2 DESEMBER 2014
Yulaikah*
Sri Ayem
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
*yulaikah_ust@yahoo.com
ABSTRACT
23
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
peran yang sangat penting dalam melakukan berdasarkan perspektif wajib pajak
perencanaan dan pengendalian anggaran. daerah pada balance scorecard ?
DPDPK yang menjadi salah satu pusat 4. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak
pendapatan daerah, memiliki peran dan Daerah dan Pengelolaan Keuangan
tanggung jawab yang besar terhadap kota Yogyakarta bila diukur
pengelolaan keuangan, pendapatan dan berdasarkan perspektif proses bisnis
potensi daerah terutama pengoptimalan internal pada balance scorecard ?
pendapatan dari pajak daerah. 5. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak
Pengukuran kinerja sektor publik Daerah dan Pengelolaan Keuangan
sangat penting untuk menilai akuntabilitas kota Yogyakarta bila diukur
pemerintah daerah dalam melakukan berdasarkan perspektif pertumbuhan
pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan pembelajaran pada balance
bukan hanya sekedar kemampuan scorecard ?
menunjukkan bagaimana uang publik
dibelanjakan, akan tetapi meliputi LANDASAN TEORI
kemampuan yang menunjukkan bahwa uang Organisasi Sektor Publik
publik tersebut telah dibelanjakan secara Sektor publik adalah pemerintah
ekonomis, efisien dan efektif serta (government) yang memiliki peran atau tugas
manfaatnya dapat dirasakan oleh semua untuk menyejahterakan masyarakatnya,
lapisan masyarakat. dalam hal ini pemerintah sendiri diberi
Berdasarkan permasalahan tersebut,
peneliti ingin mengaplikasikan pengukuran dan menjamin pemenuhan kebutuhan barang
kinerja sektor publik dengan menggunakan dan jasa publik yang berdasarkan hukum.
metode balanced scorecard sehingga Organiasi sektor publik adalah organisasi
pengukuran kinerja tersebut dapat berimbang yang berhubungan dengan kepentingan
antara kinerja keuangan dan nonkeuangan, umum dan penyediaan barang atau jasa
dan dapat mengukur apakah visi, misi dan kepada publik yang dibayar melalui pajak
strategi yang dijalankan sudah terealisasi atau pendapatan negara lain yang diatur
sesuai keinginan, sehingga nantinya dapat dengan hukum (Mahsun, 2011).
diketahui apakah kinerja DPDPK Kota
Yogyakarta selama ini sudah dapat dikatakan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
baik atau belum. Pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.
RUMUSAN MASALAH Pertama, pengukuran kinerja sektor publik
Permasalahan yang akan dikaji dalam dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
penelitian ini adalah : pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan
1. Bagaimana penerapan balance untuk dapat membantu pemerintah berfokus
scorecard pada organisasi sektor pada tujuan dan sasaran program unit kerja.
publik khususnya di Dinas Pajak Kedua, ukuran kinerja sektor publik
Daerah dan Pengelolaan Keuangan digunakan untuk pengalokasian sumber daya
Kota Yogyakarta? dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran
2. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak kinerja sektor publik dimaksudkan untuk
Daerah dan Pengelolaan Keuangan mewujudkan pertanggungjawaban publik
kota Yogyakarta bila diukur dan memperbaiki komunikasi dengan
berdasarkan perspektif keuangan pada pelanggan (Suwardika, 2011).
balance scorecard ? Pengukuran kinerja dapat disimpulkan
3. Bagaimana hasil kinerja Dinas Pajak sebagai suatu metode atau alat yang
Daerah dan Pengelolaan Keuangan digunakan untuk menilai pencapaian
kota Yogyakarta bila diukur pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana
strategis sehingga dapat diketahui kemajuan
24
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
25
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
scorecard pada suatu organisasi adalah perencanaan jangka panjang atau pendek,
sebagai berikut: aspek finansial atau nonfinansial, ukuran
kinerja masa lalu atau kinerja masa yang
Mencakup pengukuran kinerja akan datang serta sisi eksternal ataupun
nonfinansial dan sisi eksternal untuk internal organisasi.
Balanced scorecard mengukur kinerja
nonfinansial melalui perpektif kepuasan Balance Scorecard untuk Sektor Publik
pelanggan, bisnis internal dan pertumbuhan Pada awalnya balanced scorecard
serta pembelajaran sedangkan pengukuran didesain untuk organisasi bisnis yang
kinerja pada sisi eksternal adalah perspektif bergerak di sektor swasta, namun pada
kepuasan pelanggan. Dengan demikian, perkembangannya balanced scorecard dapat
balanced scorecard dipandang telah secara diterapkan pada organisasi sektor publik dan
komprehensif mengukur kinerja suatu organisasi nonprofit lainnya. Tujuan utama
organisasi. sektor publik bukan berorientasi pada aspek
1. Pengukuran kinerja yang koheren finansial semata. Organisasi sektor publik
Maksudnya pengukuran kinerja dengan mengukur keberhasilan melalui kemampuan
menggunakan balanced scorecard mengatur pengeluaran sejumlah anggaran
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yang berwujud pada kebutuhan masyarakat,
antara masing-masing item ukuran kinerja instansi pemerintah lain dan pemerintah
yang diarahkan untuk mencapai visi pusat (stakeholders). Dengan demikian,
organisasi. fokus utama organisasi sektor publik bukan
2. Penilaian kinerja yang terukur pada pencapaian tujuan finansial namun pada
Semua sasaran strategis dapat diukur tujuan yang berfokus pada pelanggan yaitu
dengan jelas dengan menggunakan model masyarakat dan pemerintah pusat.
balanced scorecard baik untuk perspektif Keberhasilan sektor publik diukur melalui
yang bersifat kuantitaif maupun kualitatif. efektivitas dan efisiensi dalam memenuhi
3. Keseimbangan dalam pengukuran kebutuhan stakeholders yang diwujudkan
berbagai aspek kinerja melalui tujuan-tujuan yang berwujud
Keseimbangan dalam perencanaan (tangibles objectives).
strategis diwujudkan kedalam kinerja setiap
perspektif balanced scorecard baik untuk
Tabel 1
Perbedaan Perspektif Balanced Scorecard pada
Sektor Swasta dan Sektor Publik
Organisasi Swasta/Bisnis
Perspektif Organisasi Pemerintah (Public
(Private Sector)
Sector)
Keuangan Bagaimana kita melihat dan Bagaimana kita melihat dan
memberikan nilai kepada memberikan nilai kepada
pemegang saham? masyarakat dan/atau pembayar
pajak?
Pelanggan Bagaimana pelanggan melihat Bagaimana masyarakat pengguna
dan mengevaluasi kinerja kita ? layanan publik melihat dan
mengevaluasi kinerja kita?
Proses Internal Apa yang harus diunggulkan Apakah program-program
dari proses dan produk kita? pembangunan yang dilaksanakan
telah memberikan hasil-hasil
sesuai dengan yang
diinginkan/diharapkan?
26
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
27
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
28
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
ini diperoleh dengan cara wawancara serta data yang mencakup perspektif wajib
langsung (tidak terstruktur) dengan beberapa pajak daerah dan perspektif proses bisnis
pegawai yang terkait secara langsung dengan internal.
data dalam penelitian dan penyebaran
kuesioner kepada beberapa pegawai dinas Skala dan Instrumen Penelitian
pada setiap bagian atau unit kerja. Skala pengukuran merupakan kesepakatan
Data sekunder yang digunakan dalam yang digunakan sebagai acuan untuk
penelitian ini antara lain: mengambil dan menentukan panjang pendeknya interval
mengolah data yang sudah ada, yakni yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
dokumen-dokumen yang dimiliki oleh tersebut bila digunakan dalam pengukuran
organisasi seperti: struktur organisasi, data akan menghasilkan data kuantitatif.
mengenai laporan keuangan organisasi, data Sedangkan alat ukur yang digunakan dalam
mengenai jumlah pelanggan wajib pajak penelitian tersebut dinamakan instrumen
daerah serta data pendukung lainnya. penelitian (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Metode Pengumpulan Data skala likert dengan interval 1-5 sebagai skala
Metode pengumpulan data dalam penelitian pengukuran untuk menilai sikap, pendapat
ini antara lain dilakukan dengan melakukan maupun persepsi seseorang atau sekelompok
wawancara (tidak terstruktur) dengan bagian- orang terhadap kinerja DPDPK Kota
bagian yang terkait dengan pembahasan Yogyakarta dengan metode balance
dalam penelitian ini. Selain itu, metode scorecard. Sedangkan instrumen penelitian
pengumpulan data juga dilakukan dengan yang digunakan adalah teknik analisis rasio
membagikan kuesioner kepada 40 pegawai keuangan (value for money) untuk perspektif
DPDPK yang nantinya hasil pengolahan keuangan, analisis persentase akusisi, retensi
kuesioner tersebut digunakan untuk serta kepuasan wajib pajak daerah (WPD)
mengukur kinerja organisasi dari perspektif untuk perspektif WPD serta kuesioner untuk
proses bisnis internal serta perspektif perspektif proses bisnis internal serta
pertumbuhan dan pembelajaran. Kemudian perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
untuk metode dokumentasi dalam penelitian Pada tabel berikut disajikan penjelasan untuk
ini dilakukan dengan mengumpulkan data masing-masing skala pengukuran yang
keuangan (anggaran dan realisasi anggaran) dimaksud.
Skala Kinerja
Nilai Konversi Kategori
Keuangan
RASIO EKONOMIS
<80% 5 Sangat Ekonomis
80% - 85% 4 Ekonomis
85% - 90% 3 Cukup Ekonomis
90% - 95% 2 Tidak Ekonomis
>95% 1 Sangat Tidak Ekonomis
RASIO EFEKTIVITAS
>95% 5 Sangat Efektif
80% - 95% 4 Efektif
65% - 80% 3 Cukup Efektif
50% - 65% 2 Tidak Efektif
<50% 1 Sangat Tidak Efektif
29
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
RASIO EFISIENSI
<100% 5 Sangat Efisien
100% - 110% 4 Efisien
110% - 120% 3 Cukup Efisien
120% - 130% 2 Tidak Efisien
>130% 1 Sangat Tidak Efisien
Sumber : Sugiyono, 2010, diolah kembali.
Pengujian dengan menggunakan uji validitas pengelolaan keuangan daerah yang dipimpin
dengan menggunakan rumus korelasi oleh seorang kepala dinas yang
product moment (Pearson) yaitu, pertanyaan berkedudukan di bawah dan bertanggung
dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari jawab kepada walikota melalui sekretaris
r tabel. Nilai r tabel dalam penelitian ini daerah. DPDPK mempunyai tugas pokok
adalah 0,312 dengan degree of fredom (df) melaksanakan urusan pemerintahan daerah
sebesar 5% atau 0,05 sedangkan uji berdasarkan asas otonomi dan tugas
reliabilitas menggunakan Alpha dengan nilai pembantuan di bidang pajak daerah dan
> 70% (Ghozali: 2011). pengelolaan keuangan daerah.
Menjadi fasilitator dan
Metode Analisis Data motivator pengelolaan pajak daerah dan
Metode analisis data yang digunakan dalam keuangan daerah yang efektif, efisien,
penelitian ini adalah analisis deskriptif transparan dan accountable untuk
kuantitatif dan kualitatif yaitu peneliti mendukung ketatalaksanaan pemerintah
melakukan pengumpulan data yang terdiri daerah yang berkualitas
dari data keuangan dan nonkeuangan, DPDPK yaitu Mewujudkan peningkatan
kemudian mengolah data, menganalisis data pelayanan dan pendapatan daerah melalui
dan mengambil kesimpulan. Dengan pajak daerah dan mewujudkan peningkatan
menggunakan skala likert pada interval 1 5 dan pengembangan pengelolaan keuangan
maka nilai kinerja akhir DPDPK Kota daerah yang efektif, efisien, transparan dan
Yogyakarta dapat mencerminkan kategori accountable
kinerja yang telah ditetapkan sebagaimana
terlihat pada tabel berikut: Pengukuran Kinerja DPDPK Kota
Yogyakarta Dengan Metode Balance
Tabel 6 Scorecard
Penilaian Akhir Kinerja Balance 1. Perspektif Keuangan
Scorecard Seperti yang tercantum dalam balance
Nilai Skala Kategori scorecard DPDPK Kota Yogyakarta, sasaran
>90% 5 Sangat Baik strategik untuk perspektif keuangan adalah
80% - 90% 4-4,9 Baik tercapainya efektivitas dan efesiensi
70% - 80% 3-3,9 Cukup Baik penggunaan dana. Pengukuran yang akan
60% - 70% 2-2,9 Tidak Baik dilakukan dalam perspektif ini ditujukan
<60% 1-1,9 Sangat Tidak untuk melihat bagaimana keberhasilan
Baik DPDPK Kota Yogyakarta dalam mengelola
Sumber : Sugiyono, 2010, diolah kembali anggaran belanja dan pendapatannya.
Penilaian perspektif keuangan dilakukan
PEMBAHASAN dengan mengggunakan perhitungan analisis
Deskripsi Objek Penelitian rasio ekonomis, efektivitas dan efisiensi
Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan (value for money) dengan membandingkan
Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta jumlah anggaran belanja dan pendapatan
merupakan unsur pelaksana pemerintah DPDPK.
daerah di bidang pajak daerah dan
31
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
Tabel 7
Rekapitulasi Nilai Kinerja Perspektif Keuagan
DPDPK Kota Yogyakarta
Rata-rata rasio ekonomis selama empat tahun Kota Yogyakarta selama empat tahun
berturut-turut yaitu tahun 2009-2012 adalah tersebut sangat efektif karena persentase
sebesar 87,86%, hal tersebut menunjukkan rasionya lebih dari 95%. Dengan
bahwa selama tahun 2009-2012 DPDPK menggunakan skala likert maka nilai untuk
telah melakukan penghematan belanja dinas rasio efektivitas DPDPK adalah 5 dan
sebesar 12,30% atau sebesar Rp termasuk kategori sangat efektif.
58.813.740.744,00 (selisih antara anggaran Rasio efiseinsi pada tahun anggaran 2009 ke
belanja dan realisasi belanja) dari total tahun anggaran 2010 mengalami penurunan
anggaran belanja dinas. Dengan demikian, sebanyak 4,88% dan pada tahun anggaran
dapat disimpulkan bahwa kinerja DPDPK 2010 ke tahun anggaran 2011 mengalami
Kota Yogyakarta selama empat tahun kenaikan sebanyak 1,2%. Sedangkan pada
tersebut cukup ekonomis karena persentase tahun anggaran 2012 mengalami penurunan
rasionya berada diantara 85%-90%. Dengan sebesar 3,51%. Rata-rata rasio efisiensi
menggunakan skala likert maka nilai untuk selama empat tahun berturut-turut yaitu
rasio ekonomis adalah 3 dan termasuk dalam tahun 2009-2012 adalah sebesar 12,99%,
kategori cukup ekonomis. sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja
Rasio efektivitas pada tahun anggaran 2009 DPDPK Kota Yogykarta selama empat tahun
ke tahun anggaran 2010 mengalami tersebut sangat efisien karena persentase
penurunan sebanyak 3,6% dan pada tahun rasionya kurang dari 100%. Dengan
anggaran 2010 ke tahun anggaran 2011 menggunakan skala likert maka nilai untuk
mengalami kenaikan sebanyak 4,51. rasio efisensi adalah 5 dan termasuk dalam
Sedangkan pada tahun anggaran 2012 kategori sangat efisien.
kembali mengalami kenaikan sebesar 2,13%. Berdasarkan penilaian kinerja keuangan
Rata-rata rasio efektivitas selama empat DPDPK Kota Yogyakarta dengan
tahun berturut-turut yaitu tahun 2009-2012 menggunakan metode analisis value for
adalah sebesar 102,50%, artinya DPDPK money tersebut, maka secara umum dapat
mampu menghasilkan pendapatan sebanyak disimpulkan bahwa kinerja DPDPK dari
1,03 kali dari yang ditargetkan. Sehingga perspektif keuangan dianggap baik dengan
dapat disimpulkan bahwa kinerja DPDPK
32
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
nilai rata-rata sebesar 4,33 sebagaimana tahunnya meskipun pada tahun 2012 retensi
terlihat pada tabel 7 tersebut. WPD mengalami penurunan sebesar 3,44%.
Namun demikian secara keseluruhan, tingkat
2. Perspektif Masyarakat Pembayar retensi wajib pajak daerah DPDPK dalam
Pajak (Wajib Pajak Daerah/WPD) kurun waktu 2009 hingga 2012 dinilai baik
Untuk melaukan penilaian kinerja perspektif dan diberi skor 5.
wajib pajak daerah dilakukan dengan Untuk mengukur tingkat kepuasan
menggunakan 3 variabel tolok ukur yaitu masyarakat/wajib pajak daerah (WPD), pada
akuisisi WPD, retensi WPD dan kepuasan tahun 2013 Unit pelayanan bidang pajak
WPD. Akuisisi WPD merupakan daerah melakukan survei dengan menyebar
kemampuan organisasi dalam memperoleh kuesioner kepada 150 wajib pajak daerah
WPD baru. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagai responden. Hasil Indeks Kepuasan
persentase tambahan wajib pajak daerah Masyarakat (IKM) unit pelayanan bidang
yang berhasil diperoleh DPDPK Kota pajak daerah menunjukkan bahwa
Yogyakarta. Dari jumlah wajib pajak daerah masyarakat merasa puas dengan pelayanan
Kota Yogyakarta selama tahun 2009-2012 yang diberikan oleh unit pelayanan bidang
diketahui bahwa terjadi kenaikan jumlah pajak daerah DPDPK Kota Yogyakarta
pajak dari tahun ke tahun, namun jumlah dengan nilai sebesar 79,45 dan termasuk
WPD baru dari tahun ke tahun sendiri kategori baik. Tingkat kepuasan WPD juga
mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dinilai dari jumlah kenaikan
menunjukkan bahwa akuisisi wajib pajak (penurunan) pendapatan asli daerah yang
daerah DPDPK tahun 2010-2012 dinilai berupa realisasi pajak daerah selama 4 tahun
kurang dan diberi skor 1. berturut-turut yaitu dari tahun 2009-2012.
Retensi WPD digunakan untuk mengukur Data realisasi pajak daerah menunjukkan
tingkat dimana DPDPK Kota Yogyakarta bahwa realisasi pajak daerah terus meningkat
dapat mempertahankan hubungan dengan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
wajib pajak daerah. Dari perhitungan jumlah dengan peningkatan sebesar 8,18%, 35,04%
kenaikan atau penurunan WPD Kota dan 73,35% atau rata-rata pertumbuhan
Yogyakarta diketahui bahwa persentase berdasarkan tahun dasar 2009 sebesar
retensi WPD menunjukkan angka 38,86%.
pertumbuhan dari tahun 2010-2011 sebesar Berdasarkan pembahasan tiap variabel
100% artinya DPDPK mampu tingkat kepuasan WPD tersebut, maka secara
mempertahankan semua wajib pajaknya keseluruhan penilaian kinerja perspektif
bahkan berhasil menarik wajib pajak baru. WPD dikategorikan cukup baik/cukup
Hal tersebut dibuktikan dengan puas dengan nilai rata-rata sebesar 3,3
meningkatnya jumlah wajib pajak setiap sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
33
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
Tabel 9.
Hasil Uji Validitas
Perspektif Proses Bisnis Internal
34
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
Validitas adalah tingkat keandalan dan Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan
kesahihan alat ukur yang digunakan. apakah instrumen yang dalam hal ini
Intrumen dikatakan valid berarti kuesioner dapat digunakan lebih dari satu
menunjukkan alat ukur yang dipergunakan kali, paling tidak oleh responden yang sama
untuk mendapatkan data itu valid atau dapat akan menghasilkan data yang
digunakan untuk mengukur apa yang konsisten. Instrumen penelitian dikatakan
seharusnya di ukur (Sugiyono, 2013:121). reliabel apabila nilai -nya
Suatu pernyataan dikatakan valid apabila lebih besar dari 70% atau 0,70 (Ghozali,
nilai r hitung lebih besar dari r tabel untuk 2011). Dari hasil uji reabilitas dengan
degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini bantuan SPSS 16 diketahui bahwa semua
adalah jumlah sampel (Ghozali, 2011). Dari indikator pertanyaan dalam kuesioner
hasil pengujian validitas pada tabel 9. perspektif proses bisnis internal dinyatakan
tersebut terlihat bahwa semua indikator pada reliabel seperti terlihat dalam tabel 10.
setiap item pertanyaan dalam kuesioner
dinyatakan valid.
Tabel 10.
Hasil Uji Reabilitas
Perspektif Proses Bisnis Internal
35
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
Kemudian untuk melihat jawaban responden masing variabel dalam perspektif proses
dalam mendukung tujuan organisasi dalam bisnis internal tersebut, sebagian besar
memberikan pelayanan dan responden menyatakan cukup puas atas
pertanggungjawaban yang optimal terhadap upaya DPDPK dalam mendukung tujuan
masyarakat, dilakukan analisis deskriptif organisasi dengan nilai rata-rata sebesar 3,96
terhadap jawaban responden dalam sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 11
kuesioner. Berdasarkan hasil penjelasan berikut:
distribusi jawaban responden pada masing-
Tabel 11.
Nilai Perspektif Proses Bisnis Internal
No. Variabel Nilai Rata-rata Kategori
1. Sarana dan Prasarana 3,91
2. Proses 3,84
3. Kepuasan Bekerja 4,12
Rata-rata 3,96 Cukup Baik
Sumber: Data Primer, Diolah 2014
inovasi dan suasana dalam bekerja. Variabel
Dari tabel 11. tersebut, nilai terendah retensi pegawai dinilai dengan menggunakan
perspektif proses bisnis internal terletak pada perbandingan jumlah karyawan yang masuk
variabel proses yaitu sebesar 3,84 yang dan keluar selama tahun 2009-2012,
menyangkut kedisiplinan kehadiran pegawai, sedangkan untuk ketiga variabel sisanya
ketepatan penyampaian laporan, ketaatan dinilai dengan menggunakan kuesioner yang
terhadap Prosedur Operasi Standar (POS) dibagikan kepada 40 pegawai DPDPK.
serta kinerja pelayanan internal. Responden dalam persepektif pertumbuhan
dan pembelajaran adalah sama dengan yang
4. Perspektif Pertumbuhan dan responden pada perspektif proses bisnis dan
Pembelajaran internal.
Pada perspektif ini, pengukuran dilakukan Berdasarkan hasil uji validitas dan reabilitas,
dengan 4 tolok ukur penilaian kinerja yang kuesioner dalam perspektif pertumbuhan dan
meliputi: retensi pegawai, motivasi kerja pembelajaran dinyatakan valid dan reliabel,
pegawai, kesempatan mengembangkan diri, seperti terlihat pada tabel 12 dan tabel 13.
Tabel 12.
Hasil Uji Validitas
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
36
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
Tabel 13.
Hasil Uji Reabilitas
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Dari jumlah pegawai DPDPK Kota dalam bekerja, dengan menggunakan skala
Yogyakarta yang masuk dan keluar diketahui likert nilai rata-rata tingkat motivasi pegawai
bahwa retensi pegawai dari tahun 2009-2011 dalam bekerja didapat hasil sebesar 3,98 atau
terus mengalami peningkatan setiap dapat dikategorikan pegawai cukup
tahunnya, sedangkan untuk tahun 2012 termotivasi.
mengalami penurunan. Keluarnya pegawai Variabel kesempatan mengembangkan diri
DPDPK sendiri lebih dikarenakan pegawai menggambarkan tingkat kepuasan pegawai
yang bersangkutan telah memasuki masa DPDPK atas program-program
pensiun. Dengan skala likert retensi pegawai pengembangan diri yang diterapkan
DPDPK Kota Yogyakarta dinilai kurang organisasi. Dalam variabel kesempatan
dan diberi skor 1. pengembangan diri, distribusi jawaban
Motivasi kerja pegawai merupakan variabel responden secara keseluruhan menunjukkan
yang menggambarkan tingkat kepuasan tingkat kepuasan yang tinggi yaitu sebanyak
pegawai DPDPK atas kebijakan-kebijakan 58% responden menyatakan setuju dengan
yang diterapkan pada organisasi. Distribusi sistem yang diterapkan organisasi dalam
jawaban responden menunjukkan sebagian mengembangkan kapasitas sumber daya
besar responden menyatakan termotivasi manusia di DPDPK. Dengan menggunakan
37
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
skala likert secara umum didapat nilai rata- bahwa sebagain besar pegawai telah
rata tingkat kepuasan responden terhadap melakukan inovasi dalam bekerja dengan
kesempatan pengembangan diri yang presentase jawaban setuju sebesar 71,5 %.
diterapkan DPDPK sebesar 3,82 atau dapat Dengan menggunakan skala likert, maka
dikategorikan setuju. nilai rata-rata tingkat inovasi pegawai
Inovasi merupakan variabel yang DPDPK adalah sebesar 3,85 atau dapat
menunjukkan adanya kesempatan bagi dikategorikan setuju.
pegawai DPDPK untuk kreatif dan Dari hasil penjelasan tiap variabel yang
menemukan hal-hal baru dalam upaya menjadi tolok ukur perspektif pertumbuhan
peningkatan pelayanan kepada masyarakat. dan pembelajaran tersebut, maka secara
Pada variabel inovasi, distribusi jawaban umum hasil akhir penilaian kinerja untuk
responden secara keseluruhan menyatakan perspektif ini dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14.
Nilai Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Nilai
No. Variabel Kategori
Rata-rata
1. Retensi Pegawai 1
2. Motivasi Kerja 3,98
3. Kesempatan Mengembangkan Diri 3,82
4. Inovasi Pegawai 3,85
5. Suasana dalam Bekerja 3,87
Rata-rata 3,30 Cukup Baik
Sumber: Data Primer, Diolah 2014
Tabel 15.
Rekapitulasi Hasil Pengukuran Kinerja DPDPK Kota Yogykarta
Dengan Metode Balance Scorecard
Nilai Nilai
Nilai Per
No. Perspektif Tolok Ukur Kinerja Kinerja
Variabel
Akhir Akhir (%)
a. Rasio Ekonomis 3 60
1. Keuangan a. Rasio Efektivitas 5 100
b. Rasio Efisiensi 5 100
Jumlah Skor 13 4,33 86,6
Masyarakat a. Akuisisi WPD 5 100
2. Pembayar Pajak b. Retensi WPD 1 20
(WPD) c. Kepuasan WPD 4 80
Jumlah Skor 10 3,33 66,6
a. Sarana & Prasarana 3,91 78,2
Proses Bisnis
3. b. Proses 3,84 76,8
Internal
c. Kepuasan Bekerja 4,12 82,4
Jumlah Skor 11,87 3,96 79,13
a. Retensi Pegawai 1 20
Pertumbuhan
b. Motivasi Kerja 3,98 79,6
4. dan
c. Kesempatan
Pembelajaran 3,82 76,4
Mengembangkan Diri
38
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
d. Inovasi 3,85 77
e. Suasana Dalam Bekerja 3,87 77,4
Jumlah Skor 16,52 3,30 66,08
Jumlah Total 14,92 298,41
Nilai Rata-rata Total 3,73 74,60
sumber: data penelitian yang diolah kembali
Pada tabel 15. tersebut menunjukkan bahwa dengan nilai terendah pada variabel
nilai tertinggi kinerja DPDPK terletak pada proses yang menyangkut kedisiplinan
perspektif keuangan yaitu sebesar 4,33 atau kehadiran pegawai, ketepatan
86,6% dan nilai kinerja terendah ada pada penyampaian laporan, ketaatan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap Prosedur Operasi Standar
yaitu sebesar 3,30 atau 66,08%. Dengan (POS), dan kinerja pelayanan internal.
demikian, secara keseluruhan nilai capaian Melalui kuesioner yang dibagikan
akhir kinerja DPDPK Kota Yogyakarta kepada 40 pegawai DPDPK sebagai
selama 4 tahun (2009-2012) adalah sebesar respondennya diketahui bahwa
3,73 atau 74,60% dan dengan menggunakan sebagian besar responden menyatakan
skala likert maka nilai kinerja tersebut cukup puas atas upaya DPDPK dalam
termasuk dalam kategori Cukup Baik. mendukung tujuan organisasi.
5. Pada perspektif pertumbuhan dan
SIMPULAN pembelajaran, secara umum nilai rata-
Kesimpulan rata kinerja DPDPK adalah 3,30 atau
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis dikategorikan cukup baik. Nilai rata-
data yang telah dijelaskan sebelumnya, rata terendah terletak pada variabel
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai retensi pegawai yang berarti bahwa
berikut: jumlah pegawai yang keluar dari tahun
1. Metode balance scorecard dapat ke tahun semakin banyak. Hal tersebut
diterapkan pada DPDPK Kota dikarenakan banyak pegawai DPDPK
Yogyakarta sebagai tolok ukur yang telah memasuki masa pensiun.
pengukuran kinerja organisasi karena 6. Secara keseluruhan, penilaian kinerja
DPDPK sendiri telah DPDPK Kota Yogyakarta dengan
memformulasikan visi, misi, dan metode balance scorecard dalam
strategi organisasinya dengan jelas. kurun waktu 4 tahun (2009-2012)
2. Penilaian kinerja DPDPK Kota dinyatakan cukup baik dengan skor
Yogyakarta dari perspektif keuangan rata-rata sebesar 3,73 atau 74,60%.
dinilai baik dengan nilai rata-rata Nilai kinerja akhir DPDPK yang
sebesar 4,33 menunjukkan bahwa berada pada kisaran 70%-80% tersebut
DPDPK mampu mengelola anggaran mengindikasikan bahwa masih banyak
pendapatan dan belanjanya secara hal yang harus ditingkatkan oleh
efektif dan efisien. DPPDK dalam memberikan pelayanan
3. Pada perspektif masyarakat pembayar maupun pertanggungjawabannya
pajak, kinerja DPDPK dikategorikan kepada masyarakat. Selain itu, kategori
cukup baik dengan nilai rata-rata kinerja DPDPK yang cukup baik juga
sebesar 3,3 yang berarti bahawa menunjukkan bahwa DPDPK belum
DPDPK dinilai telah mampu secara maksimal melaksanankan
memberikan tingkat kepuasan yang program/kegiatan yang ada dalam
cukup kepada wajib pajak daerah. rencana strategis organisasi.
4. Pada perspektif proses bisnis internal,
kinerja DPDPK dinilai cukup baik
dengan nilai rata-rata sebesar 3,96
39
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
40
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
41
JURNAL AKUNTANSI. VOL.2 NO.2 DESEMBER 2014
42