Anda di halaman 1dari 13

ANGSURAN PPH PADA TAHUN BERJALAN

Disusun Oleh :

Kelompok 7

 Zetry Dami (2101080020)


 Yengkris Teftae (2101080125)
 Maria Della Strada Tefa (2101080011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
karuniaNya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Angsuran PPH pasal 25”
dengan sebaik mungkin. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas dari mata kuliah Perpajakan.
Dalam proses pengerjaan dan penyusunan makalah ini , tentu ada hambatan dan rintangan yang
kami alami. Dalam penulisan makalah ini juga mungkin masih terdapat kesalahan baik dari
materi pembahasan maupun dalam pengetikan. Walaupun demikian, kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Semoga dengan makalah ini, para pembaca dapat menambah wawasan
dan diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Kupang, 25 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................................2

Daftar Isi..........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Cara Menghitung PPh Pasal 25................................................................................................5

2.2 Perhitungan PPh Pasal dalam hal-hal tertentu..........................................................................8

2.3 Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25..............................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................12

3.2 Saran.......................................................................................................................................12

Daftar Pustaka................................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur tentang
penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak
dalam tahun berjalan. Berikut adalah aturan pelaksanaan Pajak Penghasilan Pasal 25
yang sudah diperbaharui :
1. Keputusan Mentri Keuangan Nomor 522/KMK.04/2000. Tanggal 14 Desember
2000 tentang Perhitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun
Pajak Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru,Bank,Sewa
dengan Hak Opsi,BUMN,BUMD, dan Wajib Pajak Lainnya termasuk Wajib
Pajak Orang Pribadi, Pengusaha Tertentu. Keputusan ini telah diubah dengan
Keputusan Mentri Keuangan Nomor 394/KMK.03/2001 terakhir diadakan
perubahan kembali dengan Keputusan Menteru Keuangan Nomor
84/KMK.03/2002 tanggal 8 Maret 2002.
2. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor 210/Pj./2001. Tanggal 12 Maret 2001
mengatur masalah besarnya pembayaran angsuran bulanan PPh Pasal 25 dalam
masa transisi tahun pajak 2001
3. Keputusan Jendral Pajak Nomor Kep. 537/Pj./200. Tanggal 29 Desember 2000
tentang Perhitungan Besarnya Angsuran Pajak Pada Tahun Berjalan Dalam Hal-
Hal tertentu
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 serta penyetoran
dan pelaporannya
b. Bagaimana cara menghitung besarnya angsuran PPh pasal 25 dalam hal-hal
tertentu
c. Bagaimana tata cara pembayaran dan pelaporan PPh pasal 25

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Cara menghitung PPh pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh
wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi
dengan :

a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam


pasal 21 dan 23, sertaa PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud
dalam pasal 22
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24
Dibagi dua belas (12) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak
Contoh 1 :
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang terutang sesuai dengan SPT
Tahunan PPh 2009 Rp 30.000.000,00
Pada tahun 2009, telah dibayar dan dipotong atau dipungut :
1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00
2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00
4. PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00
Rp 24.000.000,00

Kurang bayar (Pasal 29) Rp 6.000.000,00

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 pada tahun 2010 adalah

5
PPh yang terutang tahun 2009 =30.000.000,00

1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00


2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
3. PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00

Rp 12.000.000,00

Dasar perhitungan PPh pasal 2 Tahun 2010 Rp 18.000.000,00

Besarnya PPh pasal 25 per bulan :

Rp 18.000.000,00/12 = Rp 1.500.000,00

Jadi tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada Tahun 2010
mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000,00

Beberapa Masalah atau Kasus untuk Menghitung Besarnya PPh Pasal


25 :

1. Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
PPh
Besarnya angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu
`1penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan
terakhir dari tahun pajak yang lalu
Contoh 2 :

Tuan Dias menyampaikan SPT Tahunan PPh pasal 2009 pada bulan Maret 2010.
Angsuran PPhPasal 25 pada bulan Desember 2009 adalah Rp 1.000.000,00.
Maka, besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari
2010 masing-masingadalah: Rp 1.000.000,00.
Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Januari dan
Februari2010 masing-masing adalah: Rp 1.000.000,00

6
2. Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk
tahun pajak yang lalu maka angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan
SKP tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat
Ketetapan Pajak.

Contoh 3 :
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
2007 yangdisampaikan Wajib Pajak dalam Bulan Maret 2008, perhitungan
besarnya angsuran pajak yangha r us d i b aya r a da l a h s e bes a r Rp
1.2 50.0 00, 00 . Da l a m bul a n J u l i 2008 d i t er b i t ka n Sur a t Ketetapan
Pajak tahun pajak 2007 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap
bulansebesar Rp 2.000.000,00. Berdasarkan ketetentuan yang berlaku, maka besarnya
angsuran pajak mulai bulan Agustus 2008 adalah sebesar Rp 2.000.000,00. Penetapan
besarnya angsuran pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut bisa sama, lebih
besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT).
3. Angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan dan sesudah adanya
keputusan mengenaikelebihan pembayaran pajak
Apabila PPh yang terutang menurut SPT Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang
lalu lebihkecil dari jumlah PPh yang telah dibayar, dipotong atau dipungut
selama Tahun Pajak yang bersangkutan, dan oleh karena itu Wajib Pajak mengajukan
permohonan pengembaliankelebihan pembayaran pajak atau permohonan untuk
memperhitungkan dengan utang pajak lain,sebelum Direktur Jenderal Pajak memberikan
keputusan mengenai pengembalian ataumemperhitungkan kelebhihan tersebut,
maka besarnya angsuran pajak untuk tiap bulan adalahsama dengan angsuran
pajak untuk bulan terakhir dari Tahun Pajak yang lalu. Setelah d i kel ua rkan
s ur a t keput us a n , a ngs uran pa j a k unt uk bul a n - bula n be r i
kut nya s e t e l a h t a ngga l keputusan itu, dihitung berdasarkan jumlah pajak yang
terutang menurut keputusan tersebut.

7
2.2 Perhitungan PPh Pasal 25 dalam hal-hal tertentu

a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian

Kompensasi kerugian adalah kompensasi kerugian fiskal berdasarkan


Surat PemberitahuanTa hunan, Sua t Ke t e t apa n Pa j a k , Sura t
Ke put us an Ke be r a t a n a t a u put us a n ba ndi ng s e s ua i ketentuan
Pasal 6 ayat (2) atau Pasal 31A Undang-undang Pajak Penghasilan. Besarnya
angsuranPajak Penghasilan dalam hal Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian
adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung dengan dasar perhitungan dikurangi
dengan Pajak Penghasilan yangdipotong atau dipungut serta Pajak Penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 21, 22, 23 dan 24, kemudian dibagidua belas (banyaknya
bulan dalam pembagian tahun pajak). Dasar perhitungan Pajak Penghasilan ini adalah
menurut SPT Tahunan PPh Tahun Pajak yang lalu atau dasar perhitunganlainnya
(Wajib Pajak Bank, Wajib Pajak sewa dengan hak opsi, dan Wajib
Pajak BUM N/ BUM D) . Apa b i l a SPT Ta huna n PPh T a hun Pa j a
k ya ng l a l u a t a u da sa r pe r hi t unga n lainnya ternyata rugi,maka PPh
Pasal 25 adalah
NIHIL.

Contoh Soal :
Penghasilan PT Dira tahun 2009 adalah sebesar Rp 250.000.000,00. Sisa
kerugian yang belumdikompensasikan adalah sebesar Rp 50.000.000,00.Pada
tahun 2009 PPh yang dipotong atau dipungut pihak lain adalah sebesar
Rp8.000.000,00 dan tidak ada pajak yang dibayar atau terutang di luar
negeri.Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010:
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah
sebesar Rp 250.000.000,00 - Rp 50.000.000,00 = Rp 200.000.000,00.
PPh terutang :

8
28% x Rp 200.000.000,00 = Rp 56.000.000,00
PPh dipotong/dipungut = Rp 8.000.000,00
Rp 48.000.000,00
Be sa rn y a a n g s u r a n p a j a k b u l an a n P T D i r a t a h u n 2 0 1 0
= 1/ 1 2 x R p 4 8 . 0 0 0 . 00 0 , 0 0 = R p 4.000.000,00
(angsuran PPH Pasal 25 tidak dikatakan Nihil karena penghasilan yang diperoleh
ditahun 2009lebih besar daripada sisa kerugian yang belum dikompensasikan)
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
Pe ngha s i l a n t i da k t e r a t ur ada l a h pengha s i l a n ya ng d i t e r im
a a t au d i pe r ol e h s e l a i n da r i kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan,
dan/atau modal, misalnya keuntungan dari pengalihan harta. Sedangkan penghasilan
teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara berkala
sekurang-kurangnya sekali dalam Tahun Pajak yang bersumber
darikegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, harta dan atau modal kecuali
penghasilan yang telahdikenakan Pajak Penghasilan bersifat final.
c. SPT Tahunan PPh tahun lalu disampaikan setelah batas waktu yang ditentukan
Apa b i l a Sur a t Pem be r i t a hua n Ta h una n Pa j ak Pe nghas ila n t a
hun ya ng l a l u d i s a mp a i ka nsetelah lewat batas waktu yang ditentukan
(selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak), maka besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 25 dihitung sebagai berikut:
Bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh
tersebut sampai dengan bulandisampaikannya Surat Pemberitahuan
Tahunan yang bersangkutan,besarnya PPh Pasal 25 adalahsama dengan
besarnya angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir dari Tahun Pajak
yang lalu dan bersifat sementara

9
2.3 Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan PPh Pasal 25

Tata cara pembayaran pajak penghasilan menurut metode pembayaran. Pembayaran


melalui online banking atau setor langsung melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan, tata cara pembayaran Pajak Penghasilan adalah sebagai
berikut
 Online Banking: Wajib Pajak perlu mendaftar untuk fasilitas
online banking pada bank persepsi yang ditunjuk Menteri Keuangan. Bank
tersebut kemudian akan menyediakanaplikasi khusus pembayaran pajak online.
Saat melakukan pembayaran, wajib pajak harusm e ngi s i t e r l e bi h da hul
u da t a ya ng d i pe r l uka n pada a p l i ka s i dar i ba nk ters
e but . Sa a t pembayaran sudah dilakukan, wajib pajak akan menerima nomor
referensi sebagai tanda bukti pembayaran. Setelah itu data yang sudah diisi beserta
nomor referensi perlu dikirimkepada bank yang bersangkutan, agar wajib
pajak dapat menerima Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) dari
bank, untuk dipergunakan pada laporan pajak yang akandikirimkan kepada kantor
pajak

 Setor langsung melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi: WP terlebih


dahulu melengkapilembaran SSP sebelum menyetor pajak pada lokasi
yang diinginkan. Setelah menyetor pajak, lembaran SSP yang sudah diisi
akan dicap oleh Kantor Pos atau Bank Persepsi,dan WP akan menerima NTPN
dari tempat tersebut, beserta bukti pembayarannya

Beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :


1. Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25 adalah tanggal 15, bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo
bertepatan dengan hari libur, maka pembayaran PPh Pasal 25 dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.Dalam pengertianhari libur termasuk hari Sabtu,
hari libur nasional, hari pemilihan umum yang diliburkandan cuti bersama
secara nasional.

10
2. Pe m b a y a ra n d i l a k u k a n d i b a n k p e r se ps i atau ban
k de v i s a p e r s ep s i a t a u k a n t o r p o s persepsi dengan menggunakan
surat setoran pajak (SSP) atau sarana administrasi lain.Pengesahan
dilakukan oleh pejabat kantor penerima pembayaran atau melalui
validasisistem Modul Penerimaan Negara dengan adanya Nomor
Transaksi Penerimaan Negara(NTPN)

3. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dengan validasi NTPN


dianggap telahmenyampaikan SPT PPh Pasal 25 sesuai dengan
tanggal validasi. Ketentuan ini bisadiartikan bahwa Wajib Pajak
yang telah membayar PPh Pasal 25 dengan sistem Modul Penerimaan
Negara tidak perlu lagi melaporkan SSP ke Kantor Pelayanan Pajak.
4. Bagi wajib pajak yang pembayarannya tidak secara online dan tidak
mendapat NTPN,tetap diharuskan melaporkan SSP di KPP tempat wajib
pajak tersebut terdaftar
5. Sanksi keterlambatan pembayaran mengacu kepada Pasal 9 ayat
(2a) UU KUP. Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar , maka
wajib pajak akan dikenakan bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari tanggal
jatuh tempo hingga tanggal pembayaran

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badanyang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secaralangsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat. PPhadalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.Pajak
penghasilan pasal 25 mengatur tentang besarnya angsuran pajak dalam tahun
pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan.Direktur
Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut :
Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian, Wajib Pajak memperoleh penghasilan
tidak teratur, Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu
disampaikan setelah lewat bataswaktu yang ditentukan, Wajib Pajak
diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak membetulkan sendiri SuratPemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih
besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan, Terjadi perubahan keadaan
usaha atau kegiatanWajib Pajak.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan implementasi dan pengaplikasian
pengetahuan yang didapatkan pembaca dari hasil karya penulis untuk kehidupan pembaca
dalam ranah pendidikan yang semakin berkembang saat ini dan yang akan datang

12
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/478091411/PERPAJAKAN-MAKALAH-pph-pasal-25-docx#

13

Anda mungkin juga menyukai