Anda di halaman 1dari 21

Pajak Penghasilan Pasal 25

Oleh Kelompok 2 :

-Pelin Dwi Ananda


-Angle Dwi Febryan
-Muntazul Fikri
Subjek dan Objek PPh pasal 25

Pajak Penghasilan pasal 25 adalah pajak yang dibebankan atas penghasilan yang
dimiliki wajib pajak. PPh pasal 25 berisikan aturan mengenai bagaimana wajib pajak
mengangsur kewajiban pajak di muka, sehingga wajib pajak tidak memiliki beban. utang
pajak yang besar dan harus dibayar saat batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan. Kewajiban angsuran pajak ini muncul ketika wajib pajak
memiliki utang pajak penghasilan yang kurang dibayarkan di Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan.
Objek PPh pasal 25 adalah penghasilan yang
Subjek PPh pasal 25 ada 2 yaitu:
diperoleh oleh wajib pajak baik itu pribadi maupun
badan dari kegiatan usaha yang mereka lakukan. Wajib
● wajib pajak orang pribadi yang memiliki
Pajak (WP), baik berupa Orang Pribadi atau pun
kegiatan usaha, seperti pedagang atau
Badan yang melakukan suatu kegiatan usaha dikenai
penyedia jasa.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 berupa
● wajib pajak badan yang melakukan
angsuran PPh tiap bulannya. Perbedaan PPh Pasal 25
kegiatan usaha, seperti pedagang atau
dengan jenis pajak penghasilan lainnya yaitu, PPh
penyedia jasa.
pasal 25 memiliki kategori dan cara penghitungannya
sendiri.
PPh 25 dapat diangsur setiap bulannya dalam
waktu satu tahun dengan tujuan meringankan beban
wajib pajak, mengingat pajak terutang harus dilunasi.
Pemungut/Pemotong PPh Pasal 25

Dalam PPh Pasal 25 tidak ada pihak yang


memungut atau pemotong, namun wajib pajak
pribadi dan wajib pajak badan yang melakukan
usaha, wajib menyetor sendiri kewajiban PPh 25
tanpa diwakilkan.
Penghitungan PPh Pasal 25
Tarif jenis PPh Pasal 25 wajib pajak
pribadi, pengusaha, atau badan tertentu ialah
Sesungguhnya, tidak ada istilah jumlah tarif 0,75% dari jumlah peredaran bruto per bulan
dalam PPh Pasal 25, karena bukan pengenaan dari masing-masing tempat usaha. Pajak ini
pajak pada suatu objek pajak, melainkan sebutan sifatnya final dan dapat dikreditkan pada akhir
dari sebuah angsuran pembayaran pajak tahun pajak.
penghasilan terutang. PPh pasal 25 untuk tarif PPh badan yaitu
20% dari penghasilan bruto.
1. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat 1

PPh yang terutang berdasarkan SPT Tahunan dikurangi dengan PPh yang dipotong
pemberi kerja (Pasal 21), PPh yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22), PPh yang
dipotong oleh pihak lain (Pasal 23), dan kredit PPh luar negeri (Pasal 24). Kemudian,
besaran angsuran pajak dibagi 12 bulan. Apabila penghasilan yang diterima atau diperoleh
meliputi masa 6 bulan, maka besarnya angsuran bulanan dibagi 6 bulan.
PPh yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2022 adalah 70.000.000, maka:
 
PPh terutang Tahun 2022                                             Rp 70.000.000
 
Dikurangi:

PPh Pasal 21 Rp  15.000.000


PPh Pasal 22 Rp 10.000.000
PPh Pasal 23 Rp  10.000.000
PPh Pasal 24 Rp 10.000.000
 
Jumlah kredit pajak                                  Rp 45.000.000 -
Selisih                                                      Rp 25.000.000
 
Jadi, besaran angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2022
adalah Rp 25.000.000 dibagi 12 bulan = Rp 2.083.333
2. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat 2

Besar angsuran pajak pada bulan-bulan sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan sebelum
batas waktu penyampaian SPT Tahunan adalah sama dengan angsuran pajak bulan terakhir dari
tahun pajak yang lalu.
Contoh :
Tuan Z menyampaikan SPT Tahunan PPh pada bulan Februari 2023, besarnya angsuran pajak yang
harus dibayar untuk bulan januari 2023 adalah sebesar angsuran pajak bulan desember 2022,
misalnya sebesar RP 1.250.000
Apabila dalam bulan September 2022 diterbitkan keputusan pengurangan angsuran pajak
menjadi nihil, sehingga angsuran pajak sejak bulan oktober sampai dengan Desember 2022 juga
menjadi nihil.
Maka, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Tuan Z untuk bulan januari 2023 tetap
sama dengan angsuran bulan desember yaitu nihil.
3. Perhitungan PPh Pasal 25 Ayat 4

Jika dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu,
besar angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat tersebut dan berlaku mulai bulan
berikutnya setelah bulan penerbitan SKP atau Surat Ketetapan Pajak.
Contoh :
Berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2021 yang disampaikan Wajib Pajak dalam
bulan Maret 2022, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar ialah Rp 1.000.000.
Lalu pada Juli 2022 telah diterbitkan SKP Tahunan Pajak 2021 yang menghasilkan besarnya
angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp 1.500.000. Jadi, mengacu pada Pasal 25 ayat (4) ini,
besarnya angsuran pajak mulai bulan Agustus 2022 adalah sebesar Rp 1.500.000.
Contoh Soal PPh Pasal 25 Badan

PT PDA bergerak di bidang produksi makanan yang mana penjualannya dimasukkan ke banyak
supermarket atau toko besar. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga melakukan ekspor ke luar negeri
seperti Thailand dan Korea Selatan.
Misalnya pada data pajak, angsuran PPh 25 yang sudah dibayarkan adalah Rp168.982.456 dan
jumlah penghasilan PT PDA dalam setahun lebih dari Rp50.000.000.000 maka penghitungannya
menggunakan tarif PPh Badan 20%. Adapun laba-rugi sebelum pajaknya atau penghasilan kena
pajak sebesar Rp937.688.000.

Maka, perhitungan PPh Pasal 25 Badan dari PT PDA sebagai berikut:


PPh Badan Rp937.688.000 x 20% Rp187.537.600

PPh Pasal 29 Rp187.537.600 – Rp168.982.456

Angsuran PPh 25 yang telah


Rp18.555.144
dibayar

Sisa angsuran PPh 25 Rp18.555.144/12 bulan Rp1.546.262


WP Badan baru yang menyelenggarakan pembukuan

PT Asila terdaftar sebagai wajib pajak pada 1 Maret 2022 memiliki


peredaran bruto sebesar Rp800.000.000. Setelah dikurangi biaya,
penghasilan neto PT Asila sebesar Rp200.000.000. Maka, besarnya PPh
Pasal 25 Badan sebagai wajib pajak baru untuk masa Maret 2022 sebagai
berikut:

 
Penghasilan neto Maret 2022 Rp600.000.000

Rp6
Penghasilan neto disetahunkan Rp7.200.000.000
00.000.000 x 12 bulan

PPh Terutang 20% x Rp7.200.000.000 Rp1.440.000.000

Besarnya PPh 25 PT Asila tahun


Rp1.440.000.000 / 12 bulan Rp120.000.000
2022
WP Orang Pribadi baru yang menyelenggarakan pembukuan

Tuan A merupakan pengusaha yang baru terdaftar sebagai wajib pajak orang
pribadi pada 1 Juli 2022 dengan status lajang. Ia menjalankan usahanya dengan
menggunakan metode pembukuan yang tercatat penghasilan bruto pada Juli 2022
sebesar Rp200.000.0000.
Biaya pengurang penghasilan bruto Tuan A sebesar Rp100.000.000. Maka
besarnya PPh Pasal 25 pada Juli 2022 Tuan A sebagai berikut:
Penghasilan bruto Juli 2022 Rp200.000.000
Biaya pengurang yang diperkenankan Rp100.000.000 (-)
Penghasilan neto Juli 2022 Rp100.000.000
Penghasilan neto disetahunkan Rp100.000.000 x 12 bulan Rp1.200.000.000
PTKP Rp54.000.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp1.146.000.000
PPh Terutang:
5% x Rp60.000.000 Rp3.000.000
15% x Rp190.000.000 Rp28.500.000
25% x Rp250.000.000 Rp62.500.000(+)
30% x Rp 646.000.000Rp 193.800,000
Total PPh Terutang setahun Rp287.800.000
Angsuran PPh 25 Juli 2022 Rp287.800.000 / 12 bulan Rp23.983.333
Wajib pajak BUMN atau BUMD

PT Raya merupakan BUMN yang memiliki penghasilan neto sebesar Rp5.000.000.000, yang
punya kredit pajak berasal dari PPh 22, 23, dan 24 sebesar Rp500.000.000.
Maka angsuran PPh Pasal 25 badan usaha BUMN untuk tahun 2022 sebagai berikut:

Penghasilan neto Rp5.000.000.000

PPh Terutang 20% x Rp5.000.000.000 Rp1.000.000.000

Kredit pajak PPh 22, 23, 24 Rp500.000.000 (-)

PPh dibayar sendiri Rp500.000.000

Besar PPh 25 untuk tahun 2022 Rp500.000.000 / 12 bulan Rp41.666.667


Penyetoran Dan Pelaporan PPh pasal 25

a. Pembayaran PPh Pasal 25


Dalam pembayaran angsuran PPh Pasal 25, diperlukan kode billing terlebih dahulu. Kode billing
adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui sistem billing Ditjen Pajak (DJP) untuk suatu jenis
pembayaran atau penyetoran pajak.

b. Batas Waktu Bayar PPh Pasal 25


Sesuai Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang kemudian berubah menjadi
Peraturan Menteri Keuangan No.242/PMK.03/201t tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran
Pajak, dijelaskan jatuh tempo pembayaran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir.
c. Sanksi PPh Pasal 25
Sanksi yang dikenakan apabila wajib pajak terlambat melakukan pembayaran, maka wajib pajak
akan terkena bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh temponya hingga tanggal
pembayaran.

d. Pelaporan PPh Pasal 25


Jatuh tempo pelaporan ialah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Sementara untuk persyaratan wajib pembayaran angsuran PPh Pasal 25 ialah menyertakan Surat
Setoran Pajak (SSP) atau dokumen sejenisnya. Setelah melakukan pembayaran, wajib pajak harus
melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pelaporan dilakukan dengan batas akhir tanggal
20 di bulan berikutnya.
Thank You
1. Zulmi
Jika suatu perusahaan mengalami penurunan laba ataupun mengalami kerugian
apakah angsuran pajak penghasilan pasal 25 bulanan perusahaan tersebut dapat
dikurangi?
2. Milka
Dalam pelaksanaan pph pasal 25 setiap wajib pajak berhak atas kompensasi
kerugian lalu apasaja yang menjadi ketentuan bagi wp dalam penerapan
kompensasi kerugian?
3. Fajar
Apakah ada sanksi bagi wp jika terjadi keterlambatan dalam pph 25, jelaskan?
4. Mutia
Bagaimana perlakuan atas angsuran bulanan pph 25 utk bulan sebelum batas
waktu penyampaian spt?
5. Rara
apakah ada resiko yang ditanggung pemerintah jika tariff pph 25 diturunkan?(tomi)
6. tomi
apakah pph 25 dengan pph final itu sama, apabila suda membayar pph 25 apakah masih
dikenakan pph final?
7. rici
hal apa saja yang dapat manentukan perhitungan besarnya angsuran pada pph 25?(milka)
8. enjel
apakah angsuran pph 25 itu wajib, jelaskan?(daeng)
9. resa
bagaimana perhitungan pph 25 dalam tahun pajak berjalan dan apakah seorang wp tersebut
dapat menggunakan insentif?
10. daeng
bagaimana cara menghitung pph 25 khususnya jika wp mempunyai beberapa tempat usaha?

Anda mungkin juga menyukai