Disusun Oleh :
Kelompok 5 ( 5-B2 )
FAKULTAS EKONOMI
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan tugas yang diberikan yatitu makalah mata kuliah
Perpajakan yang berjudul “ Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 25 ” .
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan pihak-pihak yang terkait begitu juga mungkin dalam
penyajiannya jauh darni kesempurnaan karena masih banyak terdapat kekurangan serta kelemahan
dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri
oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak pengasilan 25
tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan
wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam surat pemberitahuan ( SPT ) Tahun
Pajak Penghasilan. Tujuannya adalah untuk meringkankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak
yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan
tidak bisa diwakilkan.
Seperti yang diketahui, Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan Usaha diharuskan untuk
membayar pajak yang terutang dan harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. Namun dalam
praktiknya, mungkin terdapat kesulitan bagi Wajib Pajak dalam melunasi pembayarannya sehingga
pembayaran pajak secara angsuran akan lebih memudahkan. Pembayaran pajak penghasilan secara
angsuran ini adalah pengertian dari PPh Pasal 25 yang memang tujuannya ingin meringankan beban
Wajib Pajak sehingga tetap dapat memenuhi kewajibannya.
Adapun ketentuannya dalam PPh Pasal 25 adalah Wajib Pajak yang memiliki kegiatan usaha
akan membayar angsuran Pajak Penghasilan setiap bulannya. Batas waktu pembayaran PPh Pasal
25 adalah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dari masa pajak yang akan dibayarkan.
Apabila ada keterlambatan dalam penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 25, terdapat sanksi yang
berlaku yaitu dikenakan bunga sebesar 2% per bulan dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal
pembayaran.
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu ( WP – OPPT ) Adalah wajib pajak
yang perlu melakukan kegiatan usaha baik secara grosir atau eceran, penjualan barang
ataupun jasa di satu atau lebih tempat usaha. Adapaun ketentuan tarif PPh Pasal 25 bagi
WP – OPPT adalah 0.75% X omset bulanan tiap masing – masing tempat usaha.
Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu ( WP – OPSPT ) Adalah wajib
Pajak berstatus pekerja bebas atau karyawan yang tidak memiliki usaha sendiri. Adapun
ketentuan tarif PPh Pasal 25 bagi WP – OPSPT adalah dengan perhitungan penghasilan
kena pajak ( PKP ) X tarif PPh 17 Ayat ( 1 ) Huruf a Undang – undang Pajak
Penghasilan ( 12 Bulan ).
Tarif PPh 17 Ayat ( 1 ) huruf a Undang – Undang Pajak Penghasilan sendiri adalah
sebagai berikut :
1. Penghasilan sampai Rp. 50.000.000 per tahun = 5%
2. Penghasilan Rp. 50.000.000 – Rp. 250.000.000 per tahun = 15 %
3. Penghasilan Rp. 250.000.000 – Rp. 500.000.000 per tahun = 25%
4. Penghasilan di atas Rp. 500.000.000 per tahun = 30 %
a) Wajib Pajak Badan
Wajib pajak badan usaha adalah wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha tetap dan
memiliki kewajiban sebagai pembayar, pemotong atau pemungut pajak. Ketentuan tarif PPh
Pasal 25 bagi Wajib Pajak Badan adalah PKP x 25 % tarif PPh Pasal 17 Ayat ( 1 ) Undang –
Undang Pajak Penghasilan.
2.3 Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Serta Penyetoran Dan Pelaporan
Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi dengan :
Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21(yaitu sesuai tarif
pasal 17 ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP)
(15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah - serta 2% berdasarkan sewa dan
penghasilan lain serta imbalan jasa) - serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);
Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai
pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.
Contoh 1:
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang
Terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2009 Rp 30.000.000,00
Pada tahun 2009, telah dibayar dan dipotong atau dipungut:
PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00
PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00
PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00 +
Rp 24.000.000,00 -
Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2009 Rp 6.000.000,00
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:
PPh yang terutang tahun 2009 = Rp 30.000.000,00
Pengurangan:
1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00
2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00 +
Rp 12.000.000,00
Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 Rp 18.000.000,00
Besarnya PPh pasal 25 per bulan :
Rp 18.000.000,00/12 = Rp 1.500.000,00
Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2010
mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000,00
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak
dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut :
2.5 Pengenaan PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Pribadi Yang Bertolak Ke Luar Negeri
Orang pribadi dalam negeri yang akan bertolak ke luar negeri diwajibkan membayar PPh
berupa Fiskal Luar Negeri. Pembayaran Fiskal Luar Negeri dilakukan dengan menggunakan Tanda
Bukti Pembayaran Fiskal Luar Negeri dan pelunasannya dilakukan di Unit Pelaksanaan Fiskal Luar
Negeri di pelabuhan atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri ini merupakan pembayaran
angsuran pajak dalam Tahun Pajak berjalan (merupakan pembayaran PPh Pasal 25), sehingga dapat
dikreditkan dengan PPh yang terutang pada akhir tahun dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh
untuk Tahun Pajak bersangkutan. Agar pembayaran fiskal luar negeri dapat dikreditkan dengan
pajak yang terutang bagi karyawan, maka karyawan tersebut hendaknya mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP di Kantor Pelayanan Pajak tempat domisili karyawan yang bersangkutan dan
menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dengan mengkreditkanpembayaran Fiskal Luar
Negeri tersebut terhadap PPh yang terutang.
Bila pembayaran Fiskal Luar Negeri bagi karyawan yang bertolek ke luar negeri ditanggung
oleh pemberi kerja, maka pembayaran Fiskal Luar Negeri tersebut merupakan angsuran PPh Pasal
25 bagi pemberi kerja yang dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang dalam SPT PPh pemberi
kerja dengan syarat kepergian karyawan yang bersangkutandalam rangka tugas perusahaan dan
hanya berlaku untuk karyawan dari pemberi kerja itu sendiri, tidak termasuk anggota keluarga
karyawan.
1. Besarnya Fiskal Luar Negeri yang wajib dibayar oleh orang pribadi yang akan bertolak
ke luar negeri adalah:
Rp 2.500.000,00 bagi setiap orang untuk tiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan pesawat udara.
Rp 500.000,00bagi setiap orang untuk tiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan kapal laut.
2. Orang pribadi yang bertolak ke luar negeri dengan maksud dan tujuan dikecualikan dari
kewajiban untuk melakukan pembayaran PPh, yaitu:
Anggota Korps Diplomatik, pegawai Perwakilan Negara Asing, staf dari badan-badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa, tenaga ahli dalam rangka kerja sama teknik, dan staf dari
Badan/Organisasi Internasional yang mendapat persetujuan Pemerintah Republik
Indonesia, sepanjang mereka bukan WNI dan di samping jabatan resmi tidak melakukan
pekerjaan lain atau kegiatan usaha di Indonesia beserta anggota keluarga dan pembantu
rumah tangganya yang bukan WNI, dengan menggunakan paspor diplomatik.
Pejabat Negara, Anggota TNI atau Polisi Republik Indonesia atau PNS yang bertolak ke
luar negeri dalam rangka dinas yang menggunakan paspor dinas dan dilengkapi dengan
surat tugas/surat perjalanan dinas ke luar negeri untuk tiap kali keberangkatan, tidak
termasuk anggota keluarga. Tapi bila keberangkatannya ke luar negeri dalam rangka
penempatan ke luar negeri, pembebasan diberikan juga pada istri dan anaknya yang belum
berusia 25 tahun, belum kawin, belum berpenghasilan.
Anggota TNI dan Polisi Republik Indonesia yang mendapat tugas sebagai pasukan PBB
atau dalam rangka latihan bersama dengan pasukan negara lain, dengan menyerahkan surat
tugas dari kesatuan yang bersangkutan dengan menunjukkan daftar anggota pasukan oleh
pemimpin rombongan.
Petugas imigrasi yang melakukan tugas pemeriksaan keimigrasian dalam pesawat terbang
perusahaan penerbangan nasional atau kapal laut perusahaan pelayanan nasional dengan
memperlihatkan surat tugas atau identitas lainnya.
Jemaah haji yang penyelenggarannya dilakukan oleh Departemen Agama dengan
menunjukkan daftar nama para jemaah haji.
Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan lintas batas wilayah Republik Indonesia
dengan mempergunakan Pas Lintas Batas sesuai dengan perjanjian lintas batas dengan
negara terkait, dan lain-lain
4. Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran PPh Orang Pribadi yang akan Bertolek ke
Luar Negeri terhadap Pihak lainnya:
WNI yang akan bekerja di luar negeri dalam rangka program pengiriman tenaga kerja
Indonesia.
Misi kesenian, misi olahraga, dan misi keagamaan.
Pilot Indonesia yang berkerja di maskapai penerbangan asing dan pelaut Indonesia yang
berkerja di kapal yang berbendera asing.