pasal 4 ayat 2
Kelompok 1
PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
•Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
•Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia, adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima
manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).
Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban untuk memotong PPh pasal 26 yang terutang :
1. Badan Pemerintah;
2.Subjek Pajak dalam negeri;
3. Penyelenggara Kegiatan;
4. BUT;
5.Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia
Pihak yang dipotong PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak Luar Negeri, baik orang pribadi maupun badan yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia
OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 26
Dividen;
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
E. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia
Pengecualian OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 26
Khusus untuk BUT dikecualikan dari pemotongan apabila
penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak
penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di Indonesia,
dengan syarat :
Penanaman kembali dilakukan dalam bentuk penyertaan
modal pada perusahaan yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri, dan;
Penanaman kembali dilakukan pada tahun berjalan atau
selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak
diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;
Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali
tersebut sekurang-kurangnya dalam waktu 2 tahun sesudah
perusahaan tempat penanaman dilakukan mulai berproduksi
komersial.
Perlakuan Khusus
PP No. 131 Tahun 2000 tentang Penghasilan Bunga Deposito dan Tabungan