5
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi 200141026 Tim Dosen
Abstract Kompetensi
Sistem akuntansi tradisional Mahasiswa mampu memahami isu-
berdasarkan historical cost system isu pengukuran akuntansi.
muncul dan memimpin sebagai
fundamental accounting system.
Alternatif dasar sistem akuntansi
lainnya muncul dan mulai
berkembang, yaitu current cost
accounting dan current selling prices
(exit prices). Current cost
accounting juga dianggap sebagai
metode pertama yang
mempresentasikan fair value
accounting system.
Accounting Measurement System
System akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15,
yaitu system akuntansi double-entry. Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah
secara signifikan. Bersamaan dengan revolusi industry, khususnya setelah jatuhnya wall
street pada tahun 1929, system akuntansi trandisional berdasarkan historical cost system
muncul dan memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian pada tahun 1960-
an beberapa alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan mulai berkembang, yaitu
current cost accounting dan current selling prices (exit prices). Current cost accounting juga
dianggap sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value accounting system.
A. Objective of Accounting
Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu
stewardship dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost menekankan hubungan
“kontraktual” yang konservatis antara perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber
dana, dan membuat management bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam operasi
Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset dan kewajiban
pada dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan.
Dalam historical cost theory informasi mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak
begitu penting, namun yang terpenting adalah profit.
Berdasarkan akuntansi konvensional „net worth‟ adlaah pengukuran yang tidak tepat
relevan pemilik perusahaan hanya ingin mengetahui hasil investasi mereka pad aperuahaan.
Maka fungsi akuntansi yang paling pentng adalah bukanlah menunjukkan „net worth‟
pemilik melainkan menunjukkan profit.
Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital (aset
dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama dengan nilai pada periode awal, dimana
semua asset dan kewajiban dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian. Income menunjukkan
hasil dari perusahaan selama periode tertentu, expenses merupakan sumber daya yang
dibelanjakan dan profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam beroperasi.
Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan, dimana
menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan balance sheet
dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB menggunakan istilah „revenue-
expense view‟ dan „asset-liability view‟. Terdapat dua konsep dasar dalam historical cost
revenue-expense viewpoint yaitu „matching of cost‟ dan „conservatism‟.
Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena biaya yang melekat
pada pendapatan „cost attach‟. Akuntan mencatat setiap transaksi biaya dan menelusurinya
kepada pendapatan yang diterima dari biaya tersebut. Akuntan memutuskan biaya yang bisa
diakui „expired‟ untuk kemudian dilekatkan (matching) pada pendapatan di income
statement, dan biaya yang belum dapat diakui „unexpired‟ akan dilaporkan di laporan posisi
keuangan (unmatched assets). Hal ini merupakan konsep „matching cost against revenue‟
yang merupakan konsep penting dalam historical cost accounting.
Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan hanya dapat
diakui jika terdapat keyakinan yang tinggi („high probability‟) bahwa pendapatan tersebut
akan diterima. Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara pengakuan
biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis lainnya
mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi penurunan nilai harus diakui –
the lower of cost or market rule.
Historical cost accounting banyak diserang, terutama banyak dikritik karena tidak
mampu melaporkan kondisi sebenarnya atau tidak dapat menyediakan nilai up-to-date dari
„net-worth‟. Atas hal tersebut defender memiliki argument-argumen berikut ini :
1. Objective of accounting
Kritik terhadap historical cost system berulang-ulang berargumen bahwa system gagal
menjamin terpenuhinya tujuan penyediaan informasi yang objektif. Sangat banyak
keputusan yang berhubungan dengan pencatatan, pengukuran dan pelaporan
informasi, namun historical cost system sangat jauh dari objektif dan justru membuka
terjadinya manipulasi.
Biaya historis memang mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk mengevaluasi
keputusan bisnis. Ketika asset diperoleh biaya historis adalah tepat karena nilainya
mengacu pada kejadian saat ini (saat itu up to date). Akan tetapi segera setelah
periode akuisi lewat, nilai ini tidak lagi up to date dan oleh karena nya tidak lagi logis
untuk dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan bisnis.
Jika laba adalah perubahan dalam kemampuan membeli (purchasing power), konsep
modal yang sedang dipertahankan merupakan modal financial yang diukur pada harga
saat ini (current prices). Lagi, informasi ini berguna dalam menghasilkan informasi
yang memperhatikan perubahan dalam kapasitas perusahaan di masa depan untuk
bertransaksi di masa depan.
Kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost system tidak
memiliki interprestasi „prospective‟ melainkan „retrospective‟. Capital hanya
dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada perusahaan bukan sebagai
daya beli (purchasing power). Setelah tahun akusisi, biaya historis tidak
menghubungkan kejadian pada tahun tersebut dan setelahnya. Akuntansi menciptakan
sebuah kenyataan yg fiksi yang harus dipercayai bahwa biaya historis berhubungan
dengan operasi saat ini.
Historical cost system akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga naik
karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan pendapatan
sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari dapat mengarah pada
pengurangan kapital dimana kapital didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk berproduksi, bertransaksi, atau sebaliknya untuk beroperasi di masa depan.
Profit berdasarkan historical cost juga dapat memperdaya management lebih dalam
lagi bahwa laba yang dibayarkan dapat melebihi laba tahunan yang sesungguhnya
menghilangkan basis modal.
Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya prinsip going
concern assumption. Dimana perusahaan tidak dapat ditentukan jadi ekspektasi
normal mengenai item non-monetary akan terpenuhi. Inventori sepenuhnya akan
terjual, dan non-current asset akan speenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena
itu nilai histori aset, atau bagian yang dialokasikan merupakan jumlah yang tepat
4. Matching
Pada faktanya dalam banyak kasus penandingan biaya dan pendapatan tidak mungkin
dipraktikkan.pepandingan adalah sebuah proses untuk keputusan acak yang harus
dibuat daripada sebuah analisis yang konsisten. Dalam matching konsep tidak ada
konsep penandingan yang pasti, tidak ada cara untuk metode lain dalam penyandingan
kecuali secara arbitrary.
Salah satu konsekuensi dari „matching concept‟ adalah meletakkan neraca sebagai
posisi kedua setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan pada net profit.
Kritikus berargumen bahwa ini bias terhadap neraca dimana laba rugi meletakkan
neraca pada posisi yang kedua.Padahal neraca memiliki kepentingannya sendiri,
neraca adalah sumber utama informasi dari posisi keuangan perusahaan.
“Historical cost accounting system hanya memberikan ide untuk kebutuhan investor
yang tertarik pada analisa pasar bukan intelegent investor yang tertarik pada apa yang
terjadi pada perusahaan.”
Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada penentuan net-profit
menyebabkan penyimpangan dan penyembunyian atas pengungkapkan penting
informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan akuntansi konvensional telah
disalahartikan, dimana akuntan berpandangan sempit akan kebutuhan investor dan
Akuntan seharusnya menyediakan informasi untuk investor yang canggih dan pintar,
yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnis perusahaan. Investor ini
lebih tertarik pada nilai pengembalian jangka panjang.
A. Objective of Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai
berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit ditentukan oleh
alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan dari penggunaan Current Cost
Accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-macam keputusan yang dihadapi
oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan terlebih dahulu
bahwa tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya perusahaan yang tersedia
dengan tujuan untuk memaksimalkan laba.
Manajer membuat keputusan terhadap tiga permasalahan a) berapa jumlah aset yang
harus disimpan dalam waktu tertentu, b) bentuk dari aset seharusnya bagaimana, dan c)
bagaimana seharusnya aset dibiayai berdasarkan ekspektasi tentang kejadian di masa depan.
Untuk menghasilkan ekspektasi yang relatif akurat, manajer harus mengevaluasi aktivitas
masa lalu. Salah satu caranya adalah dengan membandingkan data akuntansi antara periode
tersebut dengan data ekspektasi awal yang telah direncanakan sebelumnya. Bila
perbandingan ini menunjukkan bahwa ekspektasi itu tidak lagi akurat, maka current events
atau ekspektasi harus diubah. Contohnya apabila data akuntansi menunjukkan bahwa total
biaya dari bahan baku lebih tinggi dari yang dianggarkan karena harga bahan baku lebih
tinggi dari yang sudah direncanakan, maka perusahaan harus mengubah ekspektasinya
tentang harga bahan baku di masa depan dan berapa anggaran bahan baku yang dibutuhkan di
masa depan. Informasi akuntansi sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan sehingga
peristiwa aktual harus diukur seakurat mungkin. Perubahan harga dalam suatu periode
merupakan sesuatu yang penting untuk disadari oleh manajemen dalam mengambil keputusan
terbaik di masa depan.
Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah akan
menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana mendanai dan
menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).
Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell menawarkan sebuah konsep
profit yang dinamakan „Bussiness Profit‟ yang terdiri dari (1) current operating profit dan
(2) realisable cost savings. Current Operating Profit adalah selisih dari current value dari
output yang terjual dengan current cost dari aset yang dicimpan dalam waktu tertentu.
Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi dan yang belum direalisasi. Busines
profit dihitung secara real basis – yaitu, elemen fiksi akibat perubahan tingkat harga umum
dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable cost savings adalah „holding gains /
losses‟, yang dapat direalisasikan atau belum direalisasi.
Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss? Memegang
komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain ingin tahu apakah harapan ini
sukses. Dalam akuntansi konvensional, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut
dilepaskan. Oleh karena itu, menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak
adalah hampir mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama. Juga,
dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat disesatkan
perusahaan mana yang lebih efisien.
Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik yang
menunjukkan kemampuan operasi perusahaan.
Current cost system didasarkan pada konsep entitas dalam mempertahankan kemampuan
perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang sama secara
berkelanjutan, yaitu mempertahankan kemampuan operasionalnya.
a. Non-monetary Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap inflasi. Item
moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam jumlah yang tetap dan tidak
berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non moneter seperti tanah dan bangunan, akan
disesuaikan harganya sesuai dengan kondisi pasar. Untuk tujuan pelaporan, aset non moneter
harus dinilai dan ditampilkan pada current cost. Penilaian diperoleh dengan cara:
Harga pembelian saat ini di pasar, atau
Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset terspesialisasi.
Pendepresiasian aset diperoleh dengan mengurangkan nilai baru aset dengan akumulasi
depresiasi. Saat aset non moneter ditentukan, dilakukan penyesuaian pada akun current cost
reserve di bagian ekuitas. Saat penurunan nilai secara permanen menurunkan kemampuan
operasional entitas, maka penyesuaian dilakukan langsung pada laba rugi.
b. Monetary Items and Loan Capital
Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan memberikan
keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan membeli. Keuntungan atau
kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan perubahan pada current cost dari barang
atau jasa.
c. Non-Monetary Assets Bought and Sold on The Same Market
Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan untuk tujuan
spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut tidak secara langsung
1. Recognition Principle
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang dapat
terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka harga
dari mesin lama harus disesuaikan.
C. More Specific Criticisms
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan
dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
3. Advocates of Exit Price
Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan
atas alternatif yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan
adalah menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena
Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Terdapat dua perbedaan yang
mendasar dengan perhitungan historical cost pada akuntansi:
Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar berfungsi untuk
mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap sebagai unrealized gains.
Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang dipertimbangkan ketika
mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi
Jadi aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values (harga jual),
sehingga laporan yang ada menggambarkan nilai wajar pasar pada perusahaan, bukan saat
situasi fire-sale (ambigu). Laporan laba rugi menggambarkan profit atau losses dari hasil
operasi yang disesuaikan dengan keuntungan dalam memegang aset. Bagaimanapun, profit
diukur dalam konsep comprehensive dimana dalam konsep ini mengukur secara total
perubahan riil dalam nilai daripada elemen ekuitas yang telah di akui.
Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah kemampuannya
dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash maka saldo kas perusahaan
akan turun dan membatasi perusahaan untuk mengeluarkan kas untuk investasi lain.
Profit harus mencakup semua hal yang telah direalisasikan juga unrealized dalam
hubungannya dengan prinsip clean surplus.
2. Relevant and reliable information
Untuk menjadi relevan, informasi harus bergunan dalam pengambilan keputusan
akuntansi bagi para pengguna laporan. Model pengambilan keputusan, memungkinkan
pengguna untuk memutuskan yang mana merupakan aksi yang tepat dari berbagai alternatif
yang ada. Jika tidak ada kendala, informasi dapat dikumpulkan yang mana saja yang relevan
terhadap masalah yang dihadapi dan model keputusan. Bagaimanpun, kendala ada karena
sumber informasi yang langka juga mahal. Masalahnya adalah untuk memilih model
Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang berorientasi
pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor lebih tertarik pada future cash flow
perusahaan dibandingkan nilai likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba
operasional dibandingkan dengan current cash flow. Sehingga yang dibutuhkan adalah
pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset terhadap output.
Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling efisien dari penggunaan
aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal atau
kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari perusahaan dan
current spending power yang merupakan performa jangka pendek perusahaan. Pendekatan ini
penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau perusahaan yang berhubungan
dengan tradeable goods yang operasinya dengan cepat beradaptasi pada kondisi pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010. (GOD)