Anda di halaman 1dari 20

PAPER PENGANTAR PERPAJAKAN

Pajak Penghasilan Pasal 25


Dosen Pengampu: Khoirul Umam Hasby, SE.,Ak.,MSA.

Kelompok 9:
Vina Agustin 213141514111011
Anisya Hadi Dwiriandani 213141514111223

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


AKUNTANSI TERAPAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
April 2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................2
2.1 Menghitung Angsuran Bulanan....................................................2
2.2 Menghitung Angsuran PPh Untuk Bulan-Bulan Sebelum Batas
Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh.........................................4
2.3 Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Apabila Dalam Tahun Berjalan
Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Untuk Tahun Lalu.....................5
2.4 PPh Pasal 25 Dalam Hal-Hal Tertentu..........................................6
2.5 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru dan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu Dengan Tarif Paling Tinggi 0,75%...................
2.6 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 25........................................
2.7 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Bepergian ke
Luar Negeri...................................................................................
BAB 3 PENUTUP......................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak penghasilan pasal 25 merupakan angsuran pajak yang
dibayarkan wajib pajak pada tiap bulannya, untuk meringankan beban
pajak pada akhir periode. Angsuran PPh pasal 25 tersebut dapat
dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PPh.
Melalui paper ini, kami akan menjelaskan mengenai bagaimana
perhitungan PPh pasal 25 itu sendiri sampai dengan pelaporannya
dalam SPT Tahunan PPh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan PPh pasal 25?
2. Bagaimana cara perhitungan PPh pasal 25?
3. Bagaimana pelaporan PPh pasal 25 di dalam SPT Tahunan PPh?

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Menghitung Angsuran Bulanan


Penentuan besarnya angsuran pajak (PPh pasal 25) yang harus
dibayarkan tiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan terutang pada
tahun lalu dikurangi dengan PPh pasal 21, 22, 23, dan 24 tahun lalu
pula. Dari hasil tersebut akan dibagi dengan dua belas, hasil akhir
inilah yang ditetapkan sebagai besarnya angsuran pajak yang harus
dibayarkan tiap bulan.
A. Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi
Perhitungan PPh pasal 25 untuk wajib pajak orang pribadi
didapat dari pengurangan PPh terutang tahun lalu dikurangi PPh
pasal 21, 22, 23, dan 24 tahun lalu, kemudian hasil yang didapat
dibagi dengan dua belas.
Studi Kasus
Besarnya pajak penghasilan terutang Tuan Alister pada SPT
Tahunan 2017 adalah sebesar Rp 50.000.000. Pajak yang telah
dipotong pada tahun yang sama sebagai berikut:
a. Pemotongan PPh pasal 21 oleh pemberi kerja Rp
15.000.000.
b. Pemotongan PPh pasal 22 oleh pihak lain Rp 10.000.000.
c. Pemotongan PPh pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan Rp
2.500.000.
d. Pembayaran pajak di luar negeri Rp 7.500.000 dan
semuanya dapat dikreditkan.
Berapakah besarnya angsuran pajak yang harus dibayarkan Tuan
Alister setiap bulan pada tahun 2018?

2
Pembahasan
PPh terutang tahun 2017 Rp 50.000.000
Kredit pajak tahun 2017
PPh pasal 21 Rp 15.000.000
PPh pasal 22 10.000.000
PPh pasal 23 2.500.000
PPh pasal 24 7.500.000
Total Kredit Pajak Rp (35.000.000)
Dasar Pengenaan Rp 15.000.000
PPh pasal 25=Rp 15.000.000÷12=Rp 1.250.000
B. Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak
Badan
Berbeda dengan angsuran PPh untuk orang pribadi yang
dapat menjadikan PPh pasal 21 sebagai pengurang PPh terutang
tahun lalu, pada angsuran bagi wajib pajak badan tidak bisa. Hal
ini karena wajib pajak badan bukan subjek pajak PPh pasal 21.
Studi Kasus
Besarnya pajak penghasilan terutang PT. Alaska pada SPT
Tahunan 2017 adalah sebesar Rp125.000.000. Pajak yang telah
dipotong pada tahun yang sama sebagai berikut:
a. Pemotongan PPh pasal 22 oleh pihak lain Rp 30.000.000.
b. Pemotongan PPh pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan Rp
15.000.000.
c. Pembayaran pajak di luar negeri Rp 40.000.000 dan
semuanya dapat dikreditkan.
Berapakah besarnya angsuran pajak yang harus dibayarkan Tuan
Alister setiap bulan pada tahun 2018?
Pembahasan
PPh terutang tahun 2017 Rp 125.000.000

3
Kredit pajak tahun 2017
PPh pasal 22 30.000.000
PPh pasal 23 15.000.000
PPh pasal 24 40.000.000
Total Kredit Pajak Rp (85.000.000)
Dasar Pengenaan Rp 40.000.000
PPh pasal 25=Rp 40.000.000÷12=Rp 3.333.333
C. Penyetoran dan Pelaporan
Penyetoran angsuran pajak (PPh pasal 25) dilakukan sendiri
oleh wajib pajak yang bersangkutan paling lambat tanggal 15
bulan takwin berikutnya. Sedangkan untuk pelaporan, dilakukan
paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir dengan
menggunakan SSP lembar ketiga.

2.2 Menghitung Angsuran PPh Untuk Bulan-Bulan Sebelum Batas


Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh
Perlu diingat bahwa penyampaian SPT Tahunan terakhir untuk
wajib pajak orang pribaadi adalah akhir bulan ketiga tahun pajak
berikutnya, sedangkan untuk wajib pajak badan adalah akhir bulan
keempat tahun pajak berikutnya.
Hal tersebut menyebabkan pehitungan PPh pasal 25 untuk bulan
Januari dan Februari pada orang pribadi belum bisa dilakukan.
Bergitupun dengan PPh pasal 25 bulan Januari, Februari, dan Maret
pada wajib pajak badan juga belum bisa dilakukan pehitungan.
Solusi dari masalah ini adalah menetapkan besarnya PPh pasal 25
pada bulan-bulan tersebut sebesar angsuran pada bulan akhir tahun
sebelumnya.
Sebagai contoh angsuran PPh pasal 25 wajib pajak orang pribadi
pada bulan Desember 2015 sebesar Rp 1.000.000, maka besarnya
PPh pasal 25 yang ditetapkan untuk bulan Januari dan Februari
masing-masing adalah sebesar Rp 1.000.000.

4
2.3 Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Apabila Dalam Tahun
Berjalan Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Untuk Tahun Lalu
Jika dalam tahun berjalan terdapat surat ketetapan pajak untuk
pajak tahun lalu, maka besarnya angsuran pajak harus dihitung
kembalai sesuai besarnya pajak terutang dalam surat ketetapan pajak.
Namun, besarnya angsuran yang baru ini hanya berlaku untuk bulan
berikutnya setelah ketetapan pajak diterbitkan.
Studi Kasus
Besarnya pajak penghasilan terutang PT. Alaska pada SPT Tahunan
2017 adalah sebesar Rp125.000.000. Pajak yang telah dipotong pada
tahun yang sama sebagai berikut:
a. Pemotongan PPh pasal 22 oleh pihak lain Rp 30.000.000.
b. Pemotongan PPh pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan Rp
15.000.000.
c. Pembayaran pajak di luar negeri Rp 40.000.000 dan semuanya
dapat dikreditkan.
Besarnya angsuran pajak tahun 2016 adalah Rp 3.000.000. Pada
bulan Agustus 2018 diterbitkan surat ketetapan pajak dan disebutkan
bahwa angsuran PPh tahun 2018 sebesar Rp 4.000.000. Berapakah
besarnya angsuran pajak selama tahun 2018?
Pembahasan
Angsuran pajak bulan Januari sampai Maret=Rp 3.000.000
Angsuran pajak bulan April sampai Agustus
PPh terutang tahun 2017 Rp 125.000.000
Kredit pajak tahun 2017
PPh pasal 22 30.000.000
PPh pasal 23 15.000.000
PPh pasal 24 40.000.000
Total Kredit Pajak Rp (85.000.000)
Dasar Pengenaan Rp 40.000.000

5
Angsuran pajak bulan April sampai Agustus=Rp 40.000.000÷12
=Rp 3.333.333
Angsuran bulan September sampai Desember= Rp 4.000.000

2.4 PPh Pasal 25 Dalam Hal-Hal Tertentu


Besarnya pembayaran angsuran pajak sebisa mungkin dapt
mendekati jumlah pajak yang terutang pada akhir tahun. Oleh karena
itu, Dirjen pajak memberikan wewenang untuk menyesuaikan
perhitungan besarnya angsuran yang harus dibayarkan oleh wajib
pajak dengan hal-hal tertentu sebagai berikut:
1. Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian
2. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
3. SPT Tahunan PPh tahun lalu dilaporkan lewat tenggat waktu yang
ditentukan
4. Wajib pajak diberikan perpanjangan waktu untuk melaporkan SPT
Tahunan PPh
5. Wajib pajak melakukan pembetulan SPT Tahunan sendiri yang
menyebabkan angsuran bulanan sebih besar dari sebelumnya
6. Terjadi perubahan keadaan usaha
A. Wajib Pajak Berhak atas Kompensasi Kerugian
Dasar pengenaan PPh pasal 25 ini adalah penghasilan kena
pajak tahun sebelumnya dikurangi dengan kerugian yang belum
dan masih bisa dikompensasikan.
Studi Kasus
Peredaran bruto PT. Kin Dananjaya pada tahun 2016 Rp
60.000.000.000, sedangkan penghasilan kena pajak PT. Kin
Dananjaya pada tahun 2016 Rp 700.000.000. Sisa kerugian yang
masih bisa dikompensasikan Rp 800.000.000, dan kerugian yang
belum dikompensasikan tahun 2016 Rp 100.000.000. Angsuran
PPh pada bulan desember 2016 Rp 1.000.000. Bagaimanakah
perhitungan angsuran pajak PT. Kin Dananjaya tahun 2017?

6
Pembahasan
Penghasilan kena pajak tahun 2016 Rp 700.000.000
Sisa kerugian yang belum dikompensasi (100.000.000)
Dasar pengenaan PPh pasal 25 Rp 600.000.000
Pajak penghasilan terutang 2016=25%×Rp 600.000.000
=Rp 150.000.000
PPh pasal 25=Rp Rp 150.000.000÷12=Rp 12.500.000
Kerugian yang bisa dikompensasikan ini hanya berlaku dalam
jangka waktu lima tahun. Lebih dari waktu tersebut, besarnya
kerugian tidak akan mempengaruhi besarnya PPh pasal 25.
B. Wajib Pajak Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur
Dasar pengenaan PPh pasal 25 dalam kasus ini adalah
penghasilan netto teratur dikurangi PPh yang telah dipotong atau
dipungut.
Studi Kasus
PT. Ezekiel Noelishwara pada tahun 2016 memperoleh peredaran
bruto Rp 55.000.000.000. Penghasilan netto yang bersifat teratur
dari usaha dagang sebesar Rp 150.000.000 dan penghasilan tidak
teratur dari sewa kendaraan untuk tiga tahun yang dibayarkan
langsung di tahun 2016 sebesar Rp 72.000.000. PPh pasal 22
yang dipungut oleh pihak lain pada tahun tersebut Rp 2.900.000.
Bagaimanakah perhitungan PPh pasal 25?
Pembahasan
PPh terutang =25%×Rp 150.000.000=Rp 37.500.000
PPh pasal 22 = (2.900.000)
Dasar pengenaan PPh pasal 25 =Rp 34.600.000
PPh pasal 25 =Rp 34.600.000÷12=Rp 2.883.333

7
C. SPT Tahunan PPh Tahun Lalu Disampaikan Setelah Lewat
Batas Waktu
Perhitungan PPh pasal 25 dilakukan dengan cara:
1. Angsuran pajak untuk bulan-bulan sebelum SPT Tahunan
disampaikan sebesar angsuran bulan terakhir tahun
sebelumnya.
2. Angsuran bulan-bulan setelah SPT Tahunan disampaikan
harus dihitung ulang, meliputi:
a. Besarnya angsuran dihitung sebesar pajak penghasilan
terutang tahun lalu dikurangi PPh yang telah dipotong
dan bisa dikreditkan, untuk selanjutnya dibagi dua belas.
b. Jika ada penerbitan surat ketetapan pajak, angsuran
pajak sebesar yang tercantum di dalamnya dan berlaku
untuk bulan-bulan setalah penerbitan surat ketetapan
pajak, untuk selanjutnya dibagi dua belas.
c. Jika wajib pajak berhak memperoleh kompensasi
kerugian, angsuran pajak dihitung dengan cara
penghasilan kena pajak dikurangi kerugian yang belum
dan masih bisa dikompensasikan, lalu dikurangi PPh
yang telah dipotong dan bisa dikreditkan, untuk
selanjutnya dibagi dua belas.
d. Jika wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur,
angsuran pajak dihitung dengan dasar pengenaan pajak
adalah penghasilan teratur saja dikurangi PPh yang telah
dipotong dan bisa dikreditkan, untuk selanjutnya dibagi
dua belas.
Apabila besarnya angsuran poin 1 lebih kecil dari angsuran
poin 2, maka wajib pajak akan dikenakan bunga tambahan 2%
per bulan selama keterlambatan.

8
Apabila besarnya angsuran di poin 1 lebih besar dari
angsuran poin 2, maka kelebihan dapat dikompensasikan untuk
angsuran pajak bulan berikutnya.
Studi Kasus
PT. Kin Dananjaya menyampaikan SPT Tahunan tahun 2016 pada
25 Mei 2017, dengan data sebagai berikut:
a. PPh terutang Rp 150.000.000
b. PPh pasal 22, 23, dan 24 yang telah dipotong dan bisa
dikreditkan Rp 42.500.000
c. PPh pasal 25 bulan Desember 2016 Rp 8.000.000.
Bagaimanakah perhitungan PPh pasal 25 PT. Kin Dananjaya?
Pembahasan
Angsuran bulan Januari sampai Maret 2017 Rp 8.000.000
Angsuran bulan April sampai Mei 2017 Rp 8.000.000
Angsuran bulan April sampai Desember 2017
PPh terutang tahun 2016 Rp 150.000.000
PPh yang telah dipotong dan bisa dikreditkan ( 42.500.000)
Dasar pengenaan PPh pasal 25 Rp 107.500.000
PPh pasal 25=Rp 107.500.000÷12=Rp 8.958.333
Karena angsuran yang sebenarnya lebih besar dari angsuran
sementara, dan terdapat selisih Rp 958.333, maka untuk bulan
April dan Mei PT Kin Dananjaya harus membayar beserta bunga
masing-masing 2%.
D. Wajib Pajak Diberikan Perpanjangan Waktu Penyampaian
SPT
Perhitungan PPh pasal 25 pada kasus ini prinsipnya sama
dengan perhitungan PPh pasal 25 apabila SPT Tahunan tahun lalu
telat disampaikan.

9
Studi Kasus
PT. Chetta menyampaikan permohonan perpanjangan SPT
Tahunan tahun 2016 pada 10 Januari 2017, dengan melampirkan
perhitungan sebagai berikut:
a. PPh terutang tahun 2016 Rp 100.000.000
b. PPh yan gdipotong dan dapat dikreditkan pada tahun 2016
Rp 42.500.000
c. Izin perpanjangan waktu penyampaian sampai 30 Juni2017
d. PPh pasal 25 tahun 2016 Rp 4.000.000
Data sesungguhnya pada SPT Tahunan yang disampaikan pada 10
Juni 2017 sebagai berikut:
a. PPh terutang tahun 2016 Rp 125.000.000
b. PPh yang dipotong dan boleh dikreditkan pada tahun 2016
Rp 42.500.000
Bagaimanakah perhitungan PPh pasal 25 PT.Chetta?
Pembahasan
Angsuran PPh bulan Januari sampai Maret 2017=Rp 4.000.000
Angsuran PPh April sampai Mei 2017
PPh terutang tahun 2016 Rp 100.000.000
PPh yang telah dipotong dan bisa dikreditkan ( 42.500.000)
Dasar pengenaan PPh pasal 25 Rp 57.500.000
PPh pasal 25=Rp 57.500.000÷12= Rp 4.791.667
Angsuran PPh bulan April sampai Desember
PPh terutang tahun 2016 Rp 125.000.000
PPh yang telah dipotong dan bisa dikreditkan ( 42.500.000)
Dasar pengenaan PPh pasal 25 Rp 82.500.000
PPh pasal 25=Rp 82.500.000÷12=Rp 6.875.000
Karena angsuran yang sebenarnya lebih besar dari angsuran
sementara, dan terdapat selisih Rp 2.083.333, maka untuk bulan

10
April dan Mei PT. Chetta harus membayar beserta bunga masing-
masing 2%.

2.5 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Baru dan Wajib Pajak Orang
Pribadi Pengusaha Tertentu Dengan Tarif Paling Tinggi
0,75%

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru

Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan


badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha
atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan. Besarnya
angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru
adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang
disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

Wajib Pajak Bank dan Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak


bank dan sewa guna yang usaha dengan hak opsi adalah Pajak
Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas
laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir
disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau
terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua
belas).

Angsuran PPh Pasal 25 Sebulan

=[Tarif Pasal 17 x (Perkiraan laba triwulan pertama x 4)] + 12

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak BUMN dan BUMD

11
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, kecuali Wajib Pajak bank dan sewa guna
usaha dengan hak opsi, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut Rencana
Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan
yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi
dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan
Pasal 23 serta Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di
luar negeri tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

Jika Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) belum


disahkan, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-
bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.

Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang


Berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Harus
Membuat Laporan Keuangan Berkala

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak


masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan
diharuskan membuat laporan keuangan berkala adalah sebesar Pajak
Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba
rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan
dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal
22, Pasal 23, dan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk
tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu


Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

12
adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
di bidang perdagangan yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu,
atau mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan domisili.
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang
pribadi pengusaha tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% (nol koma tujuh
puluh lima persen) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-
masing tempat usaha tersebut.

2.6 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 25


1. PPh pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat lambatnya pada
tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.
2. wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT masa selambar
lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
3. bagi wajib pajak pengusaha tertentu, berlaku juga ketentuan sbb,:
* jika wajib pajak memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah
kerja kantor pelayanan pajak, harus mendaftarkan masing masing
tempat usahanya di kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.
* wajib pajak yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih dari 1
wilayah kerja kantor pelayanan pajak, harus mendaftarkan setiap
tempat usahanya di kantor pelayanan pajak masing masing tempat
usaha wajib pajak berkedudukan.
* SPT tahunan PPh harus disampaikan di kantor pelyanan pajak
tempat domisili wajib pajak terdaftar dengan batas waktu seperti pada
ketentuan butir 2.
2.7 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Bepergian
ke Luar Negeri

Pengecualian Pembayaran Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak


Orang Pribadi Dalam Negeri yang akan Bertolak ke Luar Negeri 

1. Orang asing yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau


yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam

13
jangka waktu 12 bulan, dengan menunjukkan visa
kunjungan atau visa singgah. 
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing, termasuk anggota
keluarganya dan orang-orang yang diperbantukan kepada
mereka, yang bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama
mereka, sepanjang bukan warga negara Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan atau
pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik, dengan menunjukkan
paspor diplomatik. 
3. Pejabat-pejabat dari perwakilan organisasi internasional
yang tidak termasuk subjek pajak penghasilan berdasarkan
keputusan menteri keuangan, termasuk anggota
keluarganya, sepanjang bukan warga negara Indonesia dan
tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia, dengan
menunjukkan paspor Diplomatik. 
4. Warga negara Indonesia yang bertempat tinggal tetap diluar
negeri yang memiliki dokumen resmi sebagai penduduk
negeri tersebut, dengan menunjukkan salah satu dari tanda
pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk luar
negeri berikut ini. 
5. Jemaah haji yang penyelenggaraanya dilakukan oleh instansi
yang berwenang, dengan menunjukkan daftar nama para
jemaah haji oleh pimpinan rombongan dan petugas
pelaksana pemberangkatan haji yang pembiayaannya
dibebankan pada biaya perjalanan ibadah haji dengan
menyerahkan surat dari departemen agama. Pengecualian
tersebut tidak berlaku bagi jemaah haji khusu yang
penyelenggaraannya dibebankan pada BPIH khusus. 

14
6. Orang pribadi yang melakukan perjalanan lintas batas
wilayah Republik Indonesia melalui darat. 
7. Para pekerja warga negara Indonesia yang akan bekerja
dilujar negeri dalam rangka progam pengiriman Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) dengan menunjukkan Kartu Tenaga
Kerja Luar Negeri (KTKLN) atau menyerahkan persetujuan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 
8. Mahasiswa dari negara asing yang berada di indonesia
dalam rangka belajar dengan rekomendasi dari perguruan
tinggi tempat mereka belajar dan tidak menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia, dengan
menyerahkan surat pernyataan tidak menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia dan surat
rekomendasi sebagai mahasiswa atau pelajar dari pimpinan
perguruan tinggi sekolah yang bersangkutan. Pembahasan
tersebut tidak berlaku bagi istri dan anak-anaknya maupun
anggota keluarga lainnya.
9. Orang asing yang berada di Indonesia dan tidak menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia yang
melaksanakan : 
 Penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan
kebudayaan di bawah koordinasi lembaga pemerintah
terkait
 Progam kerja sama teknik dengan mendapatr
persetujuan Sekertariat Negara. 
 Tugas sebagai anggota misi keagamaan dan misi
kemanusiaan dibawah koordinasi instansi terkait 
10. Tenaga kerja warga negara asing, pendatang, yang bekerja di
Pulau Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun. Sepanjang mereka
telah dipotong Pajak Penghasilan oleh pemberi kerja dengan
menyerahkan tanda bukti pemotongan Pajak Penghasilan oleh

15
pemberi kerja, dengan menyerahkan tanda bukti pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atau Pasal 26 yang telah dilegalisir oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam atau kepala kantor
pelayanan pajak pratama tanjung pinang atau pejabat yang
ditunjuk. 
11. Penyandang cacat atau orang sakit yang akan berobat keluar
negeri atas biaya organisasi sosial termasuk 1 orang pendamping,
denagn menyerahkan surat persetujuan dari menteri kesehatan
atau yang mewakilinya. 
12. Anggota misi kesenian, misi kebudayaan, misi olahraga, atau misi
keagamaan yang mewakili Pemerintah Republik Indonesia ke luar
negeri, dengan menyerahkan surat persetujuan dari menteri terkait
atau yang mewakilinya. 

13. Mahasiswa atau pelajar yang telah berusia 21 tahun yang akan
belajar diluar negeri dalam rangka progam resmi pertukaran
mahasiswa atau pelajar yang diselenggarakan pemerintah atau
badan asing dengan persetujuan menteri terkait.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak penghasilan pasal 25 merupakan angsuran pajak yang
dibayarkan wajib pajak pada tiap bulannya, untuk meringankan beban
pajak pada akhir periode. Angsuran PPh pasal 25 tersebut dapat dijadikan
kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib
pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan PPh.
Adapun perhitungan PPh Pasal 25 yaitu menghitung secara angsuran
bulanan,menghitung angsuran PPh untuk bulan bulan sebelum batas
waktu penyampaian SPT tahunan PPh, menghitung angsuran PPh pasal 25
apabila dalam tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk
tahun pajak yang lalu.

3.2 Saran
Mengingat perhitungan PPh pasal 25 cukup rumit dan juga banyak
dengan melalui beberapa tahapan, sebaiknya kita paham betul bagaimana
prosedur perhitungan yang harus kita lalui agar terhindar dari kesalahan
hitung.

17
DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2019. Perpajakan: Teori & Kasus (ed.11). Jakarta: Salemba
Empat.

18

Anda mungkin juga menyukai