Anda di halaman 1dari 19

BAB 6

SISTEM AKUNTANSI (HISTORICAL, CURRENT COST,


EXIT PRICE)

KELOMPOK 4

ELSA SUSANTI (023001908026)

ERICKA IMMANUEL SIMANJUNTAK (023001908025)

SYIFA URROHMAH (023001908037)

YANTI AGUSTIN (023001908033)


BAB 6

SISTEM AKUNTANSI (HISTORICAL, CURRENT COST, EXIT PRICE)

1. HISTORICAL COST ACCOUNTING

Dalam sistem historical cost, isu paling utama berkaitan dengan pengukuran dan
pelaporan profit dalam hubungannya dengan net asset yang digunakan. Profit dalam metode
biaya historis dalam pandangan akuntansi tradisional:

1. Income adalah capaian perusahaan selama satu periode.


2. Expense adalah usaha yang dilakukan
3. Profit adalah efektivitas perusahaan sebagai unit operasi.

Tujuan dari penggunaan historical cost accounting menekankan hubungan ‘kontrak’


antara perusahaan dengan pihak yang menyediakan sumber daya. Hal ini membuat manajemen
bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam operasi perusahaan dan dampaknya terhadap net
asset. Tanggungjawab manajemen tersebut dituangkan dalam bentuk laporan keuangan.

Kritik terhadap historical cost menyatakan bahwa melaporkan ekuitas tanpa pengakuan
terhadap perubahan nilai asset dan hutang menyesatkan dan menghasilkan kebijakan dividen
yang tidak tepat. Menentukan ‘net worth’ dari pemilik tidaklah penting. Dari sudut pandang
akuntansi, terutama untuk perusahaan besar, pemilik hanyalah pemasok dana. Asset dan income
adalah dari perusahaan, bukan pemegang saham. Paton dan Littleton berpendapat “Accounting
theory, therefore, should explain the concepts of revenue and expense in terms of enterprise asset
changes rather than as increases or decreases in proprietors’ or stockholders’ equity.”

Dapat kita simpulkan bahwa historical cost merupakan sistem pengukuran dalam
akuntansi yang mengukur dan melaporkan income dihubungkan dengan net asset yang
digunakan. Serta dalamhistorical cost pencatatan aktiva, utang, modal, dan biaya dilakukan
dengan menggunakan harga perolehan.

Page 1 of 18
1.1 Cost attach theory

Penganut paham ekonomis berargumen bahwa pengukuran suatu biaya dalam akuntansi
tidak selalu tepat, terutama dalam menetukan biaya produksi untuk perusahaan manufaktur.
Akuntan tradisional meyakini bahwa penggunaan historical cost dan pengalokasian nilai dapat
diterima meski biaya penggantiannya naik. Sebagai balasan atas argumen paham ekonomis
tersebut, disusunlah cost attach theory. Dalam teori ini terdapat 2 jenis biaya:

1. Displacement cost (opportunity cost) adalah biaya yang sudah dikorbankan.


2. Embodied cost (absorption cost) adalah biaya yang berkaitan dengan faktor produksi dan
yang harus dilakukan untuk menyediakan input. Dengan kata lain, biaya ini adalah biaya yang
melekat pada sesuatu. Total biaya yang melekat ini tidak merepresentasikan nilai dari sebuah
produk, tapi total usaha yang dilakukan untuk memproduksinya.

Contoh yang diberikan Jones adalah ketika seorang portir membawakan tas di bandara
dan dibayar sebesar $2.00. Dalam situasi tersebut, $2.00 adalah displacement cost. Embodied
cost adalah waktu dan usaha yang telah dilakukan portir dalam membawakan tas. Cara lain untuk
menjelaskan embodied cost adalah bahwa jumlah dolar dari biaya dapat 'melekat' pada sesuatu.
Jumlah dolar dari biaya dapat dipisahkan dan dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok baru.
Jika sebuah perusahaan memproduksi produk X dan setiap unit X mengambil satu unit
bahan baku A dengan harga $ 10 per unit, maka $ 10 melekat pada unit A. Ketika bahan baku A
digunakan dalam produksi X, $ 10 sekarang melekat pada produk X. Untuk menentukan biaya
produk X, kita hanya perlu menambahkan semua biaya yang melekat pada X. Bahan baku,
tenaga kerja, dan biaya overhead, semua memiliki jumlah dolar yang melekat padanya. Karena
mereka menjadi bagian dari produk, maka biayanya menjadi melekat pada produk. Total semua
biaya-biaya yang melekat untuk setiap unit produk tidak mewakili nilai produk, tetapi upaya
yang dikeluarkan untuk memproduksinya.
Penganut teori akuntansi tradisional sering menyatakan bahwa akuntansi bukanlah sebuah
proses penilaian melainkan pengalokasian biaya. Penganut paham ekonomis menolak teori ini
karena mereka hanya meyakini satu jenis biaya saja yaitu opportunity cost.

Page 2 of 18
1.2 Flow of cost

Akuntan harus melacak aliran biaya, terutama karena adanya cost attach. Akuntan juga
harus menentukan mana cost yang sudah ‘expired’ untuk ditandingkan dengan income pada
income statement dan mana cost yang masih ‘belum expired’ untuk dimunculkan pada neraca
sebagai asset. Kita dapat melihat bahwa prinsip matching sangat penting dalam i accounting. Ini
merupakan prinsip yang menuntun akuntan dalam menentukan cost mana yang harus
dipertimbangkan sebagai expense. Oleh karena itu, alokasi biaya menjadi kunci utama akuntansi
konvensional.

1.3 Argumen mendukung biaya historis

Penggunaan historical cost pada akuntansi konvensional telah diserang oleh banyak pihak.
Adapun yang mempertahankan historical cost mempunyai argumen sebagai berikut untuk
mempertahankan posisi mereka.

1. Biaya historis relevan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sebagai manajer yang
membuat keputusan mengenai komitmen masa depan, mereka membutuhkan data transaksi
masa lalu. Mereka harus dapat melakukan review atas upaya masa lalu mereka dan ukuran
dari upaya ini adalah biaya historis.
2. Biaya historis didasarkan pada transaksi yang aktual, bukan hanya transaksi yang mungkin
terjadi.
3. Sepanjang sejarah, laporan keuangan berdasarkan biaya historis telah berguna.
4. Pemahaman terbaik konsep profit adalah kelebihan dari harga jual terhadap harga perolehan/
historical cost.
5. Akuntan harus menjaga integritas data mereka terhadap modifikasi internal.
6. Seberapa bergunanyakah informasi keuntungan berdasarkan biaya saat ini atau exit price?
Apakah berguna untuk menunjukkan keuntungan sebagai kenaikan nilai suatu asset yang
dimiliki perusahaan yang tidak berniat untuk dijual? Misalkan sebuah perusahaan memiliki
investasi jangka panjang dalam sekuritas dari perusahaan lain untuk menjamin pasokan bahan
baku. Tidak ada maksud untuk menjual sekuritas terlepas dari fluktuasi harga pasarnya. Jika

Page 3 of 18
harga sebuah aset pada akhir tahun lebih rendah dari harga selama tahun tersebut, ini
mendorong kritik terhadap manajemen dari pemegang saham karena tidak membuang aset
lebih awal. Current cost dan exit price accounting menginduksi pandangan jangka pendek
dari keuntungan. Ada alasan penting untuk mempertahankan aset selain merealisasikan
keuntungan secara langsung.
7. Perubahan harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan. Dalam banyak kasus, para
pendukung historical cost berpendapat bahwa biaya historis tidak memiliki perbedaan yang
material dengan current cost. Tambahan data pada harga saat ini adalah cara yang praktis dan
efisien dalam berhadapan dengan informasi tersebut tanpa harus bergeser dari basis historical
cost ke current cost.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk membenarkan penolakan terhadap akuntansi biaya historis.
Akuntan tradisional berpendapat bahwa tidak ada bukti empiris yang meyakinkan yang
menunjukkan bahwa informasi current cost atau informasi akuntansi exit price lebih berguna
daripada informasi historical cost. Sebagian besar studi penelitian menunjukkan bahwa data
current cost tidak memberikan banyak informasi dibanding data historical cost.

1.4 Bukti kegunaan data akuntansi berdasar biaya historis

1. Petunjuk Pertama
Salah satu jalan adalah dengan fokus pada laporan keuangan dan menentukan apakah
informasi yang memadai diungkapkan. Dalam meninjau bukti empiris pada aspek ini, Dyckman,
Gibbins, dan Swieringa menemukan 3 pendekatan keseluruhan yang digunakan oleh penyidik.
Salah satunya adalah untuk mengevaluasi cara pengguna menganalisis laporan keuangan,
berdasarkan wawancara dengan mereka. Pendekatan laian adalah untuk memastikan persepsi dan
opini kelompok kepentingan tertentu, seperti analis keuangan. Pendekatan ketiga adalah untuk
memastikan jumlah informasi yang dilaporkan pada item tertentu yang dianggap penting. Para
penulis menyimpulkan bahwa penelitian tentang kecukupan pengungkapan menunjukkan bahwa:
a. Tidak ada keinginan yang besar untuk revisi drastis atau perubahan dalam bentuk dan isi
laporan keuangan. Kebanyakan orang percaya bahwa data yang cukup telah tersedia
dalam laporan keuangan.
b. Laporan keuangan tidak diharapkan untuk menjadi terlalu rumit.

Page 4 of 18
c. Perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan keuangan terjadi diantara perusahaan-
perusahaan.
Secara umum perusahaan-perusahaan yang lebih besar, lebih menguntungkan, diaudit
oleh kantor akuntan besar dan yang sahamnya tercatat di Bursa efek menungkapkan informasi
yang lebih banyak. Banyak yang percaya keragaman ini sesuai dan mencerminkan kebutuhan
akan informasi yang berbeda sesuai dengan perbedaan dalam struktur kepemilikan/penguasaan
perusahaan.
2. Petunjuk Kedua
Cara lain untuk menemukan apakah data akuntansi berguna adalah mengetahui efeknya
pada pengambilan keputusan. Berfokus pada laporan keuangan, Dyckman, Gibbins, dan
Swieringa menemukan 3 pendekatan menyeluruh yang diambil oleh peneliti. Salah satunya
adalah meminta pengguna laporan keuangan untuk menunjukkan pentingnya item tertentu dalam
membuat keputusan investasi. Pendekatan kedua adalah untuk mempelajari perilaku subyek yang
membuat keputusan tertentu dalam situasi laboratorium. Pendekatan ketiga adalah untuk
mempelajari bagaimana laporan keuangan yang efektif dalam mengkomunikasikan informasi.
Para penulis menyimpulkan bahwa:
a. Investor dan analis mempertimbangkan faktor-faktor pernyataan nonfinansial, seperti
kondisi ekonomi secara umum, yang lebih penting dalam membuat keputusan investasi.
b. Tidak ada kejelasan bahwa penggunaan laporan keuangan mengarahkan kepada perkiraan
yang lebih baik atau keputusan yang lebih baik.
Salah satu alasan data laporan keuangan mungkin tidak berguna bagi investor dan analis
keuangan adalah bahwa informasi tersebut sudah diketahui melalui sumber-sumber lain, seperti
laporan sementara dan rilis media, sebelum laporan yang dibuat tersedia untuk umum.
3. Petunjuk Ketiga
Petunjuk ketiga adalah korelasi antara harga saham dan data akuntansi, khususnya
keuntungan. Jika suatu item yang diberikan mempengaruhi keyakinan investor tentang nilai surat
berharga, maka ketergantungan statistik ada anatara item tersebut dan harga saham.
Ketergantungan statistik ini disebut sebagai ‘isi informasi’ dari item yang diberikan.Terkait
dengan pertanyaan kegunaan adalah korelasi antara harga saham dan data akuntansi, khususnya,
pendapatan. Jika item yang diberikan mempengaruhi keyakinan investor tentang nilai surat
berharga, maka ketergantungan statistik ada antara item dan harga saham. Ketergantungan

Page 5 of 18
statistik ini disebut sebagai ‘isi informasi’ dari item yang diberikan. Peneliti seperti Ball dan
Brown, Brown, Foster dan Beaver, Clarke dan Wright telah melihat ke dalam hubungan antara
perubahan harga dan perubahan pendapatan tahunan dan menemukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara keduanya. Petunjuk ketiga adalah korelasi antara harga saham dan data
akuntansi, khususnya, keuntungan. Jika suatu item yang diberikan mempengaruhi keyakinan
investor tentang nilai surat berharga, maka ketergantungan statistik ada antara item tersebut dan
harga saham. Ketergantungan statistik ini disebut sebagai ‘isi informasi’ dari item yang
diberikan.

1.5 Bukti yang dapat diprediksi nilainya

Manfaat dari informasi akuntansi yang berhubungan dengan keterkaitan atas informasi
untuk membantu dalam mengambil keputusan terhadap tindakan selanjutnya. Disisi lain,
keputusan ini dapat dibuat, jika informasi dapat memprediksi karakteristik masa depan
perusahaan. Beberapa studi telah memfokuskan terhadap nilai prediksi historical accounting
information. Mereka dibagi menjadi lima kategori yaitu:

1. Laba masa lalu digunakan untuk memprediksi laba masa depan.


kesimpulan : pendapatan apabila digambarkan secara statistik merupakan random walk
dengan kata lain, estimasi terbaik dari pendapatan masa depan adalah kinerja pendapatan
saat ini dari suatu entitas
2. Triwulanan dan segmen data yang digunakan untuk memprediksi pendapatan tahunan.
kesimpulan : laporan triwulanan yang berurutan memungkinakan untuk meramalkan
laporan tahunan mendatang.
3. Memprediksi kesulitan keuangan. kesimpulan : berdasarkan pengetahuan tentang rasio
keuangan, status kegagalan perusahaan dapat diprediksi secara benar
4. Memprediksi arus kas masa depan. Salah satu kelompok pengguna laporan keuangan
adalah investor. Nilai investasi mereka adalah nilai sekarang dari arus kas masa depan
mereka melalui perusahaan. Karena itu cukup beralasan bahwa jika laba biaya historis
adalah prediktor yang baik dari arus kas masa depan, maka data laba itu berguna untuk
investor. Bukti dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendapatan biaya historis
berguna dalam memprediksi arus kas masa depan.

Page 6 of 18
1.6 Objektifitas biaya historis

Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya yang sebenarnya dikeluarkan adalah lebih objektif
dan konkrit dalam pengukuran nilai suatu aset dibandingkan dengan perkiraan jumlah uang yang
akan diterima andaikan aset tersebut dijual saat ini (fair value). Biaya akuisisi (historical cost)
lebih menggambarkan kenyataan yang ada dibandingkan dengan harga pasar yang berlaku saat
ini.
Namun perlu diingat bahwa dalam menilai objektivitas biaya historis, harus diasumsikan
bahwa transaksi akuisisi atas sebuah aset di masa lalu terjadi secara fair (tidak terdapat hubungan
istimewa antara penjual dan pembeli sehingga harga transaksi yang disepakati saat itu benar-
benar mencerminkan harga pasar sebenarnya atas aset tersebut).
Selain itu juga perlu diingat bahwa biaya akuisisi atas suatu aset tidak hanya yang
tercantum dalam invoice saja, melainkan meliputi seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
rangka menjadikan aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diharapkan dan siap
digunakan oleh perusahaan. Sebagai contoh dalam pengukuran biaya persediaan, beberapa
elemen biaya tersebut diantaranya:
a. Cost of purchase: terdiri dari harga beli, pajak pembelian, transportasi, handling dan
biaya lainnya yang terkait langsung dengan proses pembelian persediaan. Diskon dan
rabat menjadi pengurang dari biaya persediaan tersebut.
b. Cost of convertion: merupakan biaya yang secara langsung berhubungan dengan unit
produksi, contohnya biaya direct labor dan overhead pabrik yang dialokasikan dalam
rangka proses produksi raw material menjadi barang jadi.
c. Other costs: biaya-biaya lain yang diperlukan dalam rangka menjadikan persediaan pada
lokasi dan kondisi yang diharapkan.
Oleh karena itu dalam akuntansi biaya historis, basis pengukuran yang digunakan untuk
mengukur nilai persediaan dalam neraca adalah biaya historis. Namun dalam prakteknya banyak
terjadi perbedaan dalam penerapan aturan mengenai penguku-ran biaya historis. Banyak hal yang
terjadi di lapangan yang belum diatur secara jelas dalam standar akuntansi keuangan mengenai
penerapan biaya historis sehingga diperlukan professional judgement dalam menentukan cost
dari suatu aset pada saat akuisisi.

Page 7 of 18
1.7 Kelemahan dan kelebihan historical cost

Kelemahan penggunaan nila historis menurut Muljono (dalam Kodrat, 2006) antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu
pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah
ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut.
2. Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Disamping itu juga
terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing
yang dikuasai perusahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs
yang tepat.
3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba dihitung terlalu besar.
4. Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada
asumsi adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan
perkembangan daya beli uang yang sedang berlangsung.
5. Perusahaan tidak akan mempertahankan real-capital-nya dan ada kecenderungan
terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan
dan pembagian laba yang lebih besar daripada semestinya.
6. Menyalahi mathematical pronciple karena berbagai himpunan yang tidak sama
dijumlahkan menjadi satu.
Disamping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan
apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi adanya stable
monetary unit.
Kelebihan penggunaan historical cost dalam akuntansi finansial memiliki kelebihan:
a) Relevan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Bagi manajer dalam membuat keputusan
masa depan diperlukan data transaksi masa lalu.
b) Nilai historis yang berdasarkan data obyektif dapat dipercaya, dapat diaudit dan lebih
sulit untuk memanipulasi bila dibandingkan dengan nilai yang lain seperti current cost
ataupun replecement cost.

Page 8 of 18
c) Karena telah disepakati berlakunya prinsip akuntansi pada penggunaan historical cost
memudahkan untuk melakukan perbandingan baik antara industri maupun antar waktu
untuk suatu industri.

1.8 Kritik terhadap biaya historis

1. Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan fungsi penatagunaan (stewardship


function) manajemen merupakan interprestasi yang terlalu sempit atas tujuan akuntansi
2. Akuntansi biaya historis, meskipun bermanfaat, namun tidak cukup untuk mengevaluasi
keputusan bisnis, pernyataan biaya historis mengaitkan pada barang/jasa (cost attach
theory) hanyalah fiksi.
3. Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis
4. Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan dan
terpercaya.
5. Akuntansi biaya historis hanya menduga kebutuhan investor yang tertarik pada analisa
pasar bukan intelligent investor yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi pada
perusahaan
6. Munculnya beberapa peraturan, standar akuntansi dan exposure draft yang menyerang
teori akuntansi biaya

2 CURRENT COST ACCOUNTING

CCA adalah sistem akuntansi di mana aset dinilai pada harga beli di pasar berjalan dan
laba ditentukan alokasi berdasarkan biaya berjalan. Asumsi: manajer perusahaan ingin tahu
bagaimana mereka mengalokasikan sumber daya perusahaan dalam rangka memaksimalkan
laba. Menurut Edwards dan Bell:

 Persoalan ekspansi: berapa jumlah aset yang harus dimiliki pada suatu waktu tertentu
 Persoalan komposisi: bagaimana bentuk dari aset-aset ini
 Persoalan pendanaan: bagaimana aset-aset didanai

Page 9 of 18
Informasi yang berguna harus mampu menyajikan ukuran seakurat mungkin kejadian
aktual dalam suatu periode. Perubahan harga dalam suatu periode adalah kejadian yang penting
bagi manajemen Informasi yang penting bagi manajemen, juga informasi yang relevan bagi
pihak luar. Akuntansi memiliki dua tujuan:

 Mengevaluasi keputusan-keputusan manajemen di masa lalu untuk membuat keputusan-


keputusan terbaik di masa depan
 Evaluasi atas manajer oleh pemegang saham, kreditor dan pihak lain

2.1 Konsep laba bisnis

Manajemen menghadapi dua keputusan:

 Keputusan memegang (holding decisions): memiliki aset atau melepas aset


 Keputusan operasi tentang bagaimana menggunakan dan mendanai entitas operasi

Evaluasi atas keputusan-keputusan ini memerlukan konsep laba yang disebut laba bisnis, yang
terdiri dari:

 Laba operasi berjalan: selisih lebih nilai berjalan output yang dijual dengan nilai berjalan
input yang terkait
 Penghematan biaya yang dapat direalisasikan: kenaikan dari nilai berjalan aset yang dimiliki
dalam tahun berjalan (terealisasi maupun tidak terealisasi

Laba bisnis dihitung dengan dasar riil, elemen fiksi karena perubahan tingkat harga dihilangkan
CCA dapat memisahkan holding gains/losses dan operating gains/losses

 Dapat mengevaluasi keputusan menyimpan atau melepas aset


 Laba yang lebih besar dapat diidentifikasi, apakah dari efisiensi atau dari penyusutan yang
lebih rendah atau dari holding gains.

Drake & Dopuch dan Prakash & Sunder mengkritisi: kedua jenis gains ini tidak
independen satu dengan lainnya. Keputusan saat ini akan direfleksikan pada laba operasi di masa
depan. Edwards dan Bell: holding gains represent a saving attributable to the fact that input was

Page 10 of 18
acquired in advance of use. This saving is attributable to holding activities.
Revsine: holding gains adalah manfaat ekonomis dari penghematan biaya, yang merupakan
opportunity gain sehingga perlu dimasukkan ke dalam laba
Alasan lain untuk memasukkan holding gains ke dalam laba: peningkatan nilai adalah
fenomenon ekonomi yang dapat direalisasikan apabila perusahaan menjual aset tersebut.

2.2 Modal Finansial vs Modal Fisik

Bagaimana laba diukur: berdasarkan perubahan modal finansial atau modal fisik? Atau, apakah
holding gains dimasukkan ke dalam laba atau perubahan nilai modal?
Pendukung modal fisik (Samuelson), dimasukkan sebagai penyesuaian modal karena:

 Pemisahan antara aktivitas memiliki dan operasi tidak jelas


 Aset yang telah dibeli adalah sunk cost (tidak relevan), sehingga opportunity gain pada
dasarnya tidak ada. Keputusan yang ada adalah menggunakan atau menjual
 Holding gains adalah forgone cash flows
 Arus kas tidak dapat diidentifikasi kepada setiap aset, hanya secara keseluruhan perusahaan
sehingga tidak dapat dikatakan bahwa perubahan pada biaya berjalan berkaitan dengan
perubahan dalam nilai sekarang dari aset

2.3 Fitur Utama sistem kapasitas fisik

a. Pemeliharaan modal
 Modal yang dipelihara adalah kemampuan operasional entitas
 Dana yang perlu disiapkan adalah sebesar yang akan digunakan untuk mengganti semua
aset pada kapasitas di awal periode
 Didasarkan pada analisis marjinal dari pasar-pasar faktor produksi
b. Prinsip penilaian
 Pos-pos non-moneter dinilai sebesar biaya berjalan: harga beli di pasar, indeks khusus
bila harga pasar tidak tersedia atau potensi layanan dari pos identik untuk aset khusus.
 Dicatat pada akun Current Cost Reserve, kecuali bila penurunannya permanen.

Page 11 of 18
 Aset moneter dinilai sebesar nilai perolehannya dan disesuaikan dengan perubahan
purchasing power
 Liabilitas moneter dinilai sebesar jumlah yang diperkirakan akan dibayar, yang juga
disesuaikan bila ada perubahan purchasing power.
 Untuk pos moneter jangka pendek, laba/rugi moneter dihitung dengan menggunakan
indeks harga yang sesuai, kecuali bila aset moneter jangka pendek lebih kecil daripada
liabilitas moneter jangka pendek.
 Untuk pos moneter jangka panjang (modal), laba atau rugi dari pos ini dihitung dengan
menggunakan indeks harga umum
c. Aset yang tidak menambah kapasitas operasi (emas, perak, aset untuk tujuan spekulatif, dan
aset finansial yang dibeli dan dijual pada pasar yang sama) akan dicatat sebagai gains/losses
bila perubahan harganya berbeda dengan harga umum.
d. Perubahan sampai dengan harga umum dicatat sebagai current cost reserve
e. Persoalan kapasitas fisik: laba hanya berarti apabila 4 kondisi berikut terpenuhi:
 Selalu mengganti dengan unit yang identic
 Menghadapi biaya-biaya yang selalu meningkat
 Membeli dan menjual di pasar yang berbeda
 Menginvestasikan sepenuhnya dalam unit fisik

2.4 Argumen mendukung current cost

a) Unrealised holding gains adalah fenomena yang terjadi pada tahun berjalan, dan memenuhi
prinsip pengakuan bila cukup bukti objektif mendukung perubahan harga
b) Objektivitas sesuatu yang relatif, yang penting penentuan biaya memenuhi tingkat
obyektivitas minimum (misal penggunaan harga pasar pada LCM): standardisasi prosedur dan
ketersediaan harga pasar
c) Perubahan teknologi dapat diakomodasi dengan penerapan CCA. Laba pada CCA dapat
menjadi indikator apakah proses produksi saat ini masih yang terbaik ataukah perusahaan
perlu mengadopsi proses produksi alternatif. Perkembangan teknologi yang memunculkan
alternatif yang lebih baik akan membuat nilai berjalan dari kapasitas produksi akan turun nilai
berjalannya.
d) Entry price merupakan metode penilaian 'normal' karena:

Page 12 of 18
 Exit price memunculkan penilaian anomali karena tidak memperhitungkan biaya
transportasi, biaya pembongkaran dan pemasangan dan akses yang tidak sempurna atas
pasar
 Exit price mengimplikasikan pendekatan jangka pendek. Laba yang positif dengan
pendekatan exit price berarti lebih berharga bertahan pada usaha yang ada daripada
dilikuidasi
 Penggunaan exit price pada persediaan barang jadi berarti mengantisipasi laba sebelum
titik penjualan, persediaan dinilai lebih besar daripada biaya berjalan

2.5 Kritik terhadap current cost

a. Dari pendukung biaya historis:


 Melanggar prinsip realisasi. Perusahaan memiliki aset untuk menggunakan bukan
menjual. Laba yang diharapkan (holding gains) belum tentu terjadi
 Subyektivitas dalam penentuan kenaikan biaya
b. Dari pendukung exit (selling) price:
 Tidak sesuai dengan prinsip opportunity cost, karena kesempatan selanjutnya bukan
membeli kembali, tetapi menjual atau menggunakan
 Masih ada persoalan alokasi, misalnya depresiasi atas aset tetap dengan current cost
 Perubahan teknologi akan membuat model perhitungan laba dengan mempertahankan
kapasitas produksi saat ini menjadi menyesatkan
 Ada persoalan matematis karena menjumlahkan angka-angka dengan metode pengukuran
yang bervariasi
c. Dari pendukung exit price:
 Chambers: penggunakan indeks harga spesifik tidak tepat. Kecuali kebetulan, tidak
mungkin suatu perusahaan menghadapi perubahan harga yang sama dengan perusahaan
lain.
 Chambers: aset bernilai bagi perusahaan bukan karena penggantian, tetapi karena dapat
dibuat untuk hal lain, dapat digunakan untuk meminjam, menjadi kas ketika dijual, dan
berpotensi menjadi lindung nilai terhadap inflasi dalam aset-aset non moneter.

Page 13 of 18
3. EXIT PRICE ACCOUNTING

Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Menurut Edwards and Bell
(1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan
dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai
realisasi bersih (net relizable value)dari aset.
Aset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka
mewakili 'nilai pasar wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi 'fire-
sale'.Laporan laba rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi
dari aset induk. Oleh karena itu, laba diukur dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur
perubahan nyata total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi
surplus bersih .Akuntansi surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan
keseimbangan neraca penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.

3.1 Argumen mendukung exit price

1. Menyediakan informasi yang berguna Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional


yang didasari Historical Cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang salah dan
menyesatkan serta tidak berorientasi pada keputusan pemilik saham.
Solusi ideal untuk akuntan adalah melaporkan semua keuntungan dan kerugian seperti
nilai seperti yang ditentukan dalam pasar yang kompetitif. Namun, tidak semua aset
memiliki nilai pasar. Oleh karena itu MacNeal mengusulkan penerapan penilaian:
a. Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar (exit price)
b. Aset tidak tidak dapat dipasarkan yang dapat direproduksi pada biaya pengganti.
c. Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat direproduksi pada biaya historis.
2. Pengambilan keputusan yang adaptif dalam bisnisnya, sebuah perusahaan harus dapat
ikut serta dalam transaksi pasar dan hal ini diungkap dalam Laporan Keuangan. Pada
Lingkungan pasar, monetary asset dan liabilities dapat ditentukan dengan harga pasar,
contohnya harga beli atau current cost tidak menampakkan kemampuan masuk kedalam

Page 14 of 18
pasar dengan cash untuk tujuan adaptasi. Sedangkan harga jual atau Current Cash
Equivalent mmenunjukkan harga realisasi pada dasar likuidasi
3. Informasi yang relevan dan dapat dipercaya exit price dianggap lebih relevan bagi
pemegang saham karena menunjukkan nilai investasinya sesuai dengan harga yang ada di
pasar
4. Additivity
additif ini karena seluruh elemen laporan keuangan dinilai secara setara pada exit price,
tidak berbeda-beda sehingga secara logis dapat ditambahkan bersama-sama.
5. Alokasi
Thomas berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai laporan
keuangan bebas alokasi. Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan dalam jumlah
yang dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai keluar
dari aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode tertentu. Laba menampilkan
jumlah perubahan daya beli riil dari aktiva bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh
dan distribusi kepada pemilik.
6. Kenyataan (Reality)
exit price berdasar pada harga pasar yang nyata ada.
7. Obyektifitas
beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada
kebanyakan orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang perbandingan
relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya historis tercatat. Objektivitas
didefinisikan sebagai konsensus di antara penilai. Komparatif didefinisikan sebagai
sebuah konsensus dalam pengukuran. Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker
menunjukkan bahwa untuk mengukur objektivitas dan komparatif, exit price
mengungkapkan dispersi yang sedikit dari jumlah tercatat. Penyebab utama dari
kurangnya objektivitas nilai tercatat adalah dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat
dan nilai sisa.
8. Ukuran Risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan pembelian
aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset dengan exit price yang berbeda
secara signifikan dari entry price, maka aset tersebut adalah proposisi berisiko. Informasi

Page 15 of 18
keuangan menunjukkan bahwa pembelian aset tersebut harus merupakan proposisi jangka
panjang dimana nilai ekonomi yang ditemukan oleh nilai pakai, Sebaliknya, jika exit
price meningkat secara drastis, biaya peluang meningkat kembali dan harus dioperasikan
dengan lebih efisien.

3.2 Kritik exit price

1. Konsep laba
a. Edward Bell: Certain assets were purchased with a plan of operations in mind. That plan,
those operations, indeed those people who developed that plan must first be evaluated before
alternatives about the future can be considered, and it is the accountant's task to provide the
data for that evaluation.
b. CCE sulit diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang tidak menjalankan perdagangan
sederhana
c. Akuntansi harus mengukur kejadian di masa lalu, yang sebenarnya terjadi, bukannya yang
mungkin terjadi jika perusahaan berbuat sesuatu selain yang telah direncanakan
d. EPA hanya menyediakan informasi yang relevan bila perusahaan akan melikuidasi asetnya
e. Tetapi, Chambers berpendapat setiap keputusan harus ditimbang-timbang terhadap outcome
dari menjual aset dan menggunakan sumber daya untuk tujuan tertentu
f. Weston berpendapat bahwa EPA tidak menghasilkan angka laba yang berarti. Persediaan
yang dinyatakan dalam exit price, laba efektifnya dari penjualan akan nol.
g. Penekanan berpindah pada perubahan harga, bukannya bagaimana perusahaan bergerak dari
status di awal tahun ke status di akhir tahun
h. Pendukung EPA menanggapi:
i. CCE yang tinggi dapat menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan adaptasi
yang tinggi terhadap perubahan kondisi pasar
j. Laporan rugi laba dapat diperbandingkan untuk menunjukkan perusahaan mana yang
menaikan daya beli dari asetnya lebih atau kurang dari perusahaan lain
k. Keterbandingan yang terbaik dengan EPA

Page 16 of 18
2. Additivity
a. Perhitungan yang bersifat antisipatif tidak dapat dihindari bahkan oleh EPA, karena likuidasi
yang teratur sebagai kejadian di masa depan harus diasumsikan
b. Larson and Schattke mengindikasikan bahwa CE dari aset individual yang dijual terpisah
dapat berbeda dengan CE apabila aset-asetnya dijual secara paket. Ini karena ada aset tak
berwujud: goodwill
c. Akan tetapi, Chambers mengakui persoalan ini dan menyarankan aset dinilai berdasarkan
paket yang paling rasional akan dijual ke pasar
d. Pengukuran berbeda ini merupakan subtitusi dari present value
e. Perbedaan metode memunculkan persoalan additivity

Value in Use vs Value in Exchange Pendukung historical cost dan current cost menuduh
bahwa EPA mengabaikan value in use. Solomons berpendapat bahwa nilai kepada
pemilik/perusahaan adalah perspektif yang relevan. Aset yang dipegang daripada dijual pasti
bernilai lebih tinggi daripada exit price. Contoh kasus: non-marketable fixed assets.
Untuk kebutuhan akuntansi, nilai bergantung pada ekspektasi dan penggunaan di masa depan.
Opportunity cost tidak selalu exit price, bisa juga penggunaan di masa depan Severability,
exchangeability terlalu membatasi, padahal ada nilai lain yang muncul dari penggunaan
Pendekatan value in use menggunakan benchmark investor external, sedangkan CCE
berdasarkan sudut pandang manajer internal Staubus menunjukkan, kedua pandangan ini
memiliki kesamaan:

 Observasi terbaru atas harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan
 Keandalan diperlukan dalam sistem pengukuran, penilaian tidak bergantung pada alokasi
subjektif
 Additivity fenomena ekonomis dilakukan dalam unit yang sama, disesuaikan ke inflasi dan
pergerakan harga
 Akuntansi biaya historis memiliki banyak kelemahan

Page 17 of 18
Barton berpendapat entry dan exit price memiliki kemiripan. Pilihan bergantung pada
sistem yang lebih cost-effective. Keduanya, dan ditambah NPV, seharusnya saling melengkapi

 Jika CCA > CCE > NPV, pertahankan operasi sekarang


 Jika CCE > CCA > NPV, likuidasi aset dan terus beradaptasi untuk penggunaan lain
 Jika CCE > CCA < NPV, likuidasi dan hentikan semua operasi

Page 18 of 18

Anda mungkin juga menyukai