Anda di halaman 1dari 8

5.

Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat ( 2 ) Final


PPh Final adalah salah satu pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah
pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak
penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak
penghasilan yang bersifat tidak final. Dengan kata lain pajak ini tidak dikredit atau
dikurangkan dari total pajak penghasilan yang terhutang.
Penjualan saham di bursa efek dikenai PPh final dengan tarif 0,1%. Final ini secara
prinsip selalu meringankan. Dalam hal ini bagaimana dengan obligasi? Jadi menjual obligasi,
secara aspek pajak tidak favourable, karena bayar pajaknya lebih banyak ( pajak bunga
15% ).

Pokok Perubahan UU PPh No 36 tahun 2008 Atas Objek Pajak Pasal 4 ayat ( 2 ).
Menegaskan objek PPh pasal 4 ayat ( 2 ) yang baru, yang selama ini tidak secara eksplisit
diatur dalam ketentuan, seperti bunga obligasi dan surat utang negara. Berbeda dengan
Reksadana yang terdaftar dalam Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,
sehingga pasar obligasi Reksadana bergairah ; bunga dan atau diskonto dari obligasi yang
diterima atau diperoleh wajib pajak secara gradual dikenai PPh pasal 4 (2) sebagai berikut ;
1. 0% ( nol persen ) untuk tahun 2009 sampai tahun 2010.
2. 5% ( lima persen ) untuk tahun 2011 sampai tahun 2013.
3. 15% ( limabelas persen ) untuk tahun 2014 sampai seterusnya.
Karateristik PPh Final Pasal 4 Ayat ( 2 )
 Pengenaannya diatur khusus oleh Peraturan Pemerintah.
 Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak perlu digabung penghasilan lainnya
( dianggap selesai atau rampung ).
 Jumlah PPh final baik yang telah dipotong sendiri atau yang dipotong pihak lain tidak
dapat dikreditkan.
 Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan yang dikenai pph final
tidak dapat dikurangkan.
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2)
1. Diskonto atau bunga obligasi dan surat utang negara
2. Penghasilan dari transaksi dari penjualan saham, obligasi dan sekuritas lainnya yg
diperdagangkan di Bursa Efek.
3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.
4. Penghasilan berupa hadiah atas undian.
5. Penghasilan atas sewa tanah/bangunan.
6. Penghasilan dari usaha jasa kontruksi.
7. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/bangunan.
8. Dividen yang diterima/diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
9. Bunga dan atau diskonto obligasi dan surat berharga negara ( SBN ).
10. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
11. Penghasilan atas dividen yang diterima oleh WP orang pribadi dalam negeri.
12. Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.

1. Diskonto atau bunga obligasi yang diperdagangkan dan dilaporkan perdagangannya


di bursa efek ( PP no 6 tahun 2002 )

Yang dimaksud dengan obligasi yang diperdagangkan dan atau dilaporkan


perdagangannya di bursa efek adalah obligasi korporasi dan obligasi pemerintah
atau surat utang negara berjangka lebih dari satu tahun, yang diperdagangkan atau
dilaporkan perdagangannya di bursa efek Indonesia.

Tarif pemotongan PPh :


 20% bagi WPDN dan BUT
 20% atau sesuai tarif dalam PBB, bagi wajib pajak penduduk atau yang
berkedudukan di luar negeri.
Dasar Pengenaan Pemotongan PPh :

 Bunga obligasi dengan kupon : jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan
obligasi.
 Diskonto obligasi dengan kupon : selisih harga jual atau nilai nominal diatas
harga perolehan obligasi, tidak termasuk kupon berjalan.
 Diskonto aplikasi tanpa bunga : selisih lebih harga jual atau nilai nominal di
atas harga perolehan obligasi.
Pengecualian aturan :

 Pemotongan PPh tidak bersifat final apabila penerima penghasilan adalah


orang pribadi dalam negeri, yang seluruh penghasilannya termasuk
penghasilan bunga dan diskonto obligasi tersebut dalam satu tahun pajak
tidak melebihi jumlah PTKP ( bisa direstitusi ).
 Tidak dilakukan pemotongan jika penerima penghasila adalah :
1. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
2. Dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh
Menteri keuangan.
3. Reksadana yang terdaftar pada Bapepam selama 5 tahun pertama sejak
pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
2. Penghasilan dari Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek ( PP 41/1994 jo. PP
14/1997 )

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek dipungut pajak penghasilan yang bersifat final.

Besarnya Pajak Penghasilan :


a. 0,1% ( satu perseribu ) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan.
b. Saham pendiri dikenai tambahan PPh sebesar 0,5% ( setengah persen ) dari nilai
saham perusahaan pada saat penutupan bursa diakhir tahun 1995.
c. Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1 januari
1997, nilai saham sebagai dasar pengenaan tarif 0,5% ditetapkan sebesar harga
saham pada saat penawaran umun perdana.

3. Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto SBI ( PP 131/2000 )


 Tarif yang dikenakan adalah sebesar 20% dari jumlah bruto.
 Termasuk dalam pengertian bunga adalah bunga yang diterima atau
diperoleh dari deposito atau tabungan yang ditempatkan di luar negeri
melalui bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia.
4. Penghasilan Berupa Hadiah Atas Undian ( PP 132/2000 )
 Besarnya PPh yang wajib dipotong atau dipungut adalah 25% ( dua puluh lima
persen ) dari jumlah bruto hadiah undian.
 Yang wajib memotong atau memungut PPh adalah penyelenggara undian.

5. Penghasilan Atas Sewa Tanah dan Bangunan ( PP 29/1996 jo. PP 5/2002 )


 Sewa tanah dan bangunan yang dimaksud adalah :
Tanah, rumah susun, apartement, kondominium, Gedung kantor, rumah
kantor, toko, rumah took, Gedung, industry.
 Tarif pemotongan PPh : bagi orang pribadi dan badan adalah 10% dari jumlah
bruto.
6. Penghasilan Dari Usaha Jasa Kontruksi
Dengan terbitnya PP no 51 tahun 2008 atas penghasilan atas usaha jasa kontruksi
dikenai PPh final.

7. Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/Bangunan ( PP 48/1994 jo. PP


71/2008)
a. Objek PPh Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan ( PP 48/1994 jo. PP
71/2008)
Ruang lingkup pengalihan ha katas tanah dan atau bangunan meliputi :
1. Penjualan, tukar menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,
penyerahan hak,lelang,hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain
selain pemerintah.
2. Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain
yang disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan
termasuk pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus.
3. Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain
kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus.
b. Tarif
1. 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan.
2. Atas pengalihan hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana yang
dilakukan oleh wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan atau bangunan dikenai pajak penghasilan sebesar 1% dari
jumlah bruto nilai pengalihan.
c. Sifat
Pembayaran PPh PHTB oleh siapa pun bersifat final.

d. Pengecualian Objek PPh pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
diantaranya yaitu :
1. orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan
jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
2. orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus;
3. orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
4. badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara
hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan,sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan; atau
5. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.

8. Dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
1. Objek Pajak
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.
2. Tarif
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen).
3. Pemotong
Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.
9. Bunga dan atau Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara ( SBN ); ( pp no. 16
tahun 2009 jo. pmk no. 85/pmk.03/2009 )

Bunga dan Diskonto Obligasi :


1. Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara yang berjangka waktu lebih
dari 12 bulan. Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima atau diperoleh
pemegang obligasi dalam bentuk bunga dan atau diskonto.
2. Atas penghasilan yang diterima dan atau diperoleh wajib pajak berupa bunga
obligasi dikenai pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Ketentuan dimaksud tidak berlaku apabila penerima penghasilan berupa bunga
obligasi adalah :
1. Wajib pajak dana pension yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan dan memenuhi persyaratn sebagaimana diatur dalam
pasal 4 ayat ( 3 ) huruf h UU No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan.
2. Wajib Pajak Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia.
Besarnya Pajak Penghasilan adalah :
a. Bunga dari obligasi dengan kupon sebesar :
1. 15% bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
2. 20% atau sesuai tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda
bagi wajib pajak luar negeri, selain bentuk usaha tetap, dari jumlah bruto
bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi.
b. Diskonto dari obligasi dengan kupon sebesar :
1. 15% bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
2. 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi wajib pajak luar negeri, selain bentuk usaha tetap, dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak
termasuk bunga berjalan.
c. Diskonto dari obligasi tanpa bunga sebesar :
1. 15% bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
2. 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi wajib pajak luar negeri, selain bentuk usaha tetap, dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
d. Bunga dan atau diskonto dari obligasi yang diterima atau diperoleh wajib pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan sebesar :
1. 0% untuk tahun 2009 sampai tahun 2010
2. 5% untuk tahun 2011 sampai tahun 2013
3. 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya.
Pemotongan Pajak Penghasilan dilakukan oleh :
a. Penertib obligasi atau custodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk,atas
bunga dan atau diskonto yang diterima pemegang obligasi dengan kupon
pada saat jatuh tempo bunga obligasi dan diskonto yang diterima pemegang
obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo obligasi.
b. Perusahaan efek, dealer,atau bank, selaku pedagang perantara dan atau
pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual obligasi pada saat
transaksi.
Surat Berharga Negara :

 Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan berupa bunga atau imbalan
surat berharga negara yang diterbitkan di pasar internasional, ditanggung
oleh pemerintah.
 Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan pihak ketiga atas jasa yang
diberikan kepada pemerintah dalam penerbitan surat berharga negara di
pasar internasional ditanggung oleh pemerintah.
 Penerbitan di pasar internasional adalah kegiatan penawaran dan penjualan
surat berharga negara dalam valuta asing di luar wilayah Indonesia.

10. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
( PMK No.85/PMK.03/2008 )

 Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang
didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
 Besarnya Pajak Penghasilan yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
adalah:
a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp.
240.000 perbulan.
b. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp. 240.000 perbulan.
 Pajak Penghasilan wajib dipotong oleh koperasi yang melakukan pembayaran
simpanan kepada anggota koperasi orang pribadi pada saat pembayaran.

11. Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh wajib Pajak Badan atau WPOP
yang memiliki Peredaran Bruto tertentu ( PP 46/2013 )
 Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah wajib pajak yang
memenuhi kriteria diantaranya :
i. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk
bentuk usaha tetap.
ii. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari
jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto
tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,00 dalam 1 tahun pajak.
 Tidak termasuk wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan dan atau jasa yang dalam usahanya ,yakni :
i. Menggunakan sarana/prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun yang tidak menetap.
ii. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukan bagi tempat usaha atau berjualan.
 Tidak termasuk wajib pajak badan adalah :
i. Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial.
ii. Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 tahun setelah
beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp. 4.800.000.000,00.
 Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah 1%.
 Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran bruto dari usaha
dalam 1 tahun dari tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak yang
bersangkutan.
Analisis Ekulisasi Objek PPh Pasal 4 ayat ( 2 ) Final pada SPT Tahunan PPh Badan
dengan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat ( 2 ) Final.
Dalam melakukan ekulisasi terhadap PPh pasal 4 ayat 2, jumlah penghasilan
bruto dalam SPT masa PPh pasal 4 ayat 2 dicocokan dengan pos pengeluaran yang
menjadi objek pemotongan PPh pasal 4 ayat 2.
Dalam banyak kasus, terjadi pengenaan kurang bayar atas pemotongan PPh
pasal 4 ayat 2 final yang ditemukan oleh pemeriksa ( fiscus ) sehingga menyebabkan
terbitnya SKP kurang biaya dari hasil pemeriksaan tersebut. Hal ini disebabkan
karena:
1. Ditemukannya biaya-biaya yang menjadi objek PPH Pasal 4 ayat 2 ( final )
yang belum dilakukan pemotongan oleh wajib pajak pemberi kerja.
2. Jumlah PPh Pasal 4 ayat 2 ( final ) yang disetorkan ke kas negara tidak
cocok atau lebih rendah dari jumlah yang dipotong oleh wajib pajak.
3. Jumlah PPh Pasal 4 ayat 2 ( final ) yang dibukukan di buku besar atau
ledger pembukuan tidak cocok dengan SPT masa PPh Pasal 4 ayat 2
( final ).
Ekulisasi harus dibuat secara rinci dari seluruh pos dan akun pengeluaran biaya yang
ada di laporan keuangan/buku besar/ledger yang seharusnya terkena pemotongan
PPh pasal 4 ayat 2 dibandingkan dengan jumlah yang telah dipotong menurut SPT
masa PPh Pasal 4 ayat ( 2 ).

Anda mungkin juga menyukai