Penyusun :
PROGRAM S1 AKUNTANSI
STIE MUHAMMADIYAH JAKARTA
Learning Objective 1
Tiga Sistem Utama Pengukuran Pendapatan dan Modal (Three
Main Income and Capital Measurement System)
Akuntan yang menganut biaya historis selalu melacak aliran biaya. Ketika
perusahan melakukan pembelian, tugas akuntan adalah melacak pegerakan
biayanya dan melekatkannya/mencocokannya dengan pendapatan yang mengalir
ke perusahaan. Dengan kata lain, akuntan harus menentukan biaya yang mana
yang cocok di tempatkan pada laporan laba rugi dan yang mana yang cocok
ditempatkan pada neraca. Konsep ini mengarahkan para akuntan dalam
memutuskan mana biaya (cost) dan mana beban (expense).
D. Konservatisme
Biaya historis menuai banyak kritik dari berbagai pihak, berikut adalah
argumen-argumen dari para pendukung metode biaya historis untuk
mempertahankan prinsipnya
3. Matching
1. Berapa nilai aset yang harus dimiliki pada waktu tertentu? Ini merupakan
masalah ekspansi.
2. Aset tersebut harusnya bentuknya apa? Ini merupakan masalah komposisi.
3. Bagaimana aset tersebut dibiayai? Ini merupakan masalah pembiayaan.
Informasi historical cost, nilai saat ini dan ekspektasi mendatang didapat
dari pengumpulan data. Data dan informasi perusahaan tidak hanya berasal dari
pihak manajemen, namun juga pihak pemegang saham. Sehingga tujuan dari
informasi akuntansi tersebut adalah sebagai:
Jadi holding gain dianggap sebagai nilai aset yang diapresiasi sebagai
akibat dari fenomena ekonomi, sehingga bersifat unrealised. Nilai tersebut
kemudian menjadi realised apabila dimasa mendatang aset tersebut dijual.
Sehingga mempengaruhi arus kas.
Sistem ini berdasarkan pada konsep analisis marjinal dalam faktor pasar.
Mengacu pada permintaan dan penawaran, pergerakan permintaan dan penawaran
sangat mempengaruhi faktor pada pasar.
Pengakuan Prinsip
Para pendukung historical cost berpendapat bahwa nilai masa kini tidak
objektif karena kebanyakan kasus, nilai masa kini penggunaannya tidak
berdsarkan pada transaksi aktual yang perusahaan lakukan. Namun objektivitas
dalam historical cost sendiri juga sulit untuk mengukurnya. Sebagai contoh
barang-barang yang mudah didapat seperti bahan baku, persediaan barang dan
lainnya, karena barang-barang tersebut bersifat operasional dan pemakaiannya
Perubahan Teknologi
Perbedaan antara perhitungan historical cost dan current cost berada pada
perhitungan terhadap perhitungan profit. Pada historical cost, profit yang
dihasilkan justru lebih besar dibandingkan perhitungan current cost. Hal ini
Asset yang tertera pada neraca telah disesuaikan dengan exit values (nilai
jual) jadi merepresentasikan fair value.
Tujuan Akuntansi
Pembuatan keputusan adaptif
Chambers mengemukakan tujuan komprehensif dari exit price accounting,
atau yang disebut “continuously contemporary accounting” (CoCoA) dan
memutakhirkan ke current cash equivalent (CCE). Chambers melihat bisnis
perusahaan sebagai entitas yang adaptif dalam jual beli barang dan jasa. Yang
mana hal itu diatur oleh keputusan si manajer yang mana sebuah representasi
tujuan pemilik perusahaan.
Untuk melanjutkan bisnis, perusahaan harus bisa mengikuti perkembangan
pasar, dan tercermin dari laporan keuangannya. Dalam penilaian moneter sebuat
asset dan kewajiban dapat dihitung secara objektif dengan referensi harga pasar;
yaitu harga beli dan harga jual.
Ketika perusahaan membeli asset tidak lancar mengubah kemampuannya
dalam adatasi. Apabila asset dibeli dengan kas, pengurangan dalam cash balance
menurunkan kebebasannya dalam menaruh kas untuk investasi lain. Apabila asset
Additivity
Cahmbers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam
mendukung akuntansi CCE. Produk utama dari sistem akuntansi laporan
akuntansi - neraca dan laporan laba rugi. Jika kita memberikan nilai yang berbeda
dengan karakteristik yang relatif kecil dari fakta dan menggunakan skala
pengukuran relatif kecil, maka tidak ada arti tertentu atau komersial dapat
dideduksi dari agregat - mereka tidak dapat secara logis ditambahkan bersama-
sama.
Maka, penilaian dari semua elemen dalam neraca dan laporan laba rugi
pada setara uang mereka (nilai keluar), menyediakan satu aturan yang dapat
diterapkan secara konsisten terhadap perusahaan manapun. Sistem ini
berkonsentrasi pada pengukuran kemampuan keuangan penting uang dan setara
uang. Itu membuat tidak menggunakan karakteristik fisik atau aset lainnya.
Alokasi
Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historis
dan arus) sangat bergantung pada alokasi exit price adalah bahwa laporan
keuangan bebas alokasi. Laporan laba-rugi tidak dapat melaporkan perubahan
dalam jumlah yang dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan
perubahan nilai-nilai keluar dari aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu
periode tertentu. Laba menampilkan jumlah perubahan daya beli riil dari aktiva
bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh dan distribusi kepada pemilik.
Obyektifitas
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif. Namun,
beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif
daripada kebanyakan orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang
perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya historis
tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di antara penilai.
Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus dalam pengukuran.
Ukuran risiko
Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
posisi risiko dan kinerja dalam mengelola risiko keuangan yang signifikan dengan
rancangan standar akan membutuhkan:
1. Deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan
perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
2. Informasi tentang dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan
(neraca) dan laporan kinerja keuangan.
3. Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan untuk
memperkirakan nilai wajar instrumen keuangan.
Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika
mereka harus objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan kini.
Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat
ini. Pengkritik menunjukkan, bagaimanapun, arus kas yang setara aset ditentukan
berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur.
Penilaian kewajiban
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk
modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal, bukan di nilai pasar. Ini telah
membuat inkonsistensi, karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan sebesar
nilai pasar.
Value in use
Value in exchange
Pada tahun 1979, FASB mencabut ASR 190 dan menerbitkan Statement
33 yang meminta pengungkapan tambahan dari rekening umum disesuaikan
inflasi dan data biaya saat ini. Dalam Statement 33, FASB mengharuskan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi mengenai:
- Laba dari operasi yang dilanjutkan atas dasar biaya saat ini untuk tahun
keuangan saat ini.
- Biaya saat persediaan PPE pada akhir tahun keuangan saat ini.
- Perubahan dalam biaya saat ini untuk tahun keuangan saat ini persediaan
dan PPE, dengan menggunakan constant dollar basis.
Menurut IAS 16/AASB 116 Property, Plant, and Equipment nilai wajar
adalah harga biaya pada tanggal pengakuisisi memperoleh kendali aset menjadi
tanggal akuisisi. Setelah akuisisi, setiap entitas untuk setiap kelas aset harus
memutuskan model pengukuran yang akan digunakan. Standar ini memungkinkan
entitas memiliki pilihan antara model biaya dan model biaya saat ini (revaluasi).
Berdasarkan IAS 40/AASB 140 entitas dapat memilih antara model cost-
depreciation-impairment atau model nilai wajar dengan perubahan nilai diakui
dalam laporan laba rugi, ketika mengukur investasi properti.
Harga perolehan aset dalam akuntansi tidak hanya harga faktur, tetapi
meliputi semua biaya yang dikeluarkan hingga aset tersebut dapat beroperasi dan
digunakan. Ada banyak item yang dimasukkan dalam biaya aset tersebut. Contoh
paragraph 10 of IAS 2/AASB 102 Inventories, biaya persedian terdiri dari semua
biaya pemebelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul untuk membawa
persedian ke lokasi dan kondisinya sekarang.
Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya,
transportasi, penanganan dan biaya lain yang terlibat untuk akuisis barang jadi,
material dan jasa. Diskon penjualan, rabat dan item lain yang sejenis dikurangi
dari biaya pembelian.
Biaya konversi termasuk biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi, seperti upah jam kerja, dan juga biaya fix dan variable yang
terjadi ketika mengkonversi material menjadi barang jadi.
Aset yang dimiliki hingga jatuh tempo saat ini dinilai dengan biaya
amortisasi di banyak negara. Namun penggunaan nilai pasar (harga jual saat ini)
untuk semua instrumen finansial adalah standar yang lebih ideal.
2. IAS 16/AASB 116: PPE bisa dinilai pada biaya historis atau nilai revaluasi
dimana nilai revaluasi adalah nilai wajar akumulasi penyusutan dan
kerugian penurunan nilai kurang berikutnya.
3. IAS 17/AASB 117: Bunga sewa atas tanah dicatat sebagai investasi
bangunan berdasarkan IAS 40/AASB 140 dan diukur pada nilai wajar
dengan perubahan nilai diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam
laporan laba rugi.
6. IAS 36/AASB 136: Penurunan nilai aset, dimana aset senilai jumlah
terpulihkan, yang nilainya lebih tinggi dari nilai pakai aset dan setara kas
saat ini.
9. IAS 40/AASB 140: Investasi bangunan dapat diukur dengan pilihan antara
cost-depreciation-impairment atau nilai wajar dengan perubahan nilai
melewati laporan laba rugi sebagai keuntungan atau kerugian.
Faktor lain yang meningkatkan risiko salah saji dalam pengukuran adalah
keterlibatan pihak terkait. Dimana transaksi dengan pihak terkait ada, auditor
memerlukan bukti spesifik bahwa transaksi properti telah tercatat anad
diungkapkan. Namun, kerugian adanya keterlibatan pihak terkait, dapat
mempengaruhi kualitas bukti. Auditor harus memeriksa semua dokumen dan aset,
dan mendiskusikan rincian transaksi dengan pengurus dan anggota komite audit
yang sesuai dalam situasi ini.
Godfrey, Jayne, et al. Accounting Theory. Australia: John Wiley & Sons, 2010.