Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

RESUME MATERI BAB VIII

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24 (PPH 24)

PAJAK PENHASILAN PASAL 25 (PPH 25)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu : Dr. Sohidin, S.E., M.Si., Akt.

Disusun Oleh :

Azahra Nur Alivia

K7722012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2023
BAB VIII

PAJAK PENGHASILAN PPH 24 DAN 25

A. Pajak Penghasilan PPh 24


1. Definisi PPh 24
Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri. Ketentuan ini
mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.
Ketentuan Pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak
dalam negeri Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam tahun
digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia.
Indonesia menganut tax credit yang ordinary credit method dengan menerapkan per
country limitation.
PPh Pasal 24 diartikan sebagai peraturan yang mengatur hak Wajib Pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak
terutang yang dimiliki di Indonesia. “Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri
atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri, boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan undang-undang
ini dalam tahun pajak yang sama,” bunyi Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 36 tahun 2008
tentang PPh. Lebih lanjut pada Pasal 2 UU 36/2008, disebutkan bahwa besarnya
kredit pajak adalah sebesar PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak
boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan aturan UU PPh.
2. Cara menghitung PPh 24
Contoh soal 1:
PT ABC tahun 2017 memperoleh pendapatan neto di dalam negeri sebesar Rp
25.000.000.000 dan dari luar negeri sebesar Rp 10.000.000.000. Asumsi pajak di
luar negeri sebesar 20%.
Total penghasilan yang tercatat adalah sebesar Rp 35.000.000.000 (Penghasilan
dalam negeri + penghasilan luar negeri)
Total PPh Terutang: 25% × Rp 35.000.000.000=Rp 8.750.000.000
PPh Maksimum yang dapat di kreditkan :
(Penghasilan Luar Negeri/Total Penghasilan × Total PPh Terutang
(Rp 10.000.000.000/Rp 35.000.000.000) × Rp 8.750.000.000=Rp 2.500.000.000
Contoh Soal 2:
Di tahun 2022, PT Usaha Maju memperoleh pendapatan neto dari luar negeri sebesar
Rp 200 juta dan penghasilan dalam negeri senilai Rp 300 juta. Sesuai peraturan
perpajakan di negara tersebut, diasumsikan badan usaha ini harus membayar pajak
sebesar 15 persen.
Untuk dapat menghitung total pajak terutang yang harus dibayarkan di
Indonesia, maka Wajib Pajak Badan ini harus menjumlahkan total pendapatan neto
keseluruhan yang menjadi Rp 500 juta. Selanjutnya, total PPh terutang dapat
dihitung dengan cara: 15% x Rp 500.000.000 = Rp 75.000.000.000
Setelah mendapat total PPh terutang, maka perlu dihitung jumlah pajak maksimum
yang dapat dikreditkan melalui rumus:
(Penghasilan Neto dari Luar Negeri/Total Penghasilan) x Total PPh Terutang
(Rp 200.000.000/Rp 500.000.000) x Rp 75.000.000 = Rp 30.000.000

B. Pajak Penghasilan PPh 25


1. Definisi PPh 25
Ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang
penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak dalam tahun berjalan.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 tidak dikenakan pada objek pajak tertentu,
melainkan hanyalah metode pembayaran pajak yang memiliki tarif sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Tujuan adanya metode
pembayaran pajak penghasilan pasal 25 ini tidak lain agar tidak membebani wajib
pajak. Sehingga WP dapat membayar pajak penghasilan terutangnya dengan cara
diangsur mengikuti mekanisme dan sesuai tarif PPh 25 badan bagi wajib pajak
badan maupun pribadi. Artinya, WP badan tidak harus membayar seluruh PPh
terutangnya secara langsung, tapi memiliki opsi dengan cara diangsur setiap bulan,
sehingga tidak membebani.

Berbeda dengan jenis pajak penghasilan lainnya, PPh Pasal 25 memiliki


kategori dan cara penghitungannya sendiri. Setiap Wajib Pajak Orang Pribadi atau
Wajib Pajak Badan diharuskan membayar pajak yang terutang dalam jangka waktu
satu tahun dan harus dilunasi. Namun dalam praktiknya, mungkin terdapat
kesulitan dalam melunasinya, sehingga diatur pembayaran pajak penghasilan
secara angsuran untuk meringankan beban Wajib Pajak agar tetap dapat memenuhi
kewajibannya.

Merujuk Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No. 38 Tahun 2008, pengertian


Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pembayaran pajak atas penghasilan secara
angsuran setiap bulannya dalam waktu satu tahun. Besarnya angsuran pajak dalam
tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan
adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi:

a. PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta
PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan
b. Pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 bulan atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
2. Cara Menghitung PPh 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang
lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan
Pasal 23 UU PPh, serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 UU PPh.
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 UU PPh. dibagi 12 (dua
belas) atau banyaknya bulan dalam bagian Tahun Pajak.

Contoh Soal 1:

Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan
PPh 2018 Rp30.000.000,00

Pada tahun 2018, telah dibayar dan dipotong atau dipungut:

a. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00


b. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
c. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00
d. PPh Pasal 25 Rp.12.000.000.00
Rp24.000.000,00

Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2018 Rp 6.000.000,00

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2019 adalah:

PPh yang terutang tahun 2018 Rp30.000.000,00

Pengurangan:

a. PPh Pasal 21 Rp8.000.000,00


b. PPh Pasal 22 Rp2.000.000,00
c. PPh Pasal 23 Rp2.000.000,00
Rp12.000.000.0

Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2019 Rp18.000.000,00

Besarnya PPh Pasal 25 per bulan:

Rp18.000.000,00/12 = Rp 1.500.000,00

Jadi, Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada
tahun 2019 mulai masa Maret sebesar Rp1.500.000,00.

3. Ph 25 untuk WP Tertentu
a. PPh Pasal 25 WP Bank
Dasar untuk penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak bank
adalah laporan keuangan yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan
yang terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi sejak awal Tahun
Pajak sampai dengan Masa Pajak yang dilaporkan. Angsuran PPh Pasal 25
dihitung berdasarkan penerapan tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh atas
penghasilan neto berdasarkan laporan keuangan tersebut dikurangi dengan:
• PPh Pasal 22 yang dipotong dan/atau dipungut sejak awal Tahun Pajak
sampai dengan Masa Pajak yang dilaporkan.
• PPh Pasal 25 yang seharusnya dibayar sejak awal Tahun Pajak sampai
dengan Masa Pajak sebelum Masa Pajak yang dilaporkan.
Penghasilan neto untuk menghitung PPh Pasal 25 tidak termasuk:
• Penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.
• Penghasilan dan biaya sebagai pengurang penghasilan neto yang dikenal
Pajak Penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek Pajak
Penghasilan.

Dalam hal Wajib Pajak memiliki kerugian yang dapat dikompensasikan,


kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto.

b. Wajib Pajak Lainnya dan Wajib Pajak Masuk Bursa Selain Wajib Pajak Bank
Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat
laporan keuangan berkala yang selanjutnya disebut Wajib Pajak Lainnya adalah
Wajib Pajak yang melaksanakan kegiatan di sektor perasuransian, dana pensiun,
lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan:
Dasar untuk penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak
lainnya dan Wajib Pajak masuk bursa selain bank adalah laporan keuangan yang
disampaikan setiap 3 (tiga) bulan kepada bursa dan/atau Otoritas Jasa Keuangan
yang terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi sejak awal Tahun
Pajak sampai dengan periode yang dilaporkan. Angsuran PPh Pasal 25 dihitung
berdasarkan penerapan tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh atas penghasilan
neto berdasarkan laporan keuangan triwulanan dikurangi dengan:
• PPh Pasal 22 dan Pasal 23 yang dipotong dan/atau dipungut sejak awal
Tahun Pajak sampai dengan Masa Pajak periode yang dilaporkan.
• PPh Pasal 25 yang seharusnya dibayar sejak awal Tahun Pajak sampai
dengan Masa Pajak periode yang dilaporkan.

Penghasilan neto untuk menghitung PPh Pasal 25 tidak termasuk:

• Penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
• Penghasilan dan biaya sebagai pengurang penghasilan neto yang dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek Pajak
Penghasilan.

Dalam hal Wajib Pajak memiliki kerugian yang dapat dikompensasikan,


kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto dalam negeri.

c. WP BUMN dan BUMD


Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD (selain WP
bank, WP masuk bursa, dan/atau WP Lainnya). Dengan nama dan dalam bentuk
apa pun dihitung berdasarkan penerapan tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh
atas penghasilan neto berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan
(RKAP) Tahun Pajak yang bersangkutan yang telah disahkan Rapat Umum
Pemegang Saham dikurangi dengan pemotongan dan/atau pemungutan PPh
Pasal 22 dan Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar
negeri Tahun Pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas). RKAP harus disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar dan harus disampaikan tidak lewat dari batas waktu pembayaran
PPh Pasal 25 Masa Pajak pertama Tabun Pajak berjalan.

d. WP Orang Pribadi Pengusaha Tertentu


Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan atau jasa, tidak
termasuk jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, pada I (satu) atau lebih
tempat kegiatan usaha yang berbeda dengan tempat tinggal Wajib Pajak.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk WP OP Pengusaha Tertentu, ditetapkan
sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto
setiap bulan dari masing-masing tempat usaha yang berbeda dengan tempat
tinggal Wajib Pajak Pembayaran Angsuran PPh Pasal 25 dari masing- masing
tempat usaha merupakan kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang terutang
untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.
e. WP Baru
• Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru
terdaftar pada suatu Tahun Pajak, termasuk Wajib Pajak dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, pengambilalihan usaha dan/atau
perubahan bentuk badan usaha. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib
Pajak Baru pada Tahun Pajak berjalan ditetapkan nihil.
Contoh :
PTA terdaftar pada bulan Februari 2019 di KPP Yogyakarta maka
Angsuran PPh Pasal 25 pada Tahun Pajak 2019 (Februari s.d.
Desember) untuk PT A adalah NIHIL
• Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Baru dalam rangka
penggabungan, peleburan, dan/atau pengambilalihan usaha pada sisa
Tahun Pajak berjalan ditetapkan sebesar penjumlahan Angsuran PPh
Pasal 25 dari seluruh Wajib Pajak yang terkait sebelum penggabungan,
peleburan, dan/atau pengambilalihan usaha.
Contoh :
Pada bulan Mei tahun 2019 PT X dan PT Y melakukan penggabungan
usaha sehingga terbentuk Badan Usaha baru yaitu PT Z Angsuran PPh
Pasal 25 PT X pada bulan April adalah sebesar Rp250.000.000,00 dan
angsuran PPh Pasal 25 PT Y adalah sebesar Rp450.000.000,00 sehingga
untuk besarnya Angsuran PPh Pasal 25 sisa Tahun Pajak 2019 adalah
Rp700.000.000,00 (Rp250.000.000,00 + Rp450.000.000,00).
f. Angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak dalam rangka pemekaran usaha.
Jumlah Angsuran PPh Pasal 25 untuk seluruh Wajib Pajak hasil pemekaran
usaha ditetapkan sebesar Angsuran PPh Pasal 25 sebelum pemekaran usaha.
Angsuran PPh Pasal 25 untuk masing-masing Wajib Pajak hasil pemekaran
usaha dihitung berdasarkan persentase nilai harta yang dialihkan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya. (2023, april 23). Pajak Penghasilan 25. Retrieved from klik pajak:
https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-pph-pasal-25/
Handayani, R. (2022, Oktober 24). PPh Pasal 24: Definisi, Subjek, Objek, Hingga
Perhitungan. Retrieved from Pajak.com: https://www.pajak.com/pajak/pph-pasal-24-
definisi-subjek-objek-hingga-perhitungan/
pajak, o. (2022, Agustus 23). PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24). Retrieved from
online pajak: https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/pph-pajak-penghasilan-
pasal-24
Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2019). Perpajakan 2019. Yogyakarta: Andi Yogya karta.

Anda mungkin juga menyukai