Anda di halaman 1dari 16

PPH 26 dan pajak penghasilan

pasal 4 ayat 2

• Muh Rifqy Ramadhan (02320210007)


• ISAL (02320210017)
• Amirul Dzakir (02320210009)
• Muh Zulfikar (02320210021)

Kelompok 1
PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
•Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.
•Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia, adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang sebenarnya menerima
manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).
Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban untuk memotong PPh pasal 26 yang terutang :
1. Badan Pemerintah;
2.Subjek Pajak dalam negeri;
3. Penyelenggara Kegiatan;
4. BUT;
5.Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia

Pihak yang dipotong PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak Luar Negeri, baik orang pribadi maupun badan yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia
OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 26

A. Atas penghasilan dibawah ini pembayarannya oleh badan pemerintah,


subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, penghitungan pajaknya
= 20% x Jumlah penghasilan bruto

Dividen;
Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;


Hadiah dan penghargaan;
Pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
Keuntungan karena pembebasan utang;
Lanjutan…

B. Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia, kecuali yang


diatur dalam Pasal 4 ayat (2), yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia, Penghitungan pajak :
= 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.

C.Premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri,


Penghitungan pajaknya :
= 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto
D.Penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3c)
= 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.

E. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha
tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia
Pengecualian OBJEK PEMOTONGAN PPh PASAL 26
 Khusus untuk BUT dikecualikan dari pemotongan apabila
penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak
penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di Indonesia,
dengan syarat :
 Penanaman kembali dilakukan dalam bentuk penyertaan
modal pada perusahaan yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri, dan;
 Penanaman kembali dilakukan pada tahun berjalan atau
selambat-lambatnya tahun pajak berikutnya dari tahun pajak
diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;
 Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali
tersebut sekurang-kurangnya dalam waktu 2 tahun sesudah
perusahaan tempat penanaman dilakukan mulai berproduksi
komersial.
Perlakuan Khusus

Apabila wajib pajak yang menerima/memperoleh


penghasilan sudah terdaftar sebagai pembayar pajak (tax
payer) dari negara yang memiliki tax treaty (perjanjian
penghindaran pajak berganda) dengan pemerintah
Indonesia, maka berlaku ketentuan pemotongan PPh
Pasal 26 sesuai dengan Tax Treaty sepanjang WPLN
tersebut dapat menunjukkan Surat Keterangan Domisili
yang sah dan masih berlaku yang dikeluarkan oleh
Competent Authority Negara tersebut. Kantor Pajak
termasuk salah satu ‘competent authority’
 
TAX TREATY
PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)

 Atas jasa-jasa yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi Luar


Negeri yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau Badan
Luar Negeri yang tidak berkedudukan di Indonesia, yang
keberadaannya di Indonesia kurang dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan dipotong PPh Pasal 26
 Jika Wajib Pajak Orang Pribadi Luar Negeri tersebut berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
sejak kedatangannya di Indonesia, maka dia menjadi Wajib
Pajak Dalam Negeri dan dikenakan PPh Pasal 21 atau PPh
Pasal 23 (tergantung dari jenis kegiatan atau usahanya), tidak
lagi dikenakan PPh Pasal 26
 Jika Wajib Pajak Badan Luar Negeri melakukan
kegiatan/usaha di Indonesia, maka dia menjadi Bentuk Usaha
Tetap (BUT) yang dipersamakan dengan Wajib Pajak Dalam
Negeri, dan dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 (bukan lagi
PPh Pasal 26)
PPh Pasal 4 ayat (2)

 PP No. 131 Tahun 2000 tentang Penghasilan Bunga Deposito dan Tabungan

= 20% x Jumlah Bruto


Bunga Deposito, Bunga tabungan, dan DiskontoSertifikat BI

Dikecualikan dari pemotongan ini :


 Sepanjang nilai pokok simpanan Deposito, Tabungan, dan Sertifikat BI tidak
melebihi Rp. 7.500.000,- dan tidak dipecah-pecah
 Bunga dan diskonto yang diterima oleh Bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia.
 Bunga dan diskonto yang diterima oleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya bersumber dari
pendapatan sesuai pasal 29 UU No. 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun.
 Bunga tabungan pada Bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kavling siap bangun untuk
rumah sederhana dan sangat sederhana atau rumah susun sederhana sesuai
ketentuan, untuk dihuni sendiri.
 PP No. 132 Tahun 2000 tentang Penghasilan Hadiah atas Undian
 Tarif 25% dari jumlah bruto hadiah undian
Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak (WPDN
dan WPLN)
 Pemotong: penyelenggara undian, pemberi hadiah

 PP No. 29 Tahun 1996 jo PP No. 5 Tahun 2002 tentang Penghasilan Sewa


Tanah/Bangunan

o TARIF PEMOTONGAN PPh sebesar 10%


Atas sewa : Tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung kantor, rumah kantor, toko, rumah toko,
gudang dan industri
• PP No. 51 Tahun 2008 tentang Penghasilan Jasa Konstruksi
No Kegiatan Tarif*
1. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa 2%
dengan kualifikasi *) usaha kecil
2. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa yang 4%
tidak mempunyai kualifikasi usaha
3. Jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa 3%
dengan kualifikasi usaha menengah dan besar (selain
angka 1 dan 2 di atas)
4. Jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi oleh 4%
penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha

5. Jasa perencanaan dan pengawasan konstruksi oleh 6%


penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha

*) Kualifikasi usaha diterbitkan oleh Asosiasi Pengusaha Jasa


Konstruksi
• PP No. 27 Tahun 1996 Diubah dengan PP No. 71 Tahun 2008
diubah terakhir dengan PP No 34 th 2016
Tarif Penghitungan Pajak Pengalihan atas tanah dan/atau
bangunan
a. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas
tanah dan/ atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/ atau bangunan;
b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/ atau bangunan; atau
c. 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus
dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan
khusus dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai pengadaan tanah pembangunan untuk
kepentingan umum
 Tidak dikenakan PPh Final atas penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan bangunan dalam hal :
a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan
Tidak Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah
yang dipecah-pecah;
b. orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada
pemerintahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf c;
c. orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan
dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, dan kepada badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut
tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
LANJUTAN…
d. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena
warisan
e. badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan dalam rangka penggabungan,
peleburan, atau pemekaran usaha yang telah ditetapkan
Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku;
f. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan
harta berupa bangunan dalam rangka melaksanakan
perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna, atau
pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/
atau bangunan; atau
g. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek
pajak yang melakukan pengalihan harta berupa tanah
dan/ atau bangu.nan.
 PPh No. 41 Tahun 1994 dan PPh No. 14 Tahun 1997
Mengatur tentang PENGHASILAN DARI TRANSAKSI
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK.

Besarnya Pajak Penghasilan :


• Adalah 0,1% (satu perseribu) dari jumlah bruto nilai
transaksi penjualan.
• Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak
Penghasilan sebesar 0,5 % (setengah persen) dari nilai
transaksi penjualan saham
PPh Final 1% dari Omset
Pasal 2 PP NO 46 TAHUN 2013 mengatur bahwa PPh
final dikenakan atas penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dan badan yang
memiliki peredaran bruto tertentu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai