Anda di halaman 1dari 20

PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN

PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT


FINAL (PPh PASAL 4 Ayat (2))

BAGIAN 1
Latar Belakang Pengenaan Pajak
Penghasilan Bersifat Final

Pasal 4 (2) Undang-undang HPP mengatur bahwa beberapa Penghasilan tertentu


dengan syarat ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dapat pajak bersifat final.
Penghasilan tersebut adalah:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek
yang diperdagangkan di pasar uang, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estat, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu,
yang diatur dalam atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pertimbangan dalam Menetapkan Pajak
Bersifat Final

terdapat pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam menetapkan pengenaan


pajak bersifat final adalah antara lain:
• perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan
masyarakat;
• kesederhanaan dalam pemungutan pajak;
• berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat
Jenderal Pajak;
• pemerataan dalam pengenaan pajaknya; dan
• memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter,
Karakteristik pengenaan Pajak
Penghasilan Bersifat Final

a. Pengenaannya dipisahkan dengan penghasilan yang dikenakan tarif PPh


umum.
b. Terutang pada setiap transaksi atau tanpa diakumulasikan pada periode tahun
pajak.
c. Pelunasannya dapat menggunakan mekanisme witholding, atau disetor sendiri
oleh Wajib Pajak. Jika pajak yang terutang lebih besar dibandingkan dengan
jumlah yang telah dipotong atau dipungut pihak lain, maka kekurangannya di
setor sendiri oleh wajib pajak.
d. Pajak Penghasilan Final atau yang bersifat final tidak dapat
diperhitungkan/dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang yang
dikenakan tarif umum.
e. Biaya/pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang pengenaan pajaknya bersifat final tidak dapat dikurangkan dalam rangka
penghitungan Penghasilan Kena Pajak yang bersifat umum.
f. Biasanya Tarif pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final adalah tarif tunggal meskipun ada juga yang bersifat
progresif.
g. Dilakukan pembukuan terpisah dengan yang dikenakan tarif pajak bersifat
umum, atau yang bukan merupakan objek pajak, serta yang mendapatkan
fasilitas perpajakan. (Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 94 tahun 2010).

Selain diatur pada Pasal 4 Ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan,


Pengenaan PPh bersifat final juga diatur pada Pajak 15, Pasal 19, Pasal 21,
Pasal, 22, Pasal 23, hingga dalam Pasal 26 UU PPh.
Pajak Final atas Bunga Deposito, Tabungan Dan
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
• Dasar Hukum
1. PP No. 131 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga
Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
setagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 123
Tahun 2015
2. PMK No. 212/PMK.03/2018 Pemotongan Pajak Penghasilan Atas
Bunga Deposito Dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia

• Objek Pajak
Yang menjadi objek PPh Final adalah penghasilan bunga dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh dari deposito dan
tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia. Termasuk bunga yang
harus dipotong Pajak Penghasilan adalah bunga yang diterima atau
diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri
melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia.
Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
deposito berjangka, sertifikat deposito dan "deposit on call" baik dalam mata uang
rupiah maupun dalam mata uang asing (valuta asing) yang ditempatkan pada atau
diterbitkan oleh bank. Tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama
apapun, termasuk giro, yang penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank.

Pengenaan PPh Final tidak berlaku apabila berlaku terhadap orang pribadi subjek
pajak dalam negeriyang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu) tahun pajak,
termasuk bunga dan diskonto, tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP). Pembebasan dari pemotongan ini dilakukan melalui permohonan restitusi
oleh wajib pajak yang bersangkutan.

• Bukan termasuk objek pemotongan PPh Final adalah:


1. bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI, untuk jumlah Deposito dan
Tabungan serta SBI yang tidak melebihi Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus
ribu rupiah);
2. bunga dan Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
3. bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan atau telah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan yang
dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun; atau
4. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
• Tarif PPh Final dan Dasar Pengenaan Pajak
1. Bunga dari Deposito DHE dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang,
ditempatkan di dalam negeri pada bank yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebagai berikut:
– tarif 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan
jangka waktu 1 (satu) bulan;
– tarif 7,5% (tujuh koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE
dengan jangka waktu 3 (tiga) bulan;
– tarif 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE
dengan jangka waktu 6 (enam) bulan; dan
– tarif 0% (nol persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan
jangka waktu lebih dari 6 (enam) bulan.
2. Bunga dari Deposito DHE dalam mata uang rupiah yang ditempatkan di dalam
negeri pada bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final dengan tarif sebagai berikut:
– tarif 7,5% (tujuh koma lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito
DHE dengan jangka waktu 1 (satu) bulan;
– tarif 5% (lima persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan
jangka waktu 3 (tiga) bulan; dan
– tarif 0% (nol persen) dari jumlah bruto, untuk Deposito DHE dengan
jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih dari 6 (enam) bulan.
3. Bunga dari Tabungan dan Diskonto SBI, serta bunga dari Deposito dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebagai berikut:
– tarif 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
– tarif 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku,
terhadap Wajib Pajak luar negeri.
• Pemotong atau pemungut pajak
1. Bank yang membayarkan bunga tabungan dan/atau Deposito serta Bank
Indonesia yang menerbitkan SBI wajib memotong Pajak Penghasilan
2. Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan atau yang
telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan dan bank wajib
memotong Pajak Penghasilan atas diskonto apabila menjual kembali SBI
kepada:
a. lembaga bukan bank; atau
b. Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan
atau belum mendapat pengesahan dari Otoritas Jasa Keuangan.

• Pelunasan dan Tata cara Pemotongan dan Pelaporan


Bank atau Bank Indonesia sebagai pemotong PPh final wajib menyetorkan ke kas
Negara paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir
dan melaporkannya paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Pajak Final atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi

• Dasar Hukum
1. PP No. 91 Tahun 2021 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan
Berupa Bunga Obligasi Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Dalam Negeri Dan Bentuk Usaha Tetap

• Objek Pajak
Atas penghasilan berupa Bunga Obligasi yang diterima atau diperoleh
wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dikenai pajak
penghasilan yang bersifat final.

Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima atau diperoleh pemegang


Obligasi dalam bentuk bunga, ujrah/fee, bagi hasil, margin, penghasilan
sejenis lainnya, dan/atau diskonto.

Obligasi adalah surat utang, surat utang negara, dan obligasi daerah yang
berjangka waktu lebih dari 12, (dua belas) bulan yang diterbitkan oleh
pemerintah dan nonpemerintah, termasuk surat utang yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah (sukuk).
• Dikecualikan dari Pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final
apabila penerima Bunga Obligasi adalah:
1. wajib pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan atau telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa
Keuangan dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf h Undang-Undang Pajak Penghasilan dan peraturan
pelaksanaannya; dan
2. wajib pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia.

• Tarif PPh Final dan Dasar Pengenaan Pajak


1. Tarif pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen) dari
dasar pengenaan pajak penghasilan.
2. Dasar pengenaan pajak penghasilan untuk:
a. bunga dari Obligasi dengan kupon, sebesar jumlah bruto sesuai dengan
masa kepemilikan Obligasi;
b. diskonto dari Obligasi dengan kupon, sebesar selisih lebih harga jual atau
nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga
berjalan; dan
c. diskonto dari Obligasi tanpa bunga, sebesar selisih Iebih harga jual atau
nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi.
3. Dalam hal terdapat diskonto negatif atau rugi pada saat penjualan Obligasi
dengan kupon, diskonto negatif atau rugi tersebut dapat diperhitungkan
dengan dasar pengenaan pajak penghasilan atas Bunga Obligasi berjalan.
• Pemotong atau pemungut pajak
1. penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas
bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon
pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi dan diskonto yang diterima pemegang
Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo Obligasi;
2. perusahaan efek, dealer, bank, dana pensiun, atau reksa dana selaku
pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima
penjual Obligasi pada saat transaksi; dan/atau
3. kustodian atau subregistry selaku pihak yang melakukan pencatatan mutasi
hak kepemilikan, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi
dalam hal transaksi penjualan dilakukan secara langsung tanpa melalui
perantara dan pembeli Obligasi bukan pihak yang ditunjuk sebagai pemotong
4. Dalam hal Bunga Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah ditatausahakan
melalui Bank Indonesia Scnptless Seanrities Settlement System, pajak
penghasilan yang bersifat final disetor sendiri oleh penerima penghasilan.
• Tata cara Pemotongan Penyetoran dan dan Pelaporan
Penjual Obligasi wajib memberitahukan kepada pemotong pajak mengenai harga
perolehan dan tanggal perolehan Obligasi yang sebenarnya, untuk keperluan
penghitungan bunga dan/atau diskonto yang menjadi dasar pemotongan Pajak
Penghasilan.
Dalam hal Obligasi yang dijual tidak dapat ditentukan harga perolehan dan tanggal
perolehan yang sebenarnya, harga perolehan dan tanggal perolehan yang wajib
diberitahukan oleh penjual Obligasi kepada pemotong pajak ditentukan dengan
cara mendahulukan harga perolehan dan tanggal perolehan Obligasi sejenis yang
diperoleh pertama (metode First In First Out).
Pemberitahuan dilakukan dengan menyerahkan formulir Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) dari pembelian Obligasi tersebut sebelumnya.
Ketentuan ini juga berlaku bagi penjual Obligasi yang tidak diberlakukan
pemotongan Pajak Penghasilan.
Dalam hal penjual Obligasi tidak memberitahukan harga perolehan dan tanggal
perolehan Obligasi, atas penghasilan bunga dan/atau diskonto yang tidak atau
kurang diberitahukan, dikenai Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam
tahun diketahuinya ketidakbenaran dimaksud dan dikenai sanksi administrasi
berupa bunga.
a. Pemotong Pajak Penghasilan wajib memberikan Bukti Pemotongan Pajak
Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) kepada orang pribadi atau badan yang
memperoleh penghasilan berupa Bunga Obligasi.
b. Pemotong Pajak Penghasilan wajib menyetor Pajak Penghasilan ke Kantor
Pos atau bank persepsi, paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
setelah bulan dilakukan pemotongan pajak.
c. Penyetoran Pajak Penghasilan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.
d. Pemotong Pajak Penghasilan wajib menyampaikan laporan tentang
pemotongan dan penyetoran Pajak Penghasilan paling lama 20 (dua puluh)
hari setelah bulan dilakukan pemotongan pajak.
e. Apabila batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
f. Pelaporan Pajak Penghasilan dilakukan dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2).
• Contoh:

1. Pada tanggal 1 Juli 2022, PT ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan


kupon (interest bearing bond) sebagai berikut :
- Nilai nominal Rp 10.000.000,00 per lembar.
- Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2027).
- Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap
tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
- Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi
dengan harga di bawah nilai nominal (at discount), yaitu sebesar Rp
9.000.000,00 per lembar.
Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final)
yang terutang oleh PT XYZ pada saat jatuh tempo bunga pada tanggal 31
Desember 2022 adalah sebagai berikut :
- bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00
- PPh final = 10% x Rp 8.000.000,00 = Rp 800.000,00
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.
Keterangan :
Dalam kenyataannya, harga perolehan Obligasi dengan kupon (interest bearing
bond) pada saat penerbitan perdana tidak harus selalu sama dengan nilai
nominalnya. Pembeli dapat memperoleh Obligasi dengan harga di bawah nilai
nominal (at discount) atau di atas nilai nominal (at premium). Pada hakekatnya
selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut merupakan
penyesuaian tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga
perolehan.

2. Pada tanggal 31 Maret 2023, PT XYZ menjual seluruh Obligasi yang


dimilikinya kepada PT PQR melalui perusahaan efek PT MNO di over the
counter (OTC), dengan harga jual Rp 10.400.000,00 per lembar termasuk
bunga berjalan. Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh final yang
terutang oleh PT XYZ pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Maret 2023
adalah sebagai berikut :
- bunga berjalan = (3/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 4.000.000,00
- diskonto = [(Rp 10.400.000,00 - Rp 400.000,00) - Rp 9.000.000,00] x 10 = Rp
10.000.000,00
- PPh final = 10% x (Rp 4.000.000,00 + Rp 10.000.000,00) = Rp 1.400.000,00
Dipotong oleh PT MNO selaku perantara.

3. PT. PQR memiliki Obligasi yang dibelinya dari PT. XYZ tersebut hingga
tanggal 31 Desember 2023. Maka pada setiap tanggal jatuh tempo bunga
selama masa kepemilikan Obligasi tersebut, PT. PQR terutang PPh final
sebesar 10% atas bunga yang diterima atau diperolehnya (lihat contoh 1) yang
dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.

4. Pada tanggal 31 Desember 2023, PT. PQR setelah menerima bunga dari
emiten menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT. CDE melalui
Bank Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp10.500.000,00 per
lembar.
Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT. PQR
pada saat jatuh tempo bunga atau saat penjualan Obligasi tanggal 31
Desember 2023 adalah sebagai berikut :

- bunga = (6/12 x 16% x Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 8.000.000,00


- PPh final atas bunga = 10% x Rp 8.000.000,00 = Rp 800.000,00
Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.

- diskonto = (Rp 10.500.000,00 - Rp 10.000.000,00) x 10 = Rp 5.000.000,00


- PPh final atas diskonto = 10% x Rp 5.000.000,00 = Rp 500.000,00
Dipotong oleh Bank Pundi Nasional selaku perantara.

Keterangan :
Pengertian diskonto dalam peraturan ini tidak hanya terbatas pada realisasi selisih
harga perolehan perdana di bawah (at discount) nilai nominal Obligasi, melainkan
mencakup selisih lebih harga jual di atas harga perolehan Obligasi.

Anda mungkin juga menyukai