Sistem akuntansi double-entry pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad
ke 15. Setelah itu, bersamaan dengan revolusi industri, khususnya setelah jatuhnya
wall street pada tahun 1929, sistem akuntansi trandisional berdasarkan historical
cost sistem muncul. Bagaimanapun, sistem historical cost tidak dikodifikasikan
secara sitematis sebagai fundamental accounting basis untuk menghitung modal,
mencatat, dan melaporkan aktivitas ekonomi dan yang berhubungan dengan entitas.
Terdapat dua sistem basic current buying price, pada tahun 1961, Edwards dan Bell
mengusulkan sistem current cost accounting. Current cost accounting dianggap
sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value accounting sistem.
Sistem selanjutnya yakni current selling prices (exit prices) untuk mendapatkan
ukuran income dan capital.
A. Objective of Accounting
Dalam historical cost sistem, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital (
assets dikurangi kewajiban) sehingga memiliki nilai yang sama dengan nilai
pada periode awal, dimana semua aset dan kewajiban dinilai sesuai dengan
nilai saat pembelian. Income menunjukkan hasil dari perusahaan selama
periode tertentu, expenses merupakan sumber daya yang dibelanjakan dan
profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam beroperasi.
Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan,
dimana menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan
balance sheet dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB
menggunakan istilah ‘revenue-expense view’ dan ‘asset-liability view’ untuk
teori yang menekankan perubahan pada nilai asset dan kewajiban sebagai
definisi dan pengukuran profit. Terdapat dua konsep dasar dalam historical
cost revenue-expense viewpoint yaitu ‘matching of cost’ dan ‘conservatism’.
2
Akuntan historical cost harus melacak aliran biaya. Karena cost attach,
merupakan cara lain dalam mengatakan bahwa akuntan menjaga akun transaksi
bisnis. Tugas akuntan saat perusahaan membeli barang atau jasa, menelusuri
perpindahan biaya dan attach (match) untuk pendapatan yang diterima saat
mereka berpindah melalui bisnis. Dengan kata lain, akuntan harus memutuskan
biaya yang bisa diakui ‘expired’ untuk kemudian dilekatkan (matching) pada
pendapatan di income statement, dan biaya yang belum dapat diakui
‘unexpired’ akan dilaporkan di balance sheet (unmatched assets). Hal ini
merupakan konsep ‘matching cost against revenue’ yang merupakan konsep
penting dalam historical cost accounting.
D. Conservatism
3
Mereka harus dapat meninjau upaya masa lalu dan ukuran dari upaya ini
adalah biaya historis.
2. Historical cost didasarkan pada transaksi yang actual bukan hanya
transaksi yang mungkin (possible) atau belum terjadi.
3. Financial statement berdasarkan biaya histori dianggap lebih bermanfaat.
4. Konsep yang terbaik dalam memahami konsep profit yakni kelebihan nilai
harga jual dibadingkan dengan harga perolehan.
5. Akuntan dapat menjaga integritasnya dengan menjaga data berdasarkan
nilai historis dibandingkan dengan modifikasi internal. Banyak yang
berpendapat bahwa system historical cost mengurangi praktik manipulasi
dibandingkan sistem current cost ataupun selling price.
6. Seberapa berguna informasi berdasarkan current cost dan selling price.
7. Perubahan dalam harga pasar dapat disajkan dan diungkapkan oleh data
pendukung atau tambahan.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk menolak terhadap historical cost
accounting.
1. Objective of accounting
4
Kritikus sistem historical cost berulang-ulang berargumen bahwa sistem
gagal menjamin terpenuhinya tujuan penyediaan informasi yang objektif.
Sangat banyak keputusan yang berhubungan dengan pencatatan,
pengukuran dan pelaporan informasi, namun sistem historical cost sangat
jauh dari objektif dan justru membuka terjadinya manipulasi.
5
akusisi, biaya historis tidak menghubungkan kejadian pada tahun tersebut
dan setelahnya.
Historical cost sistem akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga
naik karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan
pendapatan sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari
dapat mengarah pada pengurangan capital dimana capital didefinisikan
sebagai kemampuan perusahaan untuk berproduksi, bertransaksi, atau
sebaliknya untuk beroperasi dimasa depan. Profit berdasaran historical
cost juga dapat memperdaya management lebih dalam lagi bahwa laba
yang dibayarkan dapat melebihi laba tahunan yang sesungguhnya
menghilangkan basis modal.
4. Matching
6
Thomas berpendapat bahwa pernyataan tentang matching, dan alokasi
biaya tertentu, adalah 'tidak dapat diperbaiki', yaitu, mereka tidak mampu
diverifikasi atau disangkal. Tidak ada cara untuk memilih salah satu
metode terhadap metode yang lain kecuali sewenang-wenang/arbitrarily.
Jika percaya dalam matching harus mampu mendukung metode tertentu
yang sesuai dengan bukti empiris.
Salah satu konsekuensi dari ‘matching concept’ adalah meletakkan neraca
sebagai posisi kedua setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan
pada net profit. Kritikus berargumen bahwa ini bias terhadap neraca
dimana laba rugi meletakkan neraca pada posisi yang kedua.Padahal
neraca memiliki kepentingannya sendiri, neraca adalah sumber utama
informasi dari posisi keuangan perusahaan.
The Australian Accounting Standards Boards (AASB) meyatakan bahwa
penggunaan konsep ‘matching’ dapat mengarah pada volatilitas dalam
menghasilkan laporan dan profit smoothing selama periode pelaporan yang
berbeda. Penggunaan konsep ‘matching’ tidak menghasilkan informasi
yang relevan dan terpercaya
7
III. CURRENT COST ACCOUNTING
A. Objective of Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai
berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit
ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan
dari penggunaan Current Cost Accounting terlebih dahulu kita harus
memahami macam-macam keputusan yang dihadapi oleh manajer dalam
menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan terlebih dahulu bahwa
tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya perusahaan yang
tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell
merumuskan permasalahan ini menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:
8
Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi
manajemen, mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi
pihak luar, seperti pemegang saham dan kreditur karena mereka ingin menilai
performance perusahaan. Dari tero tersebut, informasi akuntansi memiliki dua
tujuan, yaitu:
Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan yang
terbaik
Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.
9
Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss?
Memegang komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara
manajemen untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain
ingin tahu apakah harapan ini sukses. Dalam akuntansi konvensional,
keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut dilepaskan. Oleh karena itu,
menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak adalah hampir
mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama. Juga,
dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat
disesatkan perusahaan mana yang lebih efisien. Misalkan semua perusahaan
dalam suatu industri tertentu sama-sama efisien, tetapi Perusahaan A dimulai
10 tahun lebih awal dari yang lain. Keuntungan operasional A akan lebih besar
karena beban penyusutan rendah, sehingga memberikan kesan bahwa A lebih
efisien daripada yang lain. Tapi keuntungan yang lebih besar bukan karena
efisiensi dari manajer dalam operasi perusahaan pada tahun berjalan.
Sebaliknya, itu mencerminkan efisiensi para manajer dari 10 tahun yang lalu
dalam memulai bisnis dan pembelian suatu aset pada saat itu. Oleh karena itu,
pemisahan holding gain dan operating profit memberikan kredit untuk manajer
yang tepat.
Misalkan bahwa A Perusahaan menjadi kurang efisien dan sejarah saat ini
biaya laba operasi adalah sama dengan perusahaan lain. Inefisiensi akan
tersembunyi juka memakai akuntansi konvensional karena holding gain akan
dicampur dengan laba operasional. Sebuah asumsi yang mendasari Current
Cost Accounting adalah bahwa percampuran holding gains dan operating gains
membingungkan evaluasi kebijakan manajemen dan menghalangi alokasi
sumber daya dalam perekonomian. Namun, pemisahan current operating
profits dan holding gain (or losses) tidak selalu diterima bermanfaat. Drake dan
Dopuch, serta Prakash dan Sunder, menegaskan bahwa beberapa kebijakan
manajer mempengaruhi kedua komponen, sehingga dalam beberapa kasus
holding gain dan current operating profit tidak independen satu sama lain.
Misalnya, aset yang diperoleh untuk menurunkan future operating expenses
(misalnya mesin baru yang dibeli untuk menghasilkan persediaan dengan biaya
yang lebih rendah). Manfaat yang berhubungan langsung dengan aset akan
10
tercermin dalam future operating profits daripada perubahan dalam current cost
aset saat diperoleh. Jika current cost aset mengalami penurunan, hal itu tidak
akan masuk akal untuk menyalahkan manajemen dalam menimbulkan kerugian
jika peningkatan laba usaha karena penurunan beban usaha (HPP di contoh
kita) lebih dari offset kerugian.
Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah
ada atau tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara
kuantitaif, holding gains (lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial
capital dan tidak termasuk dalam profit pada physical capital. Sebagai ilustrasi,
terdapat perusahaan yang memulai operasinya dengan kas sebesar $1000 pada
tanggal 1 januari, kemudian menggunakannya untuk membeli 100 unit dengan
harga $10 per unit. Pada tanggal 31 januari, unit tersebut dijual dengan harga $18
per unit. Harga perolehan unit tersebut pada tanggal 31 januari meningkat menjadi
$12 per unit. Jika diasumsikan profit akan digunakan untuk membayar dividen pada
akhir bulan, maka kalkulasi perhitungan profit adalah sebagai berikut:
11
per unit, perusahaan membutuhkan tambahan sebesar $200 pada akhir periode
untuk mempertahankan kemampuan operasionalnya. Sehingga, $200 bukanlah
merupakan holding gain, tetapi penyesuaian terhadap pemeliharaan modal
(capital maintenance adjustment). Analisis tersebut dapat diilustrasikan
sebagai berikut:
Financial Physical
Capital Capital
Sales Revenue (100 x $18) 1800 1800
Cost Of Sales (100 x $12) 1200 1200
Curent Operating Profit 600 600
Holding Gain (100 x $2) 200 0
Profit 800 600
Paid as Dividends 800 600
Jika dividen dibayarkan sebesar $800, perusahaan akan memiliki modal sebesar
$1000 pada akhir periode yang dapat digunakan untuk membeli sebanyak 83
unit pada awal februari, sehingga tidak dapat mempertahankan kemampuan
operasional pada level yang sama seperti periode sebelumnya, yaitu 100 unit.
1. Recognition Principle
12
3. Technological Change
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional
perusahaan dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau
pengorbanan atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus,
pengorbanan perusahaan adalah menjual aset disbanding
menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaan sudah
memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang
tersebut tidaklah relevan.
13
price accounting juga berpendapat bahwa informasi current cost
umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.
14
membelinya secara kredit, maka akan mengurangi kemampuan pengambilan
kredit perusahaan di masa datang. Konsep perilaku adatif melihat perusahaan
untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset, jika tindakan ini
memberikan keuntungan terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan menjaga
aset tidak lancarnya hanya jika nilai sekarang dari arus kas masa depan dari
penggunaan aset lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas masa depan jika
ada alternatif investasi lain.
Chamber mengakui bahwa setiap aset yang dimiliki pada prinsipnya adalah
nilai dari pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value in use). Nilai pakai
(Nilai saat ini) pada dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari
harapan saaat ini, dan hal itu merupakan keyakinan atas masa depan, bukan
fakta pada saat ini.
15
Untuk menjadi relevan, informasi harus bergunan dalam pengambilan
keputusan akuntansi bagi para pengguna laporan. Model pengambilan
keputusan, memungkinkan pengguna untuk memutuskan yang mana
merupakan aksi yang tepat dari berbagai alternatif yang ada. Jika tidak ada
kendala, informasi dapat dikumpulkan yang mana saja yang relevan terhadap
masalah yang dihadapi dan model keputusan. Bagaimanpun, kendala ada
karena sumber informasi yang langka juga mahal. Masalahnya adalah untuk
memilih model keputusan yang sesuai dengan cara menilai kemampuan
model untuk memprediksi konsekuensi dari alternative yang tersedia.
3. Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci
dalam CCE accounting, Produk utama dari sistem laporan akuntansi – neraca
dan laporan laba rugi. Jika memberikan nilai yang berbeda dengan berbagai
karakteristik yang berbeda juga, maka tidak dapat secara logis dapat
ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, tidak dapat menilai kewajiban
sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset sebesar biaya
replacement (persediaan), yang lain sebesar nilai saat ini (sewa). Juga tidak
dapat mencampuradukkan biaya historis dengan tanggal yang berbeda dan
makna yang berbeda dalam mengkalkulasikan aset bersih.
4. Allocation
Thomas mengeluhkan fakta bahwa dalam sistem akuntansi biaya
(historical dan current) sangat bergantung pada alokasi untuk valuasi aset dan
menentukan profit. Positifnyadari exit price accounting bahwa laporan
keuangan dialokasikan secara bebas. Profit menggambarkan jumlah dari
perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih, terkecuali tambahan
investasi dari atau didistribusikan oleh owner.
5. Reality
Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena memang
menggunakan harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai
16
aset selalu naik atau harga konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat
dikaitkan dengan item, maka item yang ada memiliki saldo nol. Dengan dua
kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-item dari laporan
keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia.
6. Objectivity
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada
kenyataannya nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada
saat ini. Parker melakukan penelitian relative dan objektivitas untuk exit price
dengan historical cost. Parket menunjukkan bahwa exit price
mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat. Penyebab utamanya adalah
perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.
7. A measure of risk
Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam
mengevaluasi berbagai risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang
signifikan akan membutuhkan:
deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan
perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja
keuangan
Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam
mengestimasi nilai wajar instrument keuangan
17
2. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika
berpikir objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa
kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama
dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa arus kas yang setara
aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika
itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan
menggunakan dan tercatat sesuai tanggal neraca.
18
Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang
berorientasi pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor jarang
berfokus pada current liquidation valuesnya dan lebih tertarik pada future cash flow
yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba operasional dibandingkan dengan
current cash flow. Sehingga yang dibutuhkan adalah pengukuran income yang
sesuai dengan current cost dari input aset terhadap output. Pendekatan ini lebih
terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling efisien dari penggunaan aset
dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal
atau kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari
perusahaan dan current spending power yang merupakan performa jangka pendek
perusahaan. Pendekatan ini penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau
perusahaan yang berhubungan dengan tradeable goods yang operasinya dengan
cepat beradaptasi pada kondisi pasar.
Berbagai jenis penerapan current cost dan price level accounting telah diuji dan
diadaptasi di beberapa negara antara lain :
1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang
dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang
menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas
inflasi dan biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan
data biaya kini mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah
dilakukan banyak debat yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan,
FASB mengeluarkan Statement 89 di tahun 1986, membatalkan persyaratan
tersebut namun tetap meminta setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan
data.
19
Dalam Statement 33, FASB mensyaratkan Perusahaan untuk menyampaikan
informasi mengenai :
Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi
berjalan perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-
masing dalam jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi
berjalan, keuntungan per saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir
tahun finansial. Statement 33 ditujukan sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun.
Setelah mempertimbangkkan berbagai bukti dan reaksi mengenai data tambahan,
FASB menerbitkan Statement 82 di bulan November 1984 untuk menghapuskan
persyaratan sebagaimana pada Statement 33 dalam pelaporan.
2. Inggris
a. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya
metode untuk pelaporan eksternal.
b. Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi,
laporan biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan
neraca beserta catatan penjelasan.
Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik
kembali SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi penggunaan
SSAP 16.
20
3. Australia
21
a. Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit
pengukuran telah dilakukan.
b. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan
utama (yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
c. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan
perubahannya selama periode pelaporan.
d. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
22
9. IAS 40/AASB 140 : Investasi properti dapat diukur dengan pilihan
diantaranya impairment biaya depresiasi atau nilai wajar dengan
perubahan nilai dimasukkan dalam laporan laba rugi baik loss ataupun
gain.
Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka
ketika melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi.
Adapun beberapa masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam
melakukan audit antara lain:
a. Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut
mendukung relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi
adanya misstatements, dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
b. Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode
pengukuran yang dikenal serta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli
sangat mungkin untuk dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
c. Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi
dan informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap
transaksi telah dicatat dan diungkapkan dengan benar.
23