Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam akuntansi konvensional, tujuan pemberian informasi untuk pengambilan
keputusan ekonomi ditafsirkan sebagai penyusunan informasi dalam rangka urusan
fungsi manajemen. Akuntansi berperan membantu para pengguna laporan keuangan,
padahal pengguna laporan lebih memerlukan informasi untuk melihat masa depan,
bukan masa lalu. Jadi para investor bukan hanya tertarik pada nilai investasi awal,
tetapi lebih tertarik pada berapa nilai kenaikan atau penurunan investasinya, hal ini
berlaku sampai sekarang. Dimana data masa lalu hanya sekedar perbandingan.
Akuntansi harus mampu menghubungkan keduanya, yaitu antara perubahan harga masa
kini dan harga masa lalu. Tanpa informasi tersebut keputusan ekonomi akan dikatakan
bias. Menurut kondisi masa lalu, meskipun terdapat kebenaran, tetap saja tidak mampu
mendeteksi kondisi pasar. Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan, sehingga
termasuk didalamnya melakukan perencanaan operasi perusahaan masa yang akan
datang dan adanya perubahan harga.

Sistem historical cost ini mulai digunakan sebagai prinsip akuntansi setelah
terjadinya Wall Street Collapse pada tahun 1929. Sistem ini dikatakan tidak sistematis.
Sistem historical cost merupakan sistem akuntansi yang fundamental sebagai dasar
untuk mengukur modal dan untuk mencatat, melaporkan kegiatan ekonomi yang terkait
dari suatu entitas sampai akhir 1930-an.

Pada tahun 1960-an beberapa alternatif sistem penilaian dikembangkan


berdasarkan historical cost sebagai fundamental sistem akuntansi. Pertama, yang
diperbarui dari sistem biaya dengan mengusulkan untuk mengukur penggunaan sumber
daya dan penilaian modal pada harga beli sekarang (current buying price). Kedua,
menggunakan harga jual sekarang (current selling price).

Terdapat 2 sistem dasar harga beli saat ini. Pada tahun 1961, Prof. Edwards dan
Bell mengusulkan sistem akuntansi biaya saat ini dalam Theory and Measurement of
Business Income. Karena pada sistem ini didasarkan pada harga saat ini, dapat
dianggap sebagai presentasi metodologi pertama dari sistem akuntansi fair value (nilai
wajar). Sistem utama pertama, yang ditawarkan oleh Edward dan Bell didasarkan
pada konsep pemeliharaan modal keuangan, tetapi seperti yang digambarkan dalam
versi kedua dari biaya saat ini yang menggunakan pemeliharaan modal fisik, pilihan
konsep modal secara signifikan mempengaruhi ukuran penurunan pengukuran
keuntungan. Sistem utama yang kedua, menggunakan harga jual atau nilai keluar
untuk memperoleh pengukuran pendapatan dan modal. Dukungan untuk versi yang
berbeda telah bervariasi, pada penjelasan berikut nya kelompok akan menguraikan dan
menggambarkan kelebihan dan kekurangan masing – masing sistem akuntansi.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka pada makalah ini akan membahas tentang
Sistem – sistem Pengukuran Akuntansi. Rumusan Masalah yang dapat diketahui dalam
makalah ini, adalah sebagai berikut :

1) Pada sistem apa sajakah yang dikategorikan dalam Sistem Pengukuran


Akuntansi?
2) Dalam sistem Biaya Historis, bagian – bagian penting apa sajakah yang dapat
menunjang sistem biaya tersebut?
3) Dalam sistem Biaya Sekarang, bagian – bagian penting apa sajakah yang dapat
menunjang sistem biaya tersebut?
4) Dalam sistem Harga Keluar, bagian – bagian penting apa sajakah yang dapat
menunjang sistem harga tersebut?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Dari Rumusan Masalah, kita akan bertolak pada Tujuan Penulisan dalam makalah ini.
Adapun Tujuan Penulisan yang dapat diketahui, adalah sebagai berikut :

1) Kita dapat memahami sistem apa sajakah yang dikategorikan dalam Sistem
Pengukuran Akuntansi.
2) Dapat mengevaluasi bagian – bagian penting apa sajakah yang dapat menunjang
sistem Biaya Historis.
3) Dapat mengevaluasi bagian – bagian penting apa sajakah yang dapat menunjang
sistem Biaya Sekarang.
4) Dapat mengevaluasi bagian – bagian penting apa sajakah yang dapat menunjang
sistem Harga Keluar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SISTEM PENGUKURAN

Perhitungan modal dan laba dianggap sebagai perhitungan yang paling


fundamental dalam ilmu akuntansi. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian
ulang yang terjadi di pasar modal. Laba berasal dari perbandingan dari beban dan
pendapatan, juga perubahan modal dalam satu periode akuntansi.

Terdapat 3 sistem pengukuran utama di dalam akuntansi :

1. Historical Cost Accounting.


Sistem historical cost ini mulai digunakan sebagai prinsip akuntansi setelah
terjadinya Wall Street Collapse pada 1929. Sistem ini merupakan sistem akuntansi
yang fundamental sebagai dasar untuk mengukur modal dan menghitung
pendapatan dengan menggunakan penandingan biaya pada 1930-an.
2. Current Cost Accounting.
Pada 1960-an beberapa alternatif sistem penilaian dikembangkan berdasarkan
historical cost sebagai fundamental sistem akuntansi. Pertama, yang diperbarui dari
sistem biaya’ dengan mengusulkan untuk mengukur penggunaan sumber daya dan
penilaian modal pada harga beli sekarang (current buying price). Kedua,
menggunakan harga jual sekarang (current selling price).
3. Exit Price Accounting.
Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual
pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan yang
dimiliki. Sistem ini memiliki dua keberangkatan utama dari biaya historis
konvensional, yaitu : 1) Nilai aktiva non-moneter, dan 2) Perubahan daya beli
umum.

2.2. BIAYA HISTORIS (HISTORICAL COST)

Dasar pemikiran untuk biaya historis berasal dari beberapa sumber dengan buku
yang paling berpengaruh oleh Paton dan Littleton.  An introduction to corporate
accounting standards. Kita bergantung pada buku mereka untuk banyak argumen atas
dukungan teoritis akuntansi hari ini.
Biaya Historis dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya :

2.2.1. TUJUAN AKUNTANSI

Dengan pertumbuhan perusahaan selama setengah abad terakhir,


informasi akuntansi membawa makna yang lebih besar sebagai sumber
informasi tentang perusahaan. Satu alasan untuk ini adalah bahwa bentuk
perusahaan untuk sebuah bisnis besar menyebabkan pemisahan kepemilikan
usaha dan kontrol, akuntabilitas, oleh karena itu dipandang menjadi tujuan
paling penting dari fungsi pelaporan.
Tujuan kepengurusan biaya historis menekankan pada sebuah
hubungan kontrak konservatif antara perusahaan dan mereka yang
menyediakan sumber daya untuk membuat manajemen bertanggung jawab
atas input dari aset operasional dan output berikutnya pada nilai bersih dari
ekuitas operasi. Dengan demikian, laporan laba rugi adalah mekanisme
komunikasi kunci.
Kritikus berpendapat bahwa historical cost  hanya melaporankan
penghasilan/pendapatan saja (yang cocok dengan input/masukan pada konsep
biaya historis) tanpa pengakuan atas perubahan nilai aktiva dan kewajiban
adalah menyesatkan dan menghasilkan kebijakan dividen yang tidak benar.

2.2.2. MODAL DAN LABA


Dalam sistem historical cost profit akan ditentukan, entitas akuntansi
harus terlebih dahulu mempertahankan jumlah modal yang sama (aset
dikurangi kewajiban) yang dimiliki pada awal periode, dimana semua aset dan
kewajiban dinilai berdasarkan biaya pembelian historis mereka. Dengan
demikian, pendapatan adalah kenaikan modal biaya historis pada akhir periode
akuntansi.
Pendapatan menunjukkan pencapaian perusahaan untuk periode
tertentu, biaya merupakan upaya yang dikeluarkan (dalam hal biaya historis
yang disesuaikan) dan laba berkorelasi dengan efektivitas perusahaan sebagai
unit operasi. Oleh karena itu laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang
paling penting, karena mengungkapkan hasil dari operasi bisnis
2.2.3. PENCOCOKAN TEORI BIAYA
Biaya historis/historicsl cost terus melacak aliran biaya. Karena
melampirkan biaya, ini hanyalah cara lain untuk mengatakan bahwa akuntan
menjaga rekening/akun transaksi bisnis. Sebagai pembelian barang dan jasa
perusahaan, tugas akuntan adalah untuk menelusuri pergerakan biaya dan
melampirkan pencocokan terhadap pendapatan yang diterima saat mereka
mengalir melalui bisnis. Dengan kata lain akuntan harus memutuskan biaya
yang telah jatuh tempo dan karena itu harus dicocokkan terhadap pendapatan
dalam laporan laba rugi, dan bila biaya yang masih belum jatuh tempo harus
ditempatkan pada neraca sebagai residual/sisa. Dengan demikian, kita dapat
melihat bahwa konsep yang cocok adalah sangat penting dalam akuntansi
yaitu biaya historis. Itu adalah konsep yang memandu akuntan dalam
menentukan mana biaya yang harus dipertimbangkan sebagai beban/expense.
Istilah seperti biaya yang telah jatuh tempo untuk expense dan biaya amortisasi
untuk aset non-moneter berasal dari teori yang diterapkan pada alokasi biaya
historis.

Dari historical cost, dilihat dari pendapatan masa lampau dan di


bandingkan dengan profit sehingga dapat menentukan laba rugi.

Teori Pencocokan Biaya berhubungan dengan historical cost untuk


melihat sejarah dari akuntansi keuangan dari masa lampau sehingga dapat
melihat apa yang terjadi. Hubungan dengan historical cost untuk mengetahui
bahwa assets tersebut dapat didepersiasikan.

2.2.4. KONSERVATISME
Komponen lain yang penting adalah penerapan prosedur pencocokan
konservatif. Beban harus dialokasikan sesegera mungkin, sedangkan
pendapatan tidak harus diakui sampai ada kemungkinan besar bahwa mereka
akan diterima yaitu, terdapat kecurangan/kecondongan bias terhadap
pengakuan beban dan pengakuan pendapatan. Landasan konsep konservatisme
lainnya adalah, bahwa peningkatan nilai aset tidak harus diakui, namun
penurunan nilai harus menjadi lebih rendah dari cost atau aturan pasar.
Penerapan prosedur tersebut berarti keuntungan yang dihitung secara
konservatif dan berarti bahwa setiap aliran pendapatan potensial mengalir ke
laporan laba rugi perlahan seiring waktu. Misalnya, jika nilai aset meningkat
karena peningkatan aliran potensi masa depan ekonomi pada kas; maka hanya
diakui secara perlahan dalam pendapatan sebagai potensi peningkatan arus
pendapatan yang direalisasikan. Dengan demikian, adanya konsep
conservatism memperkuat pendekatan transaksi dengan akuntansi (transaksi
harus dibuktikan, baik kredit atau uang tunai) dan peristiwa tanpa pengakuan
yang tidak dihasilkan dalam transaksi (seperti kenaikan harga).

2.2.5. DUKUNGAN DAN KRITIKAN DARI BIAYA HISTORIS


2.2.5.1. Dukungan Biaya Historis
Biaya historis telah diserang oleh banyak orang, terutama
pada dasar bahwa historical cost dikatakan tidak melaporkan realitas
komersial atau memberikan penilaian yang kurang up-to-date (tidak
kekinian) dalam melaporan kekayaan bersih saat ini. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa dukungan, dukungannya adalah sebagai
berikut :
a) Biaya historis dinilai relevan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
b) Biaya historis didasarkan pada sesuatu yang aktual.
c) Sepanjang sejarah, laporan keuangan berdasarkan biaya historis
telah ditemukan untuk menjadi banyak kegunaan.
d) Konsep terbaik dalam memahami keuntungan merupakan
bagian dari biaya historis.
e) Dengan adanya biaya historis, akuntan mampu menjaga
integritas data mereka terhadap modifikasi internal.

2.2.5.2. Kritikan Biaya Historis


Beberapa kritikan terhadap biaya historis akan dijabarkan
sebagai berikut :
1. Tujuan Akuntansi.
Mengelola dalam akuntansi konvensional, tujuan
pemberian informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi
ditafsirkan sebagai penyusunan informasi dalam rangka urusan
fungsi manajemen. Pengambilan keputusan ekonomi perlu
penafsiran yang tajam. Dalam sejarahnya, akuntansi berperan
membantu para pemakai laporan, padahal pemakai laporan lebih
memerlukan informasi untuk masa depan, bukan masa lalu. Jadi
para investor bukan hanya tertarik pada nilai investasi awal,
tetapi lebih tertarik pada berapa nilai kenaikan atau penurunan
investasinya dilihat pada masa sekarang. Edward and Bell (1961:
17) mengatakan bahwa pengambilan keputusan ekonomi adalah
berdasarkan pergerakan harga secara individual dan hubungan di
antaranya. Data masa lalu sekedar perbandingan. Akuntansi harus
mampu menghubungkan keduanya, yaitu antara perubahan harga
masa kini dan harga masa lalu. Tanpa informasi tersebut
keputusan ekonomi akan bias. Menurutnya kondisi masa lalu,
meskipun mengandung kebenaran, tetap saja tidak mampu
mendeteksi kondisi pasar. Salah satu fungsi manajemen adalah
perencanaan, sehingga termasuk melakukan perencanaan operasi
perusahaan masa yang akan datang dengan adanya perubahan
harga.
Biaya historis memang banyak membantu, namun tidak
cukup memuaskan dalam penilaian untuk pengambilan keputusan
ekonomi. Ketika asset dibeli, biaya histories memang tepat, sebab
menunjukan harga masa lampau, tetapi dengan berlalunya waktu,
biaya histories hampir pasti tidak akan relevan lagi. Dalam
kondisi terjadi kenaikan harga, laba perusahaan akan terlalu
tinggi, karena penyusutan asset yang terlalu kecil. Masalah ini
menjadi berbahaya, karena dividen dibagikan berdasarkan laba
akuntansi, begitu juga pajak. Satu-satunya alasan penggunaan
biaya histories yang cukup kuat adalah adanya asumsi
kelangsungan usaha.
Selanjutnya, para kritikus akuntansi biaya historis telah
berulang kali menyatakan bahwa sistem ini gagal dalam fungsi
yang mendasarinya untuk menyediakan informasi yang obyektif.
Ada begitu banyak keputusan yang terkait dengan pencatatan,
pengukuran dan pelaporan informasi bahwa sistem biaya historis
jauh dari obyektif dan terbuka terhadap manipulasi. Tahun 1998
yang dirilis AARF teori akuntansi monografi 10,
mempertanyakan validitas informasi biaya historis dan
menyerang prinsip dasar dari sistem ini, yaitu bahwa informasi
sejarah tidak menjamin pemeliharaan modal dasar entitas.
2. Informasi untuk Pengambilan Keputusan.
Membantu Biaya historis tidak mencukupi untuk
mengevaluasi keputusan bisnis. Saat aset diperoleh, biaya historis
aset ini relevan karena mengacu pada peristiwa saat masa
lampau. Namun, setelah periode akuisisi berlalu itu maka biaya
tersebut tidak lagi merupakan biaya saat ini karena bisa saja nilai
asset mengalami perubahan dan karenanya tidak lagi
konsekuensial. Keuntungan pada tahun tertentu dianggap
mewakili kenaikan bersih nilai modal entitas untuk tahun itu
yaitu, kegiatan yang terjadi pada tahun tertentu yang
meningkatkan modal entitas. Modal dapat didefinisikan dalam
beberapa cara misalnya, dapat berguna bagi pengambilan
keputusan, modal bisa berarti kemampuan operasi perusahaan
(kemampuan untuk mempertahankan produksi), atau daya beli
perusahaan (kemampuannya untuk bertransaksi di pasar). Dalam
hal biaya historis, modal adalah investasi moneter asli dalam
perusahaan.
Jika modal didefinisikan sebagai kemampuan operasi
perusahaan, laba adalah perubahan kemampuan operasi
perusahaan selama periode pelaporan yaitu, laba adalah jumlah
yang diperoleh setelah pemeliharaan modal fisik perusahaan.
Informasi ini berguna untuk keputusan yang berfokus pada
kemampuan entitas untuk mempertahankan produksi dan
bersaing dengan pihak lain dalam industri di masa depan. Jika
keuntungan adalah perubahan dalam daya beli, konsep modal
dipertahankan adalah modal keuangan yang diukur dari segi
harga saat ini juga informasi yang berguna, karena memberikan
informasi mengenai perubahan kapasitas masa depan entitas
untuk bertransaksi di pasar.
Kritikus berpendapat bahwa keuntungan yang dilaporkan
dalam biaya historis tidak memiliki interpretasi prospektif.
melainkan sepenuhnya retrospektif. Akuntansi biaya historis
mengadopsi konsep modal keuangan, modal dianggap sebagai
investasi dari nominal dalam perusahaan, dari pada daya beli
investasi. Setelah tahun akuisisi, biaya historis tidak berkorelasi
dengan peristiwa tahun itu. Hal itu tentu adalah fiksi yang
diciptakan oleh prosedur akuntansi untuk percaya bahwa biaya
historis sepenuhnya berkaitan dengan operasi saat ini. Untuk
mencocokkan biaya historis terhadap pendapatan saat ini tidak
memungkinkan untuk pembagian dari total keuntungan dalam
aktivitas operasi dan komponen memegang.
Selanjutnya, historical cost dianggap melebih-lebihkan
keuntungan dalam waktu kenaikan harga, karena historical cost
mengimbangi biaya historis terhadap arus pendapatan. Dengan
demikian, itu bisa menyebabkan penurunan tanpa disadari dari
modal di mana modal didefinisikan dalam hal kemampuan entitas
untuk menghasilkan, bertransaksi, atau beroperasi ke masa depan.
Angka keuntungan di bawah harga perolehan dapat menipu
manajemen sejauh bahwa dividen yang dibayarkan bisa melebihi
keuntungan nyata tahunan dan mengikis modal dasar.
Biaya historis mungkin lebih objektif dari pada harga saat
ini, tapi kritikus menyatakan bahwa relevansinya bagi
pengambilan keputusan sangat dipertanyakan. Fakta bahwa
beberapa pengecualian (misalnya lebih rendah biaya dan aturan
nilai realisasi bersih untuk persediaan) mengungkapkan bahwa
alasannya adalah cacat.
3. Dasar Biaya Historis.
Salah satu pembenaran untuk penggunaan biaya historis
adalah asumsi kelangsungan usaha. Dianggap bahwa kehidupan
perusahaan adalah tidak terbatas, sehingga harapan normal
mengenai item non-moneter akan terpenuhi. Inventori dapat
diharapkan akan dijual, dan aktiva tidak lancar akan sepenuhnya
digunakan dalam bisnis. Oleh karena itu, biaya historis aktiva,
atau yang sebagian dialokasikan itu, adalah jumlah yang tepat
agar sesuai/setara dengan pendapatan.
Pada pemeriksaan lebih dekat pada teori konvensional,
kita menemukan bahwa asumsi kelangsungan hidup usaha (going
concern) tidak menggaris bawahi penggunaan pada biaya historis.
Agaknya, pada pelaporan adalah konsep biaya historis. Konsep
pencocokan mengharuskan bahwa ketika pendapatan yang
diperoleh, beban yang terjadi pada pendapatan tersebut akan
dicocokkan terhadap pendapatan untuk menghitung laba.
Akuntansi konvensional menambah penekanan pada penentuan
apakah biaya harus dikurangkan dari pendapatan dalam periode
berjalan atau ditangguhkan untuk masa mendatang. Sprouse
berpendapat bahwa, pencocokan tidak memerlukan konsep
pendapatan untuk melayani sebagai dasar untuk membuat
penilaian mereka. Tapi pada kenyataannya, katanya sebagian
besar kasus pencocokan biaya dan pendapatan adalah sebuah
kemustahilan praktis. Apa yang kita kenal sebagai pencocokan
pada dasarnya adalah proses memanggil dari keputusan acak
yang akan dibuat, dari pada analisis yang konsisten. Sprouse
menggambarkan proses nya sebagai salah satu hal yang mirip
dengan menilai kontes kecantikan, di mana juri memberikan
suara mereka sesuai dengan preferensi pribadi mereka untuk
menggambarkan pemenang, karena tidak ada konsep yang
dibentuk untuk memastikan kecantikan, sama halnya dengan
konsep yang untuk menentukan pencocokan yang tepat.
4. Pengertian Kebutuhan untuk Investor.
Telah ada pendapat bahwa historical cost, dalam
menentukan laba, menyebabkan distorsi atau penyembunyian
pengungkapan. Whitman dan Shubik berpendapat bahwa,
masalah ini muncul karena tujuan dari akuntansi biaya
konvensional historis salah untuk dipahami, bahwa :
a) Akuntan memiliki naif, pandangan sederhana tentang
investor dan kebutuhan mereka.
b) Akuntan menerima gaya lama, pandangan fundamentalis
tentang bagaimana perusahaan dan sahamnya harus
dianalisis.

Diketahui bahwa ada perbedaan antara analisis bagian


pasar dan analisis perusahaan. Untuk yang pertama, analisis
terutama mencoba untuk memastikan apa yang investor pikirkan.
Pengikut perspektif ini tidak benar-benar khawatir tentang fakta
perusahaan, tetapi tentang psikologi pasar. Mereka tertarik pada
istilah 'pendapat rata-rata berpendapat rata-rata'. Menurut
Whitman dan Shubik, alasan untuk penekanan ini pada psikologi
investor dari pada kenyataan perusahaan bahwa :
a) Investor biasanya memiliki sedikit pengetahuan tentang
perusahaan, manajemen, kebijakan, peluang dan masalah.
b) Investor sebagai pemegang saham mengambil peran pasif,
karena mereka hanya memposisikan untuk mengubah cara
sumber daya perusahaan digunakan.
c) Investor hanya mengembangkan pandangan jangka pendek,
karena berpotensi memberikan imbal hasil yang lebih
cepat.

2.3. BIAYA SEKARANG (CURRENT COST ACCOUNTING)

2.3.1. TUJUAN AKUNTANSI BIAYA SEKARANG

Akuntansi biaya sekarang (CCA) adalah sistem akuntansi dimana aset


dinilai berdasarkan harga pasar saat membeli dan laba ditentukan oleh alokasi
berdasarkan pada biaya saat ini.
Apa tujuan dari current cost? Perlunya pertimbangan manajer
dihadapkan dengan keputusan dalam menjalankan bisnis. Satu asumsi kita bisa
buat adalah bahwa manajer dari suatu perusahaan ingin mengetahui bagaimana
mereka harus mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan
keuntungan.
Edward dan Bell mengungkapkan masalah mendasar dalam hal tiga
pertanyaan, diantaranya :

 Berapa jumlah aset harus dilakukan pada waktu tertentu? Ini adalah
masalah ekspansi.
 Apa yang harus menjadi bentuk aset ini? Ini adalah masalah komposisi.
 Bagaimana seharusnya aset yang akan dibiayai? Ini adalah masalah
pembiayaan.

Manajer membuat keputusan terhadap tiga pertanyaan berdasarkan


harapan tentang peristiwa masa depan. Manajer harus mengevaluasi kegiatan
masa lalu dan keputusan. Hal ini sangat berguna dan sebagai alat dalam evaluasi
ini, adalah perbandingan data akuntansi untuk suatu periode tertentu dengan
harapan ditentukan untuk periode tersebut. Jika perbandingan ini menunjukkan
bahwa harapan itu tidak akurat, kejadian terkini atau harapan harus diubah.
Contoh, Jika data akuntansi mengungkapkan bahwa total biaya bahan baku lebih
tinggi dari dianggarkan, karenanya perusahaan perlu untuk mengubah harapan
masa depan harga bahan baku dan keputusan pada nilai anggaran bagaimana
untuk total biaya bahan baku di masa mendatang. Untuk informasi akuntansi
dapat dikatakan berguna dalam pengambilan keputusan, harus mengukur
peristiwa-peristiwa aktual suatu periode seakurat mungkin. Jika informasi yang
mencakup kejadian periode sebelumnya dicampur dengan kejadian terkini atau
jika menghilangkan beberapa kejadian terkini, proses evaluasi menjadi bingung
dan kegunaan evaluasi akan berkurang.
Edward dan Bell mempertimbangkan pergerakan harga dalam suatu
periode tertentu adalah peristiwa-peristiwa yang penting bagi manajemen.
Meskipun Edward dan Bell menekankan kebutuhan informasi manajemen,
mereka berpendapat bahwa banyak data juga relevan untuk orang luar. Seperti
pemegang saham dan kreditur. Pemegang Saham dan kreditur juga tertarik dalam
mengevaluasi kinerja manajer, dan dengan demikian juga perusahaan.
Berdasarkan teori ini, informasi akuntansi memberikan tiga tujuan:
 Evaluasi oleh manajer terhadap keputusan masa lalu perusahaan dan
untuk membuat keputusan terbaik untuk masa depan.
 Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur dan lain-lain.
 Evaluasi oleh kedua orang dalam dan luar menyediakan sarana untuk
keberhasilan fungsi ekonomi karena, secara teoritis, maka sumber daya
akan dialokasikan lebih efisie.

2.3.2. KONSEP LABA USAHA DAN KEUANGAN MODAL

Berkenaan dengan laba, manajemen sering menghadapi dua keputusan:


 Holding decisions, tentang apakah yang akan 'ditahan' aset dan kewajiban
atau untuk membuangnya (misalnya melalui penjualan aset atau
pembayaran utang).
 Operating decisions, tentang bagaimana menggunakan dan membiayai
operasi entitas.

Untuk mengevaluasi baik holding dan operating keputusan manajer,


Edwards dan Bell menawarkan konsep laba yang mereka sebut 'laba bisnis' yang
terdiri dari :
(1) Laba operasi saat ini, dan
(2) Penghematan biaya realisasi.

Laba operasi saat ini merupakan selisih lebih dari nilai saat ini dari
output terjual dengan biaya beli saat ini. Penghematan biaya realisasi adalah
peningkatan biaya saat ini yang dimiliki oleh perusahaan pada periode berjalan.
Mencakup baik perubahan Realisasi biaya yang belum direalisasi. Laba usaha
itu dihitung secara riil, yaitu yang 'fiksi' elemen karena perubahan tingkat harga
umum dihilangkan. Istilah untuk penghematan biaya realisasi adalah “holding
gains/losses”, yang dapat maupun yang belum direalisasi. Karena biaya
penggunaan sumber daya yang cocok dengan harga beli saat ini, semua aset dan
kewajiban juga diukur pada harga beli saat ini dan muncul dalam laporan posisi
keuangan sebesar nilai kontemporer.

Modal adalah konsep kepemilikan keuangan real yang berarti laba yang
ditentukan setelah nilai pembelian/pembukaan (modal) pada tingkat harga
umum, kemudian laba adalah peningkatan usaha, dan holding gains and losses
adalah penyesuaian untuk setiap kenaikan atau tingkat penurunan harga secara
umum.

 Holding Gains and Losses

Asumsi mendasar sebuah laba bisnis adalah bahwa penggabungan


holding gains/losses dan operating gains/losses, ini membingungkan evaluasi
keputusan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya dalam
perekonomian. Konsep laba usaha memungkinkan pemisahan komponen ini.
Holding komposisi aktiva dan kewajiban tertentu adalah salah satu cara
manajemen berusaha untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan. Dalam
historical cost, gains dicatat hanya pada saat aktiva tersebut dilepaskan. Oleh
karena itu, menentukan apakah kegiatan pengelolaan akan berhasil atau tidak
hampir tidak mungkin, kecuali untuk aktiva yang dibeli dan dijual pada periode
yang sama. Serta berdasarkan akuntansi biaya historis, ketika perusahaan
membandingkan, kita mungkin akan disesatkan untuk perusahaan yang lebih
efisien.

Pembenaran lain mungkin untuk penyertaan holding gains sebagai


keuntungan adalah untuk mengatakan bahwa apresiasi nilai adalah sebuah
fenomena ekonomi aktual yang dapat direalisasikan jika perusahaan itu menjual
aset tersebut. Namun, beberapa akuntan berpendapat bahwa pembelian aset
perusahaan yang paling untuk digunakan dalam operasi perusahaan, tanpa
perubahan harga. Oleh karena itu, kemungkinan likuidasi aset adalah realistis.
Selain itu, alasannya adalah tidak pantas untuk konsep biaya saat ini karena
penekanannya pada nilai likuidasi atau harga keluar.

Revsine berpendapat bahwa, komponen laba likuidasi berorientasi pada


konsistensi dengan informasi kebutuhan investor. Investor khawatir dengan arus
kas masa depan perusahaan, terutama dalam hal dividen kepada diri mereka
sendiri dan hasil dari penjualan saham mereka. Dalam jangka panjang,
keuntungan dan dividen berkaitan langsung dengan menggunakan aktiva
operasi, tidak melikuidasi mereka.

Argumen Revsine menyiratkan bahwa arus keuntungan biaya adalah


indikator utama arus kas masa depan, pembenaran teoritis hubungan ini adalah
hubungan antara laba biaya saat ini dan keuntungan ekonomi. Laba ekonomi
didefinisikan sebagai selisih antara nilai kini dari arus kas bersih yang
diharapkan dari suatu perusahaan, tidak termasuk investasi tambahan dan
distribusi kepada pemilik.

Laba ekonomi dapat dibagi dalam dua bagian : 1) arus kas


didistribusikan atau laba yang diharapkan, dan 2) laba yang tak terduga.
Komponen ini didefinisikan sebagai berikut :
 Laba yang diharapkan = tingkat pengembalian pasar (market rate of return)
dikali nilai awal aktiva bersih (beginning value of net asset).
 Laba tak terduga = kenaikan sporadis atau penurunan nilai kini aktiva
bersih karena perubahan ekspektasi tentang tingkat arus kas masa depan.

Laba yang diharapkan mengukur arus kas perusahaan mampu


menghasilkan tak terbatas, sedangkan laba tak terduga mengukur perubahan
arus kas karena faktor lingkungan yang tidak diprediksi pada awal periode.
Dalam ekonomi persaingan sempurna, keuntungan biaya saat ini identik dengan
keuntungan ekonomi. Laba usaha lancar pada saat ini, sama dengan biaya
dengan komponen arus kas didistribusikan atau keuntungan yang diharapkan.
Holding gains secara langsung berhubungan dengan laba tak terduga. Termasuk
keuntungan sebagai komponen laba mencerminkan pandangan modal keuangan.
Setiap jumlah pada akhir periode yang melebihi jumlah yang diinvestasikan
pada awal periode, tidak termasuk investasi tambahan dan distribusi kepada
pemilik, adalah keuntungan. Oleh karena itu, laba adalah bagian dari
keuntungan.

 Financial Capital vs Physical Capital


Berdasarkan sistem nilai pasar perhitungan laba bergantung pada ukuran
modal. Artinya, laba lebih tepat didefinisikan sebagai perubahan modal selama
periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi biaya perolehan yang ditentukan
oleh banyak konvensi akuntansi. Dalam akuntansi, current cost ada dua
pandangan yaitu : modal finansial dan modal fisik.
Dari sudut pandang praktis, yang utama antara konsep modal finansial
dan konsep modal fisik adalah apakah 2 pandangan ini dapat dinyatakan holding
gains (or losses), dimasukkan dalam laporan. Secara kuantitatif, perbedaan
antara dua sudut pandang ini adalah bahwa holding gains termasuk dalam
keuntungan pada modal finansial dan dikeluarkan dari modal fisik.

2.4. HARGA KELUAR (EXIT PRICE ACCOUNTING)

Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga


jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan.
Memiliki dua hal utama dari biaya historis konvensional:
 Nilai aktiva non-moneter, disesuaikan untuk mengukur perubahan harga jual pasar
khusus untuk aktiva dan mereka dimasukkan dalam pendapatan sebagai
keuntungan yang belum direalisasi.
 Perubahan daya beli umum, dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan
dan hasil usaha.
Aset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga hal ini
mewakili 'nilai pasar wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam
situasi 'penjualan berbahaya'.
Laporan laba rugi merupakan bagian keuntungan/kerugian usaha, serta
keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari aset induk. Oleh karena itu, laba diukur
dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur perubahan nyata total nilai semua
elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi surplus bersih. Akuntansi
surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan neraca
penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.

2.4.1. TUJUAN AKUNTANSI

Tujuan dari Exit Price Accounting adalah pengambilan keputusan


adaptif, contohnya ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan
berubah kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas,
penurunan saldo kas perusahaan berkurang kebebasannya untuk lay out kas
untuk investasi lainnya. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini
mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih lanjut.
Tetapi konsep perilaku adaptif melihat perusahaan selalu siap untuk tindakan
membuang aset.
Maka, perusahaan akan menjaga aktiva tidak lancar hanya apabila nilai
sekarang dari arus kas masa depan bersih dari penggunaan aktiva lebih besar
dari nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan bersih dari investasi alternatif
keluar nilai aset tersebut.
Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan apakah
kesempatan alternatif untuk keuntungan yang lebih besar ada untuk aset non-
lancar jika mereka dijual dan hasil investasi. Ini adalah konsep biaya peluang,
yang menggunakan harga jual dan bukan harga penggantian aset, sebagai basis
pengukuran.
Tapi konsep perilaku adaptif melihat perusahaan selalu siap untuk
membuang aset jika tindakan ini adalah kepentingan yang terbaik.
Chamber mengakui bahwa, setiap aset, pada prinsipnya, sebuah nilai
tukar (harga keluar) dan nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya
adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan sekarang dan chambers
berpendapat bahwa itu merupakan keyakinan tentang masa depan.

2.4.2. ARGUMEN UNTUK EXIT PRICE ACCOUNTING

Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan


pengguna laporan akuntansi. Model keputusan, pada gilirannya, memungkinkan
pengguna untuk menentukan tindakan untuk mengambil dari beberapa
alternatif. Jika tidak ada kendala, informasi dapat dikumpulkan yang relevan
untuk setiap entitas yang diberikan dengan berbagai model keputusan. Namun,
kendala ada karena informasi sumber daya produksi langka dan mahal.
Masalahnya adalah untuk memilih model keputusan yang sesuai dengan menilai
kemampuan modal untuk memprediksi konsekuensi dari program alternatif
yang tersedia saat tindakan terjadi.

 Additivity
Cahmbers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam
mendukung akuntansi CCE. Produk utama dari sistem akuntansi laporan
akuntansi, tentu adalah neraca dan laporan laba rugi. Jika kita memberikan nilai
yang berbeda dengan karakteristik yang relatif kecil dari fakta dan
menggunakan skala pengukuran relatif kecil, maka tidak ada arti tertentu. Hal
ini tidak dapat secara logis ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, kita
tidak bisa nilai kewajiban sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset
sebesar biaya penggantian (persediaan), yang lain sebesar nilai kini (sewa aset)
dan yang lain di setara kas (debitur) dan memperoleh neraca yang sesuai. Juga
tidak bisa kita gunakan untuk mencampuradukan biaya historis pada tanggal
yang berbeda dan makna berbeda pada perhitungan aktiva bersih.
Maka, penilaian dari semua elemen dalam neraca dan laporan laba rugi
pada setara uang mereka (nilai keluar), menyediakan satu aturan yang dapat
diterapkan secara konsisten terhadap perusahaan manapun. Sistem ini
berkonsentrasi pada pengukuran kemampuan keuangan penting meliputi uang
dan setara uang. Itu tidak menggunakan karakteristik fisik atau aset lainnya.

 Obyektifitas
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif.
Namun, beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih
objektif dari pada kepercayaan banyak orang. Parker melakukan studi penelitian
tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya
historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di antara penilai.
Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus dalam pengukuran.
Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa untuk
mengukur objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi
kurang dari jumlah tercatat. Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai
tercatat adalah dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa.
McKeown juga menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan berukuran
sedang untuk jalan kontraksi, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa
metode yang digunakan untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih
baik dari pada metode berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi
lain, McKoewn membandingkan empat model yang diusulkan dengan metode
GAAP untuk objektivitas mereka dan menyimpulkan bahwa model CCA adalah
yang paling objektivitas.

 Ukuran Risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko
keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset
dengan nilai keluar yang berbeda secara signifikan dari harga entri, maka aset
tersebut adalah proposisi berisiko. Informasi keuangan menunjukkan bahwa
pembelian aset tersebut harus merupakan proposisi jangka panjang dimana nilai
ekonomi yang ditemukan oleh nilai pakai. Sebaliknya, jika exit price meningkat
secara drastis, biaya peluang meningkat kembali dan harus dioperasikan dengan
lebih efisien.
Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
posisi risiko dan kinerja dalam mengelola risiko keuangan yang signifikan
dengan rancangan standar akan membutuhkan :
1. Deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan
serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
2. Informasi tentang dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan
(neraca) dan laporan kinerja keuangan.
3. Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan untuk
memperkirakan nilai wajar instrumen keuangan.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Perhitungan modal dan laba dianggap sebagai perhitungan yang paling
fundamental dalam ilmu akuntansi. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian
ulang yang terjadi di pasar modal. Laba berasal dari perbandingan dari beban dan
pendapatan, juga perubahan modal dalam satu periode akuntansi.

Terdapat 3 sistem pengukuran utama di dalam akuntansi :

1. Historical Cost Accounting.


Sistem historical cost ini mulai digunakan sebagai prinsip akuntansi setelah
terjadinya Wall Street Collapse pada 1929. Sistem ini merupakan sistem akuntansi
yang fundamental sebagai dasar untuk mengukur modal dan menghitung
pendapatan dengan menggunakan penandingan biaya pada 1930-an.
2. Current Cost Accounting.
Pada 1960-an beberapa alternatif sistem penilaian dikembangkan berdasarkan
historical cost sebagai fundamental sistem akuntansi. Pertama, yang diperbarui dari
sistem biaya’ dengan mengusulkan untuk mengukur penggunaan sumber daya dan
penilaian modal pada harga beli sekarang (current buying price). Kedua,
menggunakan harga jual sekarang (current selling price).
3. Exit Price Accounting.
Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual
pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan yang
dimiliki. Sistem ini memiliki dua keberangkatan utama dari biaya historis
konvensional, yaitu : 1) Nilai aktiva non-moneter, dan 2) Perubahan daya beli
umum.

3.2. SARAN

Untuk pembahasan pada tiap Sistem Pengukuran Akuntansi, dapat dilihat pada pemaparan
bagian BAB II (PEMBAHASAN).
DAFTAR PUSTAKA

Jayne Godfrey, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes, Accounting
Theory, 7th Edition,John Wiley & Sons Publisher, ISBN: 978-0-470-81815-2

http://kambingterbang26.blogspot.co.id/2013/04/sistem-pengukuran-akuntansi.html

http://akuntansi-kreatif.blogspot.co.id/2016/02/sistem-pengukuran-akuntansi.html

http://manulihcarito.blogspot.co.id/2014/08/accounting-measurement-systems.html

Anda mungkin juga menyukai