Anda di halaman 1dari 22

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 25

Rizki Kurnia Mahaputri Se.,M,ak


Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25

 Seperti yang diketahui, Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan Usaha diharuskan
untuk membayar pajak yang terutang dan harus dilunasi dalam jangka waktu
satu tahun. Namun dalam praktiknya, mungkin terdapat kesulitan bagi Wajib
Pajak dalam melunasi pembayarannya sehingga pembayaran pajak secara
angsuran akan lebih memudahkan. Pembayaran pajak penghasilan secara
angsuran ini adalah pengertian dari PPh Pasal 25 yang memang tujuannya ingin
meringankan beban Wajib Pajak sehingga tetap dapat memenuhi kewajibannya.
 Adapun ketentuannya dalam PPh Pasal 25 adalah Wajib Pajak yang memiliki
kegiatan usaha akan membayar angsuran Pajak Penghasilan setiap bulannya.
Batas waktu pembayaran PPh Pasal 25 adalah paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya dari masa pajak yang akan dibayarkan. Apabila ada keterlambatan
dalam penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 25, terdapat sanksi yang berlaku
yaitu dikenakan bunga sebesar 2% per bulan dari tanggal jatuh tempo hingga
tanggal pembayaran.
 PPh pasal 25 UU No. 36 Tahun 2008 membahas
tentang besarnya angsuran pajak yang dibayar
sendiri oleh wajib pajak pada tahun berjalan.
 Besarnya angsuran PPh ps 25 pada tahun berjalan
sama dengan PPh yang terutang menurut SPT
Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi
dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak
lain (PPh ps 21, PPh ps 22, dan PPh ps 23) dan PPh
yang terutang/dibayar di luar negeri yang boleh
dikreditkan (PPh ps 24) kemudian dibagi 12 atau
banyaknya bulan pada bagian tahun pajak.
Kategori Pajak Penghasilan Pasal 25

 Wajib Pajak Orang Pribadi


 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP–
OPPT) adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha baik
secara grosir atau eceran, penjualan barang ataupun jasa di satu atau
lebih tempat usaha. Adapun ketentuan tarif PPh Pasal 25 bagi WP-
OPPT adalah 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat
usaha.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP–
OPSPT) adalah Wajib Pajak berstatus pekerja bebas atau karyawan
yang tidak memiliki usaha sendiri. Adapun ketentuan tarif PPh Pasal
25 bagi WP-OPSPT adalah dengan penghitungan Penghasilan Kena
Pajak (PKP) x tarif PPh 17 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan (12 bulan).
Tarif PPh 25
Tarif PPh 17 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan sendiri adalah sebagai berikut:
 Penghasilan sampai Rp50.000.000 per tahun = 5%

 Penghasilan Rp50.000.000–Rp250.000.000 per

tahun = 15%
 Penghasilan Rp250.000.000–Rp500.000.000 per

tahun = 25%
 Penghasilan di atas Rp500.000.000 per tahun

= 30%
Wajib Pajak Badan

 Wajib Pajak Badan Usaha adalah Wajib Pajak yang


melakukan kegiatan usaha tetap dan memiliki
kewajiban sebagai pembayar, pemotong atau
pemungut pajak. Ketentuan tarif PPh Pasal 25 bagi
Wajib Pajak Badan adalah PKP x 25% tarif PPh
Pasal 17 Ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

PPh Pasal 25 dituliskan dalam bentuk SPT Tahunan dengan penghitungannya


selama setahun sekali setelah data penghasilan sudah lengkap selama satu
tahun tersebut. Biasanya juga penghitungannya dilakukan setelah laporan
keuangan sudah memasuki masa tutup buku tahunan. Dalam ketentuannya,
besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun pajak berikutnya setelah tahun
pelaporan di SPT Tahunan dihitung sebesar PPh Pasal 25 yang terutang pajak
tahun lalu yang dikurangi pajak penghasilan berikut ini :
 PPh Pasal 21 (sesuai tarif Pasal 17 Ayat (1) bagi pemilik NPWP dan

tambahan sebesar 20% bagi yang tidak memiliki NPWP)


 PPh Pasal 23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah –  2%

berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa)


 PPh Pasal 22 (pungutan sebesar 100% bagi yang tidak memiliki NPWP)

 PPh Pasal 24 yaitu pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar

negeri dan boleh dikreditkan.


1. Penghitungan secara umum

PPh terutang sesuai SPT tahun lalu xxx


Kredit pajak:
- PPh Pasal 21 xxx
- PPh Pasal 22 xxx
- PPh Pasal 23 xxx
- PPh Pasal 24 xxx
Total kredit pajak xxx (-)
Dasar pengenaan PPh Pasal 25 xxx
Angsuran PPh tahun berjalan :
dasar pengenaan PPh Pasal 25 ÷ 12 atau bagian tahun pajak
2. Angsuran PPh Pasal 25 pd bulan-bulan sebelum
batas akhir penyampaian SPT Tahunan PPh

 Januari dan Februari  WP OP


 Januari, Februari, Maret  WP Badan

Angsuran PPh Pasal 25 sama dengan angsuran


bulan terakhir tahun lalu
3. Diterbitkan surat ketetapan pajak pada tahun
berjalan u/ tahun pajak yang lalu

 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 sama dengan


jumlah yang tertera pada SKP tersebut
 Dimulai pada bulan berikutnya
4. Wajib Pajak berhak atas kompensasi rugi

 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 sama dengan PPh


yang dihitung atas dasar penghitungan PPh dikurangi
dengan PPh yang dipotong/dipungut atau terutang di
luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai ketentuan
Pasal 21, 22, 23, dan 24 UU PPh kemudian dibagi 12 atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
 Penghitungan PPh terutang dengan memperhitungkan
sisa rugi yg boleh dikompensasikan
5. Penghasilan tidak teratur

 Apabila terdapat penghasilan yg tidak teratur,


maka dasar penghitungan angsuran adalah dari
penghasilan yg sifatnya teratur saja
6. Perubahan keadaan wajib pajak

 Dalam hal-hal tertentu, Direktur Jenderal Pajak


diberikan wewenang untuk menyesuaikan
perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun
berjalan apabila terjadi perubahan keadaan
usaha atau kegiatan Wajib Pajak Perubahan
keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak dapat
terjadi karena penurunan atau peningkatan
usaha
7. Wajib Pajak Baru

 Wajib Pajak Baru adalah WP orang pribadi atau


badan yang baru pertama kali memperoleh
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas
pada tahun berjalan.
 Bagi WP Baru tentu belum melaporkan SPT
Tahunan sehingga penghitungan PPh Pasal 25
ditentukan sendiri.
8. Wajib Pajak Bank dan sewa guna usaha dg hak
opsi

 Besarnya angsuran PPh Ps 25 untuk Wajib Pajak bank dan sewa


guna usaha dengan hak opsi adalah sebesar Pajak Penghasilan
yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi
fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang
disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar
atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi
12 (dua belas).

 Apabila WP Bank atau sewa guna usaha dengan hak opsi adalah
WP baru, maka besarnya PPh ps 25 untuk triwulan pertama
adalah jumlah Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan
perkiraan perhitungan laba rugi triwulan pertama yang
disetahunkan, dibagi 12.
9. Wajib Pajak BUMN atau BUMD

 Besarnya angsuran PPh ps 25 untuk BUMN atau BUMD, kecuali


bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, adalah sebesar
Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif
umum atas laba-rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan
Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan
yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh ps 22, 23,
serta 24, dibagi 12.

 Apabila RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran Pajak


Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum pengesahan
adalah sama dengan angsuran Pajak PPh ps 25 bulan terakhir
tahun pajak sebelumnya.
10. Wajib Pajak masuk Bursa dan WP Lainnya

Besarnya angsuran PPh ps 25 untuk WP masuk bursa


dan WP lainnya yang berdasarkan ketentuan


diharuskan membuat laporan keuangan berkala, adalah
sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif
umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan
berkala terakhir yang disetahunkan dikurangi dengan
pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal
22 dan Pasal 23 serta Pasal 24 yang dibayar atau
terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu,
dibagi 12 (dua belas).
1. Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 25

 PT Langit Biru bergerak di bidang produksi makanan


dimana penjualannya dimasukkan ke banyak
supermarket atau toko besar. Tidak hanya itu,
Perusahaan ini juga melakukan ekspor di luar negeri
seperti Thailand dan Korea. Misalnya pada data pajak,
angsuran PPh 25 yang sudah dibayarkan adalah
Rp168.982.456 dan jumlah penghasilan PT Langit
Merah dalam setahun lebih dari Rp50.000.000.000 maka
penghitungannya menggunakan tarif 25%.  Adapun laba-
rugi sebelum pajaknya adalah Rp937.688.000.
Jawaban
 Tarif = Rp937.688.000 x 25% = Rp234.422.000
 PPh Pasal 29 = Rp234.422.000 – Rp168.982.456
(angsuran PPh 25) = Rp65.439.544
 Angsuran PPh Pasal 25 = Rp234.422.000 ÷ 12
bulan = Rp19.535.166,67 (dibulatkan menjadi
Rp19.535.000)
2. Contoh Soal PPh 25
 Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Purnama yang terutang
sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2014 sebesar Rp50.000.000.
Jumlah kredit pajak Tuan Purnama pada tahun 2014 adalah
Rp21.500.000, dengan rincian sebagai berikut:
 PPh Pasal 21 Rp10.000.000
 PPh Pasal 22 Rp5.000.000
 PPh Pasal 23 Rp3.000.000
 PPh Pasal 24 Rp3.000.000
 Berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Purnama untuk
tahun 2015:
Jawaban
 PPh terutang tahun 2014 50.000.000
 Kredit pajak:

PPh Pasal 21 10.000.000


PPh Pasal 22 5.000.000
PPh Pasal 23 3.000.000
PPh Pasal 24 3.500.000
Jumlah kredit pajak (21.500.000)
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2015 28.500.000

Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp28.500.000/12 = Rp2.375.000. Jadi,


Tuan Purnama harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap
bulan pada tahun 2015 mulai masa Maret sebesar Rp2.375.000.
Latihan Soal
 Penghasilan PT Sinar Rembulan tahun 2019 adalah
Rp250.000.000. Perusahaan memiliki sisa kerugian tahun
2018 yang masih dapat dikompensasikan yaitu sebesar
Rp350.0000.000, sedangkan sisa kerugian yang belum
dikompensasikan pada tahun 2018 sebesar
Rp100.000.000.
Pada tahun 2019 PPh yang dipotong atau dipungut pihak
lain yaitu sebesar Rp9.000.000, dan tidak ada pajak yang
terutang atau dibayar di luar negeri. Berapa angsuran PPh
Pasal 25 yang harus dibayar oleh PT Sinar Rembulan?

Anda mungkin juga menyukai