Tujuan Akuntansi
Akuntan biaya historis terus-menerus melacak aliran biaya. Karena biaya bersifat
melekat, ini hanya merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa akuntan
menjaga akun-akun transaksi dari suatu bisnis. Dalam pembelian barang dan jasa
suatu perusahaan, tugas akuntan adalah untuk melacak pergerakan biaya dan
melampirkannya (menyesuaikan) biaya terhadap pendapatan yang diterima saat
biaya mengalir dalam bisnis. Dengan kata lain, akuntan harus menentukan biaya
mana yang telah "kadaluarsa" dan oleh karena itu harus dicocokkan terhadap
pendapatan dalam laporan rugi-laba dan biaya apa yang masih "belum kadaluarsa"
dan ditempatkan pada Laporan Posisi Keuangan sebagai residu.
Konservatisme
4. Merupakan konsep pemahaman terbaik dari laba di mana laba adalah selisih
lebih harga jual atas biaya historis. Konsep laba yang diterima sebagai ukuran
kinerja dari keberhasilan. Keputusan mengenai apakah akan melanjutkan lini
produk atau divisi atau pabrik tergantung sampai batas-batasan tertentu apakah
terdapat penyebaran yang menguntungkan antara pendapatan dan biaya. Orang
perlu memahami konsep ini untuk keberhasilan kegiatan bisnisnya.
Biaya historis tidak mencukupi untuk mengevaluasi keputusan bisnis. Ketika aset
diperoleh, biaya historisnya menjadi relevan karena mengacu pada peristiwa saat
ini. Namun setelah periode akuisisi lewat, hal ini tidak lagi saat ini dan kemudian
menjadi tidak konsekuensial.
Salah satu pembenaran untuk penggunaan biaya historis adalah asumsi going
concern (asumsi kelangsungan hidup perusahaan). Dugaannya adalah bahwa
kehidupan perusahaan bersifat tidak terbatas, sehingga harapan normal mengenai
item non-moneter akan terpenuhi. Steling mempertanyakan validitas asumsi
tersebut: tingginya tingkat kegagalan bisnis sulit untuk membangun bukti kasus
untuk proyeksi kontinuitas. Tidak ada bisnis yang pernah berlanjut tanpa batas
waktu ke masa depan.
Akuntansi biaya saat ini adalah sebuah sistem akuntansi di mana aset dinilai
berdasarkan harga pasar saat pembelian dan laba ditentukan oleh alokasi
berdasarkan biaya saat ini. Apa tujuan dari akuntansi untuk current cost? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mempertimbangkan jenis keputusan
yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan bisnisnya. Suatu asumsi yang
dapat dibuat adalah bahwa manajer dari suatu perusahaan ingin mengetahui
bagaimana harus mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan
laba.
Sebuah asumsi yang mendasari laba usaha adalah bahwa pencampuran penahanan
keuntungan/kerugian dan keuntungan/kerugian dalam operasi terlihat
membingungkan evaluasi terhadap keputusan manajemen dan menghambat
alokasi sumber daya dalam perekonomian. Konsep laba usaha memungkinkan
pemisahan komponen tersebut. Penahanan komposisi tertentu dari aset dan
liabilitas merupakan salah satu cara manajemen dalam mencoba untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan pihak yang berkepentingan
ingin tahu apakah kegiatan penahanan ini berhasil. Dalam akuntansi untuk biaya
historis, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut dilepaskan. Oleh karena itu,
dalam menentukan apakah kegiatan penahanan yang dilakukan manajemen itu
sukses atau hampir dikatakan mustahil kecuali aset tersebut dibeli dan dijual
dalam periode yang sama. Juga, dalam akuntansi untuk biaya historis, dalam
membandingkan perusahaan satu sama lain dapat menjadi menyesatkan di mana
perusahaan dianggap lebih efisien.
Dalam akuntansi berbasis current cost, ada dua pandangan mendasar dan
dikatakan bersaing tentang apa yang merupakan ekuitas awal dan ekuitas akhir -
konsep keuangan dan konsep fisik. Tidak ada perselisihan antara konsep penilaian
yang diterima oleh kedua paradigma karena harga beli pasar saat ini (current
cost), tetapi perselisihan berkisar pada definisi ekuitas dan bagaimana laba diukur
dari definisi tersebut.
Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama antara konsep ekuitas
keuangan dengan konsep ekuitas fisik adalah masalah apakah menahan atau tidak
menahan keuntungan (atau kerugian) dimasukkan dalam laba. Dalam segi
kuantitatif, perbedaan antara dua sudut pandangnya adalah bahwa menahan
keuntungan termasuk dalam laba di ekuitas keuangan namun tidak untuk ekuitas
fisik.
a. Nilai aset non-moneter disesuaikan dengan harga jual pada saat ini yang
merupakan bagian dari laba yang belum terealisasi.
b. Perubahan daya beli diperhitungkan untuk mengukur modal finansial
dan hasil operasi.
2. Tujuan Akuntansi
Memiliki tujuan yaitu data untuk membuat keputusan adaptasi. Adaptive
behavior adalah asumsi yang mendorong dan mengimplikasikan suatu usaha
secara terus menerus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan bisnis
kompetitif agar perusahaan dapat hidup terus.
Tujuan perusahaan adalah memuaskan kelompok utama, yaitu investor
yang mempunyai tujuan meningkatkan kekayaan keuangan riil. Agar dapat
beradaptasi, perusahaan harus mampu terlibat dalam transaksi-transaksi di
pasar dan hal ini ditunjukkan dengan posisi keuangan neto (nilai moneter aset
dan liabilitas).
Kemampuan bertahan ekonomi perusahaan tergantung pada jumlah kas
yang dapat dihasilkan. Semakin likuid perusahaan maka akan semakin sehat
kondisi keuangan perusahaan.
3. Argumen Pendukung untuk Akuntansi untuk Exit Price
Akuntansi exit price merupakan sistem akuntansi yang menggunakan
harga jual pasar untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja
keuangan. Akuntansi untuk exit price berguna dalam hal, yaitu :
5. Berdasarkan kenyataan
Exit price accounting menampilkan informasi dari kenyataan di
pasar karena semua elemennya merupakan nilai saat ini, pada harga nyata
di pasar.
6. Objektif
Menurut penelitian untuk objektifitas dan komparabilitas yang
dilakukan pada 148 perusahaan, exit values memiliki dispersi (penyebaran
atau deviasi) yang lebih rendah daripada carrying amount. Alasan
utamanya adalah carrying amount memerlukan estimasi terhadap umur
aset dan nilai residunya.
7. Pengukuran risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi
risiko keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan
membeli aset dengan harga jual yang berbeda secara signifikan dari harga
beli, maka aset tersebut menunjukkan risiko yang tinggi.
1. Konsep laba
Laporan keuangan berbasis exit price dianggap tidak realistis
karena exit price hanya berguna Ketika perusahaan dihadapkan dengan
pilihan untuk melikuidasi asetnya. Akan tetapi, kenyataannya
perusahaan jarang sekali dihadapkan pada pilihan melikuidasi asetnya
tersebut sehingga informasi berbasis exit price dianggap tidak relevan
dengan decision making pengguna laporan keuangan.
2. Sifat aditif
Aset yang dijual cepat biasanya dijual dengan diskon yang besar
agar cepat terjual. Oleh karena itu, perhitungan antisipatif tidak dapat
dihindarkan untuk memastikan current cash equivalent yang
sebenarnya. Hal tersebut bertentangan dengan prisip pada exit price
dimana agar objektif, perhitungan harus didasari atas kejadian di masa
lalu dan sekarang. Maka, penghitungan antisipatif tidak boleh
dimasukkan.
3. Penilaian kewajiban
Pada exit price accounting, obligasi harus dinyatakan pada nilai
nominal daripada market value karena perusahaan hanya berhutang
pada kreditor sebesar apa yang tertera pada kontrak awal. Padahal
menurut definisi dari pendukung exit price accounting, posisi
keuangan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan
transaksi. Artinya, obligasi seharusnya menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk masuk ke dalam pasar dan membeli obligasinya
sendiri pada harga pasar.
4. Current cost atau exit price.
Pendukung current cost menyatakan bahwa normalnya menggunakan
harga beli karena beberapa alasan, yaitu:
Meskipun fair value biasanya diterima sebagai transaksi harga pasar, definisi dari
biaya transaksi tidak konsisten dan satu harga transaksi tidak secara konsisten
diterapkan IFRS.Fair value adalah harga biaya di mana saat pengakuisisi
memperoleh asset yang menjadi tanggal dari akuisisi.Setelah di akuisisi, setiap
entitas untuk setiap aset harus memilih model penilaian untuk digunakan. Semua
aset harus dihargai di bawah prinsip yang sama, tetapi tidak semua aset harus
menggunakan model penilaian yang sama. Dengan demikian, di bawah standar
akuntansi internasional definisi fair value dapat bervariasi secara substansial dari
biaya model untuk harga beli dan harga jual untuk model pengukuran berdasarkan
arus kas.
Bagaimana historical cost diterapkan?
1. Biaya pembelian
2. Biaya konversi, dan
3. Biaya lain;
Dengan demikian, dalam akuntansi biaya historis dasar utama untuk mengukur
persediaan pada tanggal neraca adalah biaya. The United States Committee on
Accounting Procedure menganggap aturan tersebut akan lebih mudah dinyatakan
daripada diterapkan. Dalam prakteknya, tidak mengherankan untuk menemukan
variasi dalam penerapan prosedur.Aturan dinyatakan oleh Kieso dan Weygandt
menetapkan biaya angkut sebagai biaya persediaan, tetapi dalam prakteknya
beberapaperusahaan mengecualikannya.Sebagian besar perusahaan mengabaikan
biaya penyimpanan dalam biaya persediaan. Jelas,penghakiman diperlukan dalam
memastikan harga akuisisi aset. Hal ini juga jelas bahwa praktik tidak konsisten.
Sehubungan dengan kriteria untuk mengukur aset, SAC 4 menyatakan suatu aset
harus diakui dalam laporan posisi keuangan jika: