Anda di halaman 1dari 17

BAB 5

SISTEM PENGUKURAN AKUNTANSI

Akuntansi Biaya Historis (Historical Cost)

Tujuan Akuntansi

Seiring pertumbuhan perusahaan selama setengah abad terakhir, informasi


akuntansi telah menjadi sebuah sumber informasi perusahaan yang dikatakan
cukup besar dan signifikan. Salah satu alasan yang mendukung hal ini adalah
bahwa bentuk perusahaan berskala besar mengakibatkan adanya pemisahan
pengendalian dan kepemilikan usaha. Perusahaan yang berskala besar telah
memperjelas bahwa perusahaan tersebut memiliki identitas tersendiri, adanya
perbedaan dan pemisahan dari pemilik perusahaan, kreditor dan semua pihak
lainnya yang berkepentingan. Meskipun pemilik dan para kreditur menyediakan
dana untuk entitas usaha, dalam banyak kasus, pemilik dan para kreditor dianggap
“outsiders (pihak luar)” dan tidak memiliki akses khusus dalam catatan dan dalam
akun entitas.

Tujuan dari biaya historis stewardship menekankan hubungan konservatif


“kontraktual” antara perusahaan dengan pihak yang menyediakan sumber daya
dengan membuat manajemen bertanggung jawab terhadap input dari aset hingga
operasi dan output pada nilai bersih ekuitas dari operasi. Dengan demikian,
laporan rugi-laba merupakan kunci dari mekanisme komunikasi.

Dalam pandangan biaya historis, perubahan dalam nilai aset secara


mendasar diabaikan hingga aset tersebut terjual atau dibuang. Artinya, sebuah
transaksi harus muncul dalam rangka adanya peristiwa akuntansi yang harus
diakui. Masalah-masalah penilaian tersebut merupakan tema yang berulang dalam
literatur. Singkatnya, dalam teori biaya historis, bukanlah hal yang cukup penting
dalam menentukan residu “nilai bersih”.

Modal dan Laba


Dalam rangka penentuan laba menurut biaya historis, entitas akuntansi harus
terlebih dahulu menahan jumlah modal yang sama yang dimiliki pada awal
periode - di mana seluruh aset dan kewajiban dinilai berdasarkan biaya pembelian
historis. Dengan demikian, pendapatan merupakan kenaikan modal dari biaya
historis pada akhir periode akuntansi.

Pencocokan Teori Biaya

Akuntan biaya historis terus-menerus melacak aliran biaya. Karena biaya bersifat
melekat, ini hanya merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa akuntan
menjaga akun-akun transaksi dari suatu bisnis. Dalam pembelian barang dan jasa
suatu perusahaan, tugas akuntan adalah untuk melacak pergerakan biaya dan
melampirkannya (menyesuaikan) biaya terhadap pendapatan yang diterima saat
biaya mengalir dalam bisnis. Dengan kata lain, akuntan harus menentukan biaya
mana yang telah "kadaluarsa" dan oleh karena itu harus dicocokkan terhadap
pendapatan dalam laporan rugi-laba dan biaya apa yang masih "belum kadaluarsa"
dan ditempatkan pada Laporan Posisi Keuangan sebagai residu.

Konservatisme

Komponen penting lainnya adalah penerapan dari prosedur pencocokan yang


konservatif. Beban harus dialokasikan secepat mungkin, sedangkan pendapatan
belum perlu diakui sampai ada kemungkinan yang tinggi bahwa pendapatan akan
diterima. Artinya, ada kecondongan yang bias terhadap pengakuan beban yang
berhadapan (vis-a-vis) dengan pengakuan pendapatan. Konsep dasar
konservatisme lainnya yaitu bahwa kenaikan dalam nilai aset belum perlu diakui,
tetapi penurunan nilai harus diakui - baik aturan nilai terendah biaya atau aturan
pasar. Penerapan dari prosedur sejenis ini dimaksudkan bahwa laba dihitung
secara konservatif dan berarti bahwa beberapa arus pendapatan yang potensial
mengalir ke laporan rugi-laba perlahan seiring berjalannya waktu.

Argumen untuk Akuntansi Biaya Historis


Akuntansi biaya historis terserang oleh banyak pihak, terutama atas dasar bahwa
biaya historis tidak melaporkan realitas komersial atau tidak memberikan
penilaian yang terbaru dari kekayaan bersih. Pihak yang masih mempertahankan
hal ini telah menyajikan argumen berikut:

1. Biaya historis relevan dengan pengambilan keputusan ekonomi. Sebagai


seorang manajer yang membuat keputusan menyangkut komitmen di masa depan,
maka manajer membutuhkan data transaksi di masa lalu. Manajer harus mampu
meninjau upaya masa lalu dan ukuran dari upayanya yang merupakan konsep
biaya historis.

2. Biaya historis didasarkan pada transaksi yang sebenarnya, bukan sekedar


kemungkinan. Dalam akuntansi untuk biaya historis, sebuah catatan dari transaksi
yang aktual dibuat. Sebuah catatan pendukung angka pada laporan keuangan
kemudian disediakan dan dapat diamati. Hal ini bukanlah kasus seperti pada
sistem "nilai sekarang" lainnya yang mengakui harga sekarang sebagai nilai atau
bahkan pendapatan - kejadian ini mungkin terjadi atau tidak.

3. Dalam sejarahnya, laporan keuangan yang berlandaskan biaya historis telah


dianggap bermanfaat. Littleton berargumen bahwa praktik akuntansi manajerial
dan industri modern merupakan keturunan langsung dari percobaan bertahun-
tahun dan kesalahan yang dikeluarkan oleh owner-operators dalam
mengembangkan data yang akan berguna bagi mereka dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya.

4. Merupakan konsep pemahaman terbaik dari laba di mana laba adalah selisih
lebih harga jual atas biaya historis. Konsep laba yang diterima sebagai ukuran
kinerja dari keberhasilan. Keputusan mengenai apakah akan melanjutkan lini
produk atau divisi atau pabrik tergantung sampai batas-batasan tertentu apakah
terdapat penyebaran yang menguntungkan antara pendapatan dan biaya. Orang
perlu memahami konsep ini untuk keberhasilan kegiatan bisnisnya.

Kritik Akuntansi Biaya Historis


Kritik untuk akuntansi biaya historis telah berulang kali berargumen bahwa sistem
gagal dalam mendasari fungsi menyediakan informasi yang obyektif. Ada begitu
banyak keputusan terkait dengan pencatatan, pengukuran dan pelaporan informasi
yang mana sistem biaya historis jauh dari obyektif dan terbuka untuk manipulasi.

Biaya historis tidak mencukupi untuk mengevaluasi keputusan bisnis. Ketika aset
diperoleh, biaya historisnya menjadi relevan karena mengacu pada peristiwa saat
ini. Namun setelah periode akuisisi lewat, hal ini tidak lagi saat ini dan kemudian
menjadi tidak konsekuensial.

Salah satu pembenaran untuk penggunaan biaya historis adalah asumsi going
concern (asumsi kelangsungan hidup perusahaan). Dugaannya adalah bahwa
kehidupan perusahaan bersifat tidak terbatas, sehingga harapan normal mengenai
item non-moneter akan terpenuhi. Steling mempertanyakan validitas asumsi
tersebut: tingginya tingkat kegagalan bisnis sulit untuk membangun bukti kasus
untuk proyeksi kontinuitas. Tidak ada bisnis yang pernah berlanjut tanpa batas
waktu ke masa depan.

Akuntansi Biaya Untuk Saat Ini (CURRENT COST)

Tujuan Akuntansi Biaya Saat Ini

Akuntansi biaya saat ini adalah sebuah sistem akuntansi di mana aset dinilai
berdasarkan harga pasar saat pembelian dan laba ditentukan oleh alokasi
berdasarkan biaya saat ini. Apa tujuan dari akuntansi untuk current cost? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mempertimbangkan jenis keputusan
yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan bisnisnya. Suatu asumsi yang
dapat dibuat adalah bahwa manajer dari suatu perusahaan ingin mengetahui
bagaimana harus mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan
laba.

Konsep Laba Usaha dan Ekuitas Keuangan


Edwards dan Bell menawarkan konsep laba yang disebut "laba usaha" yang terdiri
dari (1) laba operasi saat ini dan (2) penghematan biaya realisasi. Laba operasi
saat ini merupakan kelebihan dari nilai output saat ini yang terjual melebihi dari
biaya saat input terkait. Penghematan biaya realisasi merupakan peningkatan
biaya saat ini dari aset yang ditahan oleh perusahaan pada periode berjalan.
Keduanya mencakup perubahan biaya yang telah direalisasi maupun yang belum
direalisasi.

Penahanan Keuntungan dan Kerugian

Sebuah asumsi yang mendasari laba usaha adalah bahwa pencampuran penahanan
keuntungan/kerugian dan keuntungan/kerugian dalam operasi terlihat
membingungkan evaluasi terhadap keputusan manajemen dan menghambat
alokasi sumber daya dalam perekonomian. Konsep laba usaha memungkinkan
pemisahan komponen tersebut. Penahanan komposisi tertentu dari aset dan
liabilitas merupakan salah satu cara manajemen dalam mencoba untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan pihak yang berkepentingan
ingin tahu apakah kegiatan penahanan ini berhasil. Dalam akuntansi untuk biaya
historis, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut dilepaskan. Oleh karena itu,
dalam menentukan apakah kegiatan penahanan yang dilakukan manajemen itu
sukses atau hampir dikatakan mustahil kecuali aset tersebut dibeli dan dijual
dalam periode yang sama. Juga, dalam akuntansi untuk biaya historis, dalam
membandingkan perusahaan satu sama lain dapat menjadi menyesatkan di mana
perusahaan dianggap lebih efisien.

Ekuitas Keuangan VS Ekuitas Fisik

Dalam akuntansi berbasis current cost, ada dua pandangan mendasar dan
dikatakan bersaing tentang apa yang merupakan ekuitas awal dan ekuitas akhir -
konsep keuangan dan konsep fisik. Tidak ada perselisihan antara konsep penilaian
yang diterima oleh kedua paradigma karena harga beli pasar saat ini (current
cost), tetapi perselisihan berkisar pada definisi ekuitas dan bagaimana laba diukur
dari definisi tersebut.
Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama antara konsep ekuitas
keuangan dengan konsep ekuitas fisik adalah masalah apakah menahan atau tidak
menahan keuntungan (atau kerugian) dimasukkan dalam laba. Dalam segi
kuantitatif, perbedaan antara dua sudut pandangnya adalah bahwa menahan
keuntungan termasuk dalam laba di ekuitas keuangan namun tidak untuk ekuitas
fisik.

1. Pihak Pendukung Ekuitas Fisik


Berkaitan dengan argumen yang menyatakan bahwa sebuah korespondensi
yang terbentuk di antara perubahan dalam biaya saat ini dan nilai masa kini
(diskonto) pada aset, yang mana asumsinya adalah bahwa perubahan dalam biaya
saat ini berkorelasi positif dengan perubahan nilai realisasi bersih dari
aset.Namun, untuk aset tidak lancar, arus kas individual tidak dapat
diidentifikasi.Oleh karena itu, perlu untuk melihat korelasi antara biaya terkini
dari aset dan nilai sekarang dari seluruh bagian perusahaan, karena arus kas
dikaitkan dengan aset tidak lancar yang disajikan dengan arus kas yang
direalisasikan berdasarkan penjualan output dari perusahaan.

2. Argumen Pendukung dan Penentang Current Cost


Para pendukung dari akuntansi untuk biaya historis berpendapat bahwa
akuntansi biaya saat ini (current cost) melanggar prinsip konservatisme bahwa
laba hanya harus diakui pada saat aset non-moneter tersebut dilepas.Hal ini
berlaku untuk keuntungan yang belum direalisasi ketika diambil sudut pandang
dari sisi ekuitas keuangan yang mengakui penahanan keuntungan yang belum
terealisasi. Para pendukung current cost menunjukkan bahwa penahanan
keuntungan yang belum direalisasi merupakan fenomena gerakan bebas yang
sebenarnya terjadi pada periode saat ini dan karena itu harus diakui jika terdapat
bukti yang objektif cukup untuk mendukung perubahan harga.

Mereka yang mendukung konsep biaya historis yang kaku berpendapat


bahwa akuntansi current cost kurang memiliki objektivitas karena dalam
kebanyakan kasus, current cost digunakan tidak didasarkan pada transaksi aktual
di mana perusahaan merupakan partisipan. Bagaimanapun, objektivitas
merupakan hal yang relatif - bahkan dalam akuntansi historis konvensional
dengan teknik alokasi yang banyak sekali, yang mana penentuan objektivitas lebih
banyak dibandingkan yang lain.

Untuk item yang harga pasarnya relatif mudah diperoleh, maka


objektivitas current cost dari item tersebut mungkin dapat diterima oleh akuntan.
Persediaan bahan baku dan barang jadi yang dibeli dari pihak lain termasuk dalam
kategori ini. Bahkan, current cost dari persediaan ini lebih objektif, dalam artinya
bahwa dispersinya kurang, dibandingkan dengan biaya historis yang ditentukan
atas dasar arus yang diasumsikan, seperti LIFO atau FIFO.Bagi kebanyakan
perusahaan berskala besar, hal ini hampir tidak mungkin dalam menghitung aliran
biaya historis yang aktual dari barang.Karena kesulitan ini, arus yang diasumsikan
untuk tujuan akuntansi yang digunakan mungkin tidak koresponden dengan arus
fisik yang aktual.Sebaliknya, akuntansi current cost menuntut bahwa persediaan
akhir dijual dengan harga biaya yang berlaku pada tanggal pelaporan, dan biaya
penjualan dinyatakan pada biaya saat ini pada saat barang yang dijual.

3. Kritik yang Lebih Spesifik


Para pendukung teori akuntansi untuk biaya historis menolak akuntansi
current cost, terutama karena melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah
yang terkait adalah masalah subjektivitas dalam menentukan jumlah kenaikan
biaya.Jika tidak ada pasar barang bekas terpercaya, maka dasar untuk menentukan
current cost untuk aset tetap yang digunakan oleh perusahaan harus menjadi aset
baru yang diharapkan untuk menggantikan yang lama. Konsep current cost
disebut sebagai sebuah penyesuaian yang harus dibuat untuk setiap kelebihan
operasi atau kekurangan antara aset aktual yang dimiliki dengan penggantinya
untuk sampai pada current cost sebagai pembentuk. Hal ini bukanlah tugas yang
mudah dalam menghitung jumlah setiap kelebihan operasi atau kekurangan
operasi.

Akuntansi untuk Exit Price


1. Ekuitas dan Laba
Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan
harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja
keuangan. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi
bersih (net relizable value) dari aset. Hal ini memiliki dua penyimpangan utama
dari akuntansi biaya historis:

a. Nilai aset non-moneter disesuaikan dengan harga jual pada saat ini yang
merupakan bagian dari laba yang belum terealisasi.
b. Perubahan daya beli diperhitungkan untuk mengukur modal finansial
dan hasil operasi.
2. Tujuan Akuntansi
Memiliki tujuan yaitu data untuk membuat keputusan adaptasi. Adaptive
behavior adalah asumsi yang mendorong dan mengimplikasikan suatu usaha
secara terus menerus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis
kompetitif agar perusahaan dapat hidup terus.
Tujuan perusahaan adalah memuaskan kelompok utama, yaitu investor
yang mempunyai tujuan meningkatkan kekayaan keuangan riil. Agar dapat
beradaptasi, perusahaan harus mampu terlibat dalam transaksi-transaksi di
pasar dan hal ini ditunjukkan dengan posisi keuangan neto (nilai moneter aset
dan liabilitas).
Kemampuan bertahan ekonomi perusahaan tergantung pada jumlah kas
yang dapat dihasilkan. Semakin likuid perusahaan maka akan semakin sehat
kondisi keuangan perusahaan.
3. Argumen Pendukung untuk Akuntansi untuk Exit Price
Akuntansi exit price merupakan sistem akuntansi yang menggunakan
harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja
keuangan. Akuntansi untuk exit price berguna dalam hal, yaitu :

1. Memberikan informasi yang berguna


Conventional Accounting Principle Based yang berdasarkan pada
historical cost berpotensial untuk memberikan laporan keuangan yang
salah dan tidak memberikan manfaat untuk para shareholder yang
menggunakannya untuk membuat suatu keputusan. Alasannya adalah
mereka tidak dapat mengerti current value dari aset suatu perusahaan yang
asetnya mereka pegang dan juga mereka tidak diuntungkan karena tidak
memiliki informasi yang lebih banyak daripada insiders. Maka akuntan
harus melaporkan semua keuntungan dan kerugian (profit and losses).
2. Informasi yang relevan dan dapat dipercaya
Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model
keputusan pengguna laporan akuntansi. Model keputusan memungkinkan
pengguna untuk menentukan tindakan yang diambil dari beberapa
alternatif. Jika tidak ada kendala, informasi yang dikumpulkan dapat
relevan untuk setiap user atau untuk setiap masalah yang diberikan dan
model keputusan. Harga jual sekarang adalah satu-satunya informasi yang
relevan untuk semua keputusan.
3. Bersifat aditif
Ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah
kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas,
penurunan saldo kas perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan
untuk berinvestasi pada yang lain. Jika aset tersebut dibeli secara kredit,
hal ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih
lanjut. Tetapi konsep perilaku adaptif melihat perusahaan selalu siap untuk
tindakan membuang asset jika hal itu merupakan yang terbaik. Maka,
perusahaan akan menjaga aktiva tidak lancar hanya apabila nilai sekarang
dari arus kas masa depan bersih dari penggunaan aktiva lebih besar dari
nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan bersih dari investasi alternatif
exit value aset tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus
mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif memberi keuntungan
yang lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau diinvestasi. Ini
adalah konsep opportunity cost yang menggunakan harga jual dan bukan
harga penggantian aset sebagai basis pengukuran.
4. Alokasi
Exit Price Accounting mempunyai laporan keuangan bebas alokasi.
Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan dalam jumlah yang
dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai
keluar dari aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode tertentu.
Laba menampilkan jumlah perubahan daya beli riil dari aktiva bersih,
tidak termasuk investasi tambahan oleh dan distribusi kepada pemilik.

5. Berdasarkan kenyataan
Exit price accounting menampilkan informasi dari kenyataan di
pasar karena semua elemennya merupakan nilai saat ini, pada harga nyata
di pasar.
6. Objektif
Menurut penelitian untuk objektifitas dan komparabilitas yang
dilakukan pada 148 perusahaan, exit values memiliki dispersi (penyebaran
atau deviasi) yang lebih rendah daripada carrying amount. Alasan
utamanya adalah carrying amount memerlukan estimasi terhadap umur
aset dan nilai residunya.
7. Pengukuran risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi
risiko keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan
membeli aset dengan harga jual yang berbeda secara signifikan dari harga
beli, maka aset tersebut menunjukkan risiko yang tinggi.

3. Argumen Penentang Akuntansi untuk Exit Price


Argumen yang bertentangan dengan exit price yang harus mengukur
peristiwa masa lalu, yang benar-benar terjadi, daripada yang mungkin terjadi jika
perusahaan melakukan sesuatu yang lain dari apa yang direncanakan.
Akuntansiexit price memiliki banyak hal yang ditentang oleh berbagai pihak
terutama dari

1. Konsep laba
Laporan keuangan berbasis exit price dianggap tidak realistis
karena exit price hanya berguna Ketika perusahaan dihadapkan dengan
pilihan untuk melikuidasi asetnya. Akan tetapi, kenyataannya
perusahaan jarang sekali dihadapkan pada pilihan melikuidasi asetnya
tersebut sehingga informasi berbasis exit price dianggap tidak relevan
dengan decision making pengguna laporan keuangan.
2. Sifat aditif
Aset yang dijual cepat biasanya dijual dengan diskon yang besar
agar cepat terjual. Oleh karena itu, perhitungan antisipatif tidak dapat
dihindarkan untuk memastikan current cash equivalent yang
sebenarnya. Hal tersebut bertentangan dengan prisip pada exit price
dimana agar objektif, perhitungan harus didasari atas kejadian di masa
lalu dan sekarang. Maka, penghitungan antisipatif tidak boleh
dimasukkan.
3. Penilaian kewajiban
Pada exit price accounting, obligasi harus dinyatakan pada nilai
nominal daripada market value karena perusahaan hanya berhutang
pada kreditor sebesar apa yang tertera pada kontrak awal. Padahal
menurut definisi dari pendukung exit price accounting, posisi
keuangan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan
transaksi. Artinya, obligasi seharusnya menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk masuk ke dalam pasar dan membeli obligasinya
sendiri pada harga pasar.
4. Current cost atau exit price.
Pendukung current cost menyatakan bahwa normalnya menggunakan
harga beli karena beberapa alasan, yaitu:

- Menggunakan exit price akan membuat revaluasi terlalu


berbada dari normalnya saat akuisisi karena biasanya setelah
pembelian, value akan turun drastic daripada biaya akuisisinya.
- Menggunakan exit price hanya untuk jangka waktu pendek
karena hanya memperlihatkan nilai likuidasi suatu perusahaan.
Profit pada exit price hanya menjelaskan bahwa perusahaan
baik pada jangka pendek bukan pada jangka Panjang.

Nilai Pakai (Value In Use) Vs Nilai Tukar (Value In Exchange)

- Value in use (nilai jika aset digunakan)  berusaha menilai kemampuan


perusahaan untuk hidup terus dalam jangka Panjang.
- Value in exchange (nilai jika aset ditukarkan atau dijual)  menilai
kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dalam jangka pendek.

Exit price accounting cenderung menggunakan value in exchange karena exit


price berkonsentrasi pada likuiditas keuangan dan keputusan jangka pendek.

Perspektif Global Dan International Financial Reporting


Standards
Current Cost Accounting ini telah direkomendasikan untuk digunakan, pada tahap
tertentu yaitu selama tahun 1970-an dan 1980-an di Amerika Serikat, Inggris dan
Australia dan kemudian ditinggalkan.
Ø Current cost di Amerika Serikat
US Securities Exchange Commission telah melakukan percobaan terhadap
current cost namun ditolak dan berlangsung selama 1976-1984.
Ø Current cost di Inggris
Pemerintahan Inggris pernah menerapkan Current Cost dan kemudian
ditinggalkan dan berlangsung selama 1975- 1984
Ø Current Cost di Australia
Disarankan pada Professional Accounting Standards tapi dilupakan dan
berlangsung selama 1976- 1980
Kebanyakan sistem didasarkan pada modal fisik dan tidak mengakui holding
gains sebagai pendapatan. Pemeriksaan IFRS menunjukkan bahwa historical cost
accounting umumnya dipakai dan masih berlaku umum dari beberapa jenis nilai
standar akuntansi yang berlaku. Namun, metode pengukuran tidak secara
fundamental didorong oleh prinsip-prinsip yang nyata dan terakhir standarIASB
akuntansi telah mengambil pendekatan sedikit demi sedikit untuk
penilaian. Menurut Horton dan Macve, IASB bergerak menuju pendekatan exit
price dan pada tahun 2004, mengusulkan sistem yang didasarkan pada akuntansi
nilai wajar di mana semua kenaikan nilai wajar akan dianggap menjadi bagian
dari laporan laba rugi.

Standar akuntansi internasional dan current cost

Gambaran umum di atas menunjukkan bahwa sejumlah negara di masa lalu


mengimplementasikan suatu bentuk telah melakukan upaya untuk current cost
accounting tapi sistem itu tidak diterapkan secara luas.Pada tahun 2004, AASB
menyetujui untuk mengadopsi yang standar akuntansi internasional untuk semua
entitas yang mempersiapkan pelaporan untuk pemakaian umum laporan keuangan
setelah 1 januari 2005.Standar IASB membuat lebih banyak yang menggunakan
fair value daripada GAAP.

Meskipun fair value biasanya diterima sebagai transaksi harga pasar, definisi dari
biaya transaksi tidak konsisten dan satu harga transaksi tidak secara konsisten
diterapkan IFRS.Fair value adalah harga biaya di mana saat pengakuisisi
memperoleh asset yang menjadi tanggal dari akuisisi.Setelah di akuisisi, setiap
entitas untuk setiap aset harus memilih model penilaian untuk digunakan. Semua
aset harus dihargai di bawah prinsip yang sama, tetapi tidak semua aset harus
menggunakan model penilaian yang sama. Dengan demikian, di bawah standar
akuntansi internasional definisi fair value dapat bervariasi secara substansial dari
biaya model untuk harga beli dan harga jual untuk model pengukuran berdasarkan
arus kas.
Bagaimana historical cost diterapkan?

Mendasari penerimaan objektivitas biaya historis adalah asumsi dari transaksi


ketentuan pasar yang wajar dan panjang yang terlibat dalam baik pembeli dan
penjual untuk kepentingan mereka sendiri.Namun, harus diingat bahwa biaya
perolehan aset dalam akuntansi tidak hanya harga faktur.Hal ini umumnya
dianggap sebagai kebutuhan untuk pengeluaran membawa asset ke kondisi yang
ada.Ada berbagai item yang dapat dimasukkan dari biaya aset tersebut. Sebagai
contoh, menurut paraghraph 7 dari AAS 2, berarti ‘biaya persediaan’ agregat:

1. Biaya pembelian
2. Biaya konversi, dan
3. Biaya lain;
Dengan demikian, dalam akuntansi biaya historis dasar utama untuk mengukur
persediaan pada tanggal neraca adalah biaya. The United States Committee on
Accounting Procedure menganggap aturan tersebut akan lebih mudah dinyatakan
daripada diterapkan. Dalam prakteknya, tidak mengherankan untuk menemukan
variasi dalam penerapan prosedur.Aturan dinyatakan oleh Kieso dan Weygandt
menetapkan biaya angkut sebagai biaya persediaan, tetapi dalam prakteknya
beberapaperusahaan mengecualikannya.Sebagian besar perusahaan mengabaikan
biaya penyimpanan dalam biaya persediaan. Jelas,penghakiman diperlukan dalam
memastikan harga akuisisi aset. Hal ini juga jelas bahwa praktik tidak konsisten.

Sehubungan dengan kriteria untuk mengukur aset, SAC 4 menyatakan suatu aset
harus diakui dalam laporan posisi keuangan jika:

1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan diwujudkan dalam aset


akan terwujud,
2. Aset memiliki nilai biaya atau tindakan lainnya yang dapat dipercaya.
Salah satu isu akuntansi utama yang timbul sehubungan dengan aset tidak lancar
yaitu apakah mereka memenuhi syarat sebagai aset atau tidak, tapi apa yang harus
dimasukkan sebagai bagian dari biaya aset tidak lancar. Mayoritas aset tidak
lancar dalam neraca Australia dicatat sebesar harga perolehan disusutkan, atau
dinilai kembali dan biaya disusutkan.Namun, perhitungan penyusutan melibatkan
penilaian subyektif dalam menentukan baik kehidupan manfaat aset dan
memperkirakan nilai sisanya. Ini tidak bisa dianggap obyektif karena mereka
masih ada di masa depan.

Sistem Pengukuran Campuran Dan Standar Internasional


Meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional penilaian pasar
dilakukan dengan pendekatan nilai wajar, pendekatan ini dilakukan tidak
beraturan karena pada dasarnya lembaga pengatur akuntansi tidak memiliki
konsep penilaian,capital maintenance, atau pengukuran pendapatan.
Staubusberpendapat bahwa mereka tidak benar-benar menerapkan teori decision-
usefulness.Akan tepapi mereka menerapkan istilah mereka sendiri yaitu atribut
dari aset atau hutang daripada metode pengukuran yang unik.Hal inilah yang
menimbulkan sistem pengukuran campuran.

Miller dan Loftus berpendapat bahwa penggunaan informasi mengenai harga


pasar atau nilai sekarang membuat laporan keuangan semakin relevan.Meskipun
itu, mereka mengatakan bahwa “pengambilan sebagian dari standar-standar
mengakibatkan kekurangan konsistensi dalam penentuan dasar penilaian”.Hal
inilah mereka maksudkan sebagai sistem pengukuran campuran dan kekurangan
konsistensi. Uraian di bawah ini menunjukkan pergeseran dari nilai historis dan
penggunaan pengukuran yang berbeda dalam standar akuntansi internasional:

a. IAS2/AASB 102: mengijinkan pengukuran persediaan dengan net


realisablevalue bahkan jika nilainya diatas biayauntuk
produsen  “produk persediaan pertanian, hutan, mineral, dan broker”
persediaan komoditas.
b. IAS 16/AASB 116: Peralatan (property, plant and equipment) dinilai
berdasarkan nilai historis atau nilai setelah revaluasi dimana nilai setelah
revaluasi adalah nilai wajar dikurangi akumulasi depresiasi sebelumnya
dan kerugian impairment.
c. IAS 16/AASB 117: leasehold interest tanah dihitung sebagai investment
property dan diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai diakui
sebagai laba atau rugi pada laporan laba rugi.
d. IAS 19/AASB 119: pengukuran curtailment gain or lossmeliputi : a)
perubahan nilai sekarang dari benefit obligation yang telah ditentukan,
b) perubahan dalam nilai wajar atas aset peralatan, dan c) bagian pro rata
yang berkaitan dengan laba atau rugi aktuaria.
e. IAS 29/AASB 129: penyesuaian atas laporan keuangan dari suatu entitas
yang beroperasi dapa hiperinflasi ekonomi dapat dilakukan dengan
indeks level harga umum.
f. IAS 36/AASB 136: impairment aset dimana aset dinilai dalam nilai yang
dapat dipulihkan, yang lebih tinggi dari nilai aset yang digunakan
Current Cash Equivalent.
g. IAS 36/AASB 136: memperlakukan nilai residu dari aset sebagai
current cash equivalent.
h. IAS 37/AASB 137: pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode
nilai sekarang yang diharapkan.
i. IAS 40/AASB 140: Investasi properti dapat diukur dengan pilihan a)
impairment berdasarkan biaya depresiasi dan b) nilai wajar dengan
perubahan dimasukkan dalam laporan laba-rugi sebagai laba atau rugi.

Isu dalam Pengauditan


Auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan sesuai pada penyajian secara
wajar dan kepatuhan terhadap laporan keuangan. Berbagai risiko audit muncul
dengan model pengukuran campuran. Beberapa risiko ini ditangani oleh auditor
dengan mendapatkan penilaian ahli independen dan lainnya dengan menguji
asumsi dasar untuk manajemen dan input data ke model penilaian. Risiko dari
salah saji yang lebih tinggi dalam kondisi tertentu, seperti dalam keterlibatan
pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai