Anda di halaman 1dari 9

BUSINESS PROJECT : FINANCING

MODUL PPH 24 AYAT 2 FINAL


Dosen Pengampu: Afrianti Elsye Vanomy, S.E., M.M.

Oleh :

Claudia 2020121021
Dhyana Tusita Wiry 2020121023
Oktavianto 2020121040
Rika 2020121046
Virya Purbingga 2020121061

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS UNIVERSAL
2023
Pajak Penghasilan Pasal 24 (2) Final

Pajak Penghasilan Final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu
bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang
dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain
yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. (IAI, 2009: PSAK No. 46)
Pajak Penghasilan Final adalah pajak atas:
• Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
• Penghasilan berupa hadiah undian;
• Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
• Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan,
usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
• Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Karakteristik PPh Pasal 24 ayat (2)


• Pengenaannya diatur khusus dengan peraturan pemerintah.
• Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak perlu digabung dengan
penghasilan lainnya (dianggap selesai/rampung)
• Jumlah PPh final baik yang telah dipotong sendiri atau dipotong oleh pihak
lain tidak dapat dikreditkan.
• Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan yang
dikenakan PPh final tidak dapat dikurangkan.
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 4 Ayat (2)
• PPh Psl 4:2 yang dipotong oleh pemotong PPh harus disetor paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali
ditetapkan lain oleh Menkeu.
• PPh Psl 4:2 yang harus dibayar sendiri oleh WP harus disetor paling lama
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali
ditetapkan lain oleh Menkeu.
• Dalam hal tanggal jatuh tempo bertepatan hari libur, maka penyetoran dapat
dilakukan pada hari berikutnya.

Pelaporan
• WP OP dan Badan, baik yang melakukan pembayaran pajak sendiri maupun
yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemungut PPh, wajib menyampaiakn
SPT Masa PPh psl 4:2 paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak
berakhir.
• Dalam hal batas waktu pelaporan PPh Psl 4:2 bertepatan hari libur, maka
pelaporan dapat dilakukan pada hari berikutnya.

Objek
• Bunga Deposito dan tabungan serta diskonto SBI
• Penghasilan dari transaksi penjualan saham
• Bunga dan atau diskonto obligasi
• SBN
• Penghasilan berupa hadiah atas undian
• Penghasilan atas persewaan tanah dan atau bangunan
• Penghasilan dari usaha jasa konstruksi (non pengusaha konstruksi/)
pengusaha konstruksi: pasal 23.
• Dividen yang diterima atau diperoleh WP OP DN

Objek Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2) (Bersifat Final)


• Penghasilan dari Persewaan Tanah & atau Bangunan (PP No. 29 Thn 1996 Jo.
PP No.5 Tahun 2002) dipotong dengan tarif 10% dari jumlah bruto*
• Penghasilan dari Hadiah Undian (PP No. 132 Thn 2000) dipotong dengan tarif
25% dari jumlah bruto*
• Penghasilan dari Jasa Konstruksi (PP No. 51 Thn 2008) dipotong dengan tarif
pelaksanaan :
- 2% dari jumlah bruto* utk yg memiliki kualifikasi usaha kecil
- 4% dari jumlah bruto* untuk tidak memiliki kualifikasi usaha
- 3% dari jumlah bruto yg memiliki kualifikasi menengah dan besar.

Perencanaan & Pengawasan:


- 4% dari jumlah bruto* utk yg memiliki klasifikasi usaha
- 6% dari jumlah bruto* utk yg tdk memiliki kualifikasi usaha
Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah &/ Bangunan (PP No. 48 Thn 1994 jo.
PP No. 71 Thn 2008 )
1) Dipotong dengan tarif 5% dari jumlah Bruto* Kecuali < Rp 60 jt
2) Dipotong dengan tarif 1% dari jumlah Bruto * Khusus untuk Rumah
sederhana dan rumah susun sederhana.
Objek Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2)
• Penghasilan dari Transaksi derivatif berupa Kontrak berjangka yg
Diperdagangkan di Bursa (PP No. 17 Thn 2009) dipungut dengan tarif 2,5%
dari margin awal.
• Penghasilan dari Bunga Obligasi (PP No. 16 Thn 2009) dipotong 5% s.d 20%
• Penghasilan Bunga Simpanan Koperasi yg dibayar kepada anggotanya (PP
No. 15 Thn 2009) dipotong 20% dari jumlah bruto* untuk bunga > Rp
240.000/bulan
• Penghasilan dari Bunga deposito &Tabungan serta Diskonto SBI (PP No. 11
Thn 2000) dipotong 20% dari jumlah bruto, kecuali jumlah Depo dan SBI
tidak melebihi Rp 7,5 juta & bunga yang diterima dana pensiun, perbankan
dan dalam rangka RS dan RSS tertentu
• Penghasilan dari Penjualan saham (PP No. 41 Thn 1994 jo. PP No. 17 Thn
1997) dipotong dengan tarif 0,1% dari jumlah bruto * nilai transaksi

Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan (PP No. 29 TAHUN


1996 jo. PP No.5 Tahun 2002)
1) Dasar hukum peraturan pemerintah PP No.29 Tahun 1996 jo. PP No.5 Tahun
2002
2) Dasar hukum keputusan menteri keuangan No. 394/KMK.04/1994 jo. No.:
120/KMK.03/2002
3) Dasar hukum dirjen pajak KEP-50/PJ/1996, KEP-227/PJ/2002

Objek PPh penghasilan yang diterima oleh orang pribadi dan badan dari penyewaan
tanah dan/atau bangunan berupa :
1) Tanah
2) Kondominium
3) Rumah
4) Gedung perkantoran
5) Rumah susun
6) Pertemuan/pertokoan
7) Rumah toko
8) Termasuk bagiannya
9) Apartemen
10) Rumah kantor
11) Toko
12) Gudang dan bangunan industry

Yang tidak termasuk objek persewaan dan atau bangunan berupa objek pajak hotal
dan restoran (pajak daerah) yaitu :
1) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek;
2) Pelayanan penunjang sbg kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal
jangka pendek yg sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan
3) Jasa persewaan ruang untuk kegiatan acara atau pertemuan hotel

Pelunasan pph oleh penyewa dibagi menjadi dua yaitu :


1. Orang Pribadi : Pembayaran sendiri oleh pihak yang menyewakan
2. Orang Pribadi yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak :
• Badan pemerintah
• Subjek pajak badan
• Dalam negeri
• Penyelenggara kegiatan
• Bentuk usaha tetap
• Kerja sama operasi
• Perwakilan perusahaan
• Luar negeri lainnya

Pemotongan oleh penyewa Besarnya tarif persewaan tanah dan/atau bangunan


• Orang Pribadi : 10% dari jumlah bruto nilai persewaan
• Badan : 10% dari jumlah bruto nilai persewaan
• Badan dengan kepemilikan orang pribadi : 10% dari jumlah bruto nilai
persewaan
Semua jumlah yg dibayarkan/terutang oleh penyewa dgn nama dan dalam
bentuk apapun yg berkaitan dgn tanah dan/atau bangunan yg disewa termasuk ;
Biaya perawatan; biaya pemeliharaan; biaya keamanan; biaya fasilitas lainnya dan
service charge baik yg perjanjiannya dibuat secara terpisah/disatukan

Tarif dan dasar pengenaan pph 24 pasal 4 ayat 2 final (Aromatherapy)


Usaha kami termasuk jasa dalam pembuatan lilin aromatherapy yang
memiliki kualifikasi usaha kecil karena usaha kami masih termasuk sangat kecil
dari segi omzet dan penjualan. Berdasarkan pph 24 pasal 4 ayat 2 mengenai tarif
dan dasar pengenaan pph usaha jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil adalah
0,5% dari jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan yang merupakan bagian
nilai kontrak tidak termasuk ppn.
Berdasarkan dari pph 24 pasal 4 ayat 2 dengan undang-undang pph nomor
36 tahun 2008 yang terdiri dari Bunga Deposito &Tabungan, Bunga Obligasi,
Bunga Simpanan Koperasi bagi Wajib Pajak, Hadiah Undian, dan Transaksi Saham
atau Sekuritas. Penghasilan dari hadiah undian, hadiah atau penghargaan
perlombaan, hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan, ataupun
penghargaan saja akan dikenakan tarif pajak. Berikut adalah tarif yang dikenakan
sesuai dengan pph 24 pasal 4 ayat 2 berdasarkan penghasilan dari hadiah undian:

NO JENIS HADIAH TARIF SIFAT


1 Hadiah Undian 25 % Final
Hadiah atau penghargaan OPDN Psl. 17 Tidak Final
perlombaan, penghargaan, dan (PPh 21)
hadiah sehubungan dengan WPLN non BUT Tidak Final
2
pekerjaan, jasa, dan kegiatan 20% (PPh 26)
WP BDN DN/BUT Tidak Final
15% (PPh 23)
Berikut ini contoh kasus untuk perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat
(2):
Pemerintah DKI Jakarta bersiap melakukan pembangunan sebuah jembatan.
Pemenang tender yang sudah diputuskan adalah PT AAA, yang juga berfungsi
sebagai pelaksana konstruksi. PT AAA merupakan perusahaan konstruksi yang
mempunyai kualifikasi dalam usaha kelas menengah. Sedangkan Bpk. Kelik
adalah PKP yang bertindak sebagai perencana konstruksi dan konsultan sipil yang
mempunyai sertifikasi dalam perencanaan konstruksi dengan kualifikasi usaha
kecil. Nilai kontrak proyek pembangunan jembatan ini sebesar Rp5.000.000.000
(tidak termasuk PPN).
Pembayaran dilakukan secara bertahap berdasarkan kemajuan pembangunan yang
dilaporkan. Pada 31 Januari 2023, dilakukan pembayaran tahap I kepada PT AAA
sebesar Rp1.750.000.000. Pembayaran dilakukan dengan nomor Faktur Pajak
010.000-15.00000830 tertanggal 1 Desember 2022. Pembayaran tahap II
dilakukan Bpk. Kelik pada 5 Juli 2023 sebesar Rp65.000.000. Pembayaran
dilakukan atas nomor seri Faktur Pajak 010.000-15.00000950 tertanggal 30 Juni
2023.
Berdasarkan data di atas, maka kewajiban pajak yang harus dipenuhi sebagai
berikut:
a. Pemotongan/Pemungutan PPh 4 (2)
Bendahara Inspektorat Provinsi akan memotong PPh Pasal 4 Ayat 2 jasa
konstruksi, yaitu:
1. Pembayaran tahap I PT AAA dibayar pada 31 Januari 2023:
= Rp1.750.000.000 x 3% = Rp52.500.000
2. Pembayaran tahap II kepada Bpk. Kelik pada 5 Juli 2023:
= Rp65.000.000 x 4% = Rp2.600.000
b. Pemungutan PPN
Bendahara Inspektorat Provinsi akan mengambil Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) sebesar 11% atas transaksi jasa konstruksi seperti berikut:
1. Pembayaran tahap I oleh PT AAA dibayar pada 31 Januari 2022:
= Rp1.750.000.000 : 1,1 (DPP)
= Rp1.590.909.090,9 x 11% = Rp174.999.999,9
2. Pembayaran tahap II kepada Bpk. Kelik dibayar pada 5 Juli 2023:
= Rp65.000.000 : 1,1 (DPP)
= Rp59.090.909 x 11% = Rp6.499.999,9

Berikut ini contoh kasus untuk perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat
(2) untuk hadiah undian:
MowFit menyelenggarakan penarikan hadiah undian atas kupon-kupon yang telah
dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan hadiah senilai Rp100.000.000. Dalam
penarikan undian tersebut nama Budiman muncul sebagai pemenang hadiah
undian. Bagaimana penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat (2) atas
hadiah undian yang harus dipotong oleh MowFit?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh MowFit adalah 25% x Rp 100.000.000:
Rp. 25.000.000

Anda mungkin juga menyukai