PENDAHULUAN
Survey pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat
yang akan menunjang keberhasilan audit. Jika survey pendahuluan direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, maka survey tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara
untuk pemahaman yang efektif melainkan menjadi penentu keberhasilan audit.
Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk
survey pendahuluan bisa produktif. Survey pendahuluan yang baik akan
menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan
menunjang keberhasilan audit.
§
11
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pendokumentasian (Documenting)
Beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian adalah :
a. Pembuatan Daftar Pengingat
Daftar pengingat dirancang untuk membantu auditor
mengorganisasikan kertas kerja mereka dan membuat tahap audit
selanjutkan lebih sederhana untuk dikerjakan.
b. Daftar Isi Awal
Daftar isi sebaiknya disiapkan di bagian pertama kertas kerja sebelum
tahap perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk
§
11
mendaftar masalah yang harus ditangani seiring dengan kemajuan
penugasan dan membuat kertas kerja.
c. Pengurangan Biaya (Cost Reduction)
Manajemen mengharapkan penugasan auditor internal akan
mengurangi biaya yang dapat mempengaruhi laba perusahaan.
d. Catatan Kesan (Record of Impression)
Catatan kesan berfungsi sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika
mereka sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior.
Catatan kesan dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala
kemunduran yang membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan
perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi kerja,
manajemen, dan pengawasan. Kesan yang perlu dicatat antara lain
moral karyawan, kebiasan kerja, organisasi & penugasan staff,
supervisor, hubungan dengan organisasi lain & daerah kera.
e. Kuesioner
Kuesioner dapat membantu auditor dalam tugas, karena penugasan
audit lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi
untuk menyelesaikan dengan cepat. Kuesioner dapat memberi peluang
bagi karyawan untuk memahami diri sendiri karena berfungsi sebagai
lembar evaluasi diri yang efektif.
3. Bertemu Klien
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor
untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Pertemuan
awal cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya kemungkinan kerja sama.
Auditor internal harus terbuka mengenai tujuan audit. Auditor internal harus
mempunyai keahlian dalam berhubungan dengan orang dan bekomunikasi secara
efektif . Penting bagi auditor untuk memiliki keahlian dalam komunikasi lisan
maupun tulisan sehingga dapat menyampaikan tujuan audit, evaluasi, kesimpulan,
dan rekomendasi secara jelas dan efektif.
Wawancara merupakan salah satu upaya yang dapat menunjang keberhasilan
audit. Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan seksama enam langkah
penting yaitu persiapan, penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan, dan
pencatatan.
§
11
Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
Tentukan apakah rencana masa dating telah dibuat.
Tanyakan jika ada ide perbaikan yang belum direalisasikan.
Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau
yang membantu menetapkannya.
b. Pengorganisasian
Dapatkan salinan bagan organisasi.
Dapatkan salinan deskripsi jabatan.
Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.
Telaah tata letak fisikm catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi
aktiva.
Tentukan perubahan organisasional apa yang akan dilakukan akhir-
akhir ini atau sejak audit terakhir.
Dapatkan informasi mengenai ototritas yang didelegasikan dan
tanggung jawab yang diemban.
Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang.
c. Pengarahan
Dapatkan salinan intruksi operasional bagi karyawan.
Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa
dipahami.
Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan
arah kerja yang memadai.
Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
Pada badan pemerintah, tentukan masalah penting yang akan menarik
minat legislatif atau public.
Identifikasi hambatan bagi kemampuan organisasi untuk melaksanakan
tugas yang diembannya.
d. Kontrol
Dapatkan salinan standart dan pedoman kerja tertulis.
Telaah system dan alur kerja.
Telaah data finansial historis, kenali trennya.
Telaah operasi finansial.
Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan
dengan bagan alir.
5. Pengamatan (Observing)
Pengamatan (observing) akan terus dilakukan selama survey pendahuluan
dilakukan. Manfaat dari pengamatan (observing) adalah sebagai berikut :
c) Mengevaluasi Resiko
Auditor Internal harus mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk
menentukan bahwa tujuan kunci dari proses manajemen risiko telah tercapai
dalam memberikan opini atas kecukupan proses manajemen risiko. Dalam
mengumpulkan bukti-bukti tersebut, auditor internal mungkin
mempertimbangkan prosedur audit berikut ini :
Melakukan riset dan review perkembangan, tren, dan informasi
industri terkini terkait dengan usaha yang dilakukan oleh organisasi,
serta sumber informasi lain yang sesuai untuk menentukan risiko dan
eksposur yang dapat mempengaruhi organisasi beserta prosedur
pengendalian yang relevan.
Mereview kebijakan perusahaan dan risalah rapat Dewan untuk
menentukan strategi bisnis organisasi, filosofi dan metodologi
manajemen risiko, selera risiko, serta penerimaan risiko.
Mereview laporan evaluasi risiko sebelumnya yang dikeluarkan oleh
manajemen, auditor internal, auditor eksternal, dan/atau sumber lain.
Melakukan wawancara dengan manajemen lini dan manajemen senior
untuk menentukan tujuan unit bisnis, risiko yang terkait, serta mitigasi
risiko dan aktivitas pemantauan pengendalian manajemen.
Menyerap informasi untuk kemudian secara independen mengevaluasi
efektivitas mitigasi risiko, pemantauan, dan komunikasi risiko beserta
kegiatan pengendalian terkait.
Menilai ketepatan garis pelaporan untuk aktivitas pemantauan risiko.
Mereview kecukupan dan ketepatan waktu pelaporan hasil manajemen
risiko.
Review kelengkapan analisis risiko yang dilakukan manajemen serta
tindakan yang diambil untuk mengatasi isu yang diangkat oleh proses
manajemen risiko, dan menyarankan perbaikan.
Menentukan efektivitas proses self-assessment yang dilakukan
manajemen melalui pengamatan, tes langsung atas prosedur
pengendalian dan pemantauan, pengujian keakuratan informasi yang
digunakan dalam aktivitas pemantauan, serta teknik lainnya yang
sesuai.
Mereview isu terkait risiko yang mungkin menunjukkan kelemahan
dalam praktik manajemen risiko dan, jika perlu, diskusikan dengan
manajemen senior dan Dewan. Jika auditor yakin bahwa manajemen
telah menerima tingkat risiko yang tidak sesuai (atau yang dianggap
tidak bisa diterima) dengan strategi dan kebijakan manajemen risiko
organisasi, auditor harus mengacu pada standar 2600 dan pedoman
audit internal lain terkait.
§
11
d) Menentukan pengendalian untuk meminimalkan risiko
Tujuan utama dari audit tersebut adalah untuk memberikan suatu
tindakan untuk berpendapat, apakah atau tidak laporan keuangan yang
diaudit menyajikan secara wajar keuntungan keuangan, posisi/ rugi dan
arus kas entitas. Risiko Audit adalah risiko auditor memberikan
pendapat yang tidak pantas atas laporan keuangan, terutama ketika
laporan keuangan tersebut mengandung salah saji material.
a. Risiko Bawaan
Mungkin beberapa hal didalam laporan keuangan rentan untuk salah
saji material, seperti halnya kas yang mungkin rentan untuk salah saji
material karena mudahnya kas untuk disalahgunakan. Berkaitan
dengan risiko, kerentanan salah saji material suatu asersi itulah yang
dimaksud dengan risiko bawaan, bisa kita sebut risiko bawaan
merupakan risiko yang melekat pada suatu akun.
b. Risiko Pengendalian
Pengendalian berkaitan dengan sistem pengendalian internal suatu
entitas, tujuan adanya sistem pengendalian internal adalah untuk
mencegah salah saji material yang mungkin terjadi dalam suatu asersi
dengan tepat waktu, jika pengendalian internal bertujuan untuk itu,
maka yang dimaksud dengan risiko pengendalian adalah risiko terjadi
kegagalan pengendalian internal yang tidak bisa mencegah salah saji
material yang mungkin terjadi di suatu asersi dengan tepat waktu. Ingat
bahwa risiko pengendalian melibatkan sistem pengendalian internal
suatu entitas, ketika sistem pengendalian internal suatu entitas itu baik
§
11
(efektif) maka risiko pengendalian akan rendah, sebaliknya jika sistem
pengendalian suatu entitas tersebut tidak bagus atau jelek (tidak
efektif) maka risiko pengendalian akan tinggi.
c. Risiko Deteksi
Ketika seorang auditor melakukan audit terhadap suatu asersi pun
terdapat risiko tersendiri, auditor melakukan audit terhadap suatu asersi
tersebut untuk mendeteksi salah saji material yang terjadi terhadap
asersi tersebut, maka yang dimaksud dengan risiko deteksi adalah
risiko auditor tidak dapat mendeteksinya. Risiko deteksi terbagi
menjadi dua, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci.
7. Pelaporan
Survei yang dilakuakn biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang
bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi masalah yang dapat
membantu auditor untuk memutuskan apakah pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.
Selama penelaahan hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan
negative bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor dan klien.
Jika survey memberikan keyakinan adanya system, control, pengawasan dan
manajemen yang baik, maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya
audit. Sumber daya audit biasanya langka dan kebanyakan organisasi audit internal
memiliki lebih banyak proyek audit dibandingkan auditor yang akan
melakukannya.
Kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun
hanya survey yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama survey,
mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namuan akan menjadi lebih bijak untuk
secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi
pada kecukupan, bukan pada efektivitas control dan menunjukan dasar keputusan
untuk terus melakukan audit.
Dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan
dilakukan yang mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survey dan
melaporkannya secara informal ke manajemen. Kadang informasi yang mencukupi
akan diperoleh selama survey untuk merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum
§
11
pengujian substantive dilakukan. Selama penelahaan hasil survey dengan
manajemen, pelaporan temuan positif dan jadi kondusif bagi hubungan auditor dan
klien.
Jika hasil survey kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya
mencakup langkah-langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka.
Auditor juga harus mengidentifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan
menjelaskan alasannya. Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya
harus dilakukan, bersama dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan fase
pelaporan audit.
§
11
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis
karyawan dan system, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak
beraturan. Auditor internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang
dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa produktif. Keberhasilan dan kegagalan
audit sangat tergantung pada survey. Semakin auditor mengenal lebih jauh aktivitas
maka akan semakin cepat waktu yang diperlukan untuk survey pendahuluan.
Survey pendahuluan merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih
memahami tujuan, proses, risiko, dan control yang terkait dengan audit. Auditor
internal sebaiknya melakukan survey dalam tujuh langkah dasar yaitu melakukan
studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati,
membuat bagan alir, dan melaporkan.
§
11
DAFTAR PUSTAKA
§
11