Pokok Perubahan UU PPh No 36 tahun 2008 Atas Objek Pajak Pasal 4 ayat ( 2 ).
Menegaskan objek PPh pasal 4 ayat ( 2 ) yang baru, yang selama ini tidak secara eksplisit
diatur dalam ketentuan, seperti bunga obligasi dan surat utang negara. Berbeda dengan
Reksadana yang terdaftar dalam Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,
sehingga pasar obligasi Reksadana bergairah ; bunga dan atau diskonto dari obligasi yang
diterima atau diperoleh wajib pajak secara gradual dikenai PPh pasal 4 (2) sebagai berikut ;
1. 0% ( nol persen ) untuk tahun 2009 sampai tahun 2010.
2. 5% ( lima persen ) untuk tahun 2011 sampai tahun 2013.
3. 15% ( limabelas persen ) untuk tahun 2014 sampai seterusnya.
Karateristik PPh Final Pasal 4 Ayat ( 2 )
Pengenaannya diatur khusus oleh Peraturan Pemerintah.
Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak perlu digabung penghasilan lainnya
( dianggap selesai atau rampung ).
Jumlah PPh final baik yang telah dipotong sendiri atau yang dipotong pihak lain tidak
dapat dikreditkan.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan yang dikenai pph final
tidak dapat dikurangkan.
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2)
1. Diskonto atau bunga obligasi dan surat utang negara
2. Penghasilan dari transaksi dari penjualan saham, obligasi dan sekuritas lainnya yg
diperdagangkan di Bursa Efek.
3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI.
4. Penghasilan berupa hadiah atas undian.
5. Penghasilan atas sewa tanah/bangunan.
6. Penghasilan dari usaha jasa kontruksi.
7. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/bangunan.
8. Dividen yang diterima/diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
9. Bunga dan atau diskonto obligasi dan surat berharga negara ( SBN ).
10. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi.
11. Penghasilan atas dividen yang diterima oleh WP orang pribadi dalam negeri.
12. Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.
Bunga obligasi dengan kupon : jumlah bruto bunga sesuai masa kepemilikan
obligasi.
Diskonto obligasi dengan kupon : selisih harga jual atau nilai nominal diatas
harga perolehan obligasi, tidak termasuk kupon berjalan.
Diskonto aplikasi tanpa bunga : selisih lebih harga jual atau nilai nominal di
atas harga perolehan obligasi.
Pengecualian aturan :
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek dipungut pajak penghasilan yang bersifat final.
d. Pengecualian Objek PPh pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
diantaranya yaitu :
1. orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan
jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
2. orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada Pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus;
3. orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan
cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
4. badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan cara
hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan,sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan; atau
5. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan.
8. Dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri
1. Objek Pajak
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.
2. Tarif
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen).
3. Pemotong
Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.
9. Bunga dan atau Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara ( SBN ); ( pp no. 16
tahun 2009 jo. pmk no. 85/pmk.03/2009 )
Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan berupa bunga atau imbalan
surat berharga negara yang diterbitkan di pasar internasional, ditanggung
oleh pemerintah.
Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan pihak ketiga atas jasa yang
diberikan kepada pemerintah dalam penerbitan surat berharga negara di
pasar internasional ditanggung oleh pemerintah.
Penerbitan di pasar internasional adalah kegiatan penawaran dan penjualan
surat berharga negara dalam valuta asing di luar wilayah Indonesia.
10. Bunga Simpanan yang Dibayarkan Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
( PMK No.85/PMK.03/2008 )
Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang
didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
Besarnya Pajak Penghasilan yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
adalah:
a. 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp.
240.000 perbulan.
b. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp. 240.000 perbulan.
Pajak Penghasilan wajib dipotong oleh koperasi yang melakukan pembayaran
simpanan kepada anggota koperasi orang pribadi pada saat pembayaran.
11. Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh wajib Pajak Badan atau WPOP
yang memiliki Peredaran Bruto tertentu ( PP 46/2013 )
Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah wajib pajak yang
memenuhi kriteria diantaranya :
i. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk
bentuk usaha tetap.
ii. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari
jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto
tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,00 dalam 1 tahun pajak.
Tidak termasuk wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan dan atau jasa yang dalam usahanya ,yakni :
i. Menggunakan sarana/prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik
yang menetap maupun yang tidak menetap.
ii. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukan bagi tempat usaha atau berjualan.
Tidak termasuk wajib pajak badan adalah :
i. Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial.
ii. Wajib pajak badan yang dalam jangka waktu 1 tahun setelah
beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi
Rp. 4.800.000.000,00.
Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah 1%.
Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran bruto dari usaha
dalam 1 tahun dari tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak yang
bersangkutan.
Analisis Ekulisasi Objek PPh Pasal 4 ayat ( 2 ) Final pada SPT Tahunan PPh Badan
dengan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat ( 2 ) Final.
Dalam melakukan ekulisasi terhadap PPh pasal 4 ayat 2, jumlah penghasilan
bruto dalam SPT masa PPh pasal 4 ayat 2 dicocokan dengan pos pengeluaran yang
menjadi objek pemotongan PPh pasal 4 ayat 2.
Dalam banyak kasus, terjadi pengenaan kurang bayar atas pemotongan PPh
pasal 4 ayat 2 final yang ditemukan oleh pemeriksa ( fiscus ) sehingga menyebabkan
terbitnya SKP kurang biaya dari hasil pemeriksaan tersebut. Hal ini disebabkan
karena:
1. Ditemukannya biaya-biaya yang menjadi objek PPH Pasal 4 ayat 2 ( final )
yang belum dilakukan pemotongan oleh wajib pajak pemberi kerja.
2. Jumlah PPh Pasal 4 ayat 2 ( final ) yang disetorkan ke kas negara tidak
cocok atau lebih rendah dari jumlah yang dipotong oleh wajib pajak.
3. Jumlah PPh Pasal 4 ayat 2 ( final ) yang dibukukan di buku besar atau
ledger pembukuan tidak cocok dengan SPT masa PPh Pasal 4 ayat 2
( final ).
Ekulisasi harus dibuat secara rinci dari seluruh pos dan akun pengeluaran biaya yang
ada di laporan keuangan/buku besar/ledger yang seharusnya terkena pemotongan
PPh pasal 4 ayat 2 dibandingkan dengan jumlah yang telah dipotong menurut SPT
masa PPh Pasal 4 ayat ( 2 ).