PASAL 4 (2)
Disusun oleh:
Tri Ciptaningsih
PPH PASAL 4 (2)
Penjelasan..........
Sesuai ketentuan pada ayat (1), penghasilan-penghasilan sebagaimana dimaksud pada
ayat ini merupakan objek pajak, namunberdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara
lain:
• perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan
masyarakat;
• kesederhanaan dalam pemungutan pajak;
• berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal
Pajak;
• pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan
• memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter,
atas penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuan tersendiri dalam
pengenaan pajaknya. Perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajak atas jenis penghasilan
tersebut termasuk sifat, besarnya, dan tata cara pelaksanaan pembayaran, pemotongan,
atau pemungutan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Obligasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini termasuk surat utang berjangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun, seperti Medium Term Note, Floating Rate Note yang berjangka
waktu lebih dari 1 (satu) tahun.
Surat Utang Negara yang dimaksud pada ayat ini meliputi Obligasi Negara dan Surat
Perbendaharaan Negara.
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH FINAL
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Bunga Deposito PP 131 Th 2000 20%
Penjualan saham bursa PP 41 Th 1994 stdtd 0,1% dari nilai transaksi
PP 14 Th 1997 0,5% dari nilai saham saat
penawaran perdana
Pasal 1
(1) Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia dipotong Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
(2) Termasuk bunga yang harus dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah bunga yang
diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan
yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia.
LANJUTAN
Pasal 4
(1) Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dan
Bank Indonesia wajib memotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
(2) Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan dan bank yang menjual kembali sertifikat Bank
Indonesia kepada pihak lain yang bukan Dana Pensiun yang
pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan dan
bukan bank wajib memotong Pajak Penghasilan atas
diskonto sertifikat Bank Indonesia tersebut.
CONTOH
Pengertian:
Obligasi adalah surat utang atau surat
utang negara yang berjangka waktu
lebih dari 12 bulan.
• Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima
dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam
bentuk bunga dan/atau diskonto.
LANJUTAN
Obligasi dapat dibeli sesuai dengan nilai nominal atau nilai kurs. Nilai
obligasi sebagai investasi dicatat sesuai dengan harga perolehannya.
Pembayaran bunga sehubungan dengan obligasi yang diperoleh di antara
tanggal pembyaran bunga harus dinyatakan terpisah dari harga perolehannya.
Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai nominal obligasi atau surat
berharga semacam itu harus ditangguhkan dan diamortisasi selama jangka
waktu yang ada.
Obligasi merupakan sura peminjaman uang yang akan dilunasi setalah jangka
waktu tertentu. Umumnya obligasi memberikan penghasilan bunga dengan
jumlah tetap kepada investor. Adakalanya obligasi juga mempunyai hak atas
pembagian keuntungan. Penjelasan pasal 4 (1) bagian g UU PPh menganggap
bagian keuntungan tersebut sebagai dividen. Kalau diterima atau diperoleh
oleh pemegang obligasi yang berbentuk perseroan terbatas sebagai WPDN,
koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, maka bagian keuntungan
yang diterima tersebut tidak termasuk sebagai obyek PPh, dengan syarat:
LANJUTAN
Yang menjadi dasar hukum bagi pajak penghasilan atas bunga obligasi dan
surat utang negara dalah PP No. 16 tahun 2009.
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
Dasar
Obyek Tarif Sifat
Perhitungan
LANJUTAN
Contoh: pada 1 Juli 2009 saudara Budi membeli sepuluh lembar obligasi
PT Noni dengan harga nominal Rp10.000 dan dengan kurs sebesar 110%.
Bunga obligasi 12% per tahun dibayar tiap 1 April dan 1 Oktober. Komisi
pialang Rp8.000. Obligasiakan dilunasi pada 31 Desember 2013 (4,5 thaun
lagi).
Pencatatan investasi obligasi oleh saudara BudiDebit
Tanggal Keterangan thaun 2009:
Kredit
01 Januari
2009Investasi obligasi 110.000
Penghasilan bunga 3.000
Biaya komisi 8.000
Utang PPh Pasal 4 (2) 1.500
Utang PPh Pasal 21 400
Kas 119.100
LANJUTAN
Kredi
Tanggal Keterangan Debit t
10 Agustus
2009Utang PPh Pasal 4 (2) 1.500
Utang PPh Pasal 21 400
Kas 1.900
LANJUTAN
Pasal 1
Yang dimaksud dengan “penghasilan berupa bunga simpanan” adalah
imbalan berupa bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang
pribadi dari dana yang disimpan anggota koperasi orang pribadi pada
koperasi tempat orang pribadi tersebut menjadi anggota.
Tidak termasuk dalam pengertian ini adalah bunga simpanan yang
diterima anggota koperasi orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa
hasil usaha.
LANJUTAN
Pasal 2
Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 adalah:
a. 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan
sampai dengan Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu
rupiah) per bulan; atau
b. 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk
penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00
(dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.
PENJELASAN
Pasal 2
Contoh perhitungan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan:
1. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp240.000,00 untuk masa
Januari, maka PPh terutang 0% x Rp240.000,00 = Rp0,00
2. Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp245.000,00 untuk masa
Januari, maka PPh terutang 10% x Rp245.000,00 = Rp24.500,00
3. Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp500.000,00 dengan
rincian:
Bulan Januari Rp.250.000,00
Bulan Februari Rp150.000,00
Bulan Maret Rp100.000,00
Maka yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari
sebesar 10% x Rp250.000,00 = Rp25.000,00 dan untuk bulan
Februari dan Maret Rp0,00
LANJUTAN
Pasal 3
Koperasi yang melakukan pembayaran bunga
simpanan kepada anggota koperasi orang
pribadi, wajib memotong Pajak Penghasilan
yang bersifat final sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 pada saat pembayaran.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 132 TAHUN 2000
TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS HADIAH UNDIAN
LANJUTAN
ATURAN TERKAIT DENGAN
HADIAH UNDIAN
Pengertian
Saham pendiri adalah saham yang dimiliki oleh pendiri yang diperoleh dengan
harga kurang dari 90% dari harga saham pada saat penawaran umum perdana.
Termasuk dalam pengertian saham pendiri adalah:
• Saham yang diperoleh pendiri dari kapitalisasi agio yang dikeluarkan setelah
penawaran umum perdana.
• Saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.
Tidak termasuk saham pendiri adalah:
• Saham yang diperoleh pendiri dari pembagian dividen dalam bentuk saham.
• Saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana yang berasal
dari pelaksanaan hak pemesanan efek terlebih dahulu (right isue), waran,
obligasi, konversi, dan efek konversi lainnya.
• Saham yang diperoleh pendiri perusahaan reksa dana.
LANJUTAN
DASAR HUKUM
PP Nomor 17 tahun 2009 tentang PPh atas penghasilan dari
transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan
di bursa yang mulai berlaku mulai 1 Januari 2009.
Tarif = 0,1%
PAJAK PENGHASILAN DARI
PENGALIHAN HARTA BERUPA
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
Nilai Jual Obyek Pajak adalah nilai Jual Obyek Pajak menurut
Surat Pemberitahuan Pajak terutang Pajak Bumi dan Bangunan
tahun yang bersangkutan atau dalam hal surat Pemberitahuan
Pajak terutang dimaksud belum terbit adalah nilai Jual Obyek
Pajak menurut SPT terutang tahun sebelumnya.
Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut belum terdaftar pada
KPP Pratama, maka NJOP yang dipakai adalah NJOP menurut
surat keterangan yang diterbitkan Kepala kantor wilayah
kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau bangunan yang
bersangkutan berada.
PELAPORAN
DASAR HUKUM:
PERATURANPEMERINTAHREPUBLIKINDONESIA
NOMOR40 TAHUN2009
TENTANG
PERUBAHANATASPERATURANPEMERINTAHNOMOR51
TAHUN2008
TENTANG PAJAK PENGHASILANATAS PENGHASILAN
DARIUSAHAJASA KONSTRUKSI
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
LANJUTAN
PAJAK PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN