Anda di halaman 1dari 16

SURVEY PENDAHULUAN DALAM AUDIT INTERNAL

DISUSUN OLEH

NAMA : PASKALIS TAKNDARE

NPM : 12162201200037

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS EKONOMI INDONESIA MALUKU

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul SURVEY PENDAHULUAN DALAM AUDIT INTERNAL. Saya menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, oleh
karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.

Ambon, 07 Maret 2023

Paskalis Takndare
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kompleksitas operasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin sulit dan
membuat frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap mereka mengetahui
kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian
mereka ketahui pada saat audit telah selesai. Survei pendahuluan data menjadi senjata terbaik
bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk
mendukung kesuksesan audit. Survei merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi,
tanpa melakukan verifikasi secara terperinci, tentang kegiatan yang akan di audit. Survey
pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa. Oleh karena itu survey
pendahuluan di sini meliputi langkah-langkah analisis terhadap risiko mikro yang terkait dalam
suatu unit yang akan diaudit. Survei pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik
audit. Penggunaan berbagai teknik audit tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal
dari berbagai upaya untuk memperoleh dan menganalisis informasi yang relevan dengan
penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik
audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey
pendahuluan di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang
diaudit (on site audit).

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara melakukan studi awal?

Bagaimana cara auditor melakukan pendokumentasian dengan kliennya?

Bagaimana cara bertemu dengan klien dengan baik dan benar?

Bagaimana cara mengumpulkan bukti atau informasi?

Bagaimana cara auditor mengamati survey pendahuluan?

Bagaimana cara pembuatan bagan alir dalam proses audit?

Bagaimana cara melaporkan survei pendahuluan?


TUJUAN

Untuk mengetahui cara melakukan studi awal

Untuk mengetahui cara auditor melakukan pendokumentasian dengan kliennya

Untuk mengetahui cara bertemu dengan klien dengan baik dan benar

Untuk mengetahui cara mengumpulkan bukti atau informasi

Untuk mengetahui cara auditor mengamati survey pendahuluan

Untuk mengetahui cara pembuatan bagan alir dalam proses audit

Untuk mengetahui cara melaporkan survei pendahuluan

BAB 2
PEMBAHASAN

PENGERTIAN SURVEI PENDAHULUAN


Auditor internal harus menyiapkan program audit segera setelah survei
pendahuluan.Program yang terlambat disusun bisa memiliki kesenjangan dan tidak memadai
serta tidak bisa menetapkan prioritas yang tepat.Namun program audit yang di siapkan dengan
baik pun bisa saja tidak memuat hal – hal penting yang tidak disadari auditor sampai mereka
kemudian melakukan pekerjaan lapangan.Jadi, semua program audi harus dianggap tentatif
sampai audit diselesaikan.
Program pro forma,yang digunakan pada audit berulang atas operasi yang sama, kadang-
kadang berkembang selama periode beberapa tahun dan lambat laun diakomodasikan kemasalah
yang dihadapi dalam pekerjaan lapangan.Program tersebut harus cukup fleksible untuk
mengakomodasi perubahan atau situasi-situasi tidak bisa.
Program-program pro forma baru yang dimaksudkan untuk digunakan di banyak lokasi
harus disiapkan terlebih dahulu sehingga tersedia waktu untuk Menghapus kesalahan, tuntutan
yang tidak wajar,dan langkah-langkah yang tidak perlu.Program pro forma harus diuji coba
untuk menghindari kebingungan.Uji coba tersebut memungkinkan terdeteksi kekurangan yang
ada sejak awal dan bisa diperbaiki sebelum program digunakan secara luas.
Beberapa perusahaan tengah mengembangkan perangkat lunak komputer berisi program
audit sebagai hasil langsung dari penentuan resiko (risk assessment) mereka. Program-program
ini didasarkan pada pengalaman lampau, masukan dari manajemen,dan pertimbangan audit di
suatu waktu. Survei pendahuluan dalam audit internal adalah suatu cara yang digunakan untuk
dapat mengetahui kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan sebagaimana
yang kemudian mereka ketahui pada saat audit telah selesai. Secara sederhana survei
pendahuluan dapat dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai objek tertentu tanpa melakukan verifikasi secara rinci.

1. Langkah Dasar Dalam Melakukan Survei Pendahuluan

1) Melakukan Studi Awal

Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun
sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi dan dokumen lain yang akan
membantu untuk lebih memahami subjek audit. Studi awal dilakukan dikantor
pusat meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi
secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumnya
dapat menunjukkan pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugas tersebut
meskipun pendekatan ini mungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk di
audit tahun ini.

2) Pendokumentasian

Pendokumentasian (documenting) mencakup beberapa langkah yang akan mengarah


pada pertemuan awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar
pengingat dan daftar isi awal untuk kertas kerja merupakan beberapa hal yang
dilakukan saat pendokumentasian. Auditor juga membuat kuesioner yang akan
digunakan dalam wawancara dan diskusi dengan manajer klien dan lainnya.

Beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian antara lain:

a. Daftar Pengingat
Daftar pengingat dirancang untuk membantu auditor mengorganisasikan kertas
kerja mereka dan membuat tahap audit selanjutnya lebih sederhana untuk
dikerjakan.

b. Daftar Isi

Daftar isi sebaiknya disiapkan di bagian pertama kertas kerja sebelum tahap
perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk mendaftar masalah-
masalah tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan
dan membuat acuan kertas kerja.

c. Pengurangan Biaya

Pengurangan biaya (cost reduction) secara langsung mempengaruhi laba


perusahaan. Manajemen mengharapkan penugasan auditor internal
menghasilkan pengurangan biaya maupun peningkatan operasi.

d. Catatan Kesan

Catatan kesan berfungsi sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka
sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Catatan kesan
dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang
membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan perbaikan dalam
hubungan dengan karyawan, kondisi kerja, manajemen, atau pengawasan.
Kesan yang perlu dicatat antara lain moral karyawan, kebiasan kerja,
organisasi dan penugasan staf, supervisi, hubungan dengan organisasi lain dan
daerah kerja.

e. Kuesioner

Kuesioner dapat membantu auditor dalam tugas karena penugasan audit lebih baik
dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi untuk menyelesaikan
dengan cepat. Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan untuk
memahami diri sendiri karena berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang
efektif. Kuesioner juga bisa mencerminkan penghematan yang substansial,
karena penugasan audit lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang
sangat berkualifikasi untuk menyelesaikannya dengan cepat.

3) Bertemu Klien

Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk
menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa
situasi, auditor justru ingin membahas keseluruhan peran audit internal dan
organisasi. Namun, fokus utama dalam pertemuan ini adalah tentang audit yang
dilakukan. Dalam pembahasan dengan manajer dan supervisor, auditor
menjelaskan tujuan, sasaran, dan standar operasi serta risiko bawaannya. Auditor
juga ingin mengenali gaya manajemen yang diterapkan.

4) Mengatur Jadwal Pertemuan

Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan
hindari kunjungan mendadak. Pemberitahuan terlebih dahulu akan lebih sopan
dan akan dihargai serta tidak merugikan audit. Klien yang siap akan memberikan
lebih banyak informasi dan kesalahan informasi yang disengaja oleh klien akan
cenderung dideteksi dalam pelaksanaan audit sesungguhnya.
Pertemuan awal cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya kemungkinan
kerja sama. Auditor internal haruslah terbuka dan terus terang mengenai tujuan
audit mereka. Mereka harus mengajukan pertanyaan sebagai seorang yang ingin
menggali informasi, bukan sebagai penyidik. Jangan ada perseteruan,
perselisihan yang bisa merusak pertemuan awal ini. Manajer klien hanya ingin
diperlakukan secara wajar dan dipandang dengan objektif.

Tentu saja auditor internal jangan membiarkan dirinya sampai terlena dengan
keyakinan yang lemah. Tanggapan setengah hati dari manajemen seperti “kami
sepenuhnya memahami kondisi ini dan sedang berusaha memperbaikinya” harus
ditantang dengan pertanyaan “Bagus, kapan upaya

itu dimulai? Bisakah anda menunjukkan kepada kami rencana atau instruksi
untuk memperbaiki kesulitan tersebut? Berapa jangka waktu perbaikan yang
direncanakan? Sampai sejauh ini sudah sampai pada tahap apa?”

Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tesebut memiliki bukti yang sah bahwa
memang ada tindakan perbaikan, maka manajemen patut diberi pujian. Jika
masalah tersebut cukup signifikan, sebaiknya dimuat dalam laporan audit
internal-bukan sebagai temuan audit, tetapi sebagai catatan masalah yang
diselesaikan. Jika keyakinan yang diberikan hanya sebagai upaya untuk
menghindari disangkutpautkan dengan temuan kelemahan, maka hal ini harus
dilaporakan sebagai temuan audit.

5) Wawancara

Teknik-teknik wawancara yang baik membuat orang merasa nyaman, membuat


mereka ingin memberi informasi, bekerja sama dalam audit, dan mudah-
mudahan membuat penugasan audit berhasil. Auditor internal harus memiliki
keahlian dalam berhubungan dengan orang dan berkomunikasi secara efektif.
Hal ini juga penting bagi auditor internal untuk memiliki keahlian dalam
komunikasi lisan dan tulisan sehingga mereka dapat menyampaikan tujuan audit,
evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi secara jelas dan efektif.
Karena penugasan teknik-teknik wawancara yang efektif pada hakikatnya adalah
tanggung jawab professional, maka auditor internal harus memahami bagian-
bagian penting dari wawancara dan berusaha menguasainya. Wawancara
bukanlah sebuah tindakan tunggal, melainkan bagian dari sebuah proses.
Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan seksama langkah-langkah
penting berikut ini:

• Persiapan. Jangan datang tanpa persiapan. Pelajari sebanyak mungkin tentang


klien sebelum Tanya jawab. Tentukan tujuan Tanya jawab dan siapkan
pertanyaan pertanyaan untuk mencapai tujuan tersebut.

• Penjadwalan. Rencanakan jadwal dengan saksama. Jangan berkunjung dengan


mendadak-kecuali memang diperlukan.

• Pembukaan. Beritahu klien dengan jujur tujuan wawancara dan bagaimana


hasilnya akan digunakan. Sajian audit yang akan dilakukan sebagai sebuah
peluang untuk memberikan jasa dan tanyakan bantuan apa saja yang
diharapkan dari auditor.

• Pelaksanaan. Wawancara merupakan pelaksanaan komunikasi, dan auditor


internal harus memiliki keahlian dalam proses komunikasi.

• Mengajukan pertanyaan. Cara auditor mengajukan pertanyaan dapat


memengaruhi kesuksesan atau kegagalan suatu wawancara. Pertanyaan-
pertanyaan pembuka harus membuat orang menjadi nyaman.

• Penutupan. Jangan terlena dengan pembicaran. Perhatikan tanda-tanda


nonverbal bahwa klien ingin pembicaraan diakhiri. Cobalah akhiri dengan
nada positif dengan meringkas kesepakan atau puji tindakan-tindakan yang
layak dipuji.

• Pencatatan. Dalam hal ini auditor harus menerapkan teknik-teknik yang


memungkinkan mereka menangkap secepat mungkin apa yang dikatakan dan
apa yang dipelajari selama wawancara.

6) Mengumpulkan Bahan Bukti

Survei pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika auditor internal
memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam
kebanyakan audit informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat
fungsi dasar manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
kontrol.
a. Perencanaan

• Tentukan tujuan dan aktivitas organisasi, baik jangka panjang maupun


jangka pendek.

• Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur.

• Dapatkan salinan anggaran.

• Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.

• Tentukan apakah rencana masa datang telah dibuat.

• Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum direalisasikan.

• Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau


yang membantu menetapkannya.

b. Pengorganisasian

• Dapatkan salinan bagan organisasi.

• Dapatkan salinan deskripsi jabatan.

• Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.

• Telaah tata letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva.

• Tentukan perubahan organisasional apa yang akan dilakukan akhir-


akhir ini atau sejak audit terakhir.

• Dapatkan informasi mengenai ototritas yang didelegasikan dan tanggung


jawab yang diemban.

• Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang

c. Pengarahan

• Dapatkan salinan intruksi operasional bagi karyawan.

• Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan


bisa dipahami.

• Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan


arah kerja yang memadai.

• Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.

• Pada badan pemerintah, tentukan masalah penting yang akan menarik


minat legislatif atau publik.
• Identifikasi hambatan bagi kemampuan organisasi untuk melaksanakan
tugas-tugas yang diembannya.

d. Kontrol

• Dapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan.

• Telaah sistem dan alur kerja.

• Telaah data finansial historis.

• Telaah laporan operasi finansial.

• Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan


bagan alir.

7) Pengamatan

Pengamatan (observing)akan terus dilakukan selama survei pendahuluan. Melalui


pengamatan yang gigih dan tanya jawab yang cerdas, auditor internal mampu
untuk:

• Menentukan tujuan, sasaran dan standar.

• Menilai kontrol untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

• Mengevaluasi risiko.

• Menentukan kontrol untuk meminimalkan risiko.

• Membuat penentuan risiko secara statistik.

• Menilai gaya manajemen.

1. Tujuan, Sasaran, dan Standar

Selama survei pendahuluan, auditor internal harus menentukan tujuan aktivitas


yang diaudit bukan tujuan audit yang akan ditetapkan selanjutnya melainkan tujuan
aktivitas itu sendiri. Jika tujuan-tujuan ini tidak dipahami dengan baik, maka audit
bisa kehilangan manfaatnya. Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas yang tepat dan
kesesuaian misinya dengan sasaran strategis perusahaan merupakan cerminan
profesionalisme auditor internal.

Gambaran yang dimiliki auditor tidak akan dipengaruhi oleh deskripsi


pernyataan fungsi dan tanggung jawab. Dokumen tersebut bisa jadi usang atau
merupakan pernyataan yang dirancang untuk meningkatkan status. Akibatnya auditor
tidak benar-benar memahami aktivitas tersebut.

Auditor internal harus dapat mengetahui sasaran aktivitas yang akan mereka
periksa sebelum melakukan apa yang tertera di program audit dan melakukan
pekerjaan lapangan. Untuk hasil program, sasaran biasanya mencerminkan apa yang
ingin dicapai pihak berwenang seperti legislatif, dewan komisaris, dan direktur
utama. Auditor internal yang tidak melaporakan pencapaian tujuan dan sasaran tidak
layak disebut audit berorirentasi manajemen yang efektif (effective management
oriented audit).

Saat melakukan survei, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat
tujuan, sasaran, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki
organisasi kilen. Auditor harus mencoba untuk menentukan apakah:

• Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk organisasi klien.

• Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi suatu


rancangan besar perusahaan.

• Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standar


berpartisipasi dalam penetapannya.

• Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam


pencapaiannya.

• Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang tersedia


bagi aktivitas.

• Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali


eksternal.

• Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai
lebih dari apa yang bisa mereka capai.

• Laporan formal dan periodik disiapkan untuk menunjukan tingkat


pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standar.

• Tujuan, sasaran, dan standar secara periodik dievaluasi ulang dan


didefinisikan ulang.

2. Kontrol-Kontrol untuk Mencapai Tujuan


Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survei
pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan kontrol apa yang seharusnya
diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai.
Auditor internal dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka
melakukan survei pendahuluan kebijakan organisasi atau agensi, prosedur, manual,
instruksi-instruksi khusus, laporan daftar, registrasi formulir, pembagian tugas, sistem
persetujuan, pengawasan, dan lainnya.

3. Risiko

Sebelum auditor mengelola risiko atau memutuskan alokasi sumber daya yang
terlibat dalam manajemen risiko, hubungan lebih erat antara manajemen risiko dan
audit internal telah lama disarankan. Pada kenyataannya, beberapa pengamat
menyarankan bahwa titik awal perencanaan audit internal haruslah risiko-risiko
organisasional, atau ancaman bagi pencapaian tujuan- tujuan usaha.

4. Kontrol Risiko

Ketika auditor internal telah mengenali risiko. Mereka harus mencari kontrol
yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif
harus didiskusikan segera dengan manajer klien. Jika kesepakatan tentang tindakan
perbaikan dicapai dan tindakan perbaikan yang memadai diambil upaya audit
selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika manajer tidak bisa diyakinkan dan
membutuhkan bukti bahwa risiko tersebut memang ada dan kontrol memang lemah,
auditor harus membuat program pengujian purposif bukan pengujian berdasarkan
sampel untuk mendukung bukti dan signifikansi risiko.

5. Penentuan Risiko

Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan
auditor internal. Berdasarkan studi yang dilakukan COSO, Kontrol Internal Kerangka
Kerja Terintegrasi menyatakan bahwa persyaratan awal untuk penentuan risiko
adalah penetapan tujuan yang dihubungkan pada tingkat-tingkat yang berbeda dan
konsisten di dalam organisasi.

Tujuan penetuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan beragam
risiko yang ada serta prioritas keterbatasan dari daftar risiko tersebut. Sejumlah risiko
tidaklah statis, selalu ada risiko yang muncul setiap waktu. Oleh karena itu penentuan
risiko merupakan fungsi yang berkelanjutan dalam proses manajemen yang harus
dilakukan secara berorganisasi dan berurutan.

6. Manajemen yang Efektif

Selama survei pendahuluan, dan khususnya selama wawancara dengan


manajemen operasional, auditor internal bisa menilai manajer. Tidak ada kontrol
yang lebih baik daripada manajemen yang memiliki pengetahuan, mudah ditemui,
dan berpandangan luas. Jika gaya manajemen memang seperti ini, manajer itu sendiri
merupakan auditor internal. Jika manajemen efektif, auditor internal dapat
mengurangi cakupan audit.

7. Aspek Manusia

Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Kontrol yang baik tidak dengan
sendirinya dapat menjamin bahwa suatu aktivitas akan dilaksanakan dengan baik
kecuali terdapat sejumlah orang yang kompeten untuk melakukannya. Auditor
internal berupaya objektif dalam menyatakan pendapatnya, namun ketika melakukan
survei atas aktivitas dan menentukan cakupan audit harus mempertimbangkan orang
yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Untuk itu, survei pendahuluan harus
mencakup jika layak penelaahan catatan dan praktik pegawai. Penelaahan tersebut
bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan yang bisa memberikan
sinyal bahaya dan memprengaruhi program audit.

8. Pengamatan Fisik

Hal-hal yang abstrak sulit dipahami dan digambarkan. Auditor harus keluar
sendiri dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik, proses, aliran bahan baku dan
dokumen. Pengamatan pribadi menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana
terjadinya. Pengamatan fisik selayaknnya berlangsung dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, auditor internal harus berkeliling melihat fasilitas perusahaan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi, kondisi, dan tata letak.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebijakan,
prosedur dan bagan organisasi. Pasa saat bertemu karyawan,auditor dapat
menanyakan:

• Apakah pekerjaan datang ke anda tepat waktu, dan apakah kualitasnya bagus?

• Apakah terdapat laporan atau catatan informal mengenai kesulitan dalam


pekerjaan yang diterima?
• Apakah tindakan perbaikan sudah diambil untuk masalah-masalah?

• Apakah tindakan tersebut terbukti efektif? Jika tidak, mengapa?

• Apakah terdapat masalah keamanan? Apakah sudah ada penelaahan oleh petugas
keamanan resmi dan bagian administrasi kesehatan atau pemeriksa asuransi?

• Apakah terdapat masalah keamanan menyangkut dokumen dan aktiva?

• Apakah alur kerja dan dokumen dokumen cukup wajar dan efisien?

• Bagaimana kondisi fasilitas peralatan?

• Bagaimana kuantitas dan kualitas barang-barang sisa?

Dalam operasi yang relatif sederhana, berkeliling fasilitas bisa memadai sebagai
pemerikasaan. Pada operasi yang kompleks, mungkin auditor perlu melakukan tahap
selanjutnya yang sering disebut “penelusuran”. Selama
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis


karyawan dan system, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak
beraturan. Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang
dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa produktif. Keberhasilan dan kegagalan
audit sangat tergantung pada survey. Semakin auditor mengenal lebih jauh aktivitas
maka akan semakin cepat waktu yang diperlukan untuk survey pendahuluan.
Survey pendahuluan merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih
memahami tujuan, proses, risiko, dan control yang terkait dengan audit. Auditor
internal sebaiknya melakukan survey dalam tujuh langkah dasar yaitu melakukan
studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati,
membuat bagan alir, dan melaporkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, L. B., Dittenhofer, M. A., & H, S. J. (2005). Audit Internal Sawyer. Jakarta:
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai