Anda di halaman 1dari 23

I.

THREE MAIN INCOME AND CAPITAL MEASUREMENT SISTEMS

Sistem akuntansi double-entry pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad
ke 15. Setelah itu, bersamaan dengan revolusi industri, khususnya setelah jatuhnya
wall street pada tahun 1929, sistem akuntansi trandisional berdasarkan historical
cost sistem muncul. Bagaimanapun, sistem historical cost tidak dikodifikasikan
secara sitematis sebagai fundamental accounting basis untuk menghitung modal,
mencatat, dan melaporkan aktivitas ekonomi dan yang berhubungan dengan entitas.
Terdapat dua sistem basic current buying price, pada tahun 1961, Edwards dan Bell
mengusulkan sistem current cost accounting. Current cost accounting dianggap
sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value accounting sistem.
Sistem selanjutnya yakni current selling prices (exit prices) untuk mendapatkan
ukuran income dan capital.

II. HISTORICAL COST ACCOUNTING

A. Objective of Accounting

Berkembangnya perusahaan membuat akuntansi memiliki peran yang sangat


signifikan sebagai sumber informasi mengenai perusahaan. Salah sat
ualasannya yakni bentuk perusahaan untuk bisnis yang besar menyebabkan
pemisahan pemilik dan pengendali perusahaan. Absentee owners yang tidak
berperan dalam operasional perusahaan tidak memiliki pengetahuan mengenai
operasional dan kondisi perusahaan, sehingga mereka sangat bergantung
kepada laporan akuntansi untuk mendapatkan informasi. Perusahaan yang
besar juga harus membuat sebuah laporan mengenai kondisi perusahaan secara
jelas kepada pemilik (investor), kreditor dan stakeholder yang berkepentingan
lainnya. Secara khusus, stewardship function dari manager memfokuskan
perhatian kepada pelaporan akuntansi untuk para pihak eksternal. Owner dan
kreditor menaruh perhatian utama pada apa yang dilakukan management
dengan dana yang dipercayakan padanya.
Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu
stewardship dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost
menekankan hubungan “kontraktual” yang konservatis antara perusahaan dan
pihak yang menyediakan sumber dana dengan membuat manajemen
bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam operasi perusahaan, hasil
“profit/output” dari operasional tersebut dan dampaknya terhadap nilai tambah
ekuitas. Maka income statement adalah kunci komunikasi yang tepat dari
mekanisme ini.

Kritikus historical cost berpendapat bahwa pelaporan pendapatan tanpa


pengakuan perubahan nilai asset dan kewajiban tidak benar dan menyebabkan
kesalahan kebijakan dividend karena terdapat kerugian atau keuntungan dari
holding assets (atau kewajiban), dan ini harus diakui ketika mengevaluasi
kinerja pada regular basis.

B. Capital and Profit

Dalam historical cost sistem, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital (
assets dikurangi kewajiban) sehingga memiliki nilai yang sama dengan nilai
pada periode awal, dimana semua aset dan kewajiban dinilai sesuai dengan
nilai saat pembelian. Income menunjukkan hasil dari perusahaan selama
periode tertentu, expenses merupakan sumber daya yang dibelanjakan dan
profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam beroperasi.

Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan,
dimana menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan
balance sheet dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB
menggunakan istilah ‘revenue-expense view’ dan ‘asset-liability view’ untuk
teori yang menekankan perubahan pada nilai asset dan kewajiban sebagai
definisi dan pengukuran profit. Terdapat dua konsep dasar dalam historical
cost revenue-expense viewpoint yaitu ‘matching of cost’ dan ‘conservatism’.

C. Matching Cost Theory

2
Akuntan historical cost harus melacak aliran biaya. Karena cost attach,
merupakan cara lain dalam mengatakan bahwa akuntan menjaga akun transaksi
bisnis. Tugas akuntan saat perusahaan membeli barang atau jasa, menelusuri
perpindahan biaya dan attach (match) untuk pendapatan yang diterima saat
mereka berpindah melalui bisnis. Dengan kata lain, akuntan harus memutuskan
biaya yang bisa diakui ‘expired’ untuk kemudian dilekatkan (matching) pada
pendapatan di income statement, dan biaya yang belum dapat diakui
‘unexpired’ akan dilaporkan di balance sheet (unmatched assets). Hal ini
merupakan konsep ‘matching cost against revenue’ yang merupakan konsep
penting dalam historical cost accounting.

D. Conservatism

Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan hanya


dapat diakui jika terdapat high probability bahwa pendapatan tersebut akan
diterima. Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara
pengakuan biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep
konservatis lainnya mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi
penurunan nilai harus diakui –the lower of cost or market rule.

Konsep konversatif menggunakan sistem akuntansi dengan pendekatan


transaksi (transaksi dibuktikan adanya kredit atau cash) dan tidak mengakui
sebuah kejadian yang tidak dihasilkan dari adanya transaksi (misalnya
peningkatan harga).

E. Arguments of Historical Cost Accounting

Historical cost accounting banyak diserang oleh berbagai pihak, terutama


banyak dikritik karena tidak mampu melaporkan kondisi sebenarnya atau tidak
dapat menyediakan nilai up-to-date dari net-worth. Atas hal tersebut defender
memiliki argument-argumen berikut ini :

1. Relevant in making economic decisions, manajer mengambil keputusan


mengenai komitmen masa depan membutuhkan data transaksi masa lalu.

3
Mereka harus dapat meninjau upaya masa lalu dan ukuran dari upaya ini
adalah biaya historis.
2. Historical cost didasarkan pada transaksi yang actual bukan hanya
transaksi yang mungkin (possible) atau belum terjadi.
3. Financial statement berdasarkan biaya histori dianggap lebih bermanfaat.
4. Konsep yang terbaik dalam memahami konsep profit yakni kelebihan nilai
harga jual dibadingkan dengan harga perolehan.
5. Akuntan dapat menjaga integritasnya dengan menjaga data berdasarkan
nilai historis dibandingkan dengan modifikasi internal. Banyak yang
berpendapat bahwa system historical cost mengurangi praktik manipulasi
dibandingkan sistem current cost ataupun selling price.
6. Seberapa berguna informasi berdasarkan current cost dan selling price.
7. Perubahan dalam harga pasar dapat disajkan dan diungkapkan oleh data
pendukung atau tambahan.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk menolak terhadap historical cost
accounting.

F. Criticisms of Historical Cost Accounting

1. Objective of accounting

Tujuan dalam menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan


keputusan ekonomi yakni dalam rangka melaksanakan stewardship
function dari manajemen. Pelaporan sebagai fungsi stewardship walaupun
penting namun hanya merupakan tujuan kedua dari akuntansi. Pada
sejarahnya tujuan utama akuntansi adalah untuk memenuhi kebutuhan
pengambilan keputusan para pengguna informasi (users). Pendekatan
decision-usefullness membutuhkan ‘forward-looking’ yang dapat
memberikan informasi yang relevan dibandingkan hanya menyajikan
informasi masa lalu. Investor juga tertarik mengetahui kenaikan dan
penurunan nilai dari investasi mereka yang dipresentasikan oleh net assets
perusahaan. Dan sistem historical cost gagal memenuhi tujuan ini.

4
Kritikus sistem historical cost berulang-ulang berargumen bahwa sistem
gagal menjamin terpenuhinya tujuan penyediaan informasi yang objektif.
Sangat banyak keputusan yang berhubungan dengan pencatatan,
pengukuran dan pelaporan informasi, namun sistem historical cost sangat
jauh dari objektif dan justru membuka terjadinya manipulasi.

2. Information of Decision Making

Akuntansi historical cost meskipun bermanfaat namun tidak cukup untuk


mnegevaluasi keputusan-keputusan bisnis. Biaya historis memang
mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk mengevaluasi keputusan
bisnis. Ketika asset diperoleh historical cost adalah tepat karena nilainya
mengacu pada kejadian saat ini (up to date). Akan tetapi segera setelah
periode akuisi lewat, nilai ini tidak lagi up to date dan oleh karena nya
tidak lagi logis untuk dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan
bisnis.

Modal (capital) sangat beguna dalam pengambilan keputusan, ‘capital’


dapat didefinisikan sebagai kemampuan beroperasinya perusahaan
(kemampuan perusahaan untuk tetap berproduksi), atau menunjukkan
‘purchasing power’ perusahaan (kemampuan perusahaan untuk
bertransaksi di pasar).

Jika modal adalah kemampuan operating perusahaan, maka laba


merupakan perubahan dalam kemampuan tersebut dalam suatu periode
tertentu yang diperoleh setelah memelihara modal fisik perusahaan.
Informasi ini sangat berguna dalam keputusan yang fokus pad
akemampuan perusahaan untuk menjaga produksi dan untuk bersaing
dengan yang lain dalam industry di masa depan.

Kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost sistem


tidak memiliki interprestasi ‘prospective’ melainkan ‘retrospective’.
Modal hanya dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada
perusahaan bukan sebagai daya beli (purchasing power). Setelah tahun

5
akusisi, biaya historis tidak menghubungkan kejadian pada tahun tersebut
dan setelahnya.

Historical cost sistem akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga
naik karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan
pendapatan sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari
dapat mengarah pada pengurangan capital dimana capital didefinisikan
sebagai kemampuan perusahaan untuk berproduksi, bertransaksi, atau
sebaliknya untuk beroperasi dimasa depan. Profit berdasaran historical
cost juga dapat memperdaya management lebih dalam lagi bahwa laba
yang dibayarkan dapat melebihi laba tahunan yang sesungguhnya
menghilangkan basis modal.

3. Basis of Historical Cost

Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya


prinsip going concern assumption. Dimana umur perusahaan adalah tidak
dapat ditentukan, jadi ekspektasi normal mengenai item non-monetary
akan terpenuhi. Inventori sepenuhnya akan terjual, dan non-current asset
akan sepenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena itu nilai histori
asset, atau bagian yang dialokasikan merupakan jumlah yang tepat untuk
disandingkan dengan pendapatan. Namun pada kenyataannya tidak ada
bisnis yang berlangsung ‘tidak pasti’ ke masa depan. Semua bisnis sangat
dimungkinkan akan berhenti beroperasi. Dan akan lebih beralasan untuk
mengasumsikan penghentian daripada keberlangsungan.

4. Matching

Pada pemeriksaan lebih dekat pada teori konvensional, kita menemukan


bahwa asumsi kelangsungan hidup usaha (going concern) tidak menggaris
bawahi penggunaan pada biaya historis. Konsep pencocokan (matching)
mengharuskan bahwa ketika pendapatan yang diperoleh, beban yang
terjadi pada pendapatan tersebut akan dicocokkan (offset) terhadap
pendapatan untuk menghitung laba.

6
Thomas berpendapat bahwa pernyataan tentang matching, dan alokasi
biaya tertentu, adalah 'tidak dapat diperbaiki', yaitu, mereka tidak mampu
diverifikasi atau disangkal. Tidak ada cara untuk memilih salah satu
metode terhadap metode yang lain kecuali sewenang-wenang/arbitrarily.
Jika percaya dalam matching harus mampu mendukung metode tertentu
yang sesuai dengan bukti empiris.
Salah satu konsekuensi dari ‘matching concept’ adalah meletakkan neraca
sebagai posisi kedua setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan
pada net profit. Kritikus berargumen bahwa ini bias terhadap neraca
dimana laba rugi meletakkan neraca pada posisi yang kedua.Padahal
neraca memiliki kepentingannya sendiri, neraca adalah sumber utama
informasi dari posisi keuangan perusahaan.
The Australian Accounting Standards Boards (AASB) meyatakan bahwa
penggunaan konsep ‘matching’ dapat mengarah pada volatilitas dalam
menghasilkan laporan dan profit smoothing selama periode pelaporan yang
berbeda. Penggunaan konsep ‘matching’ tidak menghasilkan informasi
yang relevan dan terpercaya

5. Nortion of Investor Needs

Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada


penentuan net-profit menyebabkan penyimpangan dan penyembunyian
atas pengungkapkan penting informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan
akuntansi konvensional telah disalahartikan, dimana akuntan
berpandangan sempit akan kebutuhan investor dan menerima cara lama
dalam menganalisis perusahaan dan sahamnya. Akuntansi konvensional
memandang bahwa prosedur mendasar dalam analisis perusahaan
menekankan pada profit dan dividend, dan pendekatan tersebut adalah
pendekatan yang tepat untuk semua perusahaan.

Akuntan seharusnya menyediakan informasi untuk investor yang canggih


dan pintar, yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnis
perusahaan. Investor ini lebih tertarik pada nilai pengembalian jangka
panjang.

7
III. CURRENT COST ACCOUNTING

A. Objective of Accounting

Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai
berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit
ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan
dari penggunaan Current Cost Accounting terlebih dahulu kita harus
memahami macam-macam keputusan yang dihadapi oleh manajer dalam
menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan terlebih dahulu bahwa
tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya perusahaan yang
tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell
merumuskan permasalahan ini menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:

 Berapa jumlah aset yang harus disimpan dalam waktu tertentu


 Bentuk dari aset seharusnya bagaimana
 Bagaimana seharusnya aset dibiayai
Manajer membuat keputusan terhadap tiga permasalahan tersebut berdasarkan
ekspektasi tentang kejadian di masa depan. Untuk menghasilkan ekspektasi
yang relatif akurat, manajer harus mengevaluasi aktivitas masa lalu. Salah satu
caranya adalah dengan membandingkan data akuntansi antara periode tersebut
dengan data ekspektasi awal yang telah direncanakan sebelumnya. Bila
perbandingan ini menunjukkan bahwa ekspektasi itu tidak lagi akurat, maka
current events atau ekspektasi harus diubah. Contohnya apabila data akuntansi
menunjukkan bahwa total biaya dari bahan baku lebih tinggi dari yang
dianggarkan karena harga bahan baku lebih tinggi dari yang sudah
direncanakan, maka perusahaan harus mengubah ekspektasinya tentang harga
bahan baku di masa depan dan berapa anggaran bahan baku yang dibutuhkan di
masa depan. Informasi akuntansi sangat dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan sehingga peristiwa aktual harus diukur seakurat mungkin. Menurut
Edwards dan Bell perubahan harga dalam suatu periode merupakan sesuatu
yang penting untuk disadari oleh manajemen dalam mengambil keputusan
terbaik di masa depan.

8
Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi
manajemen, mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi
pihak luar, seperti pemegang saham dan kreditur karena mereka ingin menilai
performance perusahaan. Dari tero tersebut, informasi akuntansi memiliki dua
tujuan, yaitu:
 Evaluasi keputusan manajer di masa lalu untuk membuat keputusan yang
terbaik
 Evaluasi manajer oleh pemegang saham, kreditur, dan yang lainnya.

B. Concept of Bussiness Profit and Financial Capital


Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah
akan menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana
mendanai dan menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).
Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell menawarkan sebuah
konsep profit yang dinamakan ‘Bussiness Profit’ yang terdiri dari (1) current
operating profit dan (2) realisable cost savings. Current Operating Profit
adalah selisih dari current value dari output yang terjual dengan current cost
dari aset yang dicimpan dalam waktu tertentu. Keduanya mencakup perubahan
biaya yang direalisasi dan yang belum direalisasi. Busines profit dihitung
secara real basis – yaitu, elemen fiksi akibat perubahan tingkat harga umum
dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable cost savings adalah
‘holding gains / losses’, yang dapat direalisasikan atau belum direalisasi.

C. Holding Gains and Loses

Sebuah asumsi yang membawahi ‘Business Profit’ adalah menggabungan


antara holding gains/loses dan operating holding/loses memmbingungkan
pengambilan keputusan manajemen dan menghalangi alokasi sumber daya
dalam ekonomi. Konsep Business Profit membolehkan pemisahan dari dua
komponen tersebut. Mempertahankan (Hold) aset dan kewajiban adalah salah
satu cara manajemen untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan.

9
Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss?
Memegang komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara
manajemen untuk meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain
ingin tahu apakah harapan ini sukses. Dalam akuntansi konvensional,
keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut dilepaskan. Oleh karena itu,
menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak adalah hampir
mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama. Juga,
dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat
disesatkan perusahaan mana yang lebih efisien. Misalkan semua perusahaan
dalam suatu industri tertentu sama-sama efisien, tetapi Perusahaan A dimulai
10 tahun lebih awal dari yang lain. Keuntungan operasional A akan lebih besar
karena beban penyusutan rendah, sehingga memberikan kesan bahwa A lebih
efisien daripada yang lain. Tapi keuntungan yang lebih besar bukan karena
efisiensi dari manajer dalam operasi perusahaan pada tahun berjalan.
Sebaliknya, itu mencerminkan efisiensi para manajer dari 10 tahun yang lalu
dalam memulai bisnis dan pembelian suatu aset pada saat itu. Oleh karena itu,
pemisahan holding gain dan operating profit memberikan kredit untuk manajer
yang tepat.

Misalkan bahwa A Perusahaan menjadi kurang efisien dan sejarah saat ini
biaya laba operasi adalah sama dengan perusahaan lain. Inefisiensi akan
tersembunyi juka memakai akuntansi konvensional karena holding gain akan
dicampur dengan laba operasional. Sebuah asumsi yang mendasari Current
Cost Accounting adalah bahwa percampuran holding gains dan operating gains
membingungkan evaluasi kebijakan manajemen dan menghalangi alokasi
sumber daya dalam perekonomian. Namun, pemisahan current operating
profits dan holding gain (or losses) tidak selalu diterima bermanfaat. Drake dan
Dopuch, serta Prakash dan Sunder, menegaskan bahwa beberapa kebijakan
manajer mempengaruhi kedua komponen, sehingga dalam beberapa kasus
holding gain dan current operating profit tidak independen satu sama lain.
Misalnya, aset yang diperoleh untuk menurunkan future operating expenses
(misalnya mesin baru yang dibeli untuk menghasilkan persediaan dengan biaya
yang lebih rendah). Manfaat yang berhubungan langsung dengan aset akan

10
tercermin dalam future operating profits daripada perubahan dalam current cost
aset saat diperoleh. Jika current cost aset mengalami penurunan, hal itu tidak
akan masuk akal untuk menyalahkan manajemen dalam menimbulkan kerugian
jika peningkatan laba usaha karena penurunan beban usaha (HPP di contoh
kita) lebih dari offset kerugian.

IV. FINANCIAL CAPITAL VERSUS PHYSICAL CAPITAL

Pada sistem akuntansi dengan menggunakan penilaian pasar, perhitungan profit


didasarkan pada pengukuran modal (capital). Profit lebih didefinisakn pada
perubahan modal selama periode pelaporan dan bukan sebagai alokasi dari biaya
historis yang ditentukan dengan berbagai ketentuan akuntansi. Pada current cost
accounting, terdapat dua pandangan pokok terhadap menentukan modal awal dan
modal akhir serta bagaimana profit diukur, yaitu secara konsep financial (financial
capital concept) dan konsep fisik (physical capital concept).

Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah
ada atau tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara
kuantitaif, holding gains (lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial
capital dan tidak termasuk dalam profit pada physical capital. Sebagai ilustrasi,
terdapat perusahaan yang memulai operasinya dengan kas sebesar $1000 pada
tanggal 1 januari, kemudian menggunakannya untuk membeli 100 unit dengan
harga $10 per unit. Pada tanggal 31 januari, unit tersebut dijual dengan harga $18
per unit. Harga perolehan unit tersebut pada tanggal 31 januari meningkat menjadi
$12 per unit. Jika diasumsikan profit akan digunakan untuk membayar dividen pada
akhir bulan, maka kalkulasi perhitungan profit adalah sebagai berikut:

A. In Support of Physical Capital

Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit


fisik yang menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Pada kasus
sebelumnya, awalnya perusahaan memiliki 100 unit maka seharusnya harus
mampu membeli 100 unit pada akhir periode. Ketika harga unit naik sebesar $2

11
per unit, perusahaan membutuhkan tambahan sebesar $200 pada akhir periode
untuk mempertahankan kemampuan operasionalnya. Sehingga, $200 bukanlah
merupakan holding gain, tetapi penyesuaian terhadap pemeliharaan modal
(capital maintenance adjustment). Analisis tersebut dapat diilustrasikan
sebagai berikut:

Financial Physical
Capital Capital
Sales Revenue (100 x $18) 1800 1800
Cost Of Sales (100 x $12) 1200 1200
Curent Operating Profit 600 600
Holding Gain (100 x $2) 200 0
Profit 800 600
Paid as Dividends 800 600

Jika dividen dibayarkan sebesar $800, perusahaan akan memiliki modal sebesar
$1000 pada akhir periode yang dapat digunakan untuk membeli sebanyak 83
unit pada awal februari, sehingga tidak dapat mempertahankan kemampuan
operasional pada level yang sama seperti periode sebelumnya, yaitu 100 unit.

B. Arguments for and Against Current Cost

1. Recognition Principle

Pendukung historical cost accounting berpendapat bahwa current cost


accounting melanggar prinsip konservatif bahwa keuntungan diakui pada
saat non-monetary asset dihapus. Pendukung physical capital juga
berpendapat bahwa jika perusahaan berencana menggunakan non-curent
aset dibandingkan menjualnya, perubahan pada harga pasar dari aset
tersebut tidak relevan untuk dijadikan profit.

2. Objectivity of Current Cost

Pendukung historical cost berpendapat bahwa current cost accounting


mencerminkan objektivitas yang rendah karena penggunaan current cost
tidak didasarkan pada transaksi perusahaan yang sebenarnya.

12
3. Technological Change

Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan


teknologi yang dapat terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru
mengubah biaya produksi, maka harga dari mesin lama harus
disesuaikan.

C. More Specific Criticisms

1. Advocates of Historical Cost

Pendukung historical cost menolak current cost accounting pada


dasarnya dikarenakan melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah
terkait yaitu subjektivitas dari penentuan peningkatan biaya. Apabila tik
ada second-hand market yang reliable, maka dasar penentuan current cost
dari aset tetap perusahaan adalah aset baru yang diekspektasikan untuk
mengganti yang lama.

2. Comparison on the Result with Historical Cost

Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional
perusahaan dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.

3. Advocates of Exit Price

Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau
pengorbanan atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus,
pengorbanan perusahaan adalah menjual aset disbanding
menggunakannya, bukan membelinya karena perusahaan sudah
memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang
tersebut tidaklah relevan.

Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting


memiliki problem matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan
metode pengukuran yang bervariasi. Chambers menentang penggunaan
specific price indexes yang merupakan harga rata-rata. Pendukung exit

13
price accounting juga berpendapat bahwa informasi current cost
umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.

Sterling mempertimbangkan penggunaan physical capital concept yang


yang hanya berlaku jika kondisi perusahaan mengganti unitnya secara
terus menerus, mengalami kenaikan harga secara terus menerus, membeli
dan menjual pada pasar yang berbeda, menginvestasikan secara penuh
pada unit fisik.

V.EXIT PRICE ACCOUNTING

A. Income and Capital


Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual
pasar untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Terdapat
dua perbedaan yang mendasar dengan perhitungan historical cost pada
akuntansi:
 Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar
berfungsi untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap
sebagai unrealized gains.
 Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang
dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi
Aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values (harga jual),
sehingga laporan yang ada menggambarkan nilai wajar pasar pada perusahaan,
bukan saat situasi fire-sale (ambigu). Laporan laba rugi menggambarkan profit
atau losses dari hasil operasi yang disesuaikan dengan keuntungan dalam
memegang aset. Bagaimanapun, profit diukur dalam konsep comprehensive
dimana dalam konsep ini mengukur secara total perubahan riil dalam nilai
daripada elemen ekuitas yang telah di akui.

B. Objective of Accounting (Adaptive Decision Making)


Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah
kemampuannya dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash
maka saldo kas perusahaan akan turun dan membatasi perusahaan untuk
mengeluarkan kas untuk investasi lain. Sebaliknya, jika perusahaan

14
membelinya secara kredit, maka akan mengurangi kemampuan pengambilan
kredit perusahaan di masa datang. Konsep perilaku adatif melihat perusahaan
untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset, jika tindakan ini
memberikan keuntungan terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan menjaga
aset tidak lancarnya hanya jika nilai sekarang dari arus kas masa depan dari
penggunaan aset lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas masa depan jika
ada alternatif investasi lain.
Chamber mengakui bahwa setiap aset yang dimiliki pada prinsipnya adalah
nilai dari pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value in use). Nilai pakai
(Nilai saat ini) pada dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari
harapan saaat ini, dan hal itu merupakan keyakinan atas masa depan, bukan
fakta pada saat ini.

C. Argument for Exit Price Accounting


1. Providing useful information
Perusahaan bisnis umumnya dimiliki oleh satu orang atau grup kecil dari
partner. Akuntan adalah yang menyiapkan laporan keuangan dan bertanggung
jawab hanya kepada dua kepentingan: pemilik, yang mengatur bisnis dan
mengetahu detail semua transaksi dan kreditur, yang memiliki ketertarikan
atas kemampuan pemilik dalam membayar pinjaman yang jatuh tempo.
Solusi ideal bagi akuntan adalah untuk melaporkan segala profit dan
kerugian, lalu nilainya ditentukan berdasarkan kompetitf dari pasar yang ada.
Bagaimanapun, tidak semua aset memiliki pasar yang siap. Berikut ini adalah
pasar yang diharapkan dapat hadir untuk menentukan nilainya
 Marketable assets at market price (exit price)
 Non-marketable reproducible assets at replacement costs
 Occasional non-marketable, non-reproducible assets at historical costs.
Profit harus mencakup semua hal yang telah direalisasikan juga unrealized
dalam hubungannya dengan prinsip clean surplus.

2. Relevant and reliable information

15
Untuk menjadi relevan, informasi harus bergunan dalam pengambilan
keputusan akuntansi bagi para pengguna laporan. Model pengambilan
keputusan, memungkinkan pengguna untuk memutuskan yang mana
merupakan aksi yang tepat dari berbagai alternatif yang ada. Jika tidak ada
kendala, informasi dapat dikumpulkan yang mana saja yang relevan terhadap
masalah yang dihadapi dan model keputusan. Bagaimanpun, kendala ada
karena sumber informasi yang langka juga mahal. Masalahnya adalah untuk
memilih model keputusan yang sesuai dengan cara menilai kemampuan
model untuk memprediksi konsekuensi dari alternative yang tersedia.

3. Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci
dalam CCE accounting, Produk utama dari sistem laporan akuntansi – neraca
dan laporan laba rugi. Jika memberikan nilai yang berbeda dengan berbagai
karakteristik yang berbeda juga, maka tidak dapat secara logis dapat
ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, tidak dapat menilai kewajiban
sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset sebesar biaya
replacement (persediaan), yang lain sebesar nilai saat ini (sewa). Juga tidak
dapat mencampuradukkan biaya historis dengan tanggal yang berbeda dan
makna yang berbeda dalam mengkalkulasikan aset bersih.

4. Allocation
Thomas mengeluhkan fakta bahwa dalam sistem akuntansi biaya
(historical dan current) sangat bergantung pada alokasi untuk valuasi aset dan
menentukan profit. Positifnyadari exit price accounting bahwa laporan
keuangan dialokasikan secara bebas. Profit menggambarkan jumlah dari
perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih, terkecuali tambahan
investasi dari atau didistribusikan oleh owner.

5. Reality
Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena memang
menggunakan harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai

16
aset selalu naik atau harga konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat
dikaitkan dengan item, maka item yang ada memiliki saldo nol. Dengan dua
kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-item dari laporan
keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia.

6. Objectivity
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada
kenyataannya nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada
saat ini. Parker melakukan penelitian relative dan objektivitas untuk exit price
dengan historical cost. Parket menunjukkan bahwa exit price
mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat. Penyebab utamanya adalah
perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.

7. A measure of risk
Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam
mengevaluasi berbagai risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang
signifikan akan membutuhkan:
 deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan
perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
 Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja
keuangan
 Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam
mengestimasi nilai wajar instrument keuangan

D. Arguments Against Exit Price Accounting


1. Profit Concept
Seperti yang diketahui, bahwa keuntungan adalah ukuran aktivitas
kinerja dari perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional
mereka dalam menggunakan sumber daya yang telah ada. Ketika
evaluasi telah dibuat, maka perusahaan dapat memutuskan apakah
melanjutkan dalam pemakaian aset atau menjual asset dan
menggunakan hasil yang ada pada alternative yang lain.

17
2. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika
berpikir objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa
kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama
dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa arus kas yang setara
aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika
itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan
menggunakan dan tercatat sesuai tanggal neraca.

3. The Valuation of Liabilities


Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk
modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal bukan, nilai pasar.
Oleh karena itu terdapat inkosistensi karena obligasi sebagai aktiva
harus dinyatakan dengan harga pasar.

4. Current Cost vs Exit Price


Ada satu pertanyaan yang krusial dalam memutuskan apakah
menggunakan current cost atau exit price: pada saat apa siklus operasi
harus menggunakan exit price atas penilaian sebuah aset? Current cost
berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih baik, diantaranya
karena:
 Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah
pembelian harga akan jatuh dan kurang dari harga perolehan
 Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek, karena
fokus terhadap likuidasi dan disposal
 Exit price pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi
terhadap laba operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat
ini

VI.VALUE IN USE VERSUS VALUE IN EXCHANGE

18
Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang
berorientasi pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor jarang
berfokus pada current liquidation valuesnya dan lebih tertarik pada future cash flow
yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba operasional dibandingkan dengan
current cash flow. Sehingga yang dibutuhkan adalah pengukuran income yang
sesuai dengan current cost dari input aset terhadap output. Pendekatan ini lebih
terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling efisien dari penggunaan aset
dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal
atau kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari
perusahaan dan current spending power yang merupakan performa jangka pendek
perusahaan. Pendekatan ini penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau
perusahaan yang berhubungan dengan tradeable goods yang operasinya dengan
cepat beradaptasi pada kondisi pasar.

VII.PERSPEKTIF GLOBAL DAN INTERNATIONAL FINANCIAL


REPORTING STANDARDS

Berbagai jenis penerapan current cost dan price level accounting telah diuji dan
diadaptasi di beberapa negara antara lain :

1. Amerika Serikat

Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang
dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang
menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas
inflasi dan biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan
data biaya kini mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah
dilakukan banyak debat yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan,
FASB mengeluarkan Statement 89 di tahun 1986, membatalkan persyaratan
tersebut namun tetap meminta setiap perusahaan untuk melakukan pengungkapan
data.

19
Dalam Statement 33, FASB mensyaratkan Perusahaan untuk menyampaikan
informasi mengenai :

a. Profit dari Continuing Operations dengan menggunakan Current Cost Basis


untuk tahun finansial berjalan
b. Current Cost untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan di akhir tahun
finansial
c. Perubahan current cost di tahun finansial berjalan untuk Persediaan, Properti,
Pabrik dan Peralatan, menggunakan Basis Dolar Konstan.

Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi
berjalan perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-
masing dalam jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi
berjalan, keuntungan per saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir
tahun finansial. Statement 33 ditujukan sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun.
Setelah mempertimbangkkan berbagai bukti dan reaksi mengenai data tambahan,
FASB menerbitkan Statement 82 di bulan November 1984 untuk menghapuskan
persyaratan sebagaimana pada Statement 33 dalam pelaporan.

2. Inggris

Komite Standar Akuntansi Inggris atau ASC (Accounting Standard Committee)


menerbitkan statement 16 (SSAP 16) tentang akuntansi current cost di bulan Maret
2010. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 yang dikeluarkan FASB. Ada dua hal
utama yang menjadi perbedaanya antara lain :

a. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya
metode untuk pelaporan eksternal.
b. Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi,
laporan biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan
neraca beserta catatan penjelasan.

Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik
kembali SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi penggunaan
SSAP 16.

20
3. Australia

Profesi akuntan di Australian menerbitkan DPS 1.1., Statement of Provisional


Accounting Standards (PAS) mengenai Akuntasi Biaya kini di bulan Oktober
1976 sebagaimana diamandemen dalam PAS 1 dan panduannya di bulan
Agustus 1978. Adapun SAP 1 merekomendasikan penggunaan biaya kini
bertujuan untuk mejaga kapasitas perusahaan tetap utuh. Setelah muncuklnya
protes mengenai penerbitan SAP 1, SAP 1 yang dianggap sebagai versi
“downgrade” terbit pada November 1983 yang merekomendasikan seluruh
perusahaan untuk menyampaikan pernyataan tambahan mengenai akuntansi
biaya kini disamping laporan keuangan konvensional perusahaan yang
menggunakan biaya historis. Adapun sebagai alternative, perusahaan dapat
menggunakan biaya kini dalam pelaporan keuangannya untuk menggantikan
biaya historis. Namun, SAP 1 tidak diadaptasi secara luas di Australia.

4. International Accounting Standards

Contoh penerapan akuntansi perubahan di berbagai negara sebelumnya


menunjukkan bahwa sistem-sistem yang telah diuji dan diimplementasikan di
negara-negara tersebut tidak sepenuhnya diadopsi oleh entitas-entitas disana.
IASB telah menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi
dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang
mengalami hiperinflasi. IAS 29 yang membahas Pelaporan keuangan dalam
perekonomian hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan)
penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan
keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang
perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkann pada kerangka penilaian biaya
historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan
pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka-angka terkait pada
periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan
posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukkan ke dalam laba kini.
Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan:

21
a. Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit
pengukuran telah dilakukan.
b. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan
utama (yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
c. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan
perubahannya selama periode pelaporan.
d. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.

5. Sistem Pengukuran Campuran dan Standar Internasional

Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang


disebabkan oleh belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan
adanya sistem pengukuran secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
perpindahan dari biaya historis dan penggunaan dalam konsep pengukuran yang
berbeda di bawah standar internasional :

1. IAS 2/AASB 102 : Perusahaan diijinkan mengukur persediaan dengan


Net Realizable Value
2. IAS 16/AASB 16 : Property, Plant, and Equipment (PPE) dinilai
berdasarkan historical cost atau nilai setelah revaluasi
3. IAS 17/AASB 17 : Bunga dari Tanah yang disewagunakan dihitung
sebagai Investment Property (IAS 40) dan diukur pada nilai wajar
4. IAS 19/AASB 19 : Pengukuran Curtailment Gain or Loss meliputi
perubahan present value berdasarkan benefit obligation yang telah
ditentukan atas perubahan nilai wajar aset
5. IAS 29/AASB 29 :Penyesuaian terhadap laporan keuangan entitas yang
terkena dampak hiperinflasi dapat menggunakan indeks level harga
umum
6. IAS 36/AASB 136 : Impairment aset dimana aset dinilai dengan
recoverable amount
7. IAS 36/AASB 136 : Nilai residu dari aset dianggap sebagai current cash
equivalent
8. IAS 37/AASB 137 : Pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode
expected present value

22
9. IAS 40/AASB 140 : Investasi properti dapat diukur dengan pilihan
diantaranya impairment biaya depresiasi atau nilai wajar dengan
perubahan nilai dimasukkan dalam laporan laba rugi baik loss ataupun
gain.

VIII.MASALAH BAGI AUDITOR

Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka
ketika melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi.
Adapun beberapa masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam
melakukan audit antara lain:

a. Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut
mendukung relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi
adanya misstatements, dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
b. Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode
pengukuran yang dikenal serta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli
sangat mungkin untuk dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
c. Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi
dan informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap
transaksi telah dicatat dan diungkapkan dengan benar.

23

Anda mungkin juga menyukai