bidang pajak daerah dan

31
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

Rekapitualasi hasil nilai kinerja perspektif


keuangan terlihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7
Rekapitulasi Nilai Kinerja Perspektif Keuagan
DPDPK Kota Yogyakarta

Tahun Rasio Ekonomis Rasio Efektivitas Rasio Efisiensi Jumlah

2009 86,45% 102,41% 16,93%


2010 91,50% 98,81% 12,05%
2011 89,37% 103,32% 13,15%
2012 84,13% 105,45% 9,74%
Rata-rata 87,86% 102,50% 12,98%
Cukup Ekonomis Sangat Efektif Sangat Efisien
Nilai 3 5 5 13
Skor Rata-rata 4,33
Kategori Baik
Sumber : Data sekunder, diolah (2013)

Rata-rata rasio ekonomis selama empat tahun Kota Yogyakarta selama empat tahun
berturut-turut yaitu tahun 2009-2012 adalah tersebut sangat efektif karena persentase
sebesar 87,86%, hal tersebut menunjukkan rasionya lebih dari 95%. Dengan
bahwa selama tahun 2009-2012 DPDPK menggunakan skala likert maka nilai untuk
telah melakukan penghematan belanja dinas rasio efektivitas DPDPK adalah 5 dan
sebesar 12,30% atau sebesar Rp termasuk kategori sangat efektif.
58.813.740.744,00 (selisih antara anggaran Rasio efiseinsi pada tahun anggaran 2009 ke
belanja dan realisasi belanja) dari total tahun anggaran 2010 mengalami penurunan
anggaran belanja dinas. Dengan demikian, sebanyak 4,88% dan pada tahun anggaran
dapat disimpulkan bahwa kinerja DPDPK 2010 ke tahun anggaran 2011 mengalami
Kota Yogyakarta selama empat tahun kenaikan sebanyak 1,2%. Sedangkan pada
tersebut cukup ekonomis karena persentase tahun anggaran 2012 mengalami penurunan
rasionya berada diantara 85%-90%. Dengan sebesar 3,51%. Rata-rata rasio efisiensi
menggunakan skala likert maka nilai untuk selama empat tahun berturut-turut yaitu
rasio ekonomis adalah 3 dan termasuk dalam tahun 2009-2012 adalah sebesar 12,99%,
kategori cukup ekonomis. sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja
Rasio efektivitas pada tahun anggaran 2009 DPDPK Kota Yogykarta selama empat tahun
ke tahun anggaran 2010 mengalami tersebut sangat efisien karena persentase
penurunan sebanyak 3,6% dan pada tahun rasionya kurang dari 100%. Dengan
anggaran 2010 ke tahun anggaran 2011 menggunakan skala likert maka nilai untuk
mengalami kenaikan sebanyak 4,51. rasio efisensi adalah 5 dan termasuk dalam
Sedangkan pada tahun anggaran 2012 kategori sangat efisien.
kembali mengalami kenaikan sebesar 2,13%. Berdasarkan penilaian kinerja keuangan
Rata-rata rasio efektivitas selama empat DPDPK Kota Yogyakarta dengan
tahun berturut-turut yaitu tahun 2009-2012 menggunakan metode analisis value for
adalah sebesar 102,50%, artinya DPDPK money tersebut, maka secara umum dapat
mampu menghasilkan pendapatan sebanyak disimpulkan bahwa kinerja DPDPK dari
1,03 kali dari yang ditargetkan. Sehingga perspektif keuangan dianggap baik dengan
dapat disimpulkan bahwa kinerja DPDPK

32
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

nilai rata-rata sebesar 4,33 sebagaimana tahunnya meskipun pada tahun 2012 retensi
terlihat pada tabel 7 tersebut. WPD mengalami penurunan sebesar 3,44%.
Namun demikian secara keseluruhan, tingkat
2. Perspektif Masyarakat Pembayar retensi wajib pajak daerah DPDPK dalam
Pajak (Wajib Pajak Daerah/WPD) kurun waktu 2009 hingga 2012 dinilai baik
Untuk melaukan penilaian kinerja perspektif dan diberi skor 5.
wajib pajak daerah dilakukan dengan Untuk mengukur tingkat kepuasan
menggunakan 3 variabel tolok ukur yaitu masyarakat/wajib pajak daerah (WPD), pada
akuisisi WPD, retensi WPD dan kepuasan tahun 2013 Unit pelayanan bidang pajak
WPD. Akuisisi WPD merupakan daerah melakukan survei dengan menyebar
kemampuan organisasi dalam memperoleh kuesioner kepada 150 wajib pajak daerah
WPD baru. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagai responden. Hasil Indeks Kepuasan
persentase tambahan wajib pajak daerah Masyarakat (IKM) unit pelayanan bidang
yang berhasil diperoleh DPDPK Kota pajak daerah menunjukkan bahwa
Yogyakarta. Dari jumlah wajib pajak daerah masyarakat merasa puas dengan pelayanan
Kota Yogyakarta selama tahun 2009-2012 yang diberikan oleh unit pelayanan bidang
diketahui bahwa terjadi kenaikan jumlah pajak daerah DPDPK Kota Yogyakarta
pajak dari tahun ke tahun, namun jumlah dengan nilai sebesar 79,45 dan termasuk
WPD baru dari tahun ke tahun sendiri kategori baik. Tingkat kepuasan WPD juga
mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dinilai dari jumlah kenaikan
menunjukkan bahwa akuisisi wajib pajak (penurunan) pendapatan asli daerah yang
daerah DPDPK tahun 2010-2012 dinilai berupa realisasi pajak daerah selama 4 tahun
kurang dan diberi skor 1. berturut-turut yaitu dari tahun 2009-2012.
Retensi WPD digunakan untuk mengukur Data realisasi pajak daerah menunjukkan
tingkat dimana DPDPK Kota Yogyakarta bahwa realisasi pajak daerah terus meningkat
dapat mempertahankan hubungan dengan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
wajib pajak daerah. Dari perhitungan jumlah dengan peningkatan sebesar 8,18%, 35,04%
kenaikan atau penurunan WPD Kota dan 73,35% atau rata-rata pertumbuhan
Yogyakarta diketahui bahwa persentase berdasarkan tahun dasar 2009 sebesar
retensi WPD menunjukkan angka 38,86%.
pertumbuhan dari tahun 2010-2011 sebesar Berdasarkan pembahasan tiap variabel
100% artinya DPDPK mampu tingkat kepuasan WPD tersebut, maka secara
mempertahankan semua wajib pajaknya keseluruhan penilaian kinerja perspektif
bahkan berhasil menarik wajib pajak baru. WPD dikategorikan cukup baik/cukup
Hal tersebut dibuktikan dengan puas dengan nilai rata-rata sebesar 3,3
meningkatnya jumlah wajib pajak setiap sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 8.Nilai Kinerja


Perspektif Masyarakat Pembayar Pajak (WPD)

No. Varibel Perspektif WPD Nilai Kategori


1. Akuisisi WPD 1
2. Retensi WPD 5
3. Kepuasan WPD 4
Jumlah 10
Nilai Rata-rata 3,33 Cukup Baik
Sumber: Data Penelitian, diolah kembali (2013).

33
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

3. Perspektif Proses Bisnis Internal Selanjutnya, penulis melakukan pengujian


Penilaian kinerja dengan perspektif proses validitas dan reabilitas pada instrumen
bisnis dan internal dilakukan dengan penelitian berupa kuesioner yang nantinya
membagikan kuesioner kepada 40 pegawai akan digunakan untuk menilai prespektif
DPDPK, dari 40 responden mayoritas proses bisnis internal serta perspektif
berumur 36-46 tahun sebanyak 42,5%, pertumbuhan dan pembelajaran. Berikut
berjenis kelamin wanita sebanyak 60%, latar adalah rekapitulasi hasil pengujian validitas
belakang pendidikan terakhir 47,5% adalah dan reabilitas kuesioner untuk prespektif
S1 sedangkan masa kerja responden proses bisnis internal yang terlihat pada tabel
mayoritas sudah lebih dari 10 tahun yaitu 9 berikut:
sebanyak 50%.

Tabel 9.
Hasil Uji Validitas
Perspektif Proses Bisnis Internal

No. Variabel/Indikator r hitung r tabel Keterangan


1. Sarana dan Prasarana
1 0.371 0.312 Valid
2 0.541 0.312 Valid
3 0.347 0.312 Valid
4 0.707 0.312 Valid
5 0.418 0.312 Valid
6 0.611 0.312 Valid
7 0.640 0.312 Valid
2. Proses
Kedisiplinan Pegawai
1 0.713 0.312 Valid
2 0.463 0.312 Valid
3 0.513 0.312 Valid
4 0.565 0.312 Valid
5 0.770 0.312 Valid
Ketepatan Penyampaian Laporan
1 0.383 0.312 Valid
2 0.480 0.312 Valid
3 0.627 0.312 Valid
4 0.611 0.312 Valid
5 0.780 0.312 Valid
Ketaatan Terhadap SOP
1 0.641 0.312 Valid
2 0.651 0.312 Valid
3 0.680 0.312 Valid
4 0.325 0.312 Valid

34
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

5 0.677 0.312 Valid


Kinerja Pelayanan Internal
1 0.494 0.312 Valid
2 0.451 0.312 Valid
3 0.612 0.312 Valid
4 0.661 0.312 Valid
5 0.529 0.312 Valid
6 0.561 0.312 Valid
7 0.666 0.312 Valid
3. Kepuasan Bekerja
1 0.538 0.312 Valid
2 0.424 0.312 Valid
3 0.407 0.312 Valid
4 0.677 0.312 Valid
5 0.703 0.312 Valid
6 0.441 0.312 Valid
Sumber: Data Primer, Diolah 2014

Validitas adalah tingkat keandalan dan Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan
kesahihan alat ukur yang digunakan. apakah instrumen yang dalam hal ini
Intrumen dikatakan valid berarti kuesioner dapat digunakan lebih dari satu
menunjukkan alat ukur yang dipergunakan kali, paling tidak oleh responden yang sama
untuk mendapatkan data itu valid atau dapat akan menghasilkan data yang
digunakan untuk mengukur apa yang konsisten. Instrumen penelitian dikatakan
seharusnya di ukur (Sugiyono, 2013:121). reliabel apabila nilai -nya
Suatu pernyataan dikatakan valid apabila lebih besar dari 70% atau 0,70 (Ghozali,
nilai r hitung lebih besar dari r tabel untuk 2011). Dari hasil uji reabilitas dengan
degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini bantuan SPSS 16 diketahui bahwa semua
adalah jumlah sampel (Ghozali, 2011). Dari indikator pertanyaan dalam kuesioner
hasil pengujian validitas pada tabel 9. perspektif proses bisnis internal dinyatakan
tersebut terlihat bahwa semua indikator pada reliabel seperti terlihat dalam tabel 10.
setiap item pertanyaan dalam kuesioner
dinyatakan valid.

Tabel 10.
Hasil Uji Reabilitas
Perspektif Proses Bisnis Internal

No. Variabel Cronbach's Alpha Keterangan


1. Sarana dan Prasarana 0.780 Reliabel
2. Proses
Kedisiplinan Kehadiran Pegawai 0.806 Reliabel
Ketepatan Penyampaian Laporan 0.789 Reliabel
Ketaatan Terhadap SOP 0.773 Reliabel
Kinerja Pelayanan Internal 0.810 Reliabel
3. Kepuasan Bekerja 0.776 Reliabel
Sumber: Data Primer, Diolah 2014

35
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

Kemudian untuk melihat jawaban responden masing variabel dalam perspektif proses
dalam mendukung tujuan organisasi dalam bisnis internal tersebut, sebagian besar
memberikan pelayanan dan responden menyatakan cukup puas atas
pertanggungjawaban yang optimal terhadap upaya DPDPK dalam mendukung tujuan
masyarakat, dilakukan analisis deskriptif organisasi dengan nilai rata-rata sebesar 3,96
terhadap jawaban responden dalam sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 11
kuesioner. Berdasarkan hasil penjelasan berikut:
distribusi jawaban responden pada masing-
Tabel 11.
Nilai Perspektif Proses Bisnis Internal
No. Variabel Nilai Rata-rata Kategori
1. Sarana dan Prasarana 3,91
2. Proses 3,84
3. Kepuasan Bekerja 4,12
Rata-rata 3,96 Cukup Baik
Sumber: Data Primer, Diolah 2014
inovasi dan suasana dalam bekerja. Variabel
Dari tabel 11. tersebut, nilai terendah retensi pegawai dinilai dengan menggunakan
perspektif proses bisnis internal terletak pada perbandingan jumlah karyawan yang masuk
variabel proses yaitu sebesar 3,84 yang dan keluar selama tahun 2009-2012,
menyangkut kedisiplinan kehadiran pegawai, sedangkan untuk ketiga variabel sisanya
ketepatan penyampaian laporan, ketaatan dinilai dengan menggunakan kuesioner yang
terhadap Prosedur Operasi Standar (POS) dibagikan kepada 40 pegawai DPDPK.
serta kinerja pelayanan internal. Responden dalam persepektif pertumbuhan
dan pembelajaran adalah sama dengan yang
4. Perspektif Pertumbuhan dan responden pada perspektif proses bisnis dan
Pembelajaran internal.
Pada perspektif ini, pengukuran dilakukan Berdasarkan hasil uji validitas dan reabilitas,
dengan 4 tolok ukur penilaian kinerja yang kuesioner dalam perspektif pertumbuhan dan
meliputi: retensi pegawai, motivasi kerja pembelajaran dinyatakan valid dan reliabel,
pegawai, kesempatan mengembangkan diri, seperti terlihat pada tabel 12 dan tabel 13.

Tabel 12.
Hasil Uji Validitas
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

No. Variabel/Indikator r hitung r tabel Keterangan


1. Motivasi Kerja Pegawai
1 0.568 0.312 Valid
2 0.606 0.312 Valid
3 0.530 0.312 Valid
4 0.701 0.312 Valid
5 0.640 0.312 Valid
6 0.533 0.312 Valid
7 0.490 0.312 Valid
2. Kesempatan Mengembangkan Diri
1 0.489 0.312 Valid

36
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

2 0.499 0.312 Valid


3 0.803 0.312 Valid
4 0.798 0.312 Valid
5 0.573 0.312 Valid
3. Inovasi
1 0.562 0.312 Valid
2 0.733 0.312 Valid
3 0.768 0.312 Valid
4 0.787 0.312 Valid
5 0.457 0.312 Valid
4. Suasana Dalam Bekerja
1 0.402 0.312 Valid
2 0.497 0.312 Valid
3 0.776 0.312 Valid
4 0.655 0.312 Valid
5 0.659 0.312 Valid
6 0.668 0.312 Valid
Sumber: Data Primer, Diolah 2014

Tabel 13.
Hasil Uji Reabilitas
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

No. Variabel Cronbach's Alpha Keterangan


1. Motivasi Kerja Pegawai 0.824 Reliabel
2. Kesempatan Mengembangkan Diri 0.826 Reliabel
3. Inovasi 0.849 Reliabel
4. Suasana Dalam Bekerja 0.822 Reliabel
Sumber: Data Primer, Diolah 2014

Dari jumlah pegawai DPDPK Kota dalam bekerja, dengan menggunakan skala
Yogyakarta yang masuk dan keluar diketahui likert nilai rata-rata tingkat motivasi pegawai
bahwa retensi pegawai dari tahun 2009-2011 dalam bekerja didapat hasil sebesar 3,98 atau
terus mengalami peningkatan setiap dapat dikategorikan pegawai cukup
tahunnya, sedangkan untuk tahun 2012 termotivasi.
mengalami penurunan. Keluarnya pegawai Variabel kesempatan mengembangkan diri
DPDPK sendiri lebih dikarenakan pegawai menggambarkan tingkat kepuasan pegawai
yang bersangkutan telah memasuki masa DPDPK atas program-program
pensiun. Dengan skala likert retensi pegawai pengembangan diri yang diterapkan
DPDPK Kota Yogyakarta dinilai kurang organisasi. Dalam variabel kesempatan
dan diberi skor 1. pengembangan diri, distribusi jawaban
Motivasi kerja pegawai merupakan variabel responden secara keseluruhan menunjukkan
yang menggambarkan tingkat kepuasan tingkat kepuasan yang tinggi yaitu sebanyak
pegawai DPDPK atas kebijakan-kebijakan 58% responden menyatakan setuju dengan
yang diterapkan pada organisasi. Distribusi sistem yang diterapkan organisasi dalam
jawaban responden menunjukkan sebagian mengembangkan kapasitas sumber daya
besar responden menyatakan termotivasi manusia di DPDPK. Dengan menggunakan
37
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

skala likert secara umum didapat nilai rata- bahwa sebagain besar pegawai telah
rata tingkat kepuasan responden terhadap melakukan inovasi dalam bekerja dengan
kesempatan pengembangan diri yang presentase jawaban setuju sebesar 71,5 %.
diterapkan DPDPK sebesar 3,82 atau dapat Dengan menggunakan skala likert, maka
dikategorikan setuju. nilai rata-rata tingkat inovasi pegawai
Inovasi merupakan variabel yang DPDPK adalah sebesar 3,85 atau dapat
menunjukkan adanya kesempatan bagi dikategorikan setuju.
pegawai DPDPK untuk kreatif dan Dari hasil penjelasan tiap variabel yang
menemukan hal-hal baru dalam upaya menjadi tolok ukur perspektif pertumbuhan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat. dan pembelajaran tersebut, maka secara
Pada variabel inovasi, distribusi jawaban umum hasil akhir penilaian kinerja untuk
responden secara keseluruhan menyatakan perspektif ini dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14.
Nilai Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Nilai
No. Variabel Kategori
Rata-rata
1. Retensi Pegawai 1
2. Motivasi Kerja 3,98
3. Kesempatan Mengembangkan Diri 3,82
4. Inovasi Pegawai 3,85
5. Suasana dalam Bekerja 3,87
Rata-rata 3,30 Cukup Baik
Sumber: Data Primer, Diolah 2014

Hasil Pengukuran Kinerja dengan Kota Yogyakarta secara keseluruhan selama


Balance Scorecard tahun 2009-2012 berdasarkan masing-
Berdasarkan penilaian kinerja dengan empat masing perspektif dapat dilihat pada tabel 15.
perspektif di atas, maka hasil kinerja DPDPK berikut:

Tabel 15.
Rekapitulasi Hasil Pengukuran Kinerja DPDPK Kota Yogykarta
Dengan Metode Balance Scorecard

Nilai Nilai
Nilai Per
No. Perspektif Tolok Ukur Kinerja Kinerja
Variabel
Akhir Akhir (%)
a. Rasio Ekonomis 3 60
1. Keuangan a. Rasio Efektivitas 5 100
b. Rasio Efisiensi 5 100
Jumlah Skor 13 4,33 86,6
Masyarakat a. Akuisisi WPD 5 100
2. Pembayar Pajak b. Retensi WPD 1 20
(WPD) c. Kepuasan WPD 4 80
Jumlah Skor 10 3,33 66,6
a. Sarana & Prasarana 3,91 78,2
Proses Bisnis
3. b. Proses 3,84 76,8
Internal
c. Kepuasan Bekerja 4,12 82,4
Jumlah Skor 11,87 3,96 79,13
a. Retensi Pegawai 1 20
Pertumbuhan
b. Motivasi Kerja 3,98 79,6
4. dan
c. Kesempatan
Pembelajaran 3,82 76,4
Mengembangkan Diri

38
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

d. Inovasi 3,85 77
e. Suasana Dalam Bekerja 3,87 77,4
Jumlah Skor 16,52 3,30 66,08
Jumlah Total 14,92 298,41
Nilai Rata-rata Total 3,73 74,60
sumber: data penelitian yang diolah kembali

Pada tabel 15. tersebut menunjukkan bahwa dengan nilai terendah pada variabel
nilai tertinggi kinerja DPDPK terletak pada proses yang menyangkut kedisiplinan
perspektif keuangan yaitu sebesar 4,33 atau kehadiran pegawai, ketepatan
86,6% dan nilai kinerja terendah ada pada penyampaian laporan, ketaatan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap Prosedur Operasi Standar
yaitu sebesar 3,30 atau 66,08%. Dengan (POS), dan kinerja pelayanan internal.
demikian, secara keseluruhan nilai capaian Melalui kuesioner yang dibagikan
akhir kinerja DPDPK Kota Yogyakarta kepada 40 pegawai DPDPK sebagai
selama 4 tahun (2009-2012) adalah sebesar respondennya diketahui bahwa
3,73 atau 74,60% dan dengan menggunakan sebagian besar responden menyatakan
skala likert maka nilai kinerja tersebut cukup puas atas upaya DPDPK dalam
termasuk dalam kategori Cukup Baik. mendukung tujuan organisasi.
5. Pada perspektif pertumbuhan dan
SIMPULAN pembelajaran, secara umum nilai rata-
Kesimpulan rata kinerja DPDPK adalah 3,30 atau
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dikategorikan cukup baik. Nilai rata-
data yang telah dijelaskan sebelumnya, rata terendah terletak pada variabel
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai retensi pegawai yang berarti bahwa
berikut: jumlah pegawai yang keluar dari tahun
1. Metode balance scorecard dapat ke tahun semakin banyak. Hal tersebut
diterapkan pada DPDPK Kota dikarenakan banyak pegawai DPDPK
Yogyakarta sebagai tolok ukur yang telah memasuki masa pensiun.
pengukuran kinerja organisasi karena 6. Secara keseluruhan, penilaian kinerja
DPDPK sendiri telah DPDPK Kota Yogyakarta dengan
memformulasikan visi, misi, dan metode balance scorecard dalam
strategi organisasinya dengan jelas. kurun waktu 4 tahun (2009-2012)
2. Penilaian kinerja DPDPK Kota dinyatakan cukup baik dengan skor
Yogyakarta dari perspektif keuangan rata-rata sebesar 3,73 atau 74,60%.
dinilai baik dengan nilai rata-rata Nilai kinerja akhir DPDPK yang
sebesar 4,33 menunjukkan bahwa berada pada kisaran 70%-80% tersebut
DPDPK mampu mengelola anggaran mengindikasikan bahwa masih banyak
pendapatan dan belanjanya secara hal yang harus ditingkatkan oleh
efektif dan efisien. DPPDK dalam memberikan pelayanan
3. Pada perspektif masyarakat pembayar maupun pertanggungjawabannya
pajak, kinerja DPDPK dikategorikan kepada masyarakat. Selain itu, kategori
cukup baik dengan nilai rata-rata kinerja DPDPK yang cukup baik juga
sebesar 3,3 yang berarti bahawa menunjukkan bahwa DPDPK belum
DPDPK dinilai telah mampu secara maksimal melaksanankan
memberikan tingkat kepuasan yang program/kegiatan yang ada dalam
cukup kepada wajib pajak daerah. rencana strategis organisasi.
4. Pada perspektif proses bisnis internal,
kinerja DPDPK dinilai cukup baik
dengan nilai rata-rata sebesar 3,96

39
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

Implikasi telah dirumuskan sebelumnya oleh


Berdasarkan hasil penelitian ini didapat Robertson.
beberapa hasil temuan yang berimplikasi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya, Keterbatasan Penelitian
antara lain: Penelitian ini memiliki beberapa
1. Aspek penyebab tinggi rendahnya keterbatasan, antara lain:
retensi pegawai pada organisasi sektor 1. Penilaian kinerja pada perspektif
publik berbeda dengan sektor swasta. pertumbuhan dan pembelajaran belum
Pada sektor swasta, tingkat retensi dilakukan secara menyeluruh
pegawai pada umumnya dipengaruhi dikarenakan keterbatasan data berupa
oleh aspek internal perusahaan seperti data pegawai DPDPK Kota
suasana dalam bekerja dan tingkat Yogyakarta yang mengikuti
kompensasi/gaji yang diberikan oleh pelatihan/diklat/seminar. Hal tersebut
perusahaan. Sedangkan dalam dikarenakan tidak adanya sistem
penelitian ini, tingkat retensi pegawai administrasi pencatatan yang memadai
DPDPK lebih disebabkan oleh serta berganti-gantinya pegawai yang
banyaknya pegawai dinas yang telah bertanggung jawab atas urusan
memasuki masa pensiun. administrasi tersebut yang tidak
2. Dalam penelitian ini diketahui bahwa meninggalkan salinan data/arsip.
hasil kinerja pada perspektif keuangan 2. Teknik pengumpulan data dalam
tidak dipengaruhi secara langsung oleh penelitian ini (wawancara) masih
hasil kinerja pada ketiga perspektif terbatas. Peneliti belum bisa
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian melakukan wawancara secara
ini nilai tertinggi terletak pada terstruktur untuk menggali informasi
perspektif keuangan, namun hal lebih mendalam berkaitan dengan
tersebut tidak diikuti dengan nilai yang obyek yang diteliti.
sama pada ketiga perspektif lainnya. 3. Penelitian ini tidak sampai mengukur
Artinya, kinerja organisasi sektor outcomes atau dampak langsung bagi
publik yang baik dilihat dari perspektif kinerja DPDPK Kota Yogyakarta di
keuangan belum tentu menggambarkan masa mendatang setelah adanya
kepuasan yang tinggi pula bagi penelitain ini. Peneliti tidak melakukan
masyarakat sehingga organisasi sektor penelusuran lebih lanjut kepada objek
publik masih perlu meningkatkan yang diteliti atas temuan-temuan dari
kinerja organisasinya dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.
melakukan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat melalui Saran
pengoptimalan keterampilan dan Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan
keahlian sumber daya manusianya penelitian yang telah diuraikan tersebut,
maupun pembenahan sistem kinerja maka saran-saran yang dapat diberikan
internal organisasinya. adalah sebagai berikut:
Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat a. Bagi DPDPK Kota Yogyakarta
disimpulkan bahwa pengukuran kinerja pada 1) DPDPK Kota Yogyakarta sebaiknya
organisasi sektor swasta berbeda dengan lebih banyak meningkatkan kinerja
pengukuran kinerja pada organisasi sektor dari perspektif pertumbuhan dan
publik dimana tujuan utamanya terletak pada pembelajaran untuk meningkatkan
perspektif wajib pajak daerah bukan kapabilitas sumber daya manusia
perspektif keuangan. Hal tersebut dalam organisasi, salah satunya dengan
mendukung teori strategy mapping balance cara memberikan pelatihan-pelatihan
scorecard pada organisasi sektor publik yang berkesinambungan kepada seluruh
pegawai secara merata.

40
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

2) DPDPK Kota Yogyakarta sebaiknya penilaian kinerja suatu organisasi


mulai melakukan pembenahan sistem sektor publik.
administrasi tata usaha atau kearsipan 5) Sebaiknya pengukuran kinerja diukur
agar jika sewaktu-waktu diperlukan, sampai outcomes-nya sehingga
data-data dapat dengan mudah dampak dari hasil penelitian terhadap
ditemukan. Hal tersebut juga sesuai obyek yang diteliti dapat diketahui
dengan penilaian pada variabel proses secara langsung serta dapat dilakukan
dalam perspektif proses bisnis internal tahapan evaluasi.
yang dinilai masih rendah daripada
variabel lainnya. Selain itu, aspek REFERENSI
kedisiplinan kehadiran pegawai, Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
ketepatan penyampaian laporan, Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
ketaatan terhadap Prosedur Operasi Jakarta: Rineka Cipta.
Standar (POS) serta kinerja pelayanan Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian
internal juga perlu ditingkatkan. untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta:
Bumi Aksara.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
1) Penelitian selanjutnya diharapkan Gaspersz, Vincent. 2006. Balanance
dapat melakukan pengumpulan data Scorecard Denngan Six Sigma Untuk
empiris secara lengkap sehingga Organisasi Bisnis dan Pemerintah.
evaluasi kinerja organisasi sektor Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
publik dapat dilakukan secara
maksimal/menyeluruh. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
2) Penelitian selanjutnya diharapkan Multivarite dengan Program IBM
dapat menambah variabel-variabel SPSS. Cetakan V. Semarang : Badan
penelitian yang lain dan Penerbit UNDIP.
memperbanyak sampel yang ada.
3) Penelitian selanjutnya diharapkan Kaplan, Robert, S., Norton David, P. 1993.
dapat menggunakan teknik Putting the Balance Scorecard to
pengumpulan data yang lebih Work. Harvard Bussiness Review.
terstruktur dan menyeluruh agar
informasi yang diperoleh dari obyek Kaplan, Robert S., Norton David, P. 1996.
yang diteliti dapat menghasilkan hasil Balance Scorecard: Translating
analisis data yang lebih akurat dan Strategy into Action. Harvard Business
dapat dipercaya. School Press. Peter R.Yosi Pasla,
4) Variabel retensi pegawai pada M.B.A (penterjemah). 2000, Balance
perspektif pertumbuhan dan Scorecard : Menerapkan Strategi
pembelajaran sebaiknya tidak lagi menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga.
dijadikan indikator pengukuran kinerja Mahsun, Mohammad, 2009. Pengukuran
pada organisasi pemerintahan (pegawai Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
negeri sipil) karena faktor yang BPFE.
menyebabkan keluar masuknya Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor
pegawai pada organsasi pemerintahan Publik. Yogyakarta: UPP STIM
lebih disebabkan karena pegawai telah YKPN.
memasuki masa pensiun bukan Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
dipengaruhi langsung oleh lingkungan Yogyakarta: ANDI.
organisasi itu sendiri. Jadi, variabel ini Pratiwi, Umi. 2010. Balance Scorecard dan
kurang dapat dijadikan salah satu Manajemen Strategik. Jurnal Ilmiah 11
faktor yang dapat mendukung (2): 166-174.

41
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014

Rahmawati,dkk. 2006. Analisis Kinerja


Organisasi Publik Dengan Metode ________. 2013. Metode Penelitian
Balance Scorecard. Jurnal Ilmu Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Administrasi dan Kebijakan Publik Bandung: Alfabeta.
3(1 ):78-88.
Suwardika, I Nyoman. 2011. Analisi Kinerja
Sari, Lia. 2013. Balance Scorecard Pada Organisasi Sektor Publik
Organisasi Sektor Publik (sebuah studi Menggunakan Balance Scorecard
literatur). Jurnal Ilmiah 5(2): 15-23. (Studi pada Badan Pendidikan dan
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pelatihan Provinsi Jawa Timur).
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Publikasi Ilmiah. Universitas
Kualitatif, dan HRD. Bandung: Brawijaya e Malang.
Alfabeta.

42

Anda mungkin juga menyukai