1. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 23 serta Pajak Penghasilanyang dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,
kemudian dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
2. Dirjen Pajak berwenang untuk menetapkan perhitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal
tertentu, sebagai berikut:
a. Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian.
b. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur.
c. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan.
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT PPh.
e. Wajib pajak membetulkan sendiri SPT PPh yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum
pembetulan.
f. Terjadinya perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
KETENTUAN PPH PASAL 25
6. Bagi Bank saebagai WP baru : PPh Pasal 25 Triwulan I dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas perkiraan
laba-rugi fiskal triwulan I yang disetahunkan dibagi 12.
7. Bagi BUNM/D : dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran
Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang telah disahkan oleh RUPS dikurangi dengan pemotongan/pemungutan PPh 22,
23, 24 pada tahun pajak yang lalu dibagi 12.
8. Jika RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh 25 tiap bulan adalah sama dengan angsuran PPh 25 bulan
terkahir tahun pajak sebelumnya.
9. Jika ada sisa keugian yang masihb dapat dikompensasikan : penghasilan netto menururt RKAP dikurangi jumlah sisa
kerugian yang belum dikompensasikan tersebut.
10. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan telah berusia 21 (dua puluh
satu) tahun yang bertolah ke luar negeri wajib membayar pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
(UU No. 36/2008 Pasal 25 ayat 8).
CARA MENGHITUNG PPH PASAL 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar
sendiri oleh WP untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang
terutang menurut surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan tahun
pajak yang lalu, dikurangi denga:
1. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
dan pasal 23 serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22; dan
2. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, kemudian dibagi 12
(dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
CONTOH
1. Apabila telah diterbitkan surat ketetapan pajak untuk 2 (dua) tahun pajak sebelum
tahun Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu, yang
menghasilkan angsuran pajak yang lebih besar daripada angsuran pajak berdasarkan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tersebut, maka besarnya angsuran
pajak dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tahun pajak terakhir.
2. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk 2 (dua)
tahun pajak sebelumnya yang menghasilkan jumlah angsuran pajak bulan yang lalu,
maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak
tahun pajak terakhir dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat
ketetapan pajak.
ANGSURAN PPH PASAL 25 UNTUK SETIAP BULAN SEBELUM DAN SESUDAH
ADANYA KEPUTUSAN MENGENAI KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Apabila pajak penghasilan yang terutang menurut SPT Tahunan pajak penghasilan
tahun pajak yang lalu lebih kecil dari jumlah pajak penghasilan yang telah dibayar,
dipotong, dan/atau dipungut selama tahun pajak yang bersangkutan, dan oleh karena itu
wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau
permohonan untuk memperhitungkan dengan utang pajak lain, sebelum direktur jenderal
pajak memberikan keputusan mengenai pengembalian atau perhitungan kelebihan
tersebut, maka besarnya angsuran pajak untuk setiap bulan adalah sama dengan
angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu, sepanjang tidak lebih
kecil dari rata-rata angsuran bulanan tahun pajak yang lalu.
Setelah dikeluarkannya keputusan direktur jenderal pajak, maka angsuran pajak
untuk bulan-bulan berikutnya setelah tanggal keputusan itu, dihitung berdasarkan
jumlah pajak yang terutang menurut keputusan tersebut.
PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PASAL 25
Berdasarkan UU PPh pasal 25 ayat (7) perhitungan PPh pasal 25 bagi WP baru, bank, BUMM, BUMD dan WP tertentu
lainnya ditetapkan oleh mentri keuangan.
1. Besarnya angsuran pph pasal 25 setiap bulan untuk WP baru di hitung sebesar jumlah pajak yang diperoleh dari
penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas). Apabila wajib pajak
baru tersebuat merupakan wajib pajak orang pribadi, maka jumlah penghasilan neto yang disetahunkan dikurangi
terlebih dahulu dengan penghasilan tidak kena pajak.
Penghasilan neto yang dimaksud diatas adalah:
a. Dalam hal wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung besarnya
penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya;
b. Dalam hal wajib pajak hanya menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat di hitung besarnya
penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasilan
neto atas peredaran atau penerimaan bruto.
ANGSURAN PPH PASAL 25 BAGI WP BARU, BANK, BUMN, BUMD, DAN
WP TERTENTU LAINNYA
2. Angsuran pph pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau financial lease dengan hak opsi adalah sebesar jumlah pajak
pengahsilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan
triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi pph pasal 24 yang dibayar atau terutang diluar negeri untuk tahun
pajak yang lalu dibagi 12.
3. Angsuran pph pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau financial lease dengan hak opsi yang menurupakan WP baru
maka besarnya angsuran pph pasal 25 untuk triwulan pertama adalah jumlah pajak yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas perkiraan laba rugi fiskal triwulan pertama yang disetahunkan, dibagi 12.
4. Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 bagi wajib pajak pengusaha tertentu ditetapkan sebesar 2% dari
jumlah peredaran bruto setiap bulan.
5. Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha dibidang
perdagangan groosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar
dibeberapa lokasi, tidak termasuk kendaraan bermotor dan restoran.
ANGSURAN PPH PASAL 25 BAGI WP BARU, BANK, BUMN, BUMD, DAN
WP TERTENTU LAINNYA
6. Besarnya angsuran pph pasal 25 setiap bulan bagi BUMN/ D dengan nama dalam bentuk apapun
kecuali wajib pajak Bank dan wajib pajak sewa guna usaha dengan hak opsi, adalah sebesar pajak
penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umuj atas laba rugi fiskal menurut rencana
kerja dan anggaran pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah disahkan oleh
rapat umum pemegang saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pph pasal 25
dan pasal 24 yang dibayar atau terutang diluar negeri pada tahun pajak yang lalu, dibagi 12
7. Apabila RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran pph pasal 25 setiap bulan adalah sama
dengan angsuran pph pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
8. Apabila ada sisa kerugian yang masih dapat dikompensasikan, maka dasar penghitung pph pasal 25
adalah pajak penghasilan yang terutang atas PKP yang dihitung dari penghasilan neto menurut RKAP
setalah dikurangi dengan jumlah sisa kerugian yang belum dikompensasikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Pohan, Chairil. Perpajakan Indonesia:Teori dan Kasus. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2014.
Mardiasmo. Perpajakan.Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009.
Sambodo, Agus. Kewajiban Perpajakan Bagi Badan Usaha dan Orang Pribadi.Yogyakarta:
BPFE, 1999.
Sudirman, Rismawati dan Antong Amiruddin. Perpajakan Pendekatan Teori dan Praktik.
Malang: Empat Dua Media, 2012.
Sumarsan,Thomas. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Indeks, 2013.
Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 1999.
TERIMA KASIH