Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kompleksitas operasi dalam perusahaan menuntut auditor untuk mengetahui
kerumitan operasi yang diaudit baik pada saat audit mulai dilakukan maupun pada
saat audit sudah selesai. Untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif
yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit maka para auditor perlu untuk
melakukan survey pendahuluan.

Survey pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat
yang akan menunjang keberhasilan audit. Jika survey pendahuluan direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, maka survey tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara
untuk pemahaman yang efektif melainkan menjadi penentu keberhasilan audit.
Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk
survey pendahuluan bisa produktif. Survey pendahuluan yang baik akan
menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan
menunjang keberhasilan audit.

Sebagaimana halnya filosofi audit yang terus bergeser dan berkembang,


pendekatan audit khusus seperti control self assessment juga makin berkemban.
Survey pendahuluan dapat membantu auditor memutuskan jenis audit yang paling
efektif.

1.2. Rumusan Masalah


Dari pemaparan Latar Belakang di atas, Rumusan Masalah yang dapat diketahui
adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengertian dari Survey Pendahuluan Audit Internal?
2) Apasajakah langkah dari Survey Pendahuluan?
3) Bagaimana membuat Anggaran Survey?

1.3. Tujuan Penulisan


Dari Rumusan Masalah diatas yang dijadikan sebagai acuan, maka Tujuan Penulisan
yang dapat diketahui adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui pengertian dari Survey Pendahuluan Audit Internal.
2) Untuk mengetahui langkah dari Survey Pendahuluan.
3) Untuk mengetahui pembuatan Anggaran Survey.

§
11
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Survey Pendahuluan


Survey pendahuluan (preliminary survey) merupakan proses yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan
diperiksa. Survey pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
objek yang diteliti tanpa melakukan verifikasi secara rinci. Tujuan dari survey
pendahuluan ini untuk lebih memahami aktivitas auditee, mengidentifikasi
area/bidang yang memerlukan penekanan khusus dalam audit, memperoleh informasi
awal sebagai bahan untuk melakukan pekerjaan lapangan, dan menetukan apakah
perlu melakukan audit lebih lanjut. Dengan kata lain, survey pendahuluan berguna
untuk memahami lebih baik mengenai tujuan, proses, risiko, dan pengendalian dari
bagian/fungsi yang diaudit.
Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis
karyawan dan system, namun bias juga menjadi sebuah pencarian yang tidak
beraturan. Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang
dihabiskan untuk survey pendahuluan bias produktif.

2.2. Langkah Survey Pendahuluan


Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor untuk melakukan survey
pendahuluan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan studi awal
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja
tahun sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen lain yang
akan membantu untuk lebih memahami subjek audit. Studi awal dilakukan
dikantor pusat, meskipun banyak auditor internal saat ini dapat mengakses
informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan
sebelumnya dapat menunjukan pendekatan yang dilakukan auditor lain atas
penugasan tersebut, meskipun pendekatan ini mungkin tidak layak atau tidak
diinginkan untuk audit tahun ini.

2. Pendokumentasian (Documenting)
Beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian adalah :
a. Pembuatan Daftar Pengingat
Daftar pengingat dirancang untuk membantu auditor
mengorganisasikan kertas kerja mereka dan membuat tahap audit
selanjutkan lebih sederhana untuk dikerjakan.
b. Daftar Isi Awal
Daftar isi sebaiknya disiapkan di bagian pertama kertas kerja sebelum
tahap perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk
§
11
mendaftar masalah yang harus ditangani seiring dengan kemajuan
penugasan dan membuat kertas kerja.
c. Pengurangan Biaya (Cost Reduction)
Manajemen mengharapkan penugasan auditor internal akan
mengurangi biaya yang dapat mempengaruhi laba perusahaan.
d. Catatan Kesan (Record of Impression)
Catatan kesan berfungsi sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika
mereka sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior.
Catatan kesan dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala
kemunduran yang membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan
perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi kerja,
manajemen, dan pengawasan. Kesan yang perlu dicatat antara lain
moral karyawan, kebiasan kerja, organisasi & penugasan staff,
supervisor, hubungan dengan organisasi lain & daerah kera.
e. Kuesioner
Kuesioner dapat membantu auditor dalam tugas, karena penugasan
audit lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi
untuk menyelesaikan dengan cepat. Kuesioner dapat memberi peluang
bagi karyawan untuk memahami diri sendiri karena berfungsi sebagai
lembar evaluasi diri yang efektif.

3. Bertemu Klien
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor
untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Pertemuan
awal cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya kemungkinan kerja sama.
Auditor internal harus terbuka mengenai tujuan audit. Auditor internal harus
mempunyai keahlian dalam berhubungan dengan orang dan bekomunikasi secara
efektif . Penting bagi auditor untuk memiliki keahlian dalam komunikasi lisan
maupun tulisan sehingga dapat menyampaikan tujuan audit, evaluasi, kesimpulan,
dan rekomendasi secara jelas dan efektif.
Wawancara merupakan salah satu upaya yang dapat menunjang keberhasilan
audit. Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan seksama enam langkah
penting yaitu persiapan, penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan, dan
pencatatan.

4. Mengumpulkan Bahan Bukti


Informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar
manajemen yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
 Tentukan tujuan dan aktivitas organisasi, baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
 Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur.
 Dapatkan salinan anggaran.

§
11
 Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
 Tentukan apakah rencana masa dating telah dibuat.
 Tanyakan jika ada ide perbaikan yang belum direalisasikan.
 Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau
yang membantu menetapkannya.
b. Pengorganisasian
 Dapatkan salinan bagan organisasi.
 Dapatkan salinan deskripsi jabatan.
 Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.
 Telaah tata letak fisikm catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi
aktiva.
 Tentukan perubahan organisasional apa yang akan dilakukan akhir-
akhir ini atau sejak audit terakhir.
 Dapatkan informasi mengenai ototritas yang didelegasikan dan
tanggung jawab yang diemban.
 Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang.
c. Pengarahan
 Dapatkan salinan intruksi operasional bagi karyawan.
 Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa
dipahami.
 Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan
arah kerja yang memadai.
 Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
 Pada badan pemerintah, tentukan masalah penting yang akan menarik
minat legislatif atau public.
 Identifikasi hambatan bagi kemampuan organisasi untuk melaksanakan
tugas yang diembannya.
d. Kontrol
 Dapatkan salinan standart dan pedoman kerja tertulis.
 Telaah system dan alur kerja.
 Telaah data finansial historis, kenali trennya.
 Telaah operasi finansial.
 Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan
dengan bagan alir.

5. Pengamatan (Observing)
Pengamatan (observing) akan terus dilakukan selama survey pendahuluan
dilakukan. Manfaat dari pengamatan (observing) adalah sebagai berikut :

a) Menentukan tujuan, sasaran, dan standart.


Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas yang tepat dan kesesuaian
misinya dengan sasaran strategis perusahaan merupakan cerminan
§
11
professionalism auditor internal. Jika tujuan tidak dipahami dengan baik maka
audit akan kehilangan manfaatnya.
Auditor internal harus dapat mengetahui sarsan aktivitas yang akan
mereka periksa sebelum melakukan apa yang tertera di program audit dan
melakukan pekerjaan lapangan. Untuk hasil program, sasaran biasanya
mencerminkan apa yang ingin dicapai pihak berwenang seperti legislative,
dewan komisaris, dan direktur utama. Auditor internal yang tidak
melalaporakan pencapaian tujuan dan sasaran tidak layak disebut audit
berorientasi manajemen yang efektif (effective management oriented
audit).
Auditor tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab untuk
menetapkan tujuan, sasaran, atau standart untuk karyawan professional.
Pedoman audit menyarankan bahwa pekerjaan auditor internal harus
melibatkan pengidentifikasian sasaran dan standart dan mengupayakan agar
bisa diterima tetapi tidak memaksa. Jika klien menyetujuinya, maka sasaran
dan standart tersebut milik klien. Manajer memiliki tanggung jawab utnuk
menetapkan sasaran dan standart untuk mereka sendiri dan karyawannya.
Saat melakukan survey, auditor internal akan senantiasa mengingat
dengan tepat tujuan, sasaran, dan standart yang seharusnya atau sedang
diupayakan untuk dimiliki organisasi klien. Auditr harus mencoba untuk
menetukan apakah :
 Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk klien.
 Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi suatu
rancangan besar perusahaan.
 Orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standart
berpartisipasi dalam penetapannya.
 Tujuan diketahui oleh semua pihak yang akan berpartisipasi dalam
pencapaiannya.
 Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya
bagi aktivitas.
 Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan
kendali eksternal.
 Sasaran dan standart yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk
mencapai lebih dari apa yang bisa mereka capai
 Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukan tingkat
pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standart.
 Tujuan, sasaran, dan standart secara periodic dievaluasi ulang dan
didefinisikan ulang.

b) Kontrol-Kontrol untuk Mencapai Tujuan


Jika tujuan, sasaran, dan standart telah teridentifikasi dan disepakati
maka langkah selanjutnya adalah menentukan control apa yang seharusnya
diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai.
§
11
Auditor internal dihadapkan pada sejumlah control potensial ketika mereka
melakukan survey pendahuluan kebijakan organisasi atau agensi, prosedur,
manual, instruksi khusus, laporan daftar, registrasi formulir, pembagian tugas,
system persetujuan, pengawasan, dan lainnya. Terkadang apabila mencoba
untuk menyerap literature mengenai sejumlah control sering kali membuang
waktu, karena membaca relevansinya dengan masalah tertentu semua control
ini kelihatan tidak berkaitan dengan kenyataan.

c) Mengevaluasi Resiko
Auditor Internal harus mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk
menentukan bahwa tujuan kunci dari proses manajemen risiko telah tercapai
dalam memberikan opini atas kecukupan proses manajemen risiko. Dalam
mengumpulkan bukti-bukti tersebut, auditor internal mungkin
mempertimbangkan prosedur audit berikut ini :
 Melakukan riset dan review perkembangan, tren, dan informasi
industri terkini terkait dengan usaha yang dilakukan oleh organisasi,
serta sumber informasi lain yang sesuai untuk menentukan risiko dan
eksposur yang dapat mempengaruhi organisasi beserta prosedur
pengendalian yang relevan.
 Mereview kebijakan perusahaan dan risalah rapat Dewan untuk
menentukan strategi bisnis organisasi, filosofi dan metodologi
manajemen risiko, selera risiko, serta penerimaan risiko.
 Mereview laporan evaluasi risiko sebelumnya yang dikeluarkan oleh
manajemen, auditor internal, auditor eksternal, dan/atau sumber lain.
 Melakukan wawancara dengan manajemen lini dan manajemen senior
untuk menentukan tujuan unit bisnis, risiko yang terkait, serta mitigasi
risiko dan aktivitas pemantauan pengendalian manajemen.
 Menyerap informasi untuk kemudian secara independen mengevaluasi
efektivitas mitigasi risiko, pemantauan, dan komunikasi risiko beserta
kegiatan pengendalian terkait.
 Menilai ketepatan garis pelaporan untuk aktivitas pemantauan risiko.
 Mereview kecukupan dan ketepatan waktu pelaporan hasil manajemen
risiko.
 Review kelengkapan analisis risiko yang dilakukan manajemen serta
tindakan yang diambil untuk mengatasi isu yang diangkat oleh proses
manajemen risiko, dan menyarankan perbaikan.
 Menentukan efektivitas proses self-assessment yang dilakukan
manajemen melalui pengamatan, tes langsung atas prosedur
pengendalian dan pemantauan, pengujian keakuratan informasi yang
digunakan dalam aktivitas pemantauan, serta teknik lainnya yang
sesuai.
 Mereview isu terkait risiko yang mungkin menunjukkan kelemahan
dalam praktik manajemen risiko dan, jika perlu, diskusikan dengan
manajemen senior dan Dewan. Jika auditor yakin bahwa manajemen
telah menerima tingkat risiko yang tidak sesuai (atau yang dianggap
tidak bisa diterima) dengan strategi dan kebijakan manajemen risiko
organisasi, auditor harus mengacu pada standar 2600 dan pedoman
audit internal lain terkait.
§
11
d) Menentukan pengendalian untuk meminimalkan risiko
Tujuan utama dari audit tersebut adalah untuk memberikan suatu
tindakan untuk berpendapat, apakah atau tidak laporan keuangan yang
diaudit menyajikan secara wajar keuntungan keuangan, posisi/ rugi dan
arus kas entitas. Risiko Audit adalah risiko auditor memberikan
pendapat yang tidak pantas atas laporan keuangan, terutama ketika
laporan keuangan tersebut mengandung salah saji material.

e) Membuat penentuan risiko secara sistematik


Risiko audit (Audit Risk) - risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko
deteksi
Mungkin dapat kita sebut bahwa didalam risiko audit itu terdapat beberapa
komponen risiko, komponenrisiko tersebut meliputi risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan risiko deteksi. Dalam artikel saya kali ini, saya akan
mencoba untuk menjelaskan tentang risiko audit beserta komponen risiko
yang menyertainya tersebut, dan juga bagaimana model risiko auditnya, serta
hubungan antara risiko audit dan bukti audit.
Bukankah hampir semua yang dilakukan oleh seseorang itu memiliki risiko,
begitu juga dengan proses audit yang dilakukan oleh auditor, tentu saja
memiliki risiko tersendiri. Untuk menjelaskan apa sih risiko audit ini ? Kita
sebaiknya melihat dahulu apa tujuan auditor melakukan proses audit,
bukankah tujuan auditor melakukan proses audit adalah untuk menyatakan
pendapatnya secara tepat atas laporan keuangan klien yang diaudit yang
mengandung salah saji material, sesuai dengan keyakinan yang memadai yang
dimiliki oleh auditor, jika tujuan audit seperti diatas, mungkin kita dapat
mengatakan bahwa risiko audit adalah risiko  kemungkinan auditor dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan  klien yang mengandung salah
saji material tanpa sengaja telah gagal dilakukan dengan tepat.

a. Risiko Bawaan
Mungkin beberapa hal didalam laporan keuangan rentan untuk salah
saji material, seperti halnya kas yang mungkin rentan untuk salah saji
material karena mudahnya kas untuk disalahgunakan. Berkaitan
dengan risiko, kerentanan salah saji material suatu asersi  itulah yang
dimaksud dengan risiko bawaan, bisa kita sebut risiko bawaan
merupakan risiko yang melekat pada suatu akun.

b. Risiko Pengendalian
Pengendalian berkaitan dengan sistem pengendalian internal suatu
entitas, tujuan adanya sistem pengendalian internal adalah untuk 
mencegah salah saji material yang mungkin terjadi dalam suatu asersi
dengan tepat waktu, jika pengendalian internal bertujuan untuk itu,
maka yang dimaksud dengan risiko pengendalian adalah risiko terjadi
kegagalan pengendalian internal yang tidak bisa mencegah salah saji
material yang mungkin terjadi di suatu asersi dengan tepat waktu. Ingat
bahwa risiko pengendalian melibatkan sistem pengendalian internal
suatu entitas, ketika sistem pengendalian internal suatu entitas itu baik

§
11
(efektif) maka risiko pengendalian akan rendah, sebaliknya jika sistem
pengendalian suatu entitas tersebut tidak bagus atau jelek (tidak
efektif) maka risiko pengendalian akan tinggi.

c. Risiko Deteksi
Ketika seorang auditor melakukan audit terhadap suatu asersi pun
terdapat risiko tersendiri, auditor melakukan audit terhadap suatu asersi
tersebut untuk mendeteksi salah saji material yang terjadi terhadap
asersi tersebut, maka yang dimaksud dengan risiko deteksi adalah
risiko auditor tidak dapat mendeteksinya. Risiko deteksi terbagi
menjadi dua, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci.
 

6. Pembuatan Bagan Alir


Bagan alir memotret suatu proses. Bagan alir dapat menjadi alat yang berguna
bagi auditor karena dapat menggambarkan system dan merupakan sarana untuk
menganalisis operasi yang kompleks. Pembuatan bagan alir yang formal
seharusnya distandarisasikan dengan departemen audit. Semua auditor harus
menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi dasar yang sama.
Biasanya akan sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan auditor
eksternal ataupun auditor independen. Analisis yang tidak selalu bisa dicapai
dangan narasi yang rinci. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua bagan alir
terperinci, formal, dan ekstensif.

7. Pelaporan
Survei yang dilakuakn biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang
bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi masalah yang dapat
membantu auditor untuk memutuskan apakah pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.
Selama penelaahan hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan
negative bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor dan klien.
Jika survey memberikan keyakinan adanya system, control, pengawasan dan
manajemen yang baik, maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya
audit. Sumber daya audit biasanya langka dan kebanyakan organisasi audit internal
memiliki lebih banyak proyek audit dibandingkan auditor yang akan
melakukannya.
Kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun
hanya survey yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama survey,
mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namuan akan menjadi lebih bijak untuk
secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi
pada kecukupan, bukan pada efektivitas control dan menunjukan dasar keputusan
untuk terus melakukan audit.
Dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan
dilakukan yang mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survey dan
melaporkannya secara informal ke manajemen. Kadang informasi yang mencukupi
akan diperoleh selama survey untuk merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum
§
11
pengujian substantive dilakukan. Selama penelahaan hasil survey dengan
manajemen, pelaporan temuan positif dan jadi kondusif bagi hubungan auditor dan
klien.
Jika hasil survey kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya
mencakup langkah-langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka.
Auditor juga harus mengidentifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan
menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya
harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan fase
pelaporan audit.

2.3. Membuat Anggaran Survey


Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan factor kunci dalam
survey pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tergantung pada sejumlah
factor. Makin kenal auditor dengan aktivitas yang ada, maka makin sedikit waktu
yang diperlukan untuk melakukan survey. Jika audit bersifat rotasional dan kertas
kerja memberikan gambaran yang jelas mengenal tujuan, sasaran, standart, dan
control operasi, bersama dengan bagan alir, bagan organisasi, dan dokumen lainnya,
yang dibutuhkan untuk memperbarui informasi tersebut.
Perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur, system operasi, otomatisasi,
organisasi, manajemen dan pegawai juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan
untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Semua factor harus dipertimbangkan
dalam membuat anggaran survey. Tidak ada jaminan bahwa baik orang atau tingkah
laku mereka akan tetap sama dari tahun ke tahun.
Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap operasi tanpa
survey pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang telah terjadi
sejak audit terakhir. Tidak ada standart untuk anggaran survey pendahuluan.
Berdasarkan survey informasi dari praktisi, estimasi wajar mungkin 10 persen hingga
20 persen dari total anggaran untuk proyek audit.

§
11
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis
karyawan dan system, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak
beraturan. Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang
dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa produktif. Keberhasilan dan kegagalan
audit sangat tergantung pada survey. Semakin auditor mengenal lebih jauh aktivitas
maka akan semakin cepat waktu yang diperlukan untuk survey pendahuluan.
Survey pendahuluan merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih
memahami tujuan, proses, risiko, dan control yang terkait dengan audit. Auditor
internal sebaiknya melakukan survey dalam tujuh langkah dasar yaitu melakukan
studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati,
membuat bagan alir, dan melaporkan.

§
11
DAFTAR PUSTAKA

Kalbers, Lawrence P., Fogarty, Timothi J. (1995).


Profesionalism and Its Consequences: A Study of Internal Auditors.
Auditing: A Journal of Practice and Theory, 14, 64-86.
Rahayu, Siti Kurnia., Suhayati, Ely. (2010). Auditing: Konsep Dasar dan
Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Graha Ilmu. Yogyakarta.

§
11

Anda mungkin juga menyukai