2. Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang
lalu maka angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan Surat
Ketetapan Pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah
bulan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
Hal - Hal Tertentu Untuk Penghitungan Besarnya
Angsuran PPh Pasal 25
Direktur Jenderal Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya
angsuran pajak Yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun
berjalan, apabila:
• Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian.
• Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
• SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas
waktu yang ditentukan.
• Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh.
• Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang
mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan
sebelum pembetulan.
• Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru
• Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru pertama
kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak
berjalan.
• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan untuk WP Baru dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas penghasilan netto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12
(dua belas)
• Dalam hal WP Baru menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat
dihitung besarnya penghasilan netto setiap bulan, penghasilan netto fiscal dihitung
berdasarkan pembukuannya.
• Dalam hal WP Baru hanya menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Netto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari
pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan netto setiap bulan,
penghasilan netto fiskal dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan
Netto atas peredaran atau penerimaan bruto.
• Untuk Wajib Pajak orang pribadi baru, jumlah penghasilan netto fiskal yang
disetahunkan dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP.
Lanjutan
• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau sewa guna usaha
dengan hak opsi (financial lease), adalah sebesar jumlah Pajak Penghasilan yang
dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan
keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24
yang bayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua
belas).
• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, kecuali Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha dengan
hak opsi, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan
tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan
(RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan Pasal
23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak yang
lalu, dibagi 12 (dua belas).
● Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk bursa dan
Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat
laporan keuangan berkala, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang
dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal
menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan
dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan Pasal
23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk
tahun pajak yang lalu dibagi 12 (dua belas).
● Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak
orang pribadi pengusaha tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% (nol
koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto setiap
bulan dari masing-masing tempat usaha. Untuk Pajak Penghasilan atas
penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 akan
dibahas tersendiri dalam bagian Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 4 Ayat (2)
PPh Pasal 4 ayat 2 atau disebut juga PPh final adalah pajak yang
dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi
atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan
pemotongan pajaknya bersifat final.
Objek Pajak PPh Pasal 4 Ayat (2)
• Peredaran bruto (omzet penjualan) sebuah usaha di bawah Rp
4,8 miliar dalam 1 tahun masa pajak;
• Bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari
obligasi dan obligasi negara, dan bunga dari tabungan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota masing-masing;
• Hadiah berupa lotere / undian;
• Transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi
derivatif perdagangan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan yang
diterima oleh perusahaan modal usaha;
• Transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan sewa
atas tanah dan / atau bangunan; dan
• Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau
sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
Pengecualian Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat
(2)
1. pembayaran atau pengakuan utang persewaan tanah dan/atau bangunan kepada
penyedia jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya;
2. sebagian atau seluruh pembayaran pengalihan hak atas tanah dan j atau bangunan
antara lain kepada:
a. orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah danjatau bangunan dengan
jumlah bruto pengalihan kurang dari Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
b. orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan
dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah
guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/ atau
bangunan; atau
c. orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan
pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan.
Tarif Umum PPh Pasal 4 Ayat (2)
1. Sewa Tanah/ Bangunan :
- 10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)
2. Pengalihan Tanah/ Bangunan:
- 0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum atau
kantor/instansi pemerintah
- 1% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan) bagi rumah sederhana atau rusun
sederhana
- 2,5% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan) untuk Lainnya
3. Kontraktor Pelaksana
- 1,75% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi
usaha kecil
- 2,65% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi
usaha menengah/besar
- 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki kualifikasi
usaha
4. Kontraktor Perencana/Pengawas
- 3,5% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN)
Rekanan memiliki kualifikasi usaha
7. Transaksi penjualan saham pendiri 0,5% dan Transaksi penjualan bukan saham
pendiri 0,1%
8. Persewaan atas tanah dan/atau bangunan tarifnya 10%
9. WP yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (termasuk usaha
real estate) tarifnya 5%
10. Pengalihan Rumah Sederhana; Rumah Susun Sederhana oleh WP yang usaha
pokoknya melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan tarifnya 1%
11. Transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura 0,1%
Tarif Umum UMKM
Tarif pajak untuk UMKM, wiraswasta dan bisnis online ini menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 adalah 1 % (satu persen) yang dipotong dari total omzet penjualan