DISUSUN OLEH
NPM : 12162201200037
FAKULTAS EKONOMI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul SURVEY PENDAHULUAN DALAM AUDIT INTERNAL. Saya menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, oleh
karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.
Paskalis Takndare
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kompleksitas operasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin sulit dan
membuat frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap mereka mengetahui
kerumitan operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana yang kemudian
mereka ketahui pada saat audit telah selesai. Survei pendahuluan data menjadi senjata terbaik
bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk
mendukung kesuksesan audit. Survei merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi,
tanpa melakukan verifikasi secara terperinci, tentang kegiatan yang akan di audit. Survey
pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa. Oleh karena itu survey
pendahuluan di sini meliputi langkah-langkah analisis terhadap risiko mikro yang terkait dalam
suatu unit yang akan diaudit. Survei pendahuluan dapat dilakukan dengan sejumlah teknik
audit. Penggunaan berbagai teknik audit tersebut dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal
dari berbagai upaya untuk memperoleh dan menganalisis informasi yang relevan dengan
penilaian risiko secara efisien dan efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik
audit pada tahap survey pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey
pendahuluan di kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang
diaudit (on site audit).
RUMUSAN MASALAH
Untuk mengetahui cara bertemu dengan klien dengan baik dan benar
BAB 2
PEMBAHASAN
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun
sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi dan dokumen lain yang akan
membantu untuk lebih memahami subjek audit. Studi awal dilakukan dikantor
pusat meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi
secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumnya
dapat menunjukkan pendekatan yang dilakukan auditor lain atas penugas tersebut
meskipun pendekatan ini mungkin tidak lagi layak atau tidak diinginkan untuk di
audit tahun ini.
2) Pendokumentasian
a. Daftar Pengingat
Daftar pengingat dirancang untuk membantu auditor mengorganisasikan kertas
kerja mereka dan membuat tahap audit selanjutnya lebih sederhana untuk
dikerjakan.
b. Daftar Isi
Daftar isi sebaiknya disiapkan di bagian pertama kertas kerja sebelum tahap
perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk mendaftar masalah-
masalah tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan
dan membuat acuan kertas kerja.
c. Pengurangan Biaya
d. Catatan Kesan
Catatan kesan berfungsi sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka
sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Catatan kesan
dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang
membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan perbaikan dalam
hubungan dengan karyawan, kondisi kerja, manajemen, atau pengawasan.
Kesan yang perlu dicatat antara lain moral karyawan, kebiasan kerja,
organisasi dan penugasan staf, supervisi, hubungan dengan organisasi lain dan
daerah kerja.
e. Kuesioner
Kuesioner dapat membantu auditor dalam tugas karena penugasan audit lebih baik
dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi untuk menyelesaikan
dengan cepat. Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan untuk
memahami diri sendiri karena berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang
efektif. Kuesioner juga bisa mencerminkan penghematan yang substansial,
karena penugasan audit lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang
sangat berkualifikasi untuk menyelesaikannya dengan cepat.
3) Bertemu Klien
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk
menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa
situasi, auditor justru ingin membahas keseluruhan peran audit internal dan
organisasi. Namun, fokus utama dalam pertemuan ini adalah tentang audit yang
dilakukan. Dalam pembahasan dengan manajer dan supervisor, auditor
menjelaskan tujuan, sasaran, dan standar operasi serta risiko bawaannya. Auditor
juga ingin mengenali gaya manajemen yang diterapkan.
Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan
hindari kunjungan mendadak. Pemberitahuan terlebih dahulu akan lebih sopan
dan akan dihargai serta tidak merugikan audit. Klien yang siap akan memberikan
lebih banyak informasi dan kesalahan informasi yang disengaja oleh klien akan
cenderung dideteksi dalam pelaksanaan audit sesungguhnya.
Pertemuan awal cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya kemungkinan
kerja sama. Auditor internal haruslah terbuka dan terus terang mengenai tujuan
audit mereka. Mereka harus mengajukan pertanyaan sebagai seorang yang ingin
menggali informasi, bukan sebagai penyidik. Jangan ada perseteruan,
perselisihan yang bisa merusak pertemuan awal ini. Manajer klien hanya ingin
diperlakukan secara wajar dan dipandang dengan objektif.
Tentu saja auditor internal jangan membiarkan dirinya sampai terlena dengan
keyakinan yang lemah. Tanggapan setengah hati dari manajemen seperti “kami
sepenuhnya memahami kondisi ini dan sedang berusaha memperbaikinya” harus
ditantang dengan pertanyaan “Bagus, kapan upaya
itu dimulai? Bisakah anda menunjukkan kepada kami rencana atau instruksi
untuk memperbaiki kesulitan tersebut? Berapa jangka waktu perbaikan yang
direncanakan? Sampai sejauh ini sudah sampai pada tahap apa?”
Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tesebut memiliki bukti yang sah bahwa
memang ada tindakan perbaikan, maka manajemen patut diberi pujian. Jika
masalah tersebut cukup signifikan, sebaiknya dimuat dalam laporan audit
internal-bukan sebagai temuan audit, tetapi sebagai catatan masalah yang
diselesaikan. Jika keyakinan yang diberikan hanya sebagai upaya untuk
menghindari disangkutpautkan dengan temuan kelemahan, maka hal ini harus
dilaporakan sebagai temuan audit.
5) Wawancara
Survei pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika auditor internal
memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam
kebanyakan audit informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat
fungsi dasar manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
kontrol.
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
• Telaah tata letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva.
c. Pengarahan
d. Kontrol
7) Pengamatan
• Mengevaluasi risiko.
Auditor internal harus dapat mengetahui sasaran aktivitas yang akan mereka
periksa sebelum melakukan apa yang tertera di program audit dan melakukan
pekerjaan lapangan. Untuk hasil program, sasaran biasanya mencerminkan apa yang
ingin dicapai pihak berwenang seperti legislatif, dewan komisaris, dan direktur
utama. Auditor internal yang tidak melaporakan pencapaian tujuan dan sasaran tidak
layak disebut audit berorirentasi manajemen yang efektif (effective management
oriented audit).
Saat melakukan survei, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat
tujuan, sasaran, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki
organisasi kilen. Auditor harus mencoba untuk menentukan apakah:
• Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai
lebih dari apa yang bisa mereka capai.
3. Risiko
Sebelum auditor mengelola risiko atau memutuskan alokasi sumber daya yang
terlibat dalam manajemen risiko, hubungan lebih erat antara manajemen risiko dan
audit internal telah lama disarankan. Pada kenyataannya, beberapa pengamat
menyarankan bahwa titik awal perencanaan audit internal haruslah risiko-risiko
organisasional, atau ancaman bagi pencapaian tujuan- tujuan usaha.
4. Kontrol Risiko
Ketika auditor internal telah mengenali risiko. Mereka harus mencari kontrol
yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif
harus didiskusikan segera dengan manajer klien. Jika kesepakatan tentang tindakan
perbaikan dicapai dan tindakan perbaikan yang memadai diambil upaya audit
selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika manajer tidak bisa diyakinkan dan
membutuhkan bukti bahwa risiko tersebut memang ada dan kontrol memang lemah,
auditor harus membuat program pengujian purposif bukan pengujian berdasarkan
sampel untuk mendukung bukti dan signifikansi risiko.
5. Penentuan Risiko
Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan
auditor internal. Berdasarkan studi yang dilakukan COSO, Kontrol Internal Kerangka
Kerja Terintegrasi menyatakan bahwa persyaratan awal untuk penentuan risiko
adalah penetapan tujuan yang dihubungkan pada tingkat-tingkat yang berbeda dan
konsisten di dalam organisasi.
Tujuan penetuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan beragam
risiko yang ada serta prioritas keterbatasan dari daftar risiko tersebut. Sejumlah risiko
tidaklah statis, selalu ada risiko yang muncul setiap waktu. Oleh karena itu penentuan
risiko merupakan fungsi yang berkelanjutan dalam proses manajemen yang harus
dilakukan secara berorganisasi dan berurutan.
7. Aspek Manusia
Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Kontrol yang baik tidak dengan
sendirinya dapat menjamin bahwa suatu aktivitas akan dilaksanakan dengan baik
kecuali terdapat sejumlah orang yang kompeten untuk melakukannya. Auditor
internal berupaya objektif dalam menyatakan pendapatnya, namun ketika melakukan
survei atas aktivitas dan menentukan cakupan audit harus mempertimbangkan orang
yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Untuk itu, survei pendahuluan harus
mencakup jika layak penelaahan catatan dan praktik pegawai. Penelaahan tersebut
bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan yang bisa memberikan
sinyal bahaya dan memprengaruhi program audit.
8. Pengamatan Fisik
Hal-hal yang abstrak sulit dipahami dan digambarkan. Auditor harus keluar
sendiri dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik, proses, aliran bahan baku dan
dokumen. Pengamatan pribadi menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana
terjadinya. Pengamatan fisik selayaknnya berlangsung dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, auditor internal harus berkeliling melihat fasilitas perusahaan untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi, kondisi, dan tata letak.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebijakan,
prosedur dan bagan organisasi. Pasa saat bertemu karyawan,auditor dapat
menanyakan:
• Apakah pekerjaan datang ke anda tepat waktu, dan apakah kualitasnya bagus?
• Apakah terdapat masalah keamanan? Apakah sudah ada penelaahan oleh petugas
keamanan resmi dan bagian administrasi kesehatan atau pemeriksa asuransi?
• Apakah alur kerja dan dokumen dokumen cukup wajar dan efisien?
Dalam operasi yang relatif sederhana, berkeliling fasilitas bisa memadai sebagai
pemerikasaan. Pada operasi yang kompleks, mungkin auditor perlu melakukan tahap
selanjutnya yang sering disebut “penelusuran”. Selama
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Sawyer, L. B., Dittenhofer, M. A., & H, S. J. (2005). Audit Internal Sawyer. Jakarta:
Salemba Empat.